Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DAMPAK PANDEMI CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


TERHADAP MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK

Disusun Oleh :

Andre Randicky

GAB 117 036

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

PALANGKA RAYA

2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………. 1


1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
1.3. Tujuan………………………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Dampak Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) Terhadap Manajemen


Pelayanan Publik………………………………………………………. 4

2.1.1 Pandemi Covid-19 di Indonesia………………………………. 4

2.1.2 Studi Kasus…………………………………………………… 6

2.1.3 Solusi…………………………………………………………. 7

2.2 Solusi Dalam Mengatasi dan Menekan Dampak Dari Pandemi Covid-19 Terhadap
Manajemen Pelayanan Publik…………………………………………. 8

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan…………………………………………………………….. 10

3.2. Saran…………………………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkah dan Rahmat-Nya
sehingga dapat terselesaikannya tugas makalah yang berjudul “Dampak Pandemi
Coronavirus Disease (Covid-19) terhadap Manajemen Pelayanan Publik” ini. Dan
tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Iin Aprillina, S.Sos.,M.AP
selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Manajemen Pelayanan Publik sehingga
dengan adanya tugas makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan
penulis dan para pembaca.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Studi Manajemen Pelayanan Publik dan juga di harapkan dapat
menambah wawasan serta sebagai literatur para pembaca sekalian. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian, yang mana kritik dan saran
ini menjadi tolak ukur penulis untuk memperbaiki di dalam pembuatan makalah
ataupun karya tulis selanjutnya.

Palangka Raya, 15 Mei 2020

Andre Randicky

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini dunia sedang dihadapi dengan situasi sulit akibat munculnya
Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang membawa dampak signifikan ke
berbagai aspek perubahan dunia, salah satunya terhadap pelayanan publik sejak
pandemi virus corona pertama kali muncul akhir Desember 2019 lalu.

Sejak diumumkan kasus positif virus Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret


2020 lalu, pemerintah telah meningkatkan langkah-langkah dalam menangani
pandemi global dari Covid-19. Sebelum itu, pemerintah juga telah meningkatkan
kesiagaan banyak rumah sakit dan peralatan yang sesuai dengan standar
internasional, termasuk pada anggaran yang secara khusus dialokasikan bagi segala
upaya pencegahan dan penanganan covid-19 ini.

Sejak awal Maret 2020, berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh


pemerintah pusat dan daerah. Mulai dari membatasi hubungan sosial (social
distancing), menghimbau untuk bekerja di rumah (work from home) bagi sebagian
besar Aparatur Sipil Negara (ASN), meniadakan kegiatan ibadah, dan meminta
masyarakat untuk tetap di rumah serta mengurangi aktivitas sosial di luar rumah.
Kebijakan tersebut bermaksud baik, namun dampak dari kebijakan tersebut
memiliki resiko tinggi, hingga akhir Maret 2020 kebijakan pemerintah bukan hanya
social distancing tapi dilanjutkan dengan Physical Distancing, dan juga pemerintah
telah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Layanan dasar kepada masyarakat harus menjadi prioritas selama masa


(pandemi) ini, mulai dari layanan kesehatan, perlu ditegaskan bagaimana
mekanisme pelayanan terhadap masyarakat dengan keluhan umum selain covid-19,
setelah pemerintah menetapkan sejumlah rumah sakit untuk menjadi pusat rujukan

1
covid-19. Pelayanan dasar akhirnya harus berinovasi dengan kondisi saat ini. Hal
ini akan sangat mudah jika setiap pelayanan yang dilakukan telah memiliki standar
pelayanan yang baku. Dari sebuah standar pelayanan yang telah tersedia,
penyelenggara pelayanan dalam hal ini pemerintah daerah akan dengan mudah
melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap sejumlah kegiatan yang sifatnya
wajib maupun tambahan.

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pelayanan Publik, standar


pelayanan bukan hanya berfungsi sebagai penataan pelaksanaan pelayanan publik,
tetapi lebih dari itu untuk mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan
publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap
warga negara atas barang publik, jasa publik dan pelayanan administratif.

Dalam Menghadapi situasi pandemi saat ini diharapkan fokus atas


pelayanan publik tidak berkurang mengingat kebijakan pemerintah untuk
melakukan percepatan penanganan dan pencegahan covid-19 telah dilaksanakan
dengan pembatasan sosial.

Mengatasi situasi pandemi covid-19 tentunya akan maksimal jika tidak


hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga oleh seluruh komponen warga negara,
baik pemilik modal (swasta), maupun masyarakat pada umumnya. Perlu gerakan
bersama untuk menghadapi situasi ini sesuai perannya masing-masing, mulai dari
pemerintah melakukan beberapa kebijakan dan program untuk memastikan
pelayanan publik tetap berjalan optimal.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana dampak pandemi coronavirus disease (covid-19) terhadap
manajemen pelayanan publik ?
2. Bagaimana solusi dalam mengatasi dan menekan dampak dari pandemi
Covid-19 terhadap manajemen pelayanan publik ?

2
1.3 TUJUAN
1. Untuk menganalisis dampak pandemi coronavirus disease (covid-19)
terhadap manajemen pelayanan publik
2. Untuk menganalisis dan mencari solusi dalam mengatasi dan menekan
dampak dari pandemi Covid-19 terhadap manajemen pelayanan publik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DAMPAK PANDEMI CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)


TERHADAP MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK

2.1.1 Kasus Pandemi Covid-19 di Indonesia

Sejak pemerintah Indonesia mengumumkan secara resmi


ditemukannya penderita Corona Virus Disease (Covid-19) di Depok, Jawa
Barat pada 2 Maret 2020 silam sebanyak dua orang. Satu bulan kemudian
angka prevalensi penderita Covid-19 pada 2 April 2020, sudah mencapai
angka 1.790 kasus. Jumlah pasien Covid yang meninggal (170 orang) masih
lebih banyak dibanding yang sembuh (112 orang). Sebaran wilayah
penderita Covid sudah mencapai 32 provinsi.

Sementara data Worldmeters, jumlah kasus Covid-19 di seluruh


dunia tercatat 1.015.466 dan yang meninggal tercatat sudah 53.190 pasien.
Data tersebut sesuai prediksi Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus (Direktur
Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia-WHO) saat konferensi pers di Jenewa
(Rabu, 1/4/2020) yang memprediksi bahwa dalam beberapa hari ke depan
angka kasus terinfeksi virus corona yang dikonfirmasi akan mencapai 1 juta
dan jumlah kematian lebih 50.000 kasus.

Puncak pandemi Covid-10 di Indonesia belum bisa diketahui dengan


pasti. Tetapi berbagai prediksi secara ilmiah telah dilakukan beberapa
pihak, seperti diantaranya Ikatan Alumni (ILUNI) Matematika UI yang
membuat model untuk menghitung waktu pandemi mereda. Data yang
digunakan untuk simulasi adalah data kasus kumulatif rentang waktu 2-29
Maret 2020 yang bersumber dari website kawalcovid19.id dengan model
SIRU yakni Infected dan Unreported Case. Sementara perhitungan merujuk

4
pada fungsi laju antarmanusia dihubungkan dengan kebijakan pemerintah
seperti kebijakan Work From Home dan Physical Distancing.

Hasil perhitungannya, ada tiga skenario yakni skenario pertama


puncak pandemi akan terjadi pada 4 Juni 2020 dengan 11.318 kasus baru
dan akumulasi kasus positif mencapai ratusan ribu. Skenario pertama dapat
terjadi jika pada 1 April 2020 tidak ada kebijakan signifikan dan tegas dalam
mengurangi interaksi antar manusia sehingga kegiatan berjalan seperti biasa
tanpa ada pencegahan. Skenario kedua, puncak pandemi akan terjadi 2 Mei
2020 dengan 1.490 kasus baru dan akumulasi kasus positif mencapai 60.000
kasus. Skenario kedua dapat terjadi jika kebijakan sudah ada namun kurang
tegas dalam mengurangi interaksi manusia sehingga tidak disiplin
mengimplementasikan physical distancing. Sedangkan skenario ketiga,
puncak pandemi akan terjadi pada 16 April 2020 dengan 546 kasus baru dan
akumulasi kasus positif mencapai 17.000 kasus. Pandemi Covid-19
diperkirakan akan mereda pada akhir bulan Mei atau awal Juni 2020.
Skenario ketiga dapat terjadi jika kebijakan diberlakukan dengan tegas
dalam mengurangi interaksi antar manusia dan masyarakat dengan disiplin
melaksanakan kebijakan pemerintah seperti physical distancing dan work
from home.

Dari tiga skenario diatas, tentunya skenario ketiga menjadi yang


diharapkan tercapai agar virus korona segera mereda. Apalagi pemerintah
sudah mengeluarkan dua kebijakan penting dalam penanganan Covid-19
yakni mengeluarkan Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2020 pada 31 Maret
2020 yang memutuskan adanya Darurat Kesehatan di seluruh Indonesia
akibat wabah Covid-19 dan Peraturan Pemerintah No. 21/2020 yang
mengatur pelaksanaan pembatasan Sosial Berskala Besar.

Jika wabah Covid-19 segera mereda maka tragedi kesehatan


pandemi Flu Spanyol atau biasa disebut Great Influenza Pandemic pada
tahun 1918 dapat dihindari terjadi pada tahun 2020. Pandemi Flu Spanyol

5
yang terjadi pada 1918 juga melanda sebagian besar dunia, termasuk
masyarakat di Indonesia (saat itu masih Hindia Belanda). Data Center for
Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat yang terjadi mulai
1918 sampai 1920 terjadi selama dua tahun dan merata seluruh dunia
sehingga mengakibatkan 50 juta orang meninggal. Sementara korban yang
meninggal di Indonesia mencapai 1,5 juta jiwa menurut Colin Brown dalam
“The Influenza Pandemic of 1918 in Indonesia”.

2.1.2 Studi Kasus

Sejak kasus positif COVID-19 meningkat drastis hampir sebulan


terakhir, banyak rumah sakit di daerah kewalahan menangani lonjakan
pasies yang terinfeksi coronavirus atau biasa yang di sebut covid-19. Tak
hanya di Indonesia, pandemi Covid-19 menyebabkan banyak rumah sakit di
seluruh dunia mengalami kesulitan baik secara manajemen maupun sarana
prasarana dalam memberikan pelayanan karena jumlah pasien melonjak
dalam waktu singkat. Terlebih COVID-19 merupakan penyakit menular
mematikan dengan waktu dari mulainya penyakit sampai dengan menjadi
parah terjadi dalam satu minggu. Pasien dapat mengalami kegagalan sistem
pernafasan akut dan membutuhkan sarana dan prasarana khusus seperti
ICU, ruangan isolasi khusus, oksigen atau ventilator.

Sebuah riset berbasis pemodelan memprediksi pekan depan rumah


sakit di Jakarta dan lima provinsi terbanyak kasus terinfeksi virus corona
akan makin susut kemampuannya merawat pasien parah akibat COVID-19
yang membutuhkan ruang perawatan intensif (ICU) dan ventilator karena
terbatasnya fasilitas tersebut. Keadaan buruk ini sangat berdampak pada
keselamatan pasien, apalagi jika rumah sakit tidak menegakkan secara ketat
rencana penanggulangan bencana di rumah sakit (Hospital Disaster Plan
(HDP)), sebuah mekanisme dan prosedur untuk menghadapi pandemi di
layanan rumah sakit.

6
2.1.3 Solusi

Melihat dari kasus dampak terhadap pelayanan rumah sakit diatas,


beberapa alternatif ini mungkin bisa menjadi sebuah solusi bersama untuk
mengatasi serta menekan pandemi covid-19.

Pertama, rumah sakit rujukan COVID-19 sebaiknya hanya melayani


pasien Covid-19 saja. Rumah sakit dipilih berbasis wilayah sehingga tidak
semua rumah sakit di kabupaten/kota menjadi rumah sakit rujukan. Dengan
strategi ini pemerintah pusat dan daerah, dalam waktu sangat pendek, dapat
menambah jumlah tempat tidur atau ruang perawatan secara signifikan,
memfokuskan pemenuhan kekurangan tenaga kesehatan, memberikan
pelatihan yang tepat, alat pelindung diri yang lengkap dan terstandar, serta
memenuhi kebutuhan sarana prasarana yang lain. Dengan demikian
pengendalian infeksi di tingkat rumah sakit dan pemberian pelayanan yang
efektif akan lebih terkontrol pada akhirnya akan meningkatkan keselamatan
pasien dan tenaga kesehatan.

Kedua, pemerintah perlu membuat sistem penilaian yang lebih


komprehensif terhadap HDP dalam akreditasi rumah sakit Indonesia.
Misalnya menjadikan HDP menjadi bab penilaian tersendiri, bukan
merupakan bagian kecil dari Manajemen Fasilitas Rumah Sakit. Hal ini
penting karena Indonesia adalah daerah rawan bencana dan HDP harus
menjadi bagian dari operasional rumah sakit. Dengan demikian, rumah sakit
akan memberikan perhatian yang lebih besar dan mengalokasikan sumber
daya yang cukup untuk mengimplementasikan mitigasi bencana di rumah
sakit.

7
2.2 SOLUSI DALAM MENGATASI DAN MENEKAN DAMPAK DARI
PANDEMI COVID-19 TERHADAP MANAJEMEN PELAYANAN
PUBLIK

Terbitnya Surat Edaran Menteri PANRB NO. 34 tahun 2020 tentang


Penyesuaian Sistem kerja ASN berdampak langsung pada pelayanan kepada
masyarakat. Beberapa instansi pemerintah melakukan sistem Work From
Home sehingga tidak melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat.
Penyelenggara pelayanan publik yang tugas pokok melakukan pelayanan
administrasi bahkan menghentikan sama sekali pelayanannya seperti
pelayanan administrasi kependudukan dan pelayanan keimigrasian,
sementara pelayanan pendidikan diselenggarakan secara online (daring).

Tetapi Surat Edaran ini nampaknya tidak berlaku bagi


penyelenggara pelayanan publik di bidang kesehatan sebagai garda depan
penanggulangan penderita Covid-19. Meski sebagian besar petugas
kesehatan berstatus ASN tetapi kepada mereka ditugaskan oleh negara
untuk melakukan pelayanan publik, utamanya pelayanan dibidang jasa
publik.

Beberapa solusi yang diperlukan untuk memastikan pelayanan


publik dapat berjalan dengan baik, yaitu diantaranya :

1) Pemerintah Harus Transparan


pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan harus lebih
transparan terkait perubahan anggaran dan program dan jenis bantuan
yang disalurkan melalui pemerintah, baik dari pemerintah (pusat),
pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota.
2) Koordinasi yang Baik dari Pemerintah
Selain Transparansi dari pemerintah, pemerintah juga harus
meningkatkan koordinasi. Koordinasi yang diperkuat layanan
pendidikan, kesehatan dan ekonomi sehingga masyarakat dan

8
khususnya warga dengan kebutuhan layanan itu tetap dapat menerima
layanan tersebut.
Koordinasi yang dilakukan bukan saja penanganan covid-19
baik dari sisi kesehatan maupun penertiban masyarakat, tetapi juga
penanganan dampak covid-19 setelah adanya pembatasan sosial.

3) Kerjasama dan Proaktif Dalam Berkoordinasi Kepada Pemerintah dari


Masyarakat dan Pihak Swasta
Masyarakat sebagai kelompok yang menerima layanan
pemerintah, perlu lebih proaktif dan mengikuti secara baik setiap arahan
pemerintah dengan ikut melakukan pembatasan sosial tetapi juga
membantu warga lain yang tidak memiliki kemampuan ekonomi dengan
tidak ikut mengambil hak warga lain (misalnya terkait bantuan
sembako), juga ikut melakukan pembatasan sosial di lingkungan
masing-masing.

Selanjutnya pedagang dan atau pekerja harian yang juga


terdampak dari situasi ini, harus lebih proaktif berkoordinasi dengan
pemerintah agar memperoleh informasi yang jelas dan benar.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah.


Mulai dari membatasi hubungan sosial (social distancing), menghimbau untuk
bekerja di rumah (work from home) bagi sebagian besar Aparatur Sipil Negara
(ASN), meniadakan kegiatan ibadah, dan meminta masyarakat untuk tetap di
rumah serta mengurangi aktivitas sosial di luar rumah. Tentunya Pandemi Covid-
19 ini juga akan berdampak langsung dan di hadapi oleh masyarakat, pemerintah,
dan serta pihak swasta. Salah satunya terhadap manajemen pelayanan publik

Mengatasi situasi pandemi covid-19 tentunya akan maksimal jika tidak


hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga oleh seluruh komponen warga negara,
baik pemilik modal (swasta), maupun masyarakat pada umumnya. Perlu gerakan
bersama untuk menghadapi situasi ini sesuai perannya masing-masing, mulai dari
pemerintah melakukan revisi atas anggaran dan program untuk memastikan
pelayanan publik tetap berjalan dengan optimal.

Beberapa solusi yang diperlukan untuk memastikan pelayanan publik


dapat berjalan dengan baik selama pandemi Covid-19, yaitu diantaranya
pemerintah harus transparan, koordinasi yang baik dari pemerintah, serta di
dukung kerjasama dan proaktif dalam berkoordinasi kepada pemerintah dari
masyarakat dan pihak swasta.

3.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu harapannya kepada para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun mengenai makalah
ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No/KEP/25/M.PAN/2/2014

Surat Edaran Menteri PANRB NO. 34 tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem
Kerja ASN

Rinaldi, Runi. 2012. Analisis kualitas pelayanan publik. Vol 1 No.1.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_koronavirus_di_Indonesia

https://www.kompas.tv/article/70388/inilah-kronologi-munculnya-6-wni-positif-
virus-corona

https://jubi.co.id/pelayanan-publik-di-tengah-covid-19/

https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--dampak-pandemi-covid-19-bagi-
penyelenggaraan-pelayanan-publik

11

Anda mungkin juga menyukai