Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara
lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak
masih didalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga
melahirkan,ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat(intact
survival).Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih didalam kandungan sampai lima tahun
pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus
meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental,
emosional, maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.
Berbeda dengan otak orang dewasa,otak balita(bawah lima tahun) lebih plastik. Plastisitas
otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif.sisi positifnya otak balita lebih terbuka untuk
proses pembelajaran dan pengkayaan.Sisi negatifnya,otak balita lebih peka terhadap lingkungan
utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekwat, kurang
stimulasi dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun
pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini
berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai "masa
keemasan"(golden period),"jendela kesempatan"(window of opportunity) dan "masa kritis"(critical
period)
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tapi saling berkaitan
dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap
aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu. Untuk
pencapaian tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologisnya. Selain itu untuk
mengetahui apakah pertumbuhan dan perkembangn anak dapat berjalan secara optimal bisa dilakukan
penilaian tumbuh kembang.
Mengingat jumlah balita diindonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh
populasi,maka sebagai calon generasi penerus bangsa,kualitas tumbuh kembang balita diindonesia perlu
mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizinyang baik,stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh
pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang.selain hal hal tersebut,pelbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang
anak juga perlu dieleminasi.
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang diselenggarakan
melalui kegiatan stimulasi,deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan
pada masa "kritis" tersebut diatas.Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita
sehingga perkembangan kemampuan gerak,bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita
berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
balita artinya melakukan tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki
penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau
penyimpangan tidak semakin berat.Apabila balita perlu dirujuk,maka rujukan juga harus dilakukan sedini
mungkin sesuai dengan indikasi.
Pada masa kanak-kanak merupakan fase yang sangat penting bagi perkembangan anak. Bila
terdapat keterlambatan yang tidak diketahui sejak awal, maka perkembangan anak akan terganggu hingga
dewasa nanti.
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah
dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit–penyakit yang potensial dapat
mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat
berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang
anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Sayangnya, banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak
banyak yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula bahwa kelainan yang
ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada
kasus–kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat yang permanen.
(Soetjiningsih, 2004)
Hal tersebut membuat penulis merasa tertarik dan berminat untuk membuat Asuhan Kebidanan
Pada Anak “F” Usia 60 Bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan.
TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek penilaian perkembangan anak dengan menggunakan metode DDTK
diharapkan dapat mendeteksi adanya keterlambatan perkembangan pada anak.
Tujuan Khusus
Setelah melakukan penilain perkembangan anak dengan menggunakan metode DDTK, diharapkan
bidan mampu :
Melaksanakan pengkajian pada klien dengan kasus asuhan kebidanan pada Anak “F” Usia 60 bulan
dengan Tumbuh Kembang Meragukan.
Mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul dari hasil pengkajian
Menentukan antisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi
Menentukan kebutuhan segera
Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosa kebidanan dan masalah yang ada.
Melaksanakan implementasi dari rencana yang telah disusun.
Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.
Metode Penulisan
.1 Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari buku–buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang ditulis.
Tujuannya agar mendapatkan data dasar yang teoritis dan bersifat ilmiah.
.2 Observasi
Melakukan pengamatan langsung kepada anak
.3 Wawancara
Mengadakan Tanya jawab langsung pada ibu atau keluarga untuk mengetahui keluhan–keluhan yang
dirasakan oleh ibu, sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat dan benar dengan masalah
perkembangannya.
Sistematika Penulisan
: Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
: Tinjauan Pustaka
Berisi tentang teori tumbuh kembang, teori DDTK dan teori manajemen kebidanan varney.
: Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian data, identifikasi diagnosa/masalah, antisipasi masalah potensial, identifikasi
kebutuhan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
: Pembahasan
Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan kasus dan praktek dilapangan.
: Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan pada bayi yang akan
dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi panggul,
tortikolis congenital palsi fasialis atau krania tabes.
Toksin/ Zat Kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misal: thalidomide,
phenitosin, metadion, obat-obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula ibu
hamil yang perokok berat/ peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi BBLR, lahir mati atau cacat
atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi
serebral.
Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin pada pertumbuhan janin adalah somatropoin, hormon plasenta,
hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktifitas mirip insulin (Insulin Like Growth Factors
/ IGFS).
Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 bulan dapat menyebabkan kematian janin,
kerusakan otak atau cacat lainnya.
Infeksi
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (toxoplasmesis, rubella,
cytomegalovirus, herpes simplex). Sedangkan infeksi yang lainnya dapat menyebabkan penyakit pada janin
adalah varisela, caxackie malaria, virus HIV, polio dan lain-lain. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu
hamil dapat merusak janin.
Stress
Stress yang dialami ibu waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain cacat
bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
Imunitas
Rpresus atau ABD inkontabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalistern ikterus atau lahir
mati.
Anoreksia Embrio
Oksigenasi janin mengalami gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan
janin lahir rendah.
Faktor Lingkungan Post Natal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian
besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan
mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak secara umum dapat digolongkan menjadi:
Lingkungan Biologis
Ras Suku Bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/ suku bangsa. Bangsa kulit putih/ Eropa mempunyai
pertumbuhan somatik yang lebih tinggi dari pada asia.
Jenis Kelamin
Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibanding anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti
mengapa demikian.
Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, dan oleh karena itu anak mudah sakit dan mudah terjadi
kurang gizi. Di samping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak sehingga
diperlukan perhatian khusus.
Gizi
Makanan memegang peran penting yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan
anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan,
dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga.
Perawatan Kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan
menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kepekaan Terhadap Penyakit
Dengan imunisasi, maka diharapkan untuk terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan
cacat atau kematian.
Penyakit Kronis
Anak yang menderita penyakit menahun atau terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya. Di
samping itu anak juga mengalami stress yang berkepanjangan akibat penyakitnya.
Fungsi Metabolisme
Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai
umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidaknya
memadai.
Hormon
Hormon yang bepengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain : growth hormone, tiroid, hormon seks, I?
GFS dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal.
Faktor Fisik :
Cuaca, Musim, Keadaan Geografis Suatu Daerah
Musim kemarau yang panjang dapat berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai akibat
gagalnya panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi.
Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung
kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.
Keadaan rumah
Struktur rumah, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian.
Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat tergantung akibat adanya radiasi yang tinggi.
Faktor Psikososial
Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat
stimulasi.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Yang penting hukuman harus diberikan secara objektif disertai pengertian dan maksud dari hukuman,
bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak.
Stress
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya misalnya anak akan menarik diri, rendah
diri terlambat bicara, nafsu makan menurun.
Sekolah
Dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak
tersebut.
Cinta dan Kasih Sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi.
Kualitas Interaksi Anak-Orang tua
Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari
interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi.
Faktor Keluarga dan Adat Istiadat
Pekerjaan / Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pendidikan ayah / Ibu
Dengan pendidikan orang tua yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar
terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya
dan sebagainya.
Jumlah Saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.
Konsep DDTK
2.2.1 Pengertian
Deteksi Dini Tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
Deteksi Dini Perkembangan adalah kegiatan/pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan.
s Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
Deteksi dini perkembangan
Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Yang Diperlukan
Lembar formulir DDTK
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan test dan penilaian.
.4 Prosedur DDTK terdiri dari 2 tahap :
Tahap Pertama
Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
a) 3 – 6 bulan
b) 9 – 12 bulan
c) 18 – 24 bulan
d) 3 tahun
e) 4 tahun
f) 5 tahun
Tahap Kedua
Dilakukan pada anak yang dicurigai adanya hambatan perkembangan kemudian dilanjutkan dengan
evaluasi diagnostik lengkap.
TEORI MEDIS
Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah
Pengertian Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun.
(Patmonodewo, 1995)
Anak Prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-
potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara
optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan
mengakibatkan timbulnya masalah. Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk
pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun
sampai memasuki pendidikan dasar.
(Supartini, 2004)
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada tiap makhluk.
Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi dengan sangat cepat,
terutama pada periode tertentu.
(Depkes RI : 2004)
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK,
LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada semua sistem organ
tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 48)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan.
(Soetjiingsih, 2005 : 1)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
(Pemkot Malang Dinkes, 2007 : 4)
Pertumbuhan Anak Pra Sekolah
Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya
berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan
tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai
kematangan, seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi
badan anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya.
(Hidayat, 2009, hlm. 25)
Konsep Perkembangan Anak Pra Sekolah
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa prasekolah
merupakan fase perkembangan individu pada usia 2-6 tahun, perkembangan pada masa ini
merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting.
(Fikriyanti, 2013, hlm.18)
Teori-teori Perkembangan
Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan-perubahan yang terkait
usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Ia juga menyebutkan bahwa kesuksesan
perkembangan kognitif mengikuti proses yang urutannya melewati empat fase, yaitu
fase sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional (7-11
tahun) dan fase operasional formal (>11 tahun).
(Wong, 2008, hlm 118)
Dalam teori perkembangan ini anak prasekolah termasuk dalam fase pra-
operasional, fase pra-operasional anak belum mampu mengoperasionalisasikan apa
yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak.
(Wong, 2008, hlm 119)
Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)
Menurut Santrock (2011), teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson yang
mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi
sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain.
Untuk mencapai kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa
tahap yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap kemandirian
versus malu-malu (2-4 tahun), tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-6 tahun), tahap
terampil versus minder (6-12 tahun), tahap identidas versus kebingungan peran (12-18
tahun).
(Wong, 2008, hlm 117)
Dalam teori perkembangan psikososial anak prasekolah termasuk dalam tahap
perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai mencari
pengalaman baru secara aktif. Apabila anak mendapat dukungan dari orang tuanya
untuk mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif untuk suatu
tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka akan tumbuh
perasaan bersalah pada diri anak.
(Wong, 2008, hlm 118)
Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmun Freud, ia
menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala kesenangan seksual. Selama
masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu memiliki makna psikologik yang
menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap
bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-tahap
perkembangan tertentu. Dalam perkembangan psikoseksual anak dapat melalui tahapan
yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-
12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun).
(Wong, 2008, hlm 117)
Dalam teori perkembangan psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam tahap
phalic, dalam tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak
mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan
tersebut
(Wong, 2008, hlm 117)
Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan memandang
tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam menghadapi kehidupan,
tahapan perkembangan moral yaitu: tahap prakonvensional (orientasi pada hukum dan
kepatuhan), tahap prakonvensional (orientasi instrumental bijak), tahap konvensional,
tahap pasca konvensional (orientasi kontak sosial).
(Wong, 2008, hlm 119)
Dalam teori perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam tahap
prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan
label baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari
konsekuensi tindakan tersebut. Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep
tatanan moral, mereka menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang
memuaskan kebutuhan mereka sendiri meskipun terkadang kebutuhan orang lain.
Hal tersebut diinterpretasikan dengan cara yang sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa
terimakasih atau keadilan.
(Wong, 2008, hlm. 120)
Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
perubahan fungsi.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda sebagaimana
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-
masing anak.
Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola sefalokaudal dan pola
proksimodistal.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 4)
Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan
berbicara spontan.
Perkembangan motorik kasar.
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 55)
Prosedur DDST
Lulus (pass)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat
melakukan dengan baik.
Gagal (failed)
Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas dengan
baik.
Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan,
seperti retardasi mental dan down syndrome.
Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena faktor sesaat seperti
lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.
Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)
Normal
Bila tidak ada keterlambatan (delay)
Paling banyak 1 caution
Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
Dicurigai (suspect)
Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih delay
Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat (takut, lelah,
sakit. Tidak nyaman, dll).
Tidak teruji
Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis umur
Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang ditembus garis umur
Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu
(Vivian nanny, 2010 : 60)
Pelaksanaan DDST
Menetapkan umur anak dengan patokan
30 hari = 1 bulan
12 bulan = 1 tahun
≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test : 2008 – 08 – 28
Tanggal lahir : 2006 – 06 – 14
---------------------
02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2 bulan.
Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
R tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
Nomor/angka tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir.
Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable.
tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah
instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia,
mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).
Cara melakukan TDD :
Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.
Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijawab oleh orang tua atau
pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan jelaskan, tunggu jawaban dari
orang tua atau pengasuh anak. Jawaban YA jika menurut orang tua atau pengasuh, anak
dapat melakukannya dalam sebulan terakhir. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua
atau pengasuh anak tidak dapat melakukannya dalam sebulan terakhir.
Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati kemampuan anak dalam
melakukan perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban YA jika anak dapat melakukan
perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK,
kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya dengan melakukan
tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman atau rujuk bila tidak dapat ditanggulangi.
(Depkes, 2012. hlm. 70)
Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak (Depkes, 2012. hlm. 70)
UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN
Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti Ya Tidak
sendok, cangkir, bola, bunga dan sebagainya.
Suruh anak menyebutkan nama benda tersebut.
Apakah anak dapat menyebut nama benda-benda
tersebut dengan benar ?
TDL
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera
dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya
lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak
usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK,
dan petugas terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau
snellen chart.
(Depkes, 2012, hlm 71)
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai umur tumbuh kembang seperti umur tulang
apalagi dicurigai adanya gangguan pertumbuhan.
Penilaian perkembangan anak
Untuk menilai perkembangan anak, pertama kali adalah melakukan wawancara tentang
faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan. Langkah
selanjutnya adalah melakukan tes skrining perkembangan dengan DDST, dan tes psikologi
lain. Selain itu, informasi bisa dilengkapi dengan melakukan tes yang lain seperti,
mengevaluasi lingkungan anak, yaitu interaksi anak selama ini, mengevaluasi fungsi
penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa. Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan
neurologis, metabolik dan lain-lain juga bisa dilakukan untuk melengkapi data
perkembangan anak.
INTERPRETASI DATA
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa, masalah dan kebutuhan tumbuh
kembang anak berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah I. Acuan untuk mendeteksi
beberapa kelainan tumbuh kembang anak antara lain: 10% anak akan mencapai kemampuan pada
usia dini, 50% anak akan mencapai kemampuan kemudian, 755 anak akan mencapai kemampuan
lebih kemudian, 90% anak sudah harus dapat mencapai kemampuan pada batas usia paling lambat
masih dalam batas normal, dan 105 anak dimasukkan dalam kategori terlambat apabila belum bisa
mencapai kemampuannya.
MELAKSANAKAN PERENCANAAN
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan
aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilaksanakan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau
oleh petugas kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi
dia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau
rencanannya benar-benar terlaksana).
Bila perlu kolaborasi dengan dokter misalnya karena adanya komplikasi. Manajemen yang
efisien berhubungan dengan waktu, biaya, serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah
semua rencana telah dilaksanakan.
EVALUASI
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenuhi
kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan
rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila anak menunjukkan pertumbuhan dan
perkembangan yang lebih baik, terjadi pencapaian dalam tugas perkembangan sesuai dengan
batasan ideal anak.
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
: baik
: composmentis
: normal (40 - 60 x/menit)
: normal (100 - 160 x/menit)
: normal (36,5 – 37,5 oC)
: apakah berat badan anak dalam keadaan normal
: apakah tinggi badan anak dalam keadaan normal
: lingkar lengan anak menentukan status gizi anak
: apakah lingkar kepala anak dalam keadaan normal
2. Pemeriksaan Fisik
SI DIAGNOSA / MASALAH
: An. “...“ Umur … dengan tumbuh kembang meragukan.
: Data yang diperoleh melalui anamnesa
: Data hasil pemeriksaan petugas kesehatan yang menunjang diagnosa.
ANTISIPASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
Untuk mengetahui masalah potensial yang mungkin terjadi dalam tumbuh kembang anak.
INTERVENSI
: An. “...” Umur ... dengan tumbuh kembang meragukan
: - Perkembangan anak sesuai dengan usianya
Anak tumbuh dan berkembang tanpa ada hambatan
: Anak dapat melakukan semua tugas yang sesuai dengan usianya dengan baik
:
Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan dengan menggunakan metode DDTK.
Ibu mengetahui tentang perkembangan anaknya terutama tentang keterlambatan yang harus segera
ditangani.
Jelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan metode DDTK.
DDTK merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan tumbuh kembang anak.
Motivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai usia anak
Gizi baik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan-kelainan dalam perkembangannya
Untuk deteksi dini adanya kelainan perkembangan
Beritahu ibu tugas perkembangan selanjutnya
Acuan untuk memberikan stimulus perkembangan
Anjurkan ibu untuk menimbang BB anak setiap bulan di Posyandu terdekat
BB merupakan monitor pertumbuhan anak
IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilaksanakan adalah mengacu pada intervensi yang telah dibuat serta menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi pasien.
EVALUASI
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan dengan
mengacu pada kriteria hasil.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : 23 - 11 - 2019
Jam : 09.30 WIB
DATA SUBYEKTIF
Biodata
Anak
Nama anak : An. “F”
Tempat & tanggal lahir : Malang,
Usia :
Jenis kelamin : Laki - laki
Anak ke : II
Orang Tua
Nama ibu : Ny. “N” Nama ayah : Tn. “E”
Umur : 33 tahun Umur : 41 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMEA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :
Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan tumbuh kembang anaknya
Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya.
Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit menular maupun menurun. Ibu mengatakan
anaknya tidak pernah sakit parah sampai opname. Ibu mengatakan anaknya pernah sakit pilek, batuk dan
panas. Bila anak sakit ibu segera memeriksakan ke puskesmas dan sembuh setelah minum obat dari
puskesmas.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini anaknya sehat, tidak sakit apapun.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarganya maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
penyakit kuning, TBC, dan penyakit typoid. Serta dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti darah tinggi, kencing manis, jantung dan tidak ada riwayat kembar.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
Prenatal
Selama hamil kondisi ibu baik, pada bulan pertama kehamilan ibu mengalami mual muntah tapi mulai
menghilang seiring bertambahnya usia kehamilan. Ibu mendapat vitamin, tambah darah dan kalk secara
teratur dari Bidan. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya kebidan.
Ibu mengatakan melahirkan secara SC saat usia kehamilnya 8 bulan karena KPD dan letak lintang. Ibu
melahirkan ditolong oleh dokter di RSU.
Post Natal
Selama nifas tidak ada keluhan, ibu tidak demam. Ibu tidak mengalami perdarahan. Ibu mengeluarkan
darah nifas selama 40 hari. Bekas jahitan operasi baik, tidak ada infeksi.
Neonatal
Ibu mengatakan dalam waktu beberapa jam melahirkan, bayinya sudah bisa berak dan kencing. Tali pusat
baik dan tidak terjadi perdarahan.
Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan imunisasi anaknya lengkap.
Pola Kebiasaan Sehari–Hari
Nurtisi
Setiap hari makan 3-4 x sehari dengan komposisi nasi ± ½ centong dengan sayur dimakan habis dan lauk
pauk. Anak masih minum ASI ± 4-5 x sehari.
Eliminasi
BAB : 1 x/hari
BAK : 5-7 x/hari
Istirahat
Anak tidur siang ± 2-3 jam. Tidur malam ± 8-9 jam.
Aktivitas
Anak suka bermain dengan temannya dan dengan saudaranya didalam rumah. Siang hari kadang anak
bermain tapi kadang tidak.
Personal Hygiene
Anak mandi 2 x/hari, ganti baju tiap kali habis mandi, ganti celana dalam tiap kali kotor/basah.
Riwayat Psikososial dan Budaya
Psikologi
Ibu tampak senang menerima kelahiran anaknya. Anak diasuh oleh ibu dan ayah.
Sosial
Ibu mengatakan hubungan ibu dengan keluarga dan tetangga terjalin dengan baik juga dengan petugas
kesehatan juga terjalin dengan baik.
Budaya
Dalam keluarga masih melakukan selamatan 7 bulanan, tidak ada budaya pantang makanan, tidak pernah
minum jamu, jika keluarga sakit selalu dibawa ke petugas kesehatan.
B. DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Nadi : 90 x / menit
Pernafasan : 28 x /menit
Suhu : 36,6oC
BB : kg
TB : cm
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
: Bentuk normal, rambut hitam, bersih
: Simetris, tidak pucat, tidak kuning.
: Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva merah muda.
: Bersih, tidak ada sekret
: Bersih, tumbuh gigi susu, gigi tidak ada karies, lidah bersih
: Tidak terlihat adanya pembesaran pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid, maupun vena
jugularis.
: Simetris, tidak tampak retraksi dada
: Bentuk normal, tidak tampak pembesaran hepar
: Bersih, tidak ada pengeluaran sekret
: simetris, gerak aktif , tidak ada polidaktil dan sidaktil
: simetris, gerakan aktif, tidak ada polidaktil dan sidaktil
Palpasi
: Tidak teraba benjolan abnormal
: tidak teraba pembekakan kelenjar tyroid, kelenjar limfe maupun vena jugularis.
: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.
: Atas : tidak oedem
Bawah : tidak oedem
Auskultasi
: Bising usus (+)
Perkusi
: tidak kembung
Perhitungan Umur anak
Tanggal Test : 23 November 2019
Tanggal Lahir : 10 November 2009
Perhitungan umur sebagai berikut : 2019 – 11 – 23
2014 – 11 – 10 _
5 — 0 — 13
Jadi An “F” berumur 5 Tahun 0 Bulan
Pemeriksaan Penunjang
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
4
Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan,katakan pada anak:
"Tunjukkan segi empat merah"
Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kakl tidak lkut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki.
Bahasa
LANGKAH SELANJUTNYA
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan Gerak Halus Ya Tidak
dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan
bertangkai dan tutup panci tidak ikut dinilai
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak Kasar Ya Tidak
berpegangan ?
3. Tanpa bantuan apakah anak dapat bertepuk tangan atau Sosialisasi & Ya Tidak
melambai-lambai? Jawab tidak jika ia membutuhkan kemandirian
bantuan
4. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia Bicara & Ya Tidak
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama” bahasa
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 5 detik
6. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 30 detik atau lebih
7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak Kasar Ya Tidak
anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali
8. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi Ya Tidak
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab Kemandirian
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan
9. Apakah anak dapat berjalan disepanjang ruangan tanpa Gerak Kasar Ya Tidak
jatuh atau terhuyung-huyung?
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak Halus Ya Tidak
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
VI. IMPLEMENTASI
Dx : Anak “A” Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
Implementasi :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua anak yaitu dari hasil pemeriksaan dengan
metode DDTK dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa point motorik kasar yang
tertinggal dalam penilaian Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
2. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan
metode DDTK yang sangat diperlukan karena apabila ada keterlambatan perkembangan
dapat segera dikonsultasikan dan segera dapat dilakukan penanganan dengan cepat.
3. Memotivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai dengan usia anak supaya
anak mendapat gizi dan nutrisi yang baik untuk proses perkembangannya.
4. Memotivasi orang tua untuk tetap melatih motorik kasar anak agar dapat mencapai tingkat
perkembangan yang sesuai dengan usianya.
5. Menyarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan–kelainan dalam perkembangan
anak supaya ibu bisa mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan apa
yang terjadi pada anaknya.
6. Memberitahu ibu tugas perkembangan selanjutnya yaitu :
- Jika kita menggelindingkan bola ke anak, maka anak dapat menggelindingkan/melemparkan
kembali bola pada anak.
- Anak dapat memegang sendiri cangkir/gelasdan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah.
7. Menganjurkan ibu untuk menimbang berat badan anaknya setiap bulan untuk memonitor
pertumbuhan anak.
VII. EVALUASI
Tanggal :
Jam : 10.00 WIB
x : Anak “A” Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
S : Ibu mengatakan agak khawatir setelah mengetahui hasil pemeriksaan perkembangan
anaknya
O : Anak dapat melakukan hampir dari semua perintah yang diberikan
A : Anak “F” Usia 60 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
P : - mengingatkan pada ibu untuk kembali kontrol 2 minggu lagi
- membagikan susu dan biscuit
- persiapan pasien pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Anak “A” usia 17 bulan ditemukan bahwa
anak sekarang dalam keadaan sehat. Dalam penilaian didapatkan hasil masih terdapat
kegagalan pada beberapa point penilaian KPSP. Sehingga setelah melakukan pengkajian dari
data subyektif dan obyektif melalui tahap pengumpulan data dengan wawancara observasi,
pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosa yaitu Anak ”A” usia 17
bulan dengan tumbuh kembang meragukan, tidak ada kesenjangan teori dengan prakteknya,
terbukti semua anamnesa sudah terkaji dengan baik.
Dalam identifikasi masalah tidak ditemukan masalah yang dialami klien. Pada
masalah potensial tidak ditemukan suatu masalah sehingga dalam identifikasi kebutuhan
segera tidak memerlukan tindakan segera.
Setelah diketahui diagnosa pada langkah berikutnya yaitu intervensi didapatkan
penulis mengintervensi sesuai apa yang dibutuhkan klien, pada dasarnya intervensi yang
disusun sesuai dengan penatalaksanaan pada umumnya. Dan pada langkah ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
Setelah merencanakan dalam langkah berikutnya yaitu implementasi telah
dilakukan tindakan sesuai protap dan kebutuhan klien serta senantiasa menghargai klien
sehingga hubungan antara petugas dan klien terjalin dengan baik, dan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek. Pada langkah terakhir yaitu evaluasi petugas melakukan
penilaian kembali dengan wawancara serta observasi keadaan klien dan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Anak “A” Usia 17 bulan dengan Tumbuh
Kembang Meragukan, penulis menyimpulkan:
1. Pada pengkajian data asuhan yang diberikan sudah komprehensif untuk dapat menegakkan
diagnosa.
2. Pada identifikasi masalah/diagnosa asuhan yang diberikan sudah sesuai komprehensif dan
dapat menegakkan diagnosa.
3. Pada identifikasi masalah potensial juga dilakukan sesuai komprehensif dan langkah ini tidak
muncul masalah potensial.
4. Pada Identifikasi kebutuhan segera tidak dilakukan dengan komprehansif karena dalam kasus
ini tidak memerlukan kebutuhan yang segera.
5. Pada intervensi/perencanaan asuahan yang diberikan sudah dilakukan sesuai komprehansif
dan menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
6. Pada implementasi/pelaksanaan asuhan sudah dilakukan sesuai komprehansif dan
menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
7. Pada evaluasi asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan komprehensif.
Data yang diperoleh pada asuhan kebidanan ini yaitu dari hasil wawancara dan
observasi langsung.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas
1. Perlu ditingkatkan kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien, serta paramedis dalam
proses asuhan kebidanan agar pelayanan kebidanan bertambah baik.
2. Dalam melakukan proses kebidanan perlu dilakukan asuhan secara menyeluruh agar tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut.
3. Etika dan sopan santun diperhatikan dan diterapkan dalam menghadapi pasien maupun
keluarga pasien agar mereka tidak cemas dan percaya pada petugas kesehatan.