Balanisis adalah
peradangan pada glans penis. Bila ada peradangan pada glans penis hingga preputium, keadaan
tersebut dikatakan balanoposthitis. Menurut definisi, balanoposthitis tidak dapat terjadi pada pria
yang telah sirkumsisi, walaupun balanitis (radang pada penis kelenjar) dapat terjadi.[1]
Diagnosis balanoposthitis ditegakkan berdasarkan gejala seperti gatal dan nyeri pada ujung
penis. Gejala diperkuat dengan riwayat sosial, riwayat medis, dan riwayat penggunaan obat dari
pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh untuk mencari faktor resiko atau bukti
adanya balanoposthitis, misalnya kulit preputium yang belum disirkumsisi, ruam kemerahan,
reaksi inflamasi, atau temuan-temuan seperti psoriasis, vitiligo, dan kutil kelamin. Pemeriksaan
penunjang dilakukan untuk menentukan penyebab spesifik dari balanoposthitis seperti
pemeriksaan mikrobiologi, virologi, pemeriksaan kalium hidroksida (KOH), hingga biopsi.[3]
Balanoposthitis yang berulang pada orang dewasa terutama lanjut usia harus meningkatkan
kecurigaan terhadap diabetes yang tidak terdeteksi. Pasien dengan episode berulang harus
menjalani skrining glukosa darah untuk diabetes.[5]
Ref :
1. Bunker C. Skin conditions of the male genitalia. Medicine (United Kingdom). 2014.
2. Balanoposthitis [Internet]. BMJPractice. 2020. Available from:
https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/401/
3. Edwards SK, Bunker CB, Ziller F, van der Meijden WI. 2013 European guideline for
the management of balanoposthitis. Int J STD AIDS. 2014;
5. Balanitis and balanoposthitis. In: Congenital Anomalies of the Penis. 2017.
Etiologi balanoposthitis yang paling sering adalah pola kebersihan yang buruk. Etiologi lainnya
dapat disebabkan akibat reaksi inflamasi, infeksi, trauma, dan kanker. Infeksi candida merupakan
yang paling sering, terutama pada bayi dan berhubungan dengan ruam popok. Pada anak,
balanoposthitis sering disebabkan akibat fimosis dan pada mereka yang belum disirkumsisi
karena tidak bisa membersihkan kotoran akibat tertutup oleh kulit. Penyebab infeksi lain selain
Candida sp. adalah bakteri aerob seperti Staphylococcus aureus dan grup A Streptococcus.
Bakteri anaerob dan virus juga dapat menyebabkan terjadinya balanoposthitis.[3]
Etiologi dari balanoposthitis dapat dikelompokkan menjadi infeksius dan non infeksius.
Beberapa kasus pada balanoposthitis tidak ditemukan organisme spesifik penyebab penyakit. Hal
ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor noninfeksius yang menyebabkan terjadinya
balanoposthitis. Penyebab noninfeksi balanoposthitis antara lain:
3. Edwards SK, Bunker CB, Ziller F, van der Meijden WI. 2013 European guideline for the management of
balanoposthitis. Int J STD AIDS. 2014;
9. Vladimir O Osipov M. Balanoposthitis [Internet]. eMedicine. 2018. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1124734-overview#a5
12. Freedman D. Balanitis. In: European Handbook of Dermatological Treatments, Third Edition. 2015
Epidemiologi balanoposthitis menurut data dapat terjadi pada 20% pria yang belum disirkumsisi
dan meningkat 58% pada pria yang memiliki penyakit urethritis nonspesifik. Penelitian
menunjukkan bahwa sunat dapat mengurangi angka kejadian balanoposthitis sebesar 68%.
Global
Berdasarkan telaah sistemik yang dilakukan Morris et al, prevalensi balanoposthitis pada pria
mencapai 20% orang yang belum disirkumsisi. Prevalensi meningkat 58% pada mereka yang
memiliki penyakit urethritis nonspesifik. Untuk anak-anak sering terkena di usia 2 - 5 tahun
sebagai akibat dari phimosis yang fisiologis dan kebiasaan hidup bersih belum terlalu tertanam
anak-anak. Pada pria yang belum disirkumsisi dan memiliki diabetes melitus, memiliki resiko
tertinggi dengan prevalensi 35%. Sebuah studi metaanalisis dari Morris et al pada tahun 2018
mengungkapkan bahwa sirkumsisi dapat mengurangi angka kejadian balanoposthitis sebesar
68%.[10,13,26]
Diagnosis balanoposthitis berupa gejala seperti keluhan estetika, gatal, nyeri atau sakit di daerah
ujung penis. Gejala diperkuat dengan faktor sosial, riwayat medis, dan riwayat penggunaan obat
dari pasien. Pemeriksaan penunjang tidak selalu dilakukan. Pemeriksaan penunjang dilakukan
untuk menentukan penyebab spesifik dari balanoposthitis.
Anamnesis
Anamnesis yang tajam harus dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai keluhan yang
dirasakan, faktor sosial dan gaya hidup, kehidupan seksual, riwayat penyakit yang diderita serta
penggunaan obat-obatan.
Keluhan yang disampaikan pasien harus mencakup sifat gejala yang saat ini dirasakan. Keluhan
gatal di area kemaluan dapat terjadi,walaupun sebagian besar pasien lebih mengeluhkan masalah
estetika daripada gatalnya karena mungkin gejala gatal hanya ringan saja.[2]
Nyeri terutama pada ujung penis dapat terjadi. Nyeri saat buang air kecil dan perasaan
inkontinensia urin juga dapat terjadi sebagai akibat reaksi inflamasi pada penis. Pada anak
dengan fimosis, keluhan disertai dengan banyaknya smegma karena tidak dapat dibersihkan
akibat tertutup oleh kulit. Harus bisa membedakan antara smegma dengan cairan eksudat lain.
Smegma merupakan cairan yang terdiri dari sel kulit mati, minyak, dan keringat yang menumpuk
pada kulit kelamin, dimana smegma ini merupakan cairan alami yang disekresikan sebagai
pelumas alami penis. Biasanya berwarna putih. Sedangkan cairan eksudat merupakan cairan
yang keluar dari lubang uretra, kental, dan warna sesuai dari jenis penyakit yang mendasarinya.
[2]
Faktor sosial dan seksual juga perlu digali untuk evaluasi lebih lanjut perjalanan penyakit
balanoposthitis. Hal ini meliputi:
1. Pada pria usia muda lebih curiga penyebabnya infeksi, sedangkan pada pria usia tua lebih
curiga adanya lesi ganas atau praganas
2. Riwayat seksual berisiko: Jumlah pasangan, aktivitas seksual baru-baru ini, rute
hubungan intim (vagina, oral, anal) dan orientasi seksual (heteroseksual, homoseksual,
biseksual)
3. Penggunaan kondom secara teratur dan konsisten membuat infeksi menular seksual lebih
kecil kemungkinannya, walaupun masih ada kemungkinan
4. Dalam kasus yang jarang terjadi, alergi terhadap lateks atau pelumas dalam kondom
dapat menjadi faktor penyebab[2,12]
Faktor-faktor penting dalam riwayat medis pribadi dan keluarga meliputi:
1. Riwayat sunat/sirkumsisi
2. Mencari riwayat atopi misalnya dermatitis atopi atau asma
3. Riwayat psoriasis
4. Riwayat gejala urologi seperti nyeri saat buang air kecil, kencing menyemprot
5. Riwayat penyakit infeksi menular seksual: kutil kelamin, herpes kelamin, sifilis[2,10]
1. Obat-obatan sistemik seperti antibiotik atau antinyeri dapat menyebabkan erupsi obat
yang mungkin terlokalisir di sekitar genital
2. Obat-obatan topical misalnya pelumas penis, dapat menyebabkan iritasi
3. Obat-obatan tanpa resep yang dapat dibeli secara bebas misalnya antinyeri[2]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh. Perlu dilakukan pemeriksaan pada lipatan inguinal
dan kelenjar getah bening, skrotum, perineum, serta anus. Selain itu, selaput lendir, kulit kepala
dan rambut, kuku, gigi, telinga, glabella dan alis, lipatan nasolabial, aksila, dada dan punggung
semua juga memerlukan pemeriksaan.
Phimosis atau paraphimosis pada preputium perlu diperiksa. Ada atau tidaknya ruam dan reaksi
inflamasi juga perlu diperiksa. Evaluasi ruam harus mempertimbangkan distribusi dan morfologi.
Diagnosa Banding
Balanoposthitis adalah istilah dari proses radang atau infeksi yang memerlukan diferensiasi dari
kondisi yang berpotensi ganas. Penyebab balanoposthitis termasuk Candida sp. dan infeksi
bakteri, termasuk bakteri anaerob, infeksi virus, parasit dan infeksi menular seksual (IMS)
lainnya juga harus dipertimbangkan
Tabel 2. Diagnosis Banding Balanoposthitis
Pemeriksaan Penunjang
Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui penyebab spesifik dari bakteri dan
jamur. Pemeriksaan gram dan kultur dari bakteri dan jamur candida dapat dilakukan, bila perlu
untuk gonore dan klamidia jika ada indikasi juga.[1,2,9]
Pemeriksaan lapangan gelap serum dari ulkus (Dark Field Microscope) diindikasikan pada kasus
yang dicurigai mengarah ke sifilis.[1,2,9]
Virologi
Tes yang sering adalah polymerase chain reaction (PCR) atau nucleic acid amplification tests
(NAAT), atau kultur virus untuk mencurigai adanya virus HPV (misal bila ada keluhan muncul
kutil di kemaluan).[1,2,9]
Mikologi
Pemeriksaan KOH untuk Candida sp. dapat diindikasikan jika memang dicurigai (misal memiliki
gejala keluar cairan dari kemaluan berwarna putih seperti cottage cheese yang khas pada orang
dengan kandidiasis).[1,2,9]
Biopsi kulit
Biopsi dilakukan untuk memperjelas diagnosa. Jika balanoposthitis sudah diterapi dengan
adekuat namun tidak memberikan respon, biopsi kulit harus dipertimbangkan untuk
mengidentifikasi lesi praganas atau lesi ganas.[1,2,9]
Uji tempel
Kebersihan harus selalu ditekankan kepada pasien dengan semua jenis balanoposthitis. Berikut
anjuran yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Menghindari bahan iritan seperti sabun antibakteri dan menghindari pembersihan daerah
kemaluan terlalu sering. Cairan yang direkomendasikan untuk membersihkan area penis
adanya cairan “water of the 3 sulfates” yang mengandung tembaga sulfat, zinc sulfat,
dan alum. Belum ada studi yang menentukan seberapa sering dilakukan pencucian,
namun dari literatur lain menyebutkan bahwa area penis tidak boleh dibersihkan terlalu
sering
2. Menghindari kontak dengan alergen misalnya sabun, kain, atau pewangi
3. Menggunakan prinsip abstinence, be faithful, condom (ABC) dalam melakukan
hubungan seksual untuk meminimalkan terjadinya penularan
4. Memakai pakaian katun yang lembut agar menjaga kelembaban di sekitar
kemaluan[2,10,15,25]
Penatalaksanaan Spesifik
Dermatitis Atopi
Diberikan emolien dan kortikosteroid topical (misal krim Hidrokortison 2,5% atau Betametason
0,1%). Antihistamin bermanfaat untuk gejala gatal.[2]
Dermatitis Seboroik
Antijamur topikal golongan azol (misalnya ketokonazol salep) dengan kortikosteroid topikal
ringan untuk pengobatan awal cukup bagus. Inhibitor kalsineurin topikal dapat digunakan
sebagai alternatif pengobatan kortikosteroid topikal. Itrakonazol atau flukonazol oral dapat
digunakan pada kasus yang parah (misalnya: mereka yang mengalami folikulitis seboroik atau
pada infeksi HIV).[3]
Menghindari bahan iritan terutama sabun dan parfum. Kortikosteroid topikal dan antihistamin
seperti loratadine, cetirizine, atau CTM dapat bermanfaat untuk mengurangi gejala nyeri dan
gatal.[2]
Psoriasis
Kortikosteroid topikal yang dikombinasikan dengan emolien dapat mengurangi gejala. Psoriasis
dibagi tingkat keparahannya berdasarkan PASI (Psoriasis Area Severity Index) Score. Pada
orang dengan PASI Score <10 psoriasis ringan, 10-15 psoriasis sedang, PASI >15 psoriasis
berat. Pada orang dengan psoriasis berat., pengobatan sistemik dengan sinar UV, acitretin,
metotreksat, siklosporin, atau agen biologis (mis. Etanercept) mungkin diperlukan, dan akan
diberikan oleh dokter spesialis. Psoriasis genital sangat jarang terjadi dan jarang berdiri sendiri,
biasanya selalu diikuti psoriasis di area tubuh lain, sehingga memungkinkan psoriasis masuk ke
dalam kategori psoriasis berat.[9]
Lichen Sclerosus
Pengobatan dengan kortikosteroid topikal potensi tinggi. Infeksi kandida dan bakteri sekunder
juga harus diobati. Intervensi bedah (sirkumsisi) mungkin diperlukan jika kurang atau respons
terhadap perawatan medis.[16,17]
Gonorrhea
Center for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan seftriakson intramuskular
ditambah azitromisin oral sebagai rejimen lini pertama. Doksisiklin dapat digunakan sebagai
pengganti azitromisin pada pasien yang alergi terhadap azitromisin.[18]
Candidiasis
Obat golongan azol topikal sering bermanfaat jika dikombinasikan dengan kortikosteroid.[2]
Balanoposthitis Nonspesifik
Penatalaksanaan seringkali sulit karena kebanyakan tidak merespon dengan tindakan umum,
kortikosteroid topikal, dan antibiotik topikal dan sistemik. Intervensi bedah (mis.,
Sunat/sirkumsisi) mungkin diperlukan jika tidak ada respons terhadap perawatan medis. Sunat
dapat bersifat kuratif dalam kebanyakan kasus.[19]
Penyakit ini harus ditangani secara multidisiplin. Karena sunat adalah pengobatan utama,
tawarkan pasien untuk sunat jika pasien belum disunat. Zat topikal seperti fluorourasil, asam
salisilat, resin podophyllum, dan imiquimod dapat digunakan secara tunggal atau dalam
kombinasi. Untuk hal yang curiga mengarah ke keganasan, rujukan ke dokter spesialis mungkin
diperlukan[2,20]
Indikasi Operasi
Salah satu tata laksana dari balanoposthitis adalah sirkumsisi. Walaupun pemberian obat-obatan
topikal dapat mengobati balanoposthithis, namun sirkumsisi tetap menjadi tata laksana definitif
dari balanoposthitis. Data dari meta analisis oleh Morris et al. menemukan bahwa 68% dari laki-
laki yang di sirkumsisi menunjukan 68% prevalensi yang lebih rendah dan balanitis
meningkatkan risiko kanker penis sebanyak 3,8 kali. Sehingga, untuk menghindari hal ini,
sirkumsisi dianjurkan untuk dilakukan secara global dan dilakukan pada masa kanak-kanak.[10]
Rujukan
Rujukan diperlukan bila dicurigai adanya lesi praganas atau ganas, atau pada penyakit yang tidak
membaik setelah terapi adekuat dilakukan. Rujukan dapat dilakukan ke dokter spesialis kulit atau
urologi. Pasien dengan gejala yang berulang atau refrakter terhadap pengobatan setelah empat
minggu, harus dirujuk. Biopsi mungkin diperlukan untuk menyelidiki etiologi lebih lanjut.[12]
Prognosis untuk balanoposthitis umumnya baik. Perubahan kebersihan yang bagus akan
merespon perbaikan gejala dalam satu sampai dua minggu. Komplikasi balanoposthitis jarang,
namun dapat terjadi phimosis atau paraphimosis sekunder.
Komplikasi
Komplikasi dari balanoposthitis jarang terjadi. Namun dapat terjadi phimosis atau paraphimosis
sekunder. Komplikasi lainnya yang jarang adalah:
Buried penis syndrome, suatu kondisi dimana penis terpendam dalam lipatan kulit,
biasanya pada pasien obesitas
Selulitis
Meatal stenosis, penyempitan abnormal dari ujung penis akibat reaksi inflamasi berulang
Balanitis xerotica obliterans, dermatitis kronis dari glans penis dan foreskin
Scarring pada penyembuhan luka
Penurunan aliran darah menuju glans penis, dapat menyebabkan nekrosis[2,5]
Infeksi jamur genital (kandidiasis) jarang terjadi pada orang sehat, tetapi pada orang dengan
immunocompromised, seperti orang dengan infeksi HIV, pada pasien diabetes dan kanker, C.
albicans juga dapat menyebabkan infeksi sistemik dengan konsekuensi yang serius.[5]
Prognosis
Prognosis umumnya baik. Kegagalan pengobatan harus diarahkan untuk melakukan pemeriksaan
klinis lebih lanjut dan pengobatan disesuaikan dengan penyebab organisme spesifik. Bila
penyakit tidak membaik dengan terapi adekuat, harus curiga mengarah ke keganasan.
Pemeriksaan biopsi perlu dilakukan.[9,16]
Sebagian besar pasien akan membaik setelah diagnosis yang akurat dan perawatan yang tepat.
Pemantauan dan tindak lanjut akan tergantung pada diagnosis, respons terhadap pengobatan, dan
risiko transformasi ganas.[2]
Edukasi Pasien
Dokter dan staf layanan kesehatan lainnya harus memberikan panduan kepada pasien mengenai
kebersihan preputial yang tepat. Kebersihan yang baik dapat bersifat preventif dan terapeutik
pada sebagian besar kasus balanoposthitis. Kulit preputium dibersihkan secara lembut 2 hingga 3
kali sehari. Jika terdapat phimosis fisiologis, retraksi preputium secara paksa harus dihindari agar
tidak terjadi paraphimosis. Area preputium dapat dibersihkan dengan menggunakan cotton bud
pada orang yang dapat membuka sendiri kulit preputiumnya. Menghindari sabun yang iritatif
atau beraroma juga merupakan rekomendasi karena dapat menyebabkan iritasi.[12]
Balanoposthitis dapat dicegah dengan mengubah kebiasaan bersih yang benar, termasuk
membersihkan penis secara rutin, menghindari penarikan kulit kulup penis secara paksa,
menggosok dengan paksa, atau menghindari sabun yang iritatif.[5]
Pencegahan primer
Sirkumsisi dapat melindungi pria terkena balanoposthitis, karena kulit ujung penis dapat
memberikan lingkungan untuk tumbuhnya bakteri dan jamur.[10,21]
Karena infeksi human papillomavirus (HPV) adalah faktor risiko yang kuat untuk
balanoposthitis dan kanker penis, vaksinasi HPV dapat dipertimbangkan. Vaksinasi anak laki-
laki berusia 11-12 direkomendasikan di Amerika Serikat.[22]
Pencegahan sekunder
Anjurkan pasien untuk memperhatikan kebersihan pribadi. Sehubungan dengan area genital,
mereka harus:
1. Menghindari bahan iritan seperti sabun antibakteri dan menghindari pembersihan daerah
kemaluan terlalu sering
2. Menghindari kontak dengan alergen misalnya sabun, kain, atau pewangi
3. Menggunakan prinsip ABC (abstinence, be faithful, condom) dalam melakukan
hubungan seksual untuk meminimalkan terjadinya penularan
4. Melakukan sirkumsisi pada anak-anak
5. Memakai pakaian katun yang lembut agar menjaga kelembaban di sekitar
kemaluan[2,10,23,24]
Sebagian besar pasien tidak perlu pemantauan lebih lanjut setelah diagnosis ditegakkan dan
kondisinya terkendali. Pasien dengan kanker atau prakanker harus kontrol secara teratur,
setidaknya sekali setiap 3 bulan atau lebih sering, sesuai pedoman kanker setempat.[2]
1. Bunker C. Skin conditions of the male genitalia. Medicine (United Kingdom). 2014.
2. Balanoposthitis [Internet]. BMJPractice. 2020. Available from:
https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/401/
4. Edmonds EVJ, Hunt S, Hawkins D, Dinneen M, Francis N, Bunker CB. Clinical parameters in
male genital lichen sclerosus: A case series of 329 patients. J Eur Acad Dermatology Venereol.
2012;
9. Vladimir O Osipov M. Balanoposthitis [Internet]. eMedicine. 2018. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1124734-overview#a5
10. Morris BJ, Krieger JN. Penile inflammatory skin disorders and the preventive role of
circumcision. International Journal of Preventive Medicine. 2017.
12. Freedman D. Balanitis. In: European Handbook of Dermatological Treatments, Third
Edition. 2015.
15. Elakis JA, Hall AP. Skin disease of penis and male genitalia is linked to atopy and
circumcision: caseload in a male genital dermatology clinic. Australas J Dermatol. 2017;