TINJAUAN TEORITIS
A. Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila nanti terpajan
pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya
maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan
aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,
bukan di buat oleh individu itu sendiri sedangkan kekebalan aktif adalah
kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen
seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah (Satgas Imunisasi,
2008).
Imunisasi adalah salah satu cara yang efektif dan efisien dalam
mencegah penyakit. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak
yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak
dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan
pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis,
tetanus, polio, campak dan hepatitis B (Maryanti, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas bahwa imunisasi adalah
usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif seseorang terhadap suatu
penyakit dengan memasukan vaksin dalam tubuh bayi, balita dan anak.
Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk
mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes, 2005).
2. Tujuan Imunisasi
Menurut Nina dan Mega (2013), program imunisasi yang dilakukan
adalah untuk mencegah penyakit dan kematian anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering terjangkit. Secara umum tujuan imunisasi antara lain
adalah:
a.Imunisasi dapat menurunkan Angka Morbiditas (Angka Kesakitan) dan
Mortalitas (Angka Kematian) pada bayi dan balita.
6
7
5) Kontra Indikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh dilakukan pada orang
yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukimia dan limfoma.
6) Efek samping
Hingga 15% dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi.
4. Kegiatan Pelayanan Imunisasi
Kegiatan pelayanan imunisasi dilaksanakan secara rutin dan terus
menerus yang harus dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan.
Kegiatan ini telah terbukti efektif dan efisien. Imunisasi yang dilakukan
pada saat bayi yang berumur 0-11 bulan, meliputi BCG, DPT, Polio,
Hepatitis B dan Campak. Idealnya bayi harus mendapatkan imunisasi
dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali,
Hepatitis B 3 kali dan Campak 1 kali. Dalam menilai kelengkapan status
imunisasi dasar dapat dilihat dari status imunisasi campak, karena
pemberian imunisasi campak paling akhir setelah keempat imunisasi
dasar pada bayi yang telah diberikan (Nina dan Mega, 2013)
B. ISPA
1.Definisi
Infeksi sakuran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernafasan yang bersifat akut dengan berbagai gejala. Penyakit ini
disebabkan oleh berbagai sebab. Meskipun organ saluran pernafasan
yang terlibat adalah hidung, laring, tenggorokan, brokus, trakea, dan paru-
paru tetapi yang menjadi fokus adalah paru-paru. Titik perhatian ini
disepakati karena tingginya tingkat mortalitas radang paru-paru (Marni,
2004).
15
2. Etiologi
Menurut Widoyono (2010), penyebab terjadinya ISPA pada balita yaitu:
a. Bakteri :Diplococcus Pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus
Pyogenes, Staphylococcus Aureus, Haemophilu Influenzae, dan lain-
lain.
b. Virus :Influenza, Adenovirus dan Sitomegalovirus.
c. Jamur :Aspergilus Sp, Candida Albicans, Histoplasma, dan lain-lain.
d. Aspira :makanan, asap kendaraan dan BBM (Bahan Bakar Minyak),
biasanya minyak tanah dan cairan amnion pada saat lahir.
3.Patogenesis
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya bakteri, virus dan
jamur kedalam tubuh manusia melalui partikel udara (Dropet Infection),
kuman ini akan melekat pada sel ipitel hidung, dengan mengikuti proses
pernafasan , yang mengakibatkan demam, batuk, pilek dan sakit kepala
(Marni, 2004).
4. Klasifikasi
Menurut Erlien (2009), Klasifikasi ISPA Berdasarkan Lokasi Anatomi
yaitu:
a.Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas
Infeksi saluran pernafasan atas yaitu infeksi akut yang menyerang
hidung sampai epiglottis, misalnya Rinthis Akut dan Sinusitis Akut.
b.Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Bawah
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah yaitu infeksi akut yang
menyerang saluran pernafasan mulai dari bagian bawah epiglottis
sampai alveoli paru, misalnya Trakeitis, Bronkhitis Akut dan
Pneumonia.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Marni (2004), gejala ISPA dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :
a. Gejala ISPA Ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
gejala sebagai berikut :
16
1) Batuk
2)Serak
3)Pilek
4) Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 38 0C
b. Gejala ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
1) Pernafasan lebih dari 50 kali /menit pada umur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40 kali /menit pada anak satu tahun atau
lebih.
2) Suhu lebih 39 0C
3) Tenggorokan berwarna merah
4) Timbul bercak–bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Telinga sakit akan mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti berdengkur
c. Gejala ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA
ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut :
1) Bibir atau kulit membiru
2) Lubang hidung kembang kempis dengan cukup lebar pada waktu
bernafas
3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
4) Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
5) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
6) Nadi tidak teraba
6. Patofisiologis
ISPA dapat menular bila daya tahan tubuh lemah, kuman ganas
dan penyebarannya melalui udara menerbangkan bakteri kuman pada
daerah yang lembab dan anak yang batuk tidak menutup mulut.
(Ngastiyah, 2005).
17
7. Komplikasi ISPA
Menurut (Ngastiyah, 2005) komplikasi dari ISPA adalah sebagai
berikut:
a. Penyebaran infeksi dimulai dari penjalaran infeksi sekunder dari
nasifaring ke arah bawah dapat menyebabkan radang saluran
pernafasan bagian bawah seperti Trakitis, Bronkitis, dan
Bronkopneumonia
b. Penutupan tuba eustachii yang dimana tuba eustachii membantu
memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung ke
telinga tengah dan menyebabkan Otitis Media.
c. Pada anak yang sering menderita batuk pilek sering menyebabkan
terjadinya kejang dan juga koma karena panas tinggi.
8. Pencegahan
Menurut Maryunani (2010), pencegahan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesehatan dengan cara perbaikan gizi agar tetap
baik.
b. Imunisasi lengkap.
c. Mencegah berhubungan dengan penderita ISPA.
d. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan untuk menghindari
penyebaran infeksi agen dari luar.
9. Penatalaksanaan ISPA
Menurut Maryunani (2010) bahwa penatalaksanaan dimaksudkan
untuk mencegah berlanjutnya ISPA ringan menjadi sedang, ISPA
sedang menjadi ISPA berat dan mengurangi resiko kematian bayi dan
balita yaitu:
a. Berikan ASI lebih banyak dan sering.
b. Berikan asupan cairan (air putih dan air buah) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan
cairan akan menambah parah sakit yang diderita terutama bila anak
batuk dan demam.
18
4) Vitamin A
Pemberian Vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan
imunisasi akan menyebabkan peningkatan titer antibodi yang
spesifik dan tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi sehingga
meningkatnya perlindungan terhadapat bibit penyakit yang
bersangkutan untuk jangka panjang.
5) Status Gizi
Keadaan gizi yang buruk merupakan faktor resiko yang penting
untuk terjadinya ISPA. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih
mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih lama.
c. Faktor perilaku
Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanganan penyakit ISPA
pada bayi atau balita dalam hal ini adalah praktik penanganan
ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota
keluarga lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu
atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan,
maka akan mempengaruhi terhadap anggota keluarga lainnya .
C. Gambaran Status Imunisasi Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernafasan yang bersifat akut dengan berbagai gejala yang disebabkan
oleh virus, jamur dan bakteri serta menular melalui partikel udara (Junaidi,
2010). Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang
berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti
difteri, pertusis, campak, maka peningkatan cakupan imunisasi akan
berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA. Balita yang
mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita ISPA maka
perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat (Maryunani,
2010).
21
Faktor perilaku
E.Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori dari gambar 2.1 di atas maka dapat disusun
kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel bebas (Independen ) Variabel Terikat (Dependen)