Anda di halaman 1dari 4

Perlindungan terhadap Minority Shareholders

By. M.Rifqinizamy Karsayuda

https://rifq1.wordpress.com/perihal/

Minority shareholders atau pemegang saham minoritas tidak jarang hanya


dijadikan sebagai pelengkap dalam sebuah perusahaan. Dalam mekanisme
pengambilan keputusan di perusahaan dapat dipastikan pemegang saham
minoritas ini akan selalu kalah dibanding pemegang saham mayoritas, sebab pola
pengambilan keputusan didasarkan atas besarnya prosentase saham yang dimiliki.

Keadaan demikian akan semakin parah, jika ternyata pemegang saham mayoritas
menggunakan peluang ini untuk mengendalikan perusahaan berdasarkan
kepentingannya saja dan mengindahkan kepentingan pemegang saham minoritas.

Dalam konteks itulah penting adanya perlindungan hukum untuk melindungi


pemegang saham minoritas ini. Di negara-negara common law terdapat dua jenis
perlindungan hukum berdasarkan pada tempat pengaturannya. Pertama
perlindungan yang diatur oleh aturan-aturan dalam commonlaw itu sendiri dan
pengaturan pada berbagai statuta di masing-masing negara.

Prinsip yang mengatur perlindungan terhadap pemegang saham minoritas ini


adalah merupakan pengecualian dari prinsip yang dikenal dalam kasus Foss v
Harbottle. Dalam kasus tersebut dua orang pemegang saham menggugat para
manajeman perusahaannya dikarenakan mereka telah menjual tanah perusahaan
dengan harga yang jauh lebih tinggi dibanding harga pasar. Oleh hakim kedua
orang pemegang saham itu (minoritas) ditolak dalilnya, karena mereka tidak
memiliki kewenangan untuk menghalangi penjualan tersebut, sebab telah
diputuskan oleh perusahaan dan didukung oleh para pemegang saham mayoritas.
Berdasarkan kasus tersebut muncullah prinsip mayoritas, yang terdiri dari dua hal,
yaitu ;

1. Untuk menuntut satu kesalahan yang terjadi terhadap perusahaan, maka


hanya perusahaanlah yang dapat menuntutnya ;
2. Jika secara prinsipil diserahkan kepada pemegang saham mayoritas, maka
pemegang saham minoritas tidak mempunyai hak untuk menyanggahnya.

Dalam tulisan ini akan diperlihatkan pengaturan oleh statuta di Malaysia untuk
melindungi pemegang saham minoritas ini dengan terlebih dahulu membahas
tentang prosedur yang dapat digunakan oleh pemegang saham minoritas untuk
megajukan gugatan (petition) di Pengadilan.

Bentuk-Bentuk Tindakan

Teradapat tiga bentuk tindakan yang dapat ditempuh oleh pemegang saham
minoritas, yaitu ;

1. Tindakan terbitan, yaitu suatu tuntutan yang dilakukan oleh pemegang


saham minoriti kepada pihak ketiga dikarenakan adanya potensi yang
diakibatkan oleh perilaku pihak ketiga yang akan merugikan perusahaan.
Tampilnya pemegang saham minoritas disini dalam rangka
menyelamatkan eksistensi dan tujuan perusahaan. Sehingga dalam
tuntutan ini, pemegang saham minoritas bukan bertindak atas namanya
sendiri, melainkan atas nama perusahaan.
2. Tindakan Perwakilan, yaitu tindakan yang semestinya dilakukan oleh
beberapa orang pemegang saham minoritas, karena sama-sama dirugikan.
Dalam hal ini tindakan cukup dilakukan oleh salah seorang dari mereka,
konsekwensi yuridisnya, bila tindakan itu diterima oleh Pengadilan, maka
yang lain juga secara ex officio tidak perlu membuktikan ulang.
3. Tindakan pribadi adalah tindakan yang dilakukan oleh pribadi pemegang
saham, karena dirugikan ataupun tidak terpenuhinya hak-haknya.

Perlindungan dalam Common Law

Dalam common law diberikan beberapa perlindungan terkait situasi sebagai


berikut ;

1. Apabila direksi bertindak secara ultra vires melebihi kuasanya.

Dalam kasus Parke v Daily News didapati bahwa para direksi


mengeluarkan satu program perusahaan untuk memberikan donasi kepada
pihak-pihak yang tidak mampu, akibat donasi tersebut perusahaan rugi
secara keuangan. Hal ini menimbulkan gugatan dari para pemegang
sahamnya. Apa yang dilakukan direksi tersebut merupakan tindakan yang
bersifat ultra vires.

1. Apabila tindakan yang dibuat atau diluluskan dilakukan oleh mayoritas


biasa, sementara mayoritas secara khusus diperlukan dibawah UU, namun
tidak dipenuhi.

Dalam kasus Oriental Telephone, telah terjadi pelanggaran secara


prosedural, karena pemegang saham mayoritas tidak memperhatikan
ketentuan dibawah UU untuk mengikutsertakan pemegang-pemegang
saham lainnya yang secara khusus telah diatur.

1. Apabila hak individu seseorang sebagai pemegang saham dilanggar.

Dalam konteks ini yang menjadi titik tekan adalah adanya pelangaran
terhadap hak pemegang saham minoritas secara pribadi, seperti tidak
diberikannya hak untuk memilih dalam RUPS. Hal ini dapat dilihat dalam
kasus Pander v Lushingthon.

1. Apabila berlaku fraud terhadap pemegang saham minoritas, yaitu berupa


tindakan-tindakan pemegang saham mayoritas yang bukan hanya
merugikan secara materiil, namun juga tindakan-tindakan pemegang
saham mayoritas yang mengambil keuntungan secara imateriil, berupa
mengambil kesempatan dan perlakuan curang lainnya. Beberapa tindakan
tersebut dapat dilihat digambarkan sebagai berikut ;

a. Mengambil alih harta, uang dan peluang perusahaan;


Cara-cara yang digunakan untuk mengambil alih harta, uang dan
peluang perusahaan biasanya dilakukan secara curang oleh pemegang
saham mayoritas. Dalam Kasus Hoopers Telegraph, para pemegang
saham mayoritas berkonspirasi untuk membuat perusahaan tersebut
merugi dan pada masa tertentu ingin mengambil alih perusahaan secara
penuh.

b. Pemegang saham mayoritas mendapat keuntungan dengan mengambil


kesempatan perusahaan;

Dalam kasus Daniels v Daniels, pasangan suami isteri Mr dan Mrs


Daniels yang bertindak sebagai pemegang saham mayoritas, sekaligus
direksi menjual sebidang tanah perusahaan dengan harga jauh lebih
murah kepada Mrs. Daniels. Pengadilan memutuskan telah terjadi
perbuatan fraud oleh keduanya dalam kasus ini.

c. Pemegang saham mayoritas melakukan tindakan yang bertentangan


dengan tujuan didirikannya perusahaan;

Dalam konteks ini yang pertama harus dilihat adalah tujuan


didirikannya perusahaan berdasarkan memorandum atau tujuan-tujuan
yang ada dalam sebuah perjanjian.

d. Pengurangan modal yang dilakukan untuk merugikan satu kelas


pemegang saham.

1. Kepentingan untuk menegakkan keadilan.

Perlindungan oleh Akta Syarikat 1965

1. Perlindungan hak kelas

Sebuah perusahaan dibenarkan membuat hak-hak kelas yang berbeda,


seperti hak untuk mendapatkan deviden utama bagi pemegang saham
tertentu. Namun jika hak-hak kelas yang utama, seperti hak untuk
mengikuti RUPS atau hak untuk memilih dianulir oleh kelas-kelas
mayoritas, maka pemegang saham minoritas dapat membuat petisi ke
Pengadilan dalam hal ini.

1. Perlindungan pada saat perubahan memorandum

Dalam Akta Syarikat 1965 Malaysia, sebuah perubahan memorandum


haruslah diberitahukan terlebih dahulu sebelum 21 hari. Bersamaan
dengan hal tersebut disertakan pula notis yang berisikan apa-apa saja yang
akan dirubah dalam memorandum tersebut.

Jika pihak pemegang saham minoritas tidak setuju dengan isi notis yang
itu juga berarti keberatan dengan poin-poin yang akan dirubah dalam
memorandum, maka ia memiliki hak untuk mengajukan hal tersebut
kepada Pengadilan. Pengadilan-lah yang berwenang untuk memutuskan
apakah keberatan itu diterima atau ditolak. Jika iterima maka isi
memorandum itu tidak dapat dirubah sesuai dengan rencana yang ada pada
notis.
1. Adanya prejudice yang tidak adil

Sebuah prejudice yang tidak adail ialah suatu perlakuan atau tindakan
yang berpotensi menimbulkan ketidak adilan, seperti tidak dilaporkannya
laporan keuangan perusahaan, adanaya diskriminasi dan lain-lain.

Jika hal tersebut terjadi, maka pemegang saham minoritas dapat


membawanya ke Pengadilan sebagaimana diatur dalam s.16 Akta Syarikat.

1. Pemeriksaan oleh Menteri yang berwenang

Pemeriksaan oleh menteri dilakukan jika ada permintaan dari para pihak
sebagaimana diatur dalam s.197 akta Syarikat. Menteri c.q pemeriksa yag
diutusnya dapat melakukan pemeriksaan kepada suatu perusahaan
berdasarkan permintaan. Jika dalam pemeriksaan tersebut didapati adanya
hasil yang negatif, seperti adanya prejudis, maka menteri dapat membuat
petisi ke Pengadilan. Dalam konteks ini, segala sesuatunya tergantung
kepada menteri.

1. Adanya hak bantah berdasarkan s. 65 dan hak rekusisi berdasarkan s.144

Pemegang saham minoritas dapat melakukan bantahan atas berdasarkan s


65 (4) atas perubahan memorandum yang dianggapnya merugikannya.
Adapun pihak yag dapat membantah dipersyaratkan memiliki saham
minimal 1/10 dari total saham perusahaan. Bantahan tersebut diserahkan
ke Pengadilan.

Hak lain yaitu hak rekusisi adalah hak membantah hasil musyawarah atau
RUPS. Syaratnya sebelum bantahan itu dikirimkan kepada pejabat
berwenang di Malaysia, bantahan tersebut harus ditanda tangani oleh ahli
rekusisi. Adapun yang dapat mengajukan hak ini juga dipersyaratkan
minimal memiliki 1/10 dari total saham.

Penutup.

Pelbagai perlindungan yang diberikan, baik dibawah konvensi comon law,


maupun dalam Akta Syarikat 1965 di Malaysia menuntut adanya keaktifan dari
pemilik saham minoritas.

Walau demikian, diluar konteks idealita hal demikian mungkin sangat sulit
dilakukan, sebab jika gugatan diajukan ke Pengadilan, maka akan terjadi konflik
kepentingan secara bisnis yang pada akhirnya memposisikan pihak minoritas
dalam posisi yang tidak menguntungkan.

M.Rifqinizamy Karsayuda, Mahasiswa Program Masters of Law Universiti


Kebangsaan Malaysia

Anda mungkin juga menyukai