PENDAHULUAN
“Remaja”, kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa remaja
merupakan kelompok yang biasa saja, tiada beda dengan kelompok manusia lain.
Sementara pihak lain menganggap bahwa remaja adalah kelompok yang sering
menyusahkan orang tua. Pihak lainnya lagi menganggap bahwa remaja sebagai potensi
manusia yang perlu dimanfaatkan.
Pendekataan mana pun yang dijalani oleh Pembina, sebelum ataupun bersamaan
dengan usaha kongkrit dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan pemahaman para
Pembina terhadap remaja. Satu diantara usaha pengertian dan pemahaman dimaksud
adalah dengan mengetahui dan mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan
remaja. Khususnya dalam mengantar remaja menuju kematangan psikis dan ketangan
sosialnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada
masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis.
Terjadinya banyak perubahan tersebut sering menimbulkan kebingungan-
kebingungan atau kegoncangan jiwa remaja, sehingga disebut sebagai periode
pubertas.
Menurut Hurlock, dia membagi masa remaja menjadi dua fase, dan masing-
masing fase dibaginya ke dalam sub-sub, yaitu:
c. Fase post-puberscent : sejak akhir pubescent s/d 1-2 tahun masuk ke dalam
fase adolescence.
Wanita : 12 – 13 tahun
Pada fase ini disebut sebaai fase negative, sturm and drang
2. Puberteit Laki-laki : 14 – 18 tahun
Wanita : 13 – 18 tahun
Pada fase ini remaja mengalami marindu puja
3. Adolescence Laki-laki : 19 – 23 tahun
Wanita : 18 – 21 tahun
Pada fase ini remaja sedang dalam keadaan stabil
1. Fase pra-remaja
a. Pertumbuhan badan sangat cepat, wanita nampak lebih cepat dari pada laki-
laki, sehingga dapat menyebabkan seks antagonisme.
2. Fase remaja
D. Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja perasaan sosial, etis,
dan estetis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan masa kematangan
seksual. Di dorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah
terperosok ke arah tindakan seksual yang negatif.
Granville Stanley Hall menyebut pada masa remaja awal ini sebagai
perasaan yang sangat peka; remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan
perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini di istilahkannya sebagai “storm and
stress”. Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalau melihat sikap dan sifat
remaja yang sesekali bergairah sangat dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu,
kegembiraan yang meledak bertukar dengan rasa sedih, rasa yakin diri berganti rasa
ragu diri yang berlebihan. Soal lanjutan pendidikan dan lapangan kerja tidak dapat
direncanakan dan ditentukannya. Lebih-lebih dalam persahabatan dan cinta, rasa
bersahabat sering bertukar menjadi senang.Di masa ini remaja juga ingin mencari
kebebasan dan berusaha mencari konsep diri. Pada masa remaja akhir sikap dan
perasaan relatif stabil.
E. Pertimbangan Sosial
F. Perkembangan Berpikir
Perkembangan berpikir pada remaja itu lebih kritis dibandingkan pada masa
anak-anak. Pada fase remaja tingkat berpikir berada dalam stadium operasional
formal yang bersifat verbal yang menekankan pada penggunaan rasio atau logika.
Kemudian kemampuan berpikir operasional formal nampaknya mencapai
kematangan pada fase adolescence, sehingga mampu menyusun rencana-rencana,
menyusun alternative dan menentukan pilihan dalam hidup dan kehidupannya.
G. Perkembangan Moral/Nilai
Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati lawan
seks. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu,
sehingga kadang-kadang dinilai oleh masyarakat tidak sopan. Tambahan pula, ada
keberanian mereka menonjolkan seks sarta keberanian dalam pergaulan dan
menyerempet bahaya. Dari keadaan tersebut itulah kemudian sering timbul masalah
dengan orang tua atau orang dewasa lainnya, hal ini terjadi sekitar usia 15 – 17
tahun. Setelah masa ini, stabilitas mulai timbul dan meningkat, remaja lebih dapat
mengadakan penyesuaian-penyusaian dalam aspek kehidupannya.
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.
Bahkan, seperti yang dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan
sebuah kerangka moral. Sehingga membuat seseorang mampu membandingkan
tingkah lakunya. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja
yang sedang mencari eksistensi dirinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada masa
ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis.
Menurut Hurlock, dia membagi masa remaja menjadi dua fase, yaitu, masa
puberty dan masa adolescence sedangkan Kwoe Soen Liang, membagi fase remaja
menjadi tiga fase, yaitu: praepuberteit, puberteit, dan adolescence.
Ciri-ciri penting remaja awal yaitu sekitar 12/13 – 17/18 tahun, seperti yang
diungkapkan oleh Hurlock, yaitu: keinginan untuk menyendiri, berkurang kemauan
untuk bekerja, kurang koordinasi fungsi-fungsi, kejemuan, kegelisahan, kepekaan
perasaan, kurang percaya diri, dan timbul minat pada lawan jenis.
Ciri-ciri penting remaja akhir yaitu sekitar 17/18 – 21/22, ialah stabilitas mulai
timbul dan meningkat, pandangan yang lebih realitas, menghadapi masalah secara lebih
matang, serta perasaan menjadi lebih tenang.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, H. 2007, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[3]H. Jalaluddin, 2007, Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo Persada, hal. 75.