Anda di halaman 1dari 6

19/04/20

Tujuan pembelajaran pertemuan 11


•  Mahasiswa memahami fungsi arbiter dan prinsip dalam
penunjukan/ pemilihan arbiter;
•  Mahasiswa memahami syarat dan kualifikasi arbiter;
Penyelesaian Sengketa Alternatif: •  Mahasiswa memahami dan menganalisis prosedur
Arbitrase (Pertemuan 10) pemilihan/ penunjukan arbiter dan permasalahannya;
Sujayadi, LL.M. •  Mahasiswa memahami akibat hukum penerimaan
Fakultas Hukum/ Departemen Hukum Perdata penunjukan arbiter; dan
Program Studi Ilmu Hukum
Semester Genap, T.A. 2019-2020 •  Mahasiswa memahami kondisi mengenai penggantian
arbiter dan berakhirnya tugas arbiter.

Fungsi arbiter Fungsi arbiter

•  Pasal 1:7 UU No. 30 Tahun 1999 mendefinisikan arbiter


sebaga: •  Berdasarkan Pasal 1:7 UU No. 30 Tahun 1999 secara
“… seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang umum arbiter dalam proses arbitrase bertindak sebagai
bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri ajudikator yang memiliki kewenangan untuk memeriksa,
atau lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan mengadili, dan memutus sengketa yang menjadi
mengenai sengketa tertentu atau yang diserahkan kewenangannya berdasarkan perjanjian arbitrase.
penyelesaiannya melalui arbitrase.”

1
19/04/20

Prinsip dalam pemilihan/ Prinsip dalam pemilihan/


penunjukan arbiter penunjukan arbiter
•  Arbiter dipilih/ ditunjuk oleh para pihak berdasarkan •  Prinsip nemo judex in cuasa sua yang berlaku bagi hakim
kesepakatan menurut peraturan prosedur (tata cara) yang pengadilan berlaku pula bagi arbiter, oleh karena itu
berlaku. arbiter harus bebas dari benturan kepentingan dalam
•  Arbiter yang dipilih harus: menangani suatu perkara.
•  Independen, tidak di bawah pengaruh pihak manapun; •  Prinsip keterbukaan berlaku bagi arbiter, bahwa arbiter
•  Netral, tidak memiliki kepentingan, baik langsung maupun yang menerima penunjukan/ pemilihan wajib untuk
tidak langsung, dengan perkara yang akan diperiksa; dan mengungkapkan segala hal yang mungkin mengakibatkan
•  Imparsial, tidak berpihak. dirinya bertindak tidak netral atau tidak imparsial.

Syarat dan kualifikasi arbiter Syarat dan kualifikasi arbiter


•  Syarat dan kualifikasi arbiter menurut UU No. 30 Tahun •  Pasal 12(2) UU No. 30 Tahun 1999 mengatur yang tidak
1999 adalah (Pasal 12(1) UU No. 30 Tahun 1999): berkualifikasi sebagai arbiter (tidak dapat dipilih/ ditunjuk),
a.  Cakap melakukan tindakan hukum; yaitu: hakim, jaksa, panitera, dan pejabat pengadilan lainnya
b.  Berumur paling rendah 35 tahun; (sepanjang mereka masih aktif menjalankan jabatannya).
c.  Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau •  Kualifikasi arbiter tidak menyaratkan kewarganegaraan tertentu
semenda sampai derjat kedua dengan salah satu pihak dan tidak pula menyaratkan harus berlatar belakang pendidikan
bersengketa; hukum. Dengan demikian setiap orang yang memiliki keahlian
dan pengalaman yang relevan dengan pokok perkara, misalkan:
d.  Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan
ekonomi, perbankan, konstruksi, pertambangan dapat dipilih/
lain atas putusan arbitrase; dan
ditunjuk sebagai arbiter.
e.  Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di
bidangnya paling sedikit 15 tahun.

2
19/04/20

Mekanisme penunjukan arbiter Mekanisme penunjukan arbiter


Jumlah arbiter maupun mekanisme penunjukan ditentukan
berdasarkan kesepakatan para pihak atau menurut arbitration rules
yang disepakati, apabila tidak ada kesepakatan mengenai hal itu,
Jumlah arbiter dalam suatu arbitrase adalah satu (arbiter
maka ditetapkan oleh otoritas penunjukan (appointing authority),
tunggal, sole arbitrator) atau lebih dari satu dan ganjil
yaitu:
(majelis arbitrase, panel arbitrators), baik arbiter tunggal
•  Ketua Pengadilan Negeri, apabila para pihak memilih arbitrase
maupun majelis arbitrase memiliki fungsi dan kewenangan
ad-hoc (Lihat: Pasal 13(1) UU No. 30 Tahun 1999); atau
yang sama sebagai arbitral tribunal.
•  Ketua lembaga arbitrase, apabila para pihak memilih arbitrase
institusional (Lihat: arbitration rules masing-masing lembaga
arbitrase, contoh: Pasal 6:4 dan Pasal 11 Peraturan Arbitrase
BANI)

Mekanisme penunjukan arbiter Mekanisme penunjukan arbiter


Apabila para pihak di dalam perjanjian arbitrase menyepakati arbiter
tunggal berlaku Pasal 14 UU No. 30 Tahun 1999
•  Pemohon, berdasarkan Pasal 8 UU No. 30 Tahun 1999, mengirimkan
Catatan: Mekanisme penunjukan/ pemilihan arbiter yang
notifikasi berlakunya syarat arbitrase kepada Termohon dengan disertai
akan dijelaskan berikut ini berlaku pada arbitrase ad-hoc daftar arbiter yang dapat dipilih oleh Termohon;
berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999. Mekanisme •  Termohon dalam jangka waktu 14 hari setelah menerima notifikasi wajib
penunjukan/ pemilihan arbiter pada lembaga arbitrase, memilih satu arbiter yang diusulkan oleh Pemohon. Dengan pemilihan
silakan memeriksa ketentuan di dalam arbitration rules yang dilakukan oleh Termohon para pihak dianggap sepakat dalam
pemilihan arbiter tunggal.
masing-masing lembaga arbitrase.
•  Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan Termohon tidak memilih
atau tidak memberikan respon, maka atas permohonan salah satu pihak,
Ketua Pengadilan Negeri akan menunjuk satu arbiter berdasarkan usulan
yang ada.

3
19/04/20

Mekanisme penunjukan arbiter Mekanisme penunjukan arbiter


Apabila para pihak menyepakati arbitrase berbentuk majelis, maka berlaku
Z Z KPN ketentuan Pasal 15 UU No. 30 Tahun 1999:
•  Pemohon mengirimkan notifikasi berlakunya syarat arbitrase kepada
Termohon dengan disertai pemberitahuan penunjukan seorang arbiter dari
pihak Pemohon dan meminta Termohon agar menunjuk arbiter dari pihaknya;
•  Termohon dalam jangka waktu 30 hari setelah menerima notifikasi dari
A vs. B
A vs. B Pemohon wajib segera melakukan penunjukan arbiter dan memberitahu
Skema Pasal 14(1) UU No. 30 Tahun 1999 Skema Pasal 14(3) UU No. 30 Tahun 1999 Pemohon;
•  Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan Termohon tidak memilih atau
memberikan respon, maka arbiter yang telah ditunjuk oleh Pemohon demi
hukum menjadi arbiter tunggal yang berwenang memeriksa dan memutus
perkara

Mekanisme penunjukan arbiter Mekanisme penunjukan arbiter


•  Apabila Pemohon dan Termohon telah menunjuk arbiter Z
X

masing-masing, maka arbiter-arbiter yang ditunjuk akan


menunjuk, berdasarkan kesepakatan, seorang arbiter X Y vs
A B
ketiga yang sekaligus berkedudukan sebagai Ketua .

Skema Pasal 15(3) UU No. 30 Tahun 1999


Majelis Arbitrase;
A vs B
•  Apabila arbiter-arbiter yang ditunjuk oleh Pemohon dan .
Skema Pasal 15(1)(2) UU Z KPN
Termohon dalam jangka waktu 14 hari gagal menyepakati No. 30 Tahun 1999
arbiter ketiga, maka atas permohonan salah satu pihak X Y
Ketua Pengadilan Negeri akan menunjuk seorang sebagai
arbiter ketiga.
A vs B
.
Skema Pasal 15(3) UU No. 30 Tahun 1999

4
19/04/20

Penerimaan/ penolakan Penerimaan/ penolakan


penunjukan penunjukan
•  Arbiter yang dipilih/ ditunjuk wajib menyatakan menerima atau •  Arbiter yang menerima penunjukan harus mengungkapkan segala
menolak penunjukan secara tertulis dalam jangka waktu 14 hari sejak sesuatu yang mungkin akan mempengaruhi netralitas dan
tanggal penunjukan (Pasal 16 UU No. 30 Tahun 1999). imparsialitasnya dalam memeriksa dan memutus perkara serta wajib
•  Apabila arbiter menerima penunjukan, maka antara arbiter dan pada memberitahukan penunjukan itu kepada para pihak (Pasal 18 UU No.
pihak terikat dengan suatu perjanjian perdata (Pasal 17(1) UU No. 30 Tahun 1999).
30 Tahun 1999) yang mengatur: •  Sekali arbiter menerima penunjukan, maka arbiter tidak
•  Arbiter akan memeriksa dan memutus sengketa secara jujur dan diperbolehkan mengundurkan diri secara sepihak. Pengunduran diri
adil menurut ketentuan hukum yang berlaku; dan oleh arbiter harus diajukan kepada para pihak dengan tidak
diwajibkan untuk mengemukakan alasannya Apabila para pihak
•  Para pihak akan terikat dan mematuhi putusan yang dijatuhkan
menyetujui pengunduran diri arbiter, maka yang bersangkutan akan
oleh arbiter.
dibebastugaskan; apabila para pihak menolak pengunduran diri
(Lihat: Pasal 17(2) UU No. 30 Tahun 1999). arbiter, maka permohonan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri
yang akan menetapkan permohonan tersebut (Pasal 19 UU No. 30
Tahun 1999).

Penerimaan/ penolakan Penerimaan/ penolakan


penunjukan penunjukan
•  Para pihak memiliki hak ingkar – hak untuk melawan penunjukan arbiter –
atas dasar alasan (Lihat: Pasal 22(1) jo. Pasal 12(1):c dan d UU No. 30 Tahun •  Prosedur dan jangka waktu pengajuan hak ingkar (Lihat:
1999): Pasal 24 dan Pasal 25 UU No. 30 Tahun 1999).
•  Arbiter akan bertindak secara tidak independen dan tidak imparsial; atau •  Putusan MA dalam perkara Perum Peruri v. PT Pura
•  Arbiter memiliki hubungan kekeluargaan atau pekerjaan dengan salah satu
pihak.
Barutama (Nomor 1/ABTR/2003), dalam pertimbangan
•  Hak ingkar diajukan oleh salah satu pihak dengan mengungkapkan alasannya hukumnya berpendapat, inter alia hak ingkar yang
dan diajukan kepada (Lihat: Pasa 23 UU No. 30 Tahun 1999): diajukan lewat jangka waktu tidak dapat diterima dan
•  Ketua Pengadilan Negeri apabil yang diingkari adalah arbiter yang tidak dapat dijadikan alasan pembatalan putusan arbitrase.
ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri;
•  Arbiter yang bersangkutan apabila arbitrase berbentuk arbiter tunggal;
•  Majelis arbitrase apabila arbitrase berbentuk majelis di mana arbiter yang
diingkari menjadi anggota.

5
19/04/20

Penggantian arbiter
Pasal 26 jo. Pasal 75 UU No. 30 Tahun 1999 Berakhirnya tugas arbiter
•  Apabila dalam waktu pemeriksaan perkara terdapat arbiter yang
mengundurkan diri, meninggal dunia atau dibebastugaskan karena suatu hal,
Pasal 73 s.d. Pasal 75 UU No. 30 Tahun 1999
kewenangannya tidak berakhir, namun akan dilanjutkan oleh arbiter
pengganti. •  Tugas arbiter akan berakhir karena:
•  Arbiter pengganti akan dipilih/ ditunjuk menurut tata cara sebagaimana •  Arbitrase telah menjatuhkan putusan akhir;
berlaku bagi arbiter yang digantikan atau ditunjuk oleh Ketua Pengadilan
Negeri. •  Jangka waktu arbitrase berikut dengan perpanjangan yang
•  Apabila terjadi penggantian arbiter, berlaku tata cara pemeriksaan sebagai disetujui oleh para pihak berakhir;
berikut: •  Para pihak sepakat untuk menarik diri dari arbitrase.
•  Apabila yang diganti adalah arbiter tunggal atau Ketua Majelis Arbitrase,
maka pemeriksaan perkara dilang kembali dari awal; •  Meskipun arbitrase telah menjatuhkan putusan akhir,
•  Apabila yang diganti adalah Anggota Majelis Arbitrase, maka arbiter tunggal atau Majelis Arbitrase masih memiliki
pemeriksaan perkara tidak perlu diulang dari awal, namun cukup diulang kewajiban untuk mendaftarkan putusan arbitrase menurut
secara tertib di antara para arbiter (arbiter pengganti cukup memeriksa ketentuan Pasal 59 UU No. 30 Tahun 1999.
berita acara persidangan dan memperoleh penjelasan dari arbiter lain).

Berikutnya …

•  Tidak ada penugasan untuk pertemuan ini.


•  Pembahasan minggu depan (Pertemuan 11, 8 Mei)
tentang:
•  Tata Cara Pemeriksaan Perkara di Arbitrase; dan
•  Putusan Arbitrase

Anda mungkin juga menyukai