Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA NEONATORUM

DISUSUN OLEH :
BETTY SEPTIANA SAPUTRI
(108118060)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL –IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2019/2020
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH
CILACAP KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Betty Septiana .S. Tanggal Praktik : 20 Juli 2020

Nomor Induk Mahasiswa : 108118060 Askep : ANAK

A. Definisi
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut
dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis
(Hidayat, 2005).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir
(Mansjoer, 2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)
Jadi, Asfiksia neonatorum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernapas secara spontan dengan ditandai adanya hipoksemia
(penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis
(penurunan PH).
B. Etiologi
Keadaan asfiksia terejadi karena kurangnya kemampuan fungsi
organ bayi seperti pengembangan paru – paru. Proses terjadinya asfiksia
neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera
setelah bayi lahir.
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2.
i. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
ii. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-
menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri.
iii. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
iv. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan
panggul.
v. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya.
vi. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
vii. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus),
disfungsi uteri.

b. Paralisis pusat pernafasan


i. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
ii. Trauma dari dalam : akibat obat bius.
Sedangkan menurut Betz et al. (2001), asfiksia dapat
dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan
menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan
juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi
oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila
terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan
terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan
menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir
dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat
terjadi karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang
berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan
misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi
misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran
pernapasan, hipoplasia paru.

C. Tanda dan Gejala

Beberapa tanda dan gejala yang diperlihatkan bayi yang


mengalami asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut:

a. Kulit bayi tampak pucat atau kebiruan


b. Bibir kebiruan
c. Otot-otot di dada terlihat berkontraksi untuk membantu pernapasan
d. Denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat
e. Bayi tampak lunglai
f. Bayi terdengar merintih

D. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi
dapat brnapas kembali secara teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme
anaerob yaitu glikolisis glikogen tubuh yang sebelumnya diawali dengan
asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme asam basa, Biasanya
gejala ini terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin
lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama
apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak
adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini,
Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan/ persalinan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian jika resusitasi dengan
pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan
gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan
lamanya asfiksia.

Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)

Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak


memerlukan tindakan istimewa.

2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)

Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat


frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama
pada asfiksia berat.

Pemeriksaan apgar untuk bayi :

Klinis 0 1 2

Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit

Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin


nafas dibersihkan

Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat


(lemah) gerak aktif

Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh


ekstrimitas biru tubuh

Nilai 0-3   : Asfiksia berat

Nilai 4-6   : Asfiksia sedang

  Nilai 7-10 : Normal


Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5,
bila nilai apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5
menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai
keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan  menentukan prognosis, bukan
untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir
bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
E. Pathway
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat
Ketidakefektifan Ketidakefektifan
Pola Nafas bersihan jalan
Apneu NOC : Respiratory suplai O2 suplai O2 nafas
Status Ke paru dlm darah

NIC: Monitor Kerusakan otak G3 metabolisme


Pernafasasan Ketidakefektifan & perubahan asam basa
Termoregulasi

DJJ & TD Kematian bayi NOC : Termoregulasi Asidosis respiratorik


NIC : Pengaturan suhu
Janin tdk bereaksi
Terhadap rangsangan G3 perfusi ventilasi
Proses keluarga
Resiko cedera
terhenti Kerusakan
pertukaran gas
F. Komplikasi
Komplikasi dapat mengenai beberapa organ pada bayi, diantaranya adalah
sebagai berikut (Karlsson, 2008) :
a.  Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
b.  Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persiste pada neonatus, perdarahan
paru, edema paru
c.   Gastrointestinal : enterokolitis nekotikos
d.  Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH, anuria atau oliguria (< 1 ml/kg/jam)
untuk 24 jam atau lebih dan kreatinin serum > 100 mmol/L
e.  Hematologi : DIC
f.   Hepar : aspartate amino transferase > 100 U/L, atau alanine amino
transferase > 100 U/L sejak minggu pertama kelahiran
Komplikasi yang khas pada asfiksia neonatorum yaitu Enselopati Neonatal
atau Hipoksik Iskemik Enselopati yang merupakan sindroma klinis berupa
gangguan fungsi neurologis pada hari-hari awal kehidupan bayi aterm
(Moster, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Azzopardi dkk (2009) serta
penelitian oleh Wintermark dkk (2011) menyatakan bahwa meskipun induksi
hipotermia sedang selama 72 jam pada bayi dengan asfiksia neonatorum tidak
secara signifikan mengurangi tingkat kematian maupun cacat berat, tetapi
menghasilkan pengaruh baik terhadap sistem saraf pada bayi yang selamat
(Azzopardi, 2009 dan Wintermark, 2011).

G. Manifestasi klinik
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari
100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir


a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik, kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Laboratorium : darah rutin( Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb
15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit
4. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis,
tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.

I. Penatalaksanaan Medis

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi


bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi
bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC
resusitasi :

1. Memastikan saluran nafas terbuka :


a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c. Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka

2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan
menyentil atau menepuk telapak kakiLakukan penggosokan
punggung bayi secara cepat,mengusap atau mengelus
tubuh,tungkai dan kepala bayi.

b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3. Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara


kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan


khusus :

1. Tindakan umum

a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c.Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

2. Tindakan khusus

a. Asfiksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah


utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2
dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi
endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg.
Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi
dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula
glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini
disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena
umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi
paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan
biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3
kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan
pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam
perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan
diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini
tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang
belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia
diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b. Asfiksia sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat


dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul
pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan,
ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan
aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi
kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan
kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila
bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan,
usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan
jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi
paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera
dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong
masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya
mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan
dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan
gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan
dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa
saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan
tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan,
bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan,
apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat.

J. Proses Keperawatan
1.  Pengkajian
Hal-hal yang dikaji pada bayi baru lahir dengan asfiksia setelah
tindakan resusitasi meliputi (Carpenito, 2007 dan Mansjoer, 2000) :
a.  Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180 kali per menit.
Tekanan darah 60-80 mmHg sistolik dan 40-45 mmHg diastolik
1)  Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediasternum pada ruang intercostae
III/IV
2)  Mur-mur biasanya terjadi pada selama beberapa jam pertama
kehidupan
3)  Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena
b.  Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir
c.   Makanan atau cairan (status nutrisi)
1)  Berat badan : 2500-4000 gram
2)  Panjang badan : 44-45 cm
3)  Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai dengan gestasi
d.  Neurosensori
1)  Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
2)  Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama
30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma)
3)  Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemia, atau efek
nekrotik)
e.  Pernapasan
1)  APGAR score optimal : antara 7 s.d. 10
2)  Rentang RR normal dari 30-60 kali per menit, pola periodik
dapat terlihat
3)  Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya
silidrik thorax : kertilago xifoid menonjol umum terjadi
f.   Keamanan
Suhu normal pada 36,5 s.d. 37,5 0C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi
g.  Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan kulit pada tangan atau
kakai dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin
belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran
dengan forseps), atau perubahan warna herliquin, petekie pada
kepala atau wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan
berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portuine,
telengiektasis ( kelopak mata, antara alis dan mata, atau pada
nukhal), atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan
bokong) dapat terlihat.Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penampakan elektroda internal)
2.  Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain yaitu:
a.    Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan imaturitas
organ pernapasan.
b.    Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan imaturitas
kontrol suhu.
c.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan imaturitas organ pencernaan, refleks lemah.
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan NOC NIC
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitor pernafasan
pola nafas yang tindakan keperawatan ·   Kaji frekuensi pernafasan
berhubungan selama 1x24 jam, dan pola pernafasan.
dengan imaturitas diharapkan klien dapat ·   Perhatikan adanya apnea
organ pernapasan. menunjukkan pola dan perubahan frekuensi
nafas yang jantung, tonus jantung,
efektif,dengan kriteria tonus otot, dan warna
hasil : kulit berkenaan dengan
NOC prosedur atau perawatan.
1. Respiratory ·   Lakukan pemantauan 
    status jantung dan pernafasan
·   Frekuensi nafas yang kontinyu.
normal ·   Berikan rangsangan taktil
·   Irama pernafasan yang segera (misal
normal (regular) gosokan
·   Perkusi dada punggung bayi) bila
normal (sonor) terjadi
·   Tidak dada apnea.
retriksi dinding ·   Kolaborasi pemberian
dada obat-obatan sesuai
·   Tidak ada indikasi.
dipsnue Pencegahan aspirasi
·   Tidak ada ·   Bersihkan saliva yang
penggunaan otot berlebih pada mulut bayi.
pernafan ·   Posisikan bayi pada
abdomen atau posisi
telentang dengan
gulungan pokok di bawah
bahu untuk menghasilkan
sedikit
Hiperektensi

2. Respiratory
Terapi oksigen
    Patency
·   Berikan oksigen sesuai
·  Dapat mengeluarkan
indikasi (head box).
sekret
·   Monitor aliran oksigen (5-
·   Tidak ada nafas
7 l/menit untuk head box).
cuping hidung
·   Tidak ada
akumulasi sekret di
saluran nafas
·   Tidak ada
gasping
·   Tidak ada suara
nafas tambahan
3. Respiratory
    status  Gas
    exchage (0402)
·   Nilai AGD
Normal (Pao2,
PaCO2, PH
·   Tidak ada
sianosis
·   Tidak ada
penurunan 
kesadaran

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Pengaturan suhu


termoregulasi tindakan keperawatan ·   Pertahankan suhu tubuh
berhubungan selama 1x24 jam, optimal dengan
dengan imaturitas diharapkan suhu tubuh meminimalkan
kontrol suhu. klien tetap Normal pembukaan inkubator
dengan kriteria hasil: terlalu lama.
NOC ·   Kaji suhu dengan sesering
1. Termoregulasi mungkin.
·  Berkeringat saat ·   Gunakan lampu pemanas
deman selama prosedur.
·   Tidak ada ·   Pasang alat monitor suhu
perubahan warna inti secara kontinu, sesuai
kulit kebutuhan.
·   Tidak ada ·   Pertahankan kelembabab
·   hyper/hypotermia pada 50% atau lebih besar
·   Tidak terjadi dalam incubator.
·   dehidrasi ·   Perhatikan adanya
·   Suhu tubuh takipnea atau apnea,
·   normal(360-370) sianosis umum,
bradikardia, menangis
2. Neurological buruk, atau latergi.
    status ·   Berikan Dextrose  secara
·   Tidak ada intravena, sesuai dosis
penurunan yang dianjurkan
kesadaran
3. Tissue
perfusion:periferal
·   Tidak teraba
panas/dingin pada
kulit
·   Elastisitas kulit
·   Tidak ada
sianosis
·   Tidak terjadi
gangguan integritas
kulit

4.Vital sign
·   Nadi Normal
·   Respirasi Normal
·   Suhu Normal
·  Hipertemi/hipotemi
tidak ada.

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Terapi nutrisi


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan ·   Berikan nutrisi sesuai
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam, kebutuhan bayi
yang berhubungan nutrisi tubuh (pemberian ASI atau
dengan imaturitas seimbang  dengaia pengganti ASI melalui
organ pencernaan, hasil kriter : NGT).
refleks lemah. NOC ·   Pantau masukan dan
1. Infan pengeluaran. Hitung
    nurtitional  konsumsi kalori dan
   status  elektrolit setiap hari
·   Nutrition intake (nutrisi parenteral).
·   oral food intake
·   oral fluid intake
·   HB normal Manajemen nutrisi
·   Serum albumin ·   Mengkaji maturitas
Normal refleks berkenaan dengan
pemberian makan
2.Nutrition status: (misalnya: menghisap,
·   Berat badan menelan, dan batuk ).
sesuai ·   Kaji berat badan dengan
·   Bayi tampak menimbang berat badan.
aktif ·   Kaji tingkat dehidrasi,
·   Tidak ada tanda perhatikan fontanel,
dehidrasi/ turgor kulit, berat jenis
overhidarasi urine, kondisi membrane
mukosa, dan fluktuasi
berat badan.
·   Kaji tanda-tanda
hipoglikemia: takipnea
dan pernapasan tidak
tratur, apnea, letargi,
fluktuasi suhu, dan
diaphoresis. Pemberian
makan buruk, gugup,
menangis nada tinggi,
gemetar, mata terbalik,
dan aktivitas kejang
DAFTAR PUSTAKA

Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based


Guide to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.
Gathwala G, Khera A, Singh J, Balhara B. 2010. Magnesium for Neuroprotection
in Birth Asphyxia. Jornal of Pediatric Neurosciences : (5); 102-4.
Gregorio HO, Rojas DM, Villanueva D, Jaime HB, Bonilla XS, Gonzales LT, et
al. 2011. Caffeine Therapy for Apnoea of Prematurity : Pharmacological
Treatment. African Jornal of Pharmacy and Pharmacology : 5(4); 564-71.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. Informasi Sesialite Obat Indonesia volume 47.
Jakarta : ISFI Penerbitan.
Nurarif AH, Kusuma H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis, NANDA, dan NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action.
Ongunlesi TA, Fetuga MB, Adekanmbi AF. 2013. Mother’s Knowladge About
Birth Asphyxia : The Need to Do More!. Nigerian Journal of Clinical
Practice : 16(1); 31-6.
Pitsawong C, Prisana P. 2011. Risk Factors Associated with Birth Asphyxia in
Phramongkutklao Hospital. Thai J of Obstertrics and Gynaecology : 19;
165-71.
Wintermark P, Hansen A, Gregas MC, Soul J, Lebrecque M, Robertson RL, et al.
2011. Brain Perfusion in Asphyxiated Nerborns Treated with Therapeutic
Hypothermia. Am J Neuroradiol : 32; 2023-29.

Anda mungkin juga menyukai