1
suatu tujuan serta melaksanakan nilai-nilai yang bermanfaat untuk meningkatkan
kehidupan usaha sehari-hari.
Untuk memudahkan mempelajari Etika Kewirausahaan, maka sistem
pembelajaran terbagi menjadi beberapa topik pembahasan, sebagai berikut :
TOPIK I : Etika Kewirausahaan I
TOPIK II : Etika Kewirausahaan II
2
TOPIK I
ETIKA KEWIRAUSAHAAN I
3
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Dalam etika wirausaha ini juga erat kaitannya dengan Regulasi bisnis.
Regulasi bisnis merupakan suatu aturan dalam bisnis yang disepakati dan bersifat
mengikat yang harus diperhatikan oleh para pengusaha dalam menjalankan
usahanya. Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya:
pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi pengaturan diri
oleh suatu industri seperti melalui asosiasi perdagangan.
4
Inculding Trade in Counterfeit Good), penerapan semua ketentuan-ketentuan
yang ada dalam TRIPs tersebut adalah merupakan konsekuensi Negara Indonesia
sebagai anggota dari WTO (Word Trade Organization).
5
atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu
tersebut.
b) Perlindungan Kuratif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan
atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen.Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu, serta tidak boleh
dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya
konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini
seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau
pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia
mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian.
6
Kegiatan yang dilarang
Bagian Pertama Monopoli Pasal 17 (1) Pelaku usaha dilarang melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat. (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) apabila:
a) Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama; atau
b) Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
7
menginginkan adanya hokum dagang tersendiri yaitu KUHD belanda , dan pada
tahun 1819 drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal
peradilan khusus . lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda
berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi
pemmbuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad ke-19
Prof. molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di KUHD
Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896).Dan sampai
sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu , tentang dagang umumnya dan
tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.
3. Kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang berlaku di mana-
mana
ketidakjujuran dalam berbisnis akan menyebabkan usaha tidak berjalan
dengan jangka panjang. karena, tentu akan mempengaruhi juga dalam
pengambilan keputusan.
8
4. Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral menyangkut tindakan
yang benar dan salah yang terjadi di dalam lingkungan kerja
apabila etika wirausaha dilanggaran akan mengakibatkan :
1. Masalah citra publik
2. Tuntutan hukum yang mahal
3. Tingginya tingkat pencurian oleh karyawan.
1.4. Sikap dan Perilaku Wirausaha yang Sesuai dengan Etika Wirausaha
Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu perusahaan, dan
diberikan kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu.
Ada beberapa sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh pengusaha dan
seluruh karyawan, yaitu:
Jujur dalam bertindak dan bersikap. Sikap jujur merupakan modal utama
seorang karyawan dalam melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata,
berbicara, bersikap, maupun bertindak. Kejujuran inilah yang akan
menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.
Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas. Seorang karyawan dituntuk untuk
rajin dan tepat waktu dalam bekerja terutama dalam melayani pelanggan
dan tidak boleh malas dalam bekerja.
Selalu murah senyum. Dalam menghadapi tamu/pelanggan, seorang
karyawan harus selalu murah senyum, jangan sekali-kali bersikap murung
atau cemberut. Dengan senyum kita mampu meruntuhkan hati pelanggan
untuk menyukai produk atau perusahaan kita.
Lemah-lembut dan ramah-tamah. Dalam bersikap dan berbicara pada saat
melayani pelanggan atau tamu hendaknya dengan suara lemah lembut dan
sikap yang tamah tamah. Ini dapat menarik minat tamu dan membuat
pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.
Sopan santu dan hormat. Dalam memberikan pelayanan keapda pelanggan
hendanya selalu bersikap sopan dan hormat. Dengan demikian pelanggan
juga akan menghormati pelayanan yang diberikan karyawan tersebut.
Selalu ceria dan padai bergaul. Sikap selalu ceria yang ditunjukan
karyawan dapat memecahkan kekakuan yang ada, sedangkan sikap pandai
9
bergaul juga akan menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa
seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancer.
Fleksibel dan suka menolong pelanggan. Dalam menghadapi pelanggan,
karyawan harus dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada
pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jala keluarnya
dengan cara yang fleksibel. Karyawan diharapkan suka menolong
pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemui jalan keluarnya.
Serius dan memiliki rasa tanggung jawab. Dalam melayani pelanggan
karyawan harus serius dan sungguh-sungguh, tabah dalam menghadapi
pelanggan yang sulit berkomunikasi atau yang suka ngeyel. Dan juga
harus mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya samapi pelanggan
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
Rasa memiliki persahaan yang tinggi. Rasa kepemilikan ini akan
memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan, disamping itu karyawan
juga harus memiliki jiwa pengabdian, loyal, dan setia terhadap perusahaan.
10
menjual produknya yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak dipakai
tetap saja tidak mau mengganti produknya tersebut kepada pembelinya.
11
etika pergaulan bisnis yang baik. Sebagai contoh sebuah penerbit yang ingin
menyalurkan buku-buku terbitanya kepada para grosir yang bersedia
membeli secara kontan dalam jumlah besar dan kontinyu dengan
memperoleh potongan rabat yang sama dengan penyalur.
Rencana ini menjadi kandas karena mendapat protes keras dari
para penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan penerbit tersebut
akan sangat merugikan para penyalur sedangkan omset dari para penyalur
sendiri dalam beberapa tahun tidak meningkat. Contoh lain adalah adanya
perebutan tenaga kerja ahli atau manajer profesional oleh para pengusaha,
persaingan harga yang saling menjatuhkan diantara bisnismen dan
sebagainya.
12
5) Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama jawatan
pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat
finansial.Hubungan ini merupakan hubungn yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan Rugi dan
Laba misalnya.Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan
benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak
misalnya.Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak
baik.
Pelaksanaan tangungjawab sosial suatu bisnis merupakan
penerapan kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam,
teknologi, ekonomi, sosial, budaya,perintah maupun masyarakat
Internasional. Bisnis yang menerapkan tanggung jawab sosial itu merupakan
bisnis yang menjalankan etika bisnis, sedangkan bisnis yang tidak
melaksanakan tanggung jawab sosial itu merupakan penerapan yang tidak
etis.
Penerapan etika bisnis ini murupakan penerapan dari konsep “
Stake Holder” sebagai pengganti dari konsep lama yaitu konsep “Stock
Holder”. Pengusaha yang menerapkan konsep Stock Holder berusaha untuk
mementingkan kepentingan para pemengang saham (Stockholder) saja, di
mana para pemegang saham tentu saja akan mementingkan kepentinganya
yaitu penghasilan yang tinggi baginya yaitu yang berupa deviden atau
pembagian laba serta harga saham dipasar bursa.
Dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan
mereka akan tinggi, sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham akan
merupakan kenaikan kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya tersebut
dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan
ataupun tuntutan dari para pemengan saham itu sering kali mengabaikan
kepentingan – kepentingan pihak-pihak yang lain yang juga terlibat dalam
kegiatan bisnis. Pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak hanya
para pemegang saham saja akan tetapi masih banyak lagi seperti:
13
(a) Pekerja/ karyawan
(b) Konsumen
(c) Kreditur
(d) Lembaga-lembaga keuangan
(e) Pemerintah
14
g. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang
dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).
15
TOPIK II
ETIKA KEWIRAUSAHAAN II
Etika Wirausaha itu adalah merupakan adat sopan-santun, adat kebiasaan dan
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan kewirausahaan. Oleh karena itu
diharapkan seorang Wirausaha dalam kegiatan usahanya harus mempunyai :
1. Rasa kesusilaan atau budi pekerti yang baik.
2. Rasa sopan santun di dalam segi kehidupan berwirausaha.
3. Tatakrama di dalam segala tindakan dan perbuatan waktu berwirausaha.
4. Mempunyai tanggungjawab pada usahanya.
5. Bersikap jujur, benar sesuai dengan profesi usahanya.
16
Menurut pendapat Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh Zimmerer
(1996: 27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku
yaitu:
1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus
terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong
2. Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan dengan hormat, tulus
hati, berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat
jahat dan saling percaya.
3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, jangan mengintepretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau
legalistik dengan dalih ketidakrelaan.
4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan dan
Negara, jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang diperoleh
dalam kerahasiaan, behitu juga dalam konteks professional, jaga/melindungi
kemampuan untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti,
hndari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan
5. Kewajaran/keadilan, yaituberlaku adil dan berbudi luhur, bersedia untuk
mengakui kesalahan, dan perlihatkan komitmen keadilan, persamaan
perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari
kesalahan atau kemalangan orang lain.
6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas
kasihan, tolongmenolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang
membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat manusia,
menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua
orang, bersopan santun, jangan merendahkan orang lain, jangan
mempermalukan orang lain.
8. Warga Negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati hukum/aturan,
penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi dalam mengambil
keputusan.
17
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik
dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun,
dapat dipercaya/ diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas
dengan kemampuan terbaik, mengembangkan dan mempertahankan tingkat
kompetensi yang tinggi.
10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki tanggung jawab, menerima
tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu memberi
contoh.
18
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil
tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui, bahwa
yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti
apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat
tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-
prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk
menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika, seseorang
harus memiliki:
a. Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan
melakukan sesuatu yang benar.
b. Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari
suatu situasi.
c. Kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara
pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara
praktis.
5. Adakan pelatihan etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk
meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara yang terbaik
untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan
memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar
bercanda.
7. Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hanya aturan.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi,
manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan
yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk
menekankan bahwa betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap
karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar-
tawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat. Etika diawali dari atasan.
Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
19
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua
arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita
hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan
diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar
etika dipertahankan.
20
7. Membersihkan hambatan buatan sendiri, artinya seorang wirausaha harus
berusaha membebaskan dari hambatan-hambatan dari adanya produk buatan
sendiri. Seorang wirausaha jangan mempunyai pikiran ragu-ragu, merasa
takut, merasa rendah diri terhadap hasil produk buatan sendiri.
8. Mempunyai kemauan, daya upaya dan perencanaan, artinya seorang
wirausaha harus mempunyai kemauan, serta daya upaya untuk mengetahui
kemampuan dalam hidupnya, cara merencanakan dalam mengejar cita-cita
mengembangkan usahanya yang berhasil berdasarkan prinsip-prinsip
kewirausahaan.
21
dilingkungan perusahaan, mengolah air limbah sebelum dibuang ke selokan
/sungai , memberi filter udara pada cerobong asap pabrik, mengurangi polusi
tanah, dengan recycling atau mengolah kembali sampah yng dihasilkan
pabrik dsb. Para Wirausaha berkeyakinan bahwa kebijaksanaan green
marketing yang dilancarkan oleh perusahaan , akan berpengaruh terhadap
keputusan membeli konsumen terhadap suatu produk.
22