Anda di halaman 1dari 23

MODUL ETIKA KEWIRAUSAHAAN

DISUSUN OLEH KEL 4 :


MUMIN BIBI S.A
ARIF HIDAYATMA
SYEFRIAWAN
REZKI
ERNI LINCE
YUNITA
ERNIATI SIREGAR
AGUSTINA
NOVA AGUSTINA

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Peran wirausahawan dalam menjalankan usahanya sangat berperan penting


dalam meningkatkan perekonomian. Selain dapat meningkatkan produtifitas
nasional, manfaat lain dari wirausaha yaitu menambah lapangan pekerjaan bagi
masyarakat, sehingga dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan
pendapatan, dan pada skala makro dapat mengurangi kemiskinan. Menciptakan
teknologi baru, produk, dan jasa baru juga merupakan peran wirausaha dalam hal
pengembangan kreativitas dan inovasi. Disamping itu, wirausaha dapat membantu
organisasi bisnis yang besar dalam hal konsumsi bahan baku yang dibutuhkannya.
Tentu, hal ini akan memperlancar siklus perekonomian nasional, khususnya dalam
sektor indutri perdagangan.
Seorang wirausahawan dalam menjalankan usahanya bertujuan
memperoleh laba/profit yang sebesar-besarnya dengan biaya produksi tertentu
untuk mengembangkan usahanya. Namun, dalam hal profit oriented bukan berarti
mengabaikan sistem nilai dalam berwirausaha. Sistem nilai/moral tersebut
berhubungan erat dengan good will perusahaan khususnya kepercayaan/loyalitas
konsumen, mitra kerja, organisasi usaha itu sendiri, dan pesaing, serta masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu, seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya
harus memperhatikan etika wirausaha yang erat kaitannya dengan etika bisnis.
Dengan hal itu, diharapkan dapat terciptanya keadilan antara berbagai pihak
(produsen & konsumen) serta tidak saling merugikan diantaranya. Selain itu
diharapkan dapat terciptanya kondisi yang kondusif dalam persaingan usaha.
Oleh karena itu, seorang Wirausaha harus menunjukan tingkah laku yang
baik, sopan santun, tolong-menolong, tenggang rasa, hormat-menghormati satu
sama lainnya. Masalah sopan santun, hormat- menghormati, tolong-menolong,
dan tatakrama di dalam berwirausaha sehari-hari itu adalah merupakan etika. Jika
kata etika digabungkan dengan Wirausaha akan menjadi Etika Wirausaha. Dengan
demikian Etika Wirausaha itu adalah prinsip-prinsip atau pandangan-pandangan
dalam kegiatan bidang wirausaha dengan segala persoalannya untuk mencapai

1
suatu tujuan serta melaksanakan nilai-nilai yang bermanfaat untuk meningkatkan
kehidupan usaha sehari-hari.
Untuk memudahkan mempelajari Etika Kewirausahaan, maka sistem
pembelajaran terbagi menjadi beberapa topik pembahasan, sebagai berikut :
TOPIK I : Etika Kewirausahaan I
TOPIK II : Etika Kewirausahaan II

2
TOPIK I
ETIKA KEWIRAUSAHAAN I

1.1. Pengertian Etika Wirausaha


Peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok
orang/lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup bersama.Etika
wirausaha merupakan sebuah turunan dari etika bisnis yang didalamnya mengatur
tentang perilaku (etika) seorang pengusaha/wirausahawan dalam memulai,
menjalankan, hingga mengembangkan bisnis/usahanya.Etika Bisnis merupakan
suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang
dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaaan atau berusaha.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika wirausaha adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.Kesemuanya ini
mencakup bagaimana seorang wirausaha menjalankan bisnis secara adil, sesuai
dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu
ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.Von der Embse dan R.A. Wagley dalam
artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan
dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:
 Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
 Individual Rights Approach: Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.

3
 Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Dalam etika wirausaha ini juga erat kaitannya dengan Regulasi bisnis.
Regulasi bisnis merupakan suatu aturan dalam bisnis yang disepakati dan bersifat
mengikat yang harus diperhatikan oleh para pengusaha dalam menjalankan
usahanya. Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya:
pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi pengaturan diri
oleh suatu industri seperti melalui asosiasi perdagangan.

1.2. Macam-Macam Regulasi dalam Bisnis


 Regulasi Bisnis di Bidang Merek
Setiap produk dalam sebuah bisnis pasti memiliki merek yang menjadi
nama atau ciri khas dari produk tersebut. Dalam kepemilikan merek tersebut
perusahaan tentu harus mematenkan hak ciptanya agar tidak terklaim oleh
pengusaha lain. Terkait dengan berbagai kasus merek yang terjadi perlu untuk
diketahui pengertian dari merek itu sendiri. Pengertian dari merek secara yuridis
tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 15 tahun 2001 yang berbunyi:
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”.
Indonesia adalah negara hukum dan hal itu diwujudkan dengan berbagai
regulasi yang telah dilahirkan untuk mengatai berbagai masalah.Berkaitan dengan
kasus-kasus terkait merek yang banyak terjadi.Tidak hanya membuat aturan-
aturan dalam negeri, negeri seribu ini juga ikut serta dalam berbagai perjanjain
dan kesepakatan internasional. Salah satuya adalah meratifikasi Kovensi
Internasional tentang TRIPs dan WTO yang telah diundangkan dalam UU
Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
sesuai dengan kesepakatan internasional bahwa pada tanggal 1 Januari 2000
Indonesia sudah harus menerapkan semua perjanjian-perjanjian yang ada dalam
kerangka TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Right,

4
Inculding Trade in Counterfeit Good), penerapan semua ketentuan-ketentuan
yang ada dalam TRIPs tersebut adalah merupakan konsekuensi Negara Indonesia 
sebagai anggota dari WTO (Word Trade Organization).

 Regulasi Bisnis di Bidang Perlindungan Konsumen


Peraturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Pada
tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati
rancangan undang-undang (RUU) tentang perlindungan konsumen untuk disahkan
oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan.RUU ini sendiri baru
disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 April 1999.Di samping UU
Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang
juga bisa dijadikan sebagai dasar hukum adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah
Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan
Kota Makassar.
Ada dua jenis perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu :
a) Perlindungan Priventif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut akan
membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau jasa
tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan
atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli atau menggunakan

5
atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu
tersebut.
b) Perlindungan Kuratif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan
atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen.Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu, serta tidak boleh
dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya
konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini
seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau
pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia
mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian.

 Regulasi Larangan Praktek Monopoli


Pengertian Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat menurut
UU no.5 Tahun 1999 tentang Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan
ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya
produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikankepentingan
umum.
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus
berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan
umum.Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
adalah sebagai berikut :
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
c. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

6
Kegiatan yang dilarang
Bagian Pertama Monopoli Pasal 17 (1) Pelaku usaha dilarang melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat. (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) apabila:
a) Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama; atau
b) Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

 Regulasi di Bidang Hukum Dagang


Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad
pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan
pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat
perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara
lainnya ) . tetapi pada saat itu hokum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat
menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan , maka dibuatlah hokum baru
di samping hokum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang
berlaku bagi golongan yang disebut hokum pedagang (koopmansrecht) khususnya
mengatur perkara di bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum
pedagang ini bersifat unifikasi.
Pesatnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi
dalam hokum dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715)
yaitu Corbert dengan peraturan (ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673.Dan
pada tahun 1681 disusun ORDONNANCE DE LA MARINE yang mengatur
tenteng kedaulatan.
Pada tahun 1807 di Perancis di buat hokum dagang tersendiri dari hokum
sipil yang ada yaitu (CODE DE COMMERCE ) yang tersusun dari ordonnance du
commerce (1673) dan ordonnance du la marine(1838) . Pada saat itu Nederlands

7
menginginkan adanya hokum dagang tersendiri yaitu KUHD belanda , dan pada
tahun 1819 drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal
peradilan khusus . lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda
berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi
pemmbuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad ke-19
Prof. molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di KUHD
Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896).Dan sampai
sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu , tentang dagang umumnya dan
tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.

1.3. Prinsip etika wirausaha


Prinsip Etika dalan wirausaha antara lain :

1. Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan


perusahaan atau pengusaha.
membangun kepercayaan bisa dimulai dengan perilaku etis. perilaku sangat
penting bagi wirausahawan karena dapat memberikan efek positif sebagai
berikut:
a. Staf akan meniru perilaku pimpinannya
b. Standar etis akan membentuk kerangka kerja yang positif
c. kepercayaan pelanggan meningkat, sehingga dapat menjadi elemen dalam
bisnis jangka panjang.

2. Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.


untuk perencanaan bisnis jangka panjang , seorang wirausaha harus mampu
bertanggung jawab demi perusahaannya, bertanggung jawab dalam artian
tidak hanya dilingkungan sosial tetapi juga di ekonomi masyarakat

3. Kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang berlaku di mana-
mana
ketidakjujuran dalam berbisnis akan menyebabkan usaha tidak berjalan
dengan jangka panjang. karena, tentu akan mempengaruhi juga dalam
pengambilan keputusan.

8
4. Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral menyangkut tindakan
yang benar dan salah yang terjadi di dalam lingkungan kerja
apabila etika wirausaha dilanggaran akan mengakibatkan :
1. Masalah citra publik
2. Tuntutan hukum yang mahal
3. Tingginya tingkat pencurian oleh karyawan.

1.4. Sikap dan Perilaku Wirausaha yang Sesuai dengan Etika Wirausaha
Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu perusahaan, dan
diberikan kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu.
Ada beberapa sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh pengusaha dan
seluruh karyawan, yaitu:

 Jujur dalam bertindak dan bersikap. Sikap jujur merupakan modal utama
seorang karyawan dalam melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata,
berbicara, bersikap, maupun bertindak. Kejujuran inilah yang akan
menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.
 Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas. Seorang karyawan dituntuk untuk
rajin dan tepat waktu dalam bekerja terutama dalam melayani pelanggan
dan tidak boleh malas dalam bekerja.
 Selalu murah senyum. Dalam menghadapi tamu/pelanggan, seorang
karyawan harus selalu murah senyum, jangan sekali-kali bersikap murung
atau cemberut. Dengan senyum kita mampu meruntuhkan hati pelanggan
untuk menyukai produk atau perusahaan kita.
 Lemah-lembut dan ramah-tamah. Dalam bersikap dan berbicara pada saat
melayani pelanggan atau tamu hendaknya dengan suara lemah lembut dan
sikap yang tamah tamah. Ini dapat menarik minat tamu dan membuat
pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.
 Sopan santu dan hormat. Dalam memberikan pelayanan keapda pelanggan
hendanya selalu bersikap sopan dan hormat. Dengan demikian pelanggan
juga akan menghormati pelayanan yang diberikan karyawan tersebut.
 Selalu ceria dan padai bergaul. Sikap selalu ceria yang ditunjukan
karyawan dapat memecahkan kekakuan yang ada, sedangkan sikap pandai

9
bergaul juga akan menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa
seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancer.
 Fleksibel dan suka menolong pelanggan. Dalam menghadapi pelanggan,
karyawan harus dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada
pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jala keluarnya
dengan cara yang fleksibel. Karyawan diharapkan suka menolong
pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemui jalan keluarnya.
 Serius dan memiliki rasa tanggung jawab. Dalam melayani pelanggan
karyawan harus serius dan sungguh-sungguh, tabah dalam menghadapi
pelanggan yang sulit berkomunikasi atau yang suka ngeyel. Dan juga
harus mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya samapi pelanggan
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
 Rasa memiliki persahaan yang tinggi. Rasa kepemilikan ini akan
memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan, disamping itu karyawan
juga harus memiliki jiwa pengabdian, loyal, dan setia terhadap perusahaan.

1.5. Penerapan Etika Wirausaha.


Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:
1) Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang
paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika
pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan ini dapat
disebut disini misalnya saja:
i) Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk
membedakan atau mengadakan perbandingan harga terhadap
produknya.
ii) Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi
didalamnya, sehingga produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi
serta kandungan atau zat-zat yang terdapat didalam produk itu.
iii) Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang
sangat etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang

10
menjual produknya yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak dipakai
tetap saja tidak mau mengganti produknya tersebut kepada pembelinya.

2) Hubungan dengan karyawan


Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk
memajukan bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan
dengan karyawannya.Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi
beberapa hal yakni: Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi
atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-
off atau pemecatan/PHK (pemutusan hubungan kerja). Didalam menarik
tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan
hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak
diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang
berasal dari anggota keluarga sendiri.
Disamping itu tidak jarang seorang manajer yang mencoba
menaikkan pangkat para karyawan dari generasi muda yang dianggapnya
sangat potensial dalam rangka membawa organisasi menjadi lebih dinamis,
tetapi hal tersebut mendapat protes keras dari karyawan dari generasi tua.
Masalah lain lagi dan yang paling rawan adalah masalah pengeluaran
karyawan atau dropout. Masalah DO atau PHK ini perlu mendapatkan
perhatian ekstra dari para manajer karena hal ini menyangkut masalah tidak
saja etik akan tetapi juga masalah kemanusian. Karyawan yang di PHK –
kan tentu saja akan kehilangan mata pencahariannya yang menjadi tumpuan
hidup dia bersama keluarganya.

3) Hubungan antar bisnis


Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu
dengan perusahan yang lain Hal ini bisa terjadi hubungn antara perusahaan
dengan saingannya, dengan penyalurnya, dengan grosirnya, dengan
pengecernya, agen tunggalnya maupun distributornya.Dalam kegiatan
sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan
kepentingan antar kedunya.Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya

11
etika pergaulan bisnis yang baik. Sebagai contoh sebuah penerbit yang ingin
menyalurkan buku-buku terbitanya kepada para grosir yang bersedia
membeli secara kontan dalam jumlah besar dan kontinyu dengan
memperoleh potongan rabat yang sama dengan penyalur.
Rencana ini menjadi kandas karena mendapat protes keras dari
para penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan penerbit tersebut
akan sangat merugikan para penyalur sedangkan omset dari para penyalur
sendiri dalam beberapa tahun tidak meningkat. Contoh lain adalah adanya
perebutan tenaga kerja ahli atau manajer profesional oleh para pengusaha,
persaingan harga yang saling menjatuhkan diantara bisnismen dan
sebagainya.

4) Hubungan dengan Investor


Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang
akan atau telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik
dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon
investornya.Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor
untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu
mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang
mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para
pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual sahamnya kepada
masyarakat.
Pada pihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk
menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat
berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh
karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah
diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang
gopublic tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan
terhadap informasi terhadap hal ini.

12
5) Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama jawatan
pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat
finansial.Hubungan ini merupakan hubungn yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan Rugi dan
Laba misalnya.Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan
benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak
misalnya.Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak
baik.
Pelaksanaan tangungjawab sosial suatu bisnis merupakan
penerapan kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam,
teknologi, ekonomi, sosial, budaya,perintah maupun masyarakat
Internasional. Bisnis yang menerapkan tanggung jawab sosial itu merupakan
bisnis yang menjalankan etika bisnis, sedangkan bisnis yang tidak
melaksanakan tanggung jawab sosial itu merupakan penerapan yang tidak
etis.
Penerapan etika bisnis ini murupakan penerapan dari konsep “
Stake Holder” sebagai pengganti dari konsep lama yaitu konsep “Stock
Holder”. Pengusaha yang menerapkan konsep Stock Holder berusaha untuk
mementingkan kepentingan para pemengang saham (Stockholder) saja, di
mana para pemegang saham tentu saja akan mementingkan kepentinganya
yaitu penghasilan yang tinggi baginya yaitu yang berupa deviden atau
pembagian laba serta harga saham dipasar bursa.
Dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan
mereka akan tinggi, sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham akan
merupakan kenaikan kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya tersebut
dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan
ataupun tuntutan dari para pemengan saham itu sering kali mengabaikan
kepentingan – kepentingan pihak-pihak yang lain yang juga terlibat dalam
kegiatan bisnis. Pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak hanya
para pemegang saham saja akan tetapi masih banyak lagi seperti:

13
(a) Pekerja/ karyawan
(b) Konsumen
(c) Kreditur
(d) Lembaga-lembaga keuangan
(e) Pemerintah

1.6. Manfaat Etika Wirausaha.


Etika bisnis bagi perusahaan ini,menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernahtimbul dimasa
lalu), seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok,
menerima hadiah,sumbangan dan sebagainya. Latar belakang pembuatan etika
bisnis adalah sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan
kegiatan perusahaan. Bila Perusahaan memiliki etika sendiri,mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya. Manfaat
Etika Bisnis bagi Perusahaan :
a. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah
dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi
perusahaan besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu
sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara intern semua karyawan
terikat dengan standard etis yang sama, sehingga akan mefigambil
kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul.
b. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika.
(penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan
dalam melindungi lingkungan hidup).
c. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
d. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya,
kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
e. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan
harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut.
f. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan

14
g. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang
dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).

15
TOPIK II
ETIKA KEWIRAUSAHAAN II

Etika Wirausaha itu adalah merupakan adat sopan-santun, adat kebiasaan dan
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan kewirausahaan. Oleh karena itu
diharapkan seorang Wirausaha dalam kegiatan usahanya harus mempunyai :
1. Rasa kesusilaan atau budi pekerti yang baik.
2. Rasa sopan santun di dalam segi kehidupan berwirausaha.
3. Tatakrama di dalam segala tindakan dan perbuatan waktu berwirausaha.
4. Mempunyai tanggungjawab pada usahanya.
5. Bersikap jujur, benar sesuai dengan profesi usahanya.

Wirausaha adalah merupakan kelompok orang-orang secara teratur,


berencana melakukan tugasnya sesuai dengan rasa tanggungjawab dalam
mengembangkan bidang usaha untuk kepentingan pribadinya dan lingkungannya.
Setiap orang yang menjalankan Wirausaha harus dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan, tata tertib, pedoman-pedoman dan etika kewirausahaan. Etika
Wirausaha adalah tata aturan, disiplin, adat istiadat yang sudah ditentukan oleh
perkumpulan Wirausaha. Etika Wirausaha adalah merupakan norma-norma
sebagai pedoman melaksanakan kegiatan di bidang usaha yang mengikat dirinya
untuk membela pribadinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya.
Adapun norma-norma Etika Wirausaha yang harus dijalankan atau
dilakukan oleh para wirausaha adalah :
1. Mendukung dan membela ideologi negara yaitu Pancasila, UUD 1945 dan
kebijaksanaan pemerintah,
2. Lebih meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
3. Menjaga nama baik para wirausaha,
4. Melakukan dan memperlihatkan perilaku dan sikap yang sesuai dengan
jabatan wirausaha,
5. Melaksanakan tugas sesuai dengan jabatan kewirusahaan dengan penuh
dedikasi yang tinggi.

16
Menurut pendapat Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh Zimmerer
(1996: 27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku
yaitu:
1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus
terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong
2. Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan dengan hormat, tulus
hati, berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat
jahat dan saling percaya.
3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, jangan mengintepretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau
legalistik dengan dalih ketidakrelaan.
4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan dan
Negara, jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang diperoleh
dalam kerahasiaan, behitu juga dalam konteks professional, jaga/melindungi
kemampuan untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti,
hndari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan
5. Kewajaran/keadilan, yaituberlaku adil dan berbudi luhur, bersedia untuk
mengakui kesalahan, dan perlihatkan komitmen keadilan, persamaan
perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari
kesalahan atau kemalangan orang lain.
6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas
kasihan, tolongmenolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang
membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat manusia,
menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua
orang, bersopan santun, jangan merendahkan orang lain, jangan
mempermalukan orang lain.
8. Warga Negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati hukum/aturan,
penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi dalam mengambil
keputusan.

17
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik
dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun,
dapat dipercaya/ diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas
dengan kemampuan terbaik, mengembangkan dan mempertahankan tingkat
kompetensi yang tinggi.
10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki tanggung jawab, menerima
tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu memberi
contoh.

Cara mempertahankan standar etika antara lain adalah sebagai berikut:


1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam
menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi
stakeholder.
2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar
tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari
karyawan. Topik-topik khas yang ada pada suatu kode etik biasanya memuat
tentang:
a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaatan pada hukum.
b. Kualitas dan keamanan produk.
c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja.
d. Konflik kepentingan (conflict of interest)
e. Praktik dan latihan karyawan.
f. Praktik pemasaran dan penjualan.
g. Keamanan / kebebasan.
h. Kegiatan berpolitik.
i. Pelaporan finansial.
j. Hubungan dengan pemasok.
k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.
l. Jaminan dagang / insider information.
m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha.
n. Perlindungan lingkungan.
o. Informasi kepemilikan.
p. Keamanan kemasan.

18
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil
tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui, bahwa
yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti
apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat
tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-
prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk
menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika, seseorang
harus memiliki:
a. Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan
melakukan sesuatu yang benar.
b. Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari
suatu situasi.
c. Kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara
pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara
praktis.
5. Adakan pelatihan etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk
meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara yang terbaik
untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan
memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar
bercanda.
7. Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hanya aturan.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi,
manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan
yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk
menekankan bahwa betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap
karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar-
tawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat. Etika diawali dari atasan.
Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.

19
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua
arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita
hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan
diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar
etika dipertahankan.

Dari penjelasan materi di atas, akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa


hal-hal yang berkaitan dengan Etika Wirausaha itu, adalah sebagai berikut :
1. Wirausaha adalah tugas mulia dan kebiasaan baik, artinya wirausaha bertugas
untuk mewujdkan suatu kenyataan hidup berdasarkan suatu kebiasaan yang
baik di dalam berwirausaha.
2. Menempa pikiran untuk maju, artinya wirausaha melatih untuk membiasakan
diri untuk berprakasa baik, brtanggungjawab, percaya diri untuk dapat
mengerjakan kebaikan dan meningkatkan daya saing, serta daya juang untuk
mempertahankan hidup dari prinsip-prinsip berwirausaha.
3. Kebiasaan membentuk watak, artinya wirausaha berdaya upaya untuk
membiasakan diri berpikir, bersikap mental untuk berbuat maju, berpikir
terbuka secara baik, bersih dan teliti.
4. Membersihkan diri dari kebiasaan berpikir negatif, artinya wirausaha harus
berusaha dan berdaya upaya untuk menanggalkan dan membersihkan diri dari
kebiasaan cara berpikir, sikap mental yang tidak baik, misalnya menyakiti
orang lain, serta menjauhkan diri dari sikap selalu menggantungkan pada
kemujuran nasib.
5. Kebiasaan berprakarsa, artinya seorang seorang wirausaha harus
membiasakan diri untuk mengembangkan dalam berprakarsa dalam kegiatan
pengelolaan usaha, dapat memberikan saran-saran yang baik, serta dapat
menolong kepada dirinya sendiri.
6. Kepercayaan kepada diri sendiri, artinya seorang wirausaha harus percaya
kepada diri sendiri, harus mempunyai keyakinan dan beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa, serta dapat meningkatkan nilai-nilai kehidupan di dalam
berwirausaha.

20
7. Membersihkan hambatan buatan sendiri, artinya seorang wirausaha harus
berusaha membebaskan dari hambatan-hambatan dari adanya produk buatan
sendiri. Seorang wirausaha jangan mempunyai pikiran ragu-ragu, merasa
takut, merasa rendah diri terhadap hasil produk buatan sendiri.
8. Mempunyai kemauan, daya upaya dan perencanaan, artinya seorang
wirausaha harus mempunyai kemauan, serta daya upaya untuk mengetahui
kemampuan dalam hidupnya, cara merencanakan dalam mengejar cita-cita
mengembangkan usahanya yang berhasil berdasarkan prinsip-prinsip
kewirausahaan.

Berikut adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan oleh seorang


Wirausahawan.
1. Konsumerisme
Konsumerisme adalah gerakan protes dari para konsumen atau masyarakat,
karena perlakuan para pengusaha/wirausaha yang kurang baik dalam
melayani konsumen. Artinya bahwa konsumerisme ialah suatu tindakan dari
individu atau organisasi konsumen, lembaga pemerintah dan perusahaan
sebagai jawaban ketidakpuasan yng diterima dalam hubungan dengan jual
beli
Hak – hak konsumen :
a. Hak untuk memilih, jangan hanya ditawarkan komoditi satu jenis saja,
tanpa ada pilihan
b. Konsumen berhak memperoleh informasi dari produsen, terhadap barang
yang akan dibeli, baik mengenai bahan, cara pemakaian, daya tahan, dsb.
c. Jika ada keluhan konsumen, harus didengar. Jika ada tuntutan konsumen
harus segera diperhatikan oleh produsen.
d. Apabila konsumen menggunakan produk, harus dijaga keselamatan
konsumen, jangan sampai barang yang telah dibeli membahayakan
konsumen terutama dalam hal mainan anak-anak , atau obat.
2. Masalah polusi
Green Marketing adalah mendesain kegiatan marketing untuk melestarikan
lingkungan, agar menimbulkan citra baik terhadap perusahaan. Usaha
melestarikan lingkungan ini bisa berbentuk kegiatan menanam pepohonan

21
dilingkungan perusahaan, mengolah air limbah sebelum dibuang ke selokan
/sungai , memberi filter udara pada cerobong asap pabrik, mengurangi polusi
tanah, dengan recycling atau mengolah kembali sampah yng dihasilkan
pabrik dsb. Para Wirausaha berkeyakinan bahwa kebijaksanaan green
marketing yang dilancarkan oleh perusahaan , akan berpengaruh terhadap
keputusan membeli konsumen terhadap suatu produk.

22

Anda mungkin juga menyukai