OLEH :
1
TINJAUAN TEORI
2
c) Mengoptimalkan fungsi mental
d) Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
1. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia.
( Mary,2009)
2. Etiologi
1. Diabetes Tipe I
a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
3
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, Yaitu oto antibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
3. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia
pada lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria
tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul
keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia
urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu
tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
4
Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses
menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala
sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering
muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut
yang sering ditemukan adalah :
1) Katarak
2) Glaukoma
3) Retinopati
4) Gatal seluruh badan
5) Pruritus Vulvae
6) Infeksi bakteri kulit
7) Infeksi jamur di kulit
8) Dermatopati
9) Neuropati perifer
10) Neuropati viseral
11) Amiotropi
12) Ulkus Neurotropik
13) Penyakit ginjal
14) Penyakit pembuluh darah perifer
15) Penyakit koroner
16) Penyakit pembuluh darah otak
17) Hipertensi
5
4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting
yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai
bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh
sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat
masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah
yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik
yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta
pankreas.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
6
5. Pathway
Fungsi Fungsi
pengecap pankreas
menurun menurun
Konsumsi Menurunnya
gula kualitas dan
berlebih kuantits insulin
Hiperglikemi
(DM)
7
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal.
2. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah
diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk
memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti
program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien
yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang,
dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang
sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM,
olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina
dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta
membantu menurunkan berat badan.
8
3. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus
selalu diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan
lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas
yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
4. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering
diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM.
Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan
kadar glukosa darah dalam parameter yang   telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
5. Pendidikan
a) Diet yang harus dikomsumsi
b) Latihan
c) Penggunaan insulin
d) Pemeriksaan Diagnostik
e) Glukosa darah sewaktu
f) Kadar glukosa darah puasa
g) Tes toleransi glukosa
7. Komplikasi
1. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
2. Komplikasi kronis:
Retinopati diabetic
Nefropati diabetic
Neuropati
Displidemia
9
Hipertensi
Kaki diabetic
Hipoglikemia
8. Pengkajian Fokus
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah
melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci
adalah sebagai berikut (Rumahorbo, 1999)
1. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat
melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau
terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi
oral).
2. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular,
kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan
terjadinya komplikasi aterosklerosis.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
b) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
10
e) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan
peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah
komplikasi.
5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.
9. Diagnosa Keperawatan
11
10. PERENCANAAN KEPERAWATAN
12
nutrisi klien.
Observasi tanda Pada metabolism
hipoglikemia kaborhidrat (gula
(perubahan tingkat darah akan berkurang
kesadaran, kulit lembap dan sementara tetap
atau dingin, denyut nadi diberikan tetap
cepat, lapar, peka diberikan insulin,
rangsang, cemas, sakit maka terjadi
kepala, pusing). hipoglikemia terjadi
tanpa memperlihatkan
perubahan tingkat
kesadaran.
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan Analisa di tempat tidur
gula darah terhadap gula darah
dengan finger stick lebih akurat daripada
memantau gula dalam
urine.
Pantau pemeriksaan Gula darah menurun
laboratorium (glukosa perlahan dengan
darah, aseton, pH, penggunaan cairan dan
HCO3) terapi insulin
terkontrol sehingga
glukosa dapat masuk
ke dalam sel dan
digunakan untuk
sumber kalori. Saat ini,
kadaar aseton menurun
dan asidosis dapat
dikoreksi.
Berikan pengobatan Insulin regular
insulin secara teratur memiliki awitan cepat
melalui iv dan dengan cepat pula
membantu
memindahkan glukosa
ke dalam sel.
13
Pemberian melalui IV
karena absorpsi dari
jaringan subkutan
sangat lambat.
Berikan larutan glukosa Larutan glukosa
( destroksa, setengah ditambahkan setelah
salin normal). insulin dan cairan
membawa gula darah
sekitar 250 mg /dl.
Dengan metabolism
karbohidrat mendekati
normal, perawatan
diberikan untuk
menghindari
hipoglikemia.
Konsultasi dengan ahli Bermanfaat dalam
gizi penghitungan dan
penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi.
2 Kekurangan Setelah Pasien Kaji riwayat klien Membantu
volume cairan diberikan menunjukkan sehubungan dengan memperkirakan
berhubungan asuhan hidrasi yang lamanya atau intensitas kekurangan volume
dengan keperawatan adekuat dari gejala seperti total. Adanya proses
osmotik diharapkan dibuktikan oleh muntah dan pengeluaran infeksi mengakibatkan
diuresis kebutuhan tanda vital urine yang berlebihan. demam dan keadaan
ditandai cairan atau stabil, nadi hipermetabolik yang
dengan tugor hidrasi pasien perifer dapat meningkatkan
kulit menurun terpenuhi diraba, turgor kehilangan air.
Pantau tanda – tanda Hipovolemi
dan membran kulit dan
vital, catat adanya dimanifestasikan oleh
mukosa pengisian
perubahan tekanan hipotensi dan
kering. kapiler baik,
takikardia. Perkiraan
darah ortostatik.
haluaran urin berat ringannya
tepat secara hipovolemi saat
tekanan darah sistolik
14
individu dan turun ≥ 10 mmHg dari
kadar elektrolit posisi berbaring ke
dalam batas duduk atau berdiri.
Hipovolemi Perlu mengeluarkan
normal.
dimanifestasikan oleh asam karbonat melalui
hipotensi dan takikardia. pernapasan yang
Perkiraan berat
menghasilkan
ringannya hipovolemi
kompensasi alkalosis
saat tekanan darah
sistolik turun ≥ 10 respiratoris terhadap
mmHg dari posisi keadaan ketoasidosis.
berbaring ke duduk atau Napas bau aseton
berdiri.
disebabkan pemecahan
asam asetoasetat dan
harus berkurang bila
ketosis terkoreksi.
Pantau frekuensi dan Hiperglikemia dan
kualitas pernapasan, asidosis menyebabkan
penggunaan otot bantu pola dan frekuensi
napas, adanya periode pernapasan normal.
apnea dan sianosi. Akan tetapi
peningkatan kerja
pernapasan,
pernapasan dangkal
dan cepat serta
sianosis merupakan
indikasi dari kelelahan
pernapasan atau
kehilangan
kemampuan melalui
kompensasi pada
asidosis
15
merupakan tanda
dehidrasi.
Kaji nadi perifer, Merupakan indicator
pengisian kapiler, turgor tingkat dehidrasi atau
kulit, dan membrane volume sirkulasi yang
adekuat.
mukosa.
Pantau masukan dan Memperkirakan
pengeluaran kebutuhan cairan
pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan
terapi yang diberikan.
Ukur berat badan setiap Memberikan hasil
hari. pengkajian terbaik dari
status cairan yang
sedang berlangsung
dan selanjutnya dalam
memberikan cairan
pengganti
Pertahankan pemberian Mempertahankan
cairan minimal 2500 hidrasi atau volume
ml/hari sirkulasi.
Tingkatkan lingkungan Menghindari
yang menimbulkan rasa pemanasan yang
nyaman. Selimuti klien berlebihan terhadap
dengan kain yang tipis.
klien lebih lanjut dapat
menimbulkan
kehilangan cairan.
Kaji adanya perubahan Perubahan mental
mental atau sensori. berhubungan dengan
hiperglikemi atau
hipoglikemi, elektrolit
abnormal, asidosis,
penurunan perfusi
serebral, dan hipoksia.
Penyebab yang tidak
tertangani, gangguan
16
kesadaran menjadi
predisposisi aspirasi
pada klien.
Observasi mual, nyeri Kekurangan cairan dan
abdomen, muntah, dan elektrolit mengubah
distensi lambung. motilitas lambung
sehinnga sering
menimbulkan muntah
dan secara potensial
menimbulkan
kekurangan cairan dan
elektrolit.
Observasi adanya Pemberian cairan
perasaan kelelahan yang untuk perbaikan yang
meningkat, edema, cepat berpotensi
peningkatan berat menimbulkan
badan, nadi tidak kelebihan cairan dan
teratur, dan distensi gagal jantung kronis.
vaskuler.
Kolaborasi
Berikan terapi cairan
sesuai indikasi :
Normal salin atau Tipe dan jumlah cairan
setengah normal salin tergantung pada
dengan atau tanpa derajat kekurangan
dekstrosa.
cairan dan respon klien
secara individual.
Albumin, plasma, atau Plasma ekspander
dekstran. (pengganti)
dibutuhkan jika
mengancam jiwa atau
tekanan darah sudah
tidak dapat kembali
normal dengan usaha
rehidrasi yang telah
17
dilakukan.
18
Klien dapat rentang keletihan. Skala dan kelelahan
mengungkapk 0-10 (0 =tidak lelah, membantu dalam
an 10 = sangat kelelahan) merencanakan akivitas
peningkatan
untuk memaksimalkan
tingkat energi.
konserfasi energi dan
Klien dapat
menunjukkan produktivitas.
perbaikan Berikan aktivitas Mencegah kelelahan
kemampuan alternatif dengan yang berlebih.
untuk periode istirahat yang
berpartisipasi cukup/ tanpa diganggu.
dalam Pantau nadi , frekuensi Mengindikasikan
aktivitas yang nafas, serta tekanan tingkat aktivitas yang
diinginkan. dapat ditoleransi
darah sebelum dan
secara fisiologis.
seudah melakukan
aktivitas.
Tingkatkan partisipasi Memungkinkan
klien dalam melakukan kepercayaan diri/
aktivitas sehari-hari harga diri yang positif
sesuai kebutuhan. sesuai tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi.
Ajarkan untuk Membantu dalam
mengidentifikasi tanda mengantisipasi
dan gejala yang terjadinya keletihan
menunjukkan
yang berlebihan.
peningkatan aktivitas
penyakit dan
mengurangi aktivitas,
seperti demam,
penurunan berat badan,
keletihan makin
memburuk.
5 Risiko tinggi setelah Tidak ada Observasi tanda-tanda Pasien mungkin masuk
infeksi diberikan rubor, kalor, infeksi dan peradangan dengan infeksi yang
berhubungan asuhan dolor, tumor, sperti demam, biasanya telah
dengan fungsiolesia.
keperawatan kemerahan, adanya pus mencetuskan keadaan
glukosa darah Terjadi
diharapkan tid pada luka, sputum ketoasidosis atau dapat
19
yang tinggi. ak terjadi perubahan gaya purulen, urine warna mengalami infeksi
tanda-tanda hidup untuk keruh atau berkabut. nosokomial.
mencegah Tingkatkan upaya Mencegah timbulnya
infeksi
terjadinya pencegahan dengan infeksi nosokomial.
infeksi. melakukan cuci tangan
yang baik pada semua
orang yang berhubungan
dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Pertahankan teknik Kadar glukosa yang
aseptik pada prosedur tinggi dalam darah
invasif. akan menjadi meddia
terbaik dalam
pertumbuhan kuman.
Berikan perawatan kulit Sirkulasi perifer bisa
dengan teratur dan terganggu dan
sungguh-sungguh, menempatkan pasien
masase daerah tulang pada peningkatan
yang tertekan, jaga kulit risiko terjadinya
tetap kering, linen kerusakan pada kulit.
kering dan tetap
kencang.
Berikan tisue dan Mengurangi
tempat sputum pada penyebaran infeksi.
tempat yang mudah
dijangkau untuk
penampungan sputum
atau secret yang lainnya.
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan Untuk
kultur dan sensitifitas mengidentifikasi
sesuai dengan indikasi. adanya organisme
sehingga dapat
memilih atau
memberikan terapi
20
antibiotik yang terbaik.
Berikan obat antibiotik Penanganan awal
yang sesuai dapat mambantu
mencegah timbulnya
sepsis.
6 Resiko terjadi Setelah Dapat Hindarkan lantai yang Lantai licin dapat
injury diberikan menunjukkan licin. menyebabkan risiko
berhubungan asuhan terjadinya jatuh pada pasien
dengan keperawatan perubahan Gunakan bed yang Mempermudah pasien
penurunan diharapkan tid perilaku untuk rendah untuk naik dan turun
penglihatan. ak terjadi menurunkan
dari tempat tidur.
injuri factor risiko
Orientasikan klien Lansia daya ingatnya
dan untuk
dengan ruangan. sudah menurun,
melindungi diri
dari cidera. sehingga diperlukan
Mengubah orientasi ruangan agar
lingkungan lansia bisa
sesuai indikasi menyesuaikan diri
untuk
terhadap ruangan.
meningkatkan Bantu klien dalam Lansia sudah
keamanan.
melakukan aktivitas mengalami penurunan
sehari-hari dalam fisik, sehingga
dalam melakukan
aktivitas sehari
diperlukan bantuan
dari orang lainsesuai
dengan yang dapat
ditoleransi
21
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Data Biografi
Nama : Tn.Y
Alamat : Tarik
Tanggal lahir : 6 juni 1955
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku : jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SR/SD
Orang yang terdekat : Istri
Alamat : tarik
Keterangan :
22
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: tinggal serumah
3. Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : pensiunan
Pekerjaan sebelumnya : sipil
Sumber-sumber pendapatan: gaji pensiunan
5. Riwayat rekreasi
Hobi/minat : klien biasa duduk sambil bercerita dengan
istrinya.
Keanggotaan organisasi : tidak ada
Liburan/perjalanan : tidak ada
23
7. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama : klien mudah lesu, dan kakinya sering kesemutan.
Diagnosis medis : diabetes melitus
Obat yang digunakan: metformin 500 mg, injeksi insulin
Status imunisasi : tidak diketahui
Alergi : tidak ada
Nutrisi : nasi biasa, 3 kali sehari
9. Pengkajian umum
Kelelahan : iya, sering merasa lelah.
Perubahan berat badan yang lalu : iya
Perubahan nafsu makan : iya
Demam : tidak ada
Keringat malam : tidak ada
Kesulitan tidur : iya
Sering pilek, infeksi : tidak ada
Penilaian diri terhadap status kesehatan : klien menyadari penyakitny
Kemampuan melakukan ADL : mandiri
24
Anemia : tidak ada
Riwayat transfusi darah : tidak ada
25
Alergi : tidak ada
Riwayat infeksi : tidak ada
Penilaian diri pada kemampuan penciuman : klien merasa masih
memiliki penciuman yang baik.
26
Perdarahan rektum : tidak ada
Pola defekasi : 1 kali sehari
27
menangis : tidak ada
gugup : tidak ada
takut : tidak ada
masalah dalam mengambil keputusa : tidak ada
kesulitan berkonsentrasi : tidak ada
pernyataan perasaan kepuasan/frustasi : tidak ada
stres saat ini : tidak ada
masalah tentang kematian : tidak ada
dampak penampilan ADL : tidak ada
18. Pengkajian integumen
Lesi/luka : tidak ada
Pruritis : tidak ada
Perubahan pigmentasi : tidak ada
Perubahan tekstur : tidak ada
Sering memar : tidak ada
Perubahan rambut : tidak ada
Perubahan kuku : tidak ada
Pemajanan lama terhadap matahari : tidak ada
Pola penyembuhan lesi, memar, : tidak ada
28
Sensitifitas pendengaran : penurunan karena usia
Alat-alat prostesa : tidak ada
Riwayat infeksi : tidak ada
Tanggal pemeriksaan terakhir: tidak diketahui
Kebiasaan perawatan telinga : seminggu sekali menggunakan cotton bud
Dampak pada penampilan ADL : tidak ada
29
Orthopneu : tidak ada
Murmur : tidak ada
Edema : tidak ada
Varises : iya, pada betis kiri dan kanan
Kaki timpang : tidak ada
Parestesia : tidak ada
Perubahan warna kaki : tidak ada
30
Masalah koordinasi : tidak ada
Tic/tremor/spasme : tidak ada
Parestesia : tidak ada
Cedera kepala : tidak ada
Masalah memori : tidak ada
B. ANALISIS DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Kondisi fisik keletihan
- Klien mengatakan sejak 10 yang
tahun yang lalu mempunyai berkurang
keluhan cepat merasa kekas
saat beraktivitas.
- Klien mengatakan badannya
lemas saat beraktivitas
sehari-hari
DO :
- Klien memenuhi kebutuhan
ADL secara mandiri
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 85 x
31
- RR : 22 x
- Suhu : 37 x
- GDA : 92 mg/dl
2 DS: Penurunan Resiko terjadi
- Klien mengatakan fungsi penglihatan injury
penglihatannya sudah
berkurang, sudah tidak
mampu lagi melihat jarak
jauh dengan jelas
- Klien mengeluh kaki
kesemutan tetapi tidak mati
rasa
DO :
- Klien memenuhi kebutuhan
sehari-hari dengan tertatih.
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 85 x
- RR : 22 x
- Suhu : 37 x
- BSS : 92 mg/dl
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosis keperawatan
1 Keletihan berhubungan dengan kondisi fisik yang berkurang
2 Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan
32
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Waktu Tujuan, kriteria hasil Perencanaan
1 Rabu, Tujuan : 1. Diskusikan kebutuhan akan
28 setelah diberikan asuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan
33
tanda dan gejala yang
menunjukkan peningkatan
aktivitas penyakit dan mengurangi
aktivitas, seperti demam,
penurunan berat badan, keletihan
makin memburuk.
2 Rabu, Tujuan : Hindarkan lantai yang licin
28 Setelah diberikan asuhan Gunakan bed yang rendah
oktober keperawatan Orientasikan klien dengan
2020 diharapkan tidak terjadi
ruangan
injury
Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
Kriteria hasil ;
Bantu klien dalam ambulasi
Dapat menunjukkan
terjadinya perubahan atau perubahan posisi
perilaku untuk
menurunkan factor risiko
dan untuk melindungi diri
dari cidera.
Mengubah lingkungan
sesuai indikasi untuk
meningkatkan keamanan.
34
E. TINDAKAN KEPERAWATAN
No Waktu Tindakan paraf
1 Rabu, 28 Mendiskusikan kebutuhan akan aktivitas,
oktober buat jadwal perencanaan dan identifikasi
2020 aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
09.00.wi Mendiskusikan penyebab keletihan, seperti
b penurunan efisiensi tidur, peningkatan upaya
yang diperlukan untuk ADL
Mengajarkan untuk mengidentifiksi tanda
dan gejala yang menunjukkan peningkatan
aktivitas penyakit dan emngurangi aktivitas,
seperti demam, penurunan BB, keletihan
makin memburuk
2 Rabu, 28 Menganjurkan klien menggunakan alas kaki
oktober yang aman untuk menghindari lantai yang
2020 licin.
09.15.wi Menganjurkan klien untuk tidur di tempat
b tidur yang rendah
Menganjurkan klien untuk memodifikasi
gaya dalam ambulasi dan perubahan posisi.
35
F. EVALUASI KEPERAWATAN
No waktu Perkembangan paraf
1 Kamis, S:
29 april Klien mengatakan aktivitas yang bisa dilakukan
2020 hanya kebutuhan dasar, seperti kekamar mandi,
09.00.wi makan, dan mengisi waktu luang dengan
b membaca koran.
O:
- Klien mampu memilih dan membatasi
aktivitas fisiknya
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 85 x
- RR : 22 x
- Suhu : 37 x
- GDA : 92 mg/dl
A:
Keletihan
P:
- Memotivasi klien untuk mempertahankan
jenis aktivitas yang bisa dilakukan
- Mengingatkan klien untuk meminum obat
secara teratur (metformin 500 mg x 1)
(injeksi insulin)
36
- Mengingatkan klien untuk berobat ke
petugas kesehatan jika gejala penyakit
muncul memburuk
2 Kamis, S:
29 Klien mengatakan sudah memakai sandal anti
oktober slip dan tidur di tempat tidur yang rendah
2020 O:
09.00.wi - Klien mengggunakan sandal anti slip saat ke
b kamar mandi/wc
- Gaya berjalan klien perlahan dan hati-hati
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 85 x
- RR : 22 x
- Suhu : 37 x
- BSS : 92 mg/dl
A:
Resiko terjadinya injury
P:
- Memotivasi klien untuk mempertahankan
gaya berjalan hati-hati, pemakaian sandal
anti slip saat ke wc, dan penggunaan tempat
tidur rendah.
- Mengingatkan klien untuk meminum obat
secara teratur (metformin 500 mg x 1)
- Mengingatkan klien untuk berobat ke
petugas kesehatan jika gejala penyakit
muncul memburuk
37
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil asuhan keperawatan gerontik pada Tn.Y dengan Gangguan Sistem
endokrin diabetes melitus di Kelurahan tarik, kec tarik, dapat diambil
kesimpulan:
1. Dalam pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti yang
dapat dikumpulkan diperoleh dengan mudah karena adanya kerjasama
dengan Tn.Y
2. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu direncanakan beberapa tindakan
keperawatan dengan menentukan tujuan dan kriteria hasil dari tindakan
tersebut.
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sangat diperlukan kerjasama
yang baik antara, keluarga, tim kesehatan yang lain guna mendapatkan
tindakan keperawatan yang berkesinambungan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta, EGC.
39