535 1069 1 SM PDF
535 1069 1 SM PDF
*)
Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
ABSTRAK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ialah suatu keadaan yang menyebabkan
terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru. Masalah utama yang biasanya di
alami oleh pasien PPOK adalah terjadinya dispnea (sesak napas). Pasien PPOK yang
biasanya mengalami sesak nafas akan dilihat dari peningkatan frekuensi pernapasan.
Intervensi yang diharapkan dapat membantu klien untuk menurunkan sesak nafasnya dan
secara bertahap dapat membantu menurunkan frekuensi pernafasan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektifitas pursed lip breathing dan deep breathing terhadap penurunan
frekuensi pernafasan pasien PPOK di RSUD Ambarawa. Desain penelitian adalah two
group pre and post test desain. Jumlah responden pada penelitian adalah 28 responden. Uji
statistik yang digunakan adalah uji Paired t-test dan uji Unpaired t-test. Hasil analisis uji
Paired t-test didapatkan hasil yang signifikan dari teknik pursed lip breathing dan deep
breathing dengan masing-masing p value 0,000. Sedangkan hasil analisis Unpaired t-test
menunjukkan p value sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
efektifitas antara intervensi Pursed lip breathing dan Deep breathing terhadap penurunan
frekuensi pernafasan pada pasien PPOK di RSUD Ambarawa. Rekomendasi hasil
penelitian ini adalah Pursed lip breathing lebih efektif digunakan untuk menurunkan
frekuensi pernafasan pada pasien PPOK.
Kata Kunci : PPOK, Frekuensi pernafasan, Pursed lip breathing, Deep breathing
ABSTRACT
Key words : COPD, Respiratory frequency, Pursed lip breathing, Deep breathing
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), Selain dengan Pursed Lip Breathing, pasien
dapat berdampak luas apabila tidak segera juga dapat diajarkan dengan teknik Deep
ditangani. Masalah utama yang biasanya di Breathing. Latihan Deep Breathing adalah
alami oleh pasien PPOK adalah terjadinya salah satu teknik relaksasi yang dilakukan
untuk mengatasi sesak nafas dengan
dispnea (sesak napas) dikarenakan adanya
melibatkan diafragma. Teknik Deep
obstruksi jalan napas akibat radang yang Breathing ini memberikan keuntungan pada
menyebabkan hipoventilasi alveolar dan pasien PPOK, hal ini disebabkan oleh
lemahnya dinding bronchial dan kerusakan peningkatan volume paru yang akan
alveolar (Wilson & Price, 2005, hlm.788). meningkatkan aliran udara melalui jalan nafas
2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
yang sempit serta meningkatkan ekspansi lebih banyak dialami oleh laki-laki karena
paru (Kozier & Erb, 2009, hlm.548). adanya kebiasaan merokok yang lebih banyak
Menurut Smeltzer dan Bare (2013, hlm.597) dilakukan oleh laki-laki. Efek merokok pada
latihan pernapasan ini dapat mengurangi sistem respirasi cukup banyak. Karbon
frekuensi pernapasan, meningkatkan alveolar monoksida bersaing dengan oksigen untuk
dapat juga membantu mengeluarkan udara mendapatkan molekul hemoglobin, sehingga
sebanyak mungkin selama ekspirasi. mengurangi kapasitas pengangkutan oksigen.
Merokok juga dapat meningkatkan respon
Penjelasan teori di atas, menunjukkan bahwa inflamasi yang mencapi puncaknya dalam
kedua intervensi ini dapat diterapkan untuk penurunan aktivitas α-antitripsin. Proses
mengatasi masalah pernapasan utamanya inflamasi turut berperan terhadap pejamu
sesak nafas yang dialami oleh pasien PPOK. dalam perubahan fisiologis seperti
Dengan alasan ini peneliti ingin menguji hyperplasia kelenjar mukus, menghasilkan
keefektifan yang lebih berpengaruh dari peningkatan produksi mukus, bronkospasme
kedua intervensi dalam menurunkan sesak dan berkurangnya aktivitas silia (Stanley &
nafas dilihat dari adanya penurunan frekuensi Beare, 2007, hlm. 194). Keadaan yang seperti
pernapasan pada pasien PPOK. Sehingga, ini jika terlalu lama dibiarkan terlalu lama
peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas akan terjadi obstruksi jalan nafas sehingga
pursed lip-bretahing dan deep breathing lama-lama akan mengganggu proses ekspirasi
terhadap penurunan frekuensi pernapasan sehingga volume udara yang masuk dan
pasien PPOK. keluar tidak seimbang serta terdapat udara
yang terjebak (Air trapping). Air trapping
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam keadaan lama menyebabkan diafragma
1. Usia dan jenis kelamin mendatar, kontraksi otot kurang efektif dan
fungsinya sebagai otot utama pernafasan
berkurang terhadap ventilasi paru. Berbagai
Tabel 1
kompensasi otot interkostal dan otot inspirasi
Distribusi frekuensi responden tambahan yang biasa dipakai pada kegiatan
berdasarkan usia dan jenis kelamin di tambahan akan dipakai terus-menerus
RSUD Ambarawa bulan April 2016 sehingga peran diafragma menurun sampai
(n=28) 65%. Volume napas kecil dan napas menjadi
pendek sehingga menjadi hipoventilasi
Karateristik Responden F %
alveolar yang akan meningkatkan konsumsi
Jenis kelamin
O2 dan menurunkan daya cadang penderita.
1. Laki-laki 18 64,3%
Frekuensi nafas menjadi meningkat sebagai
2. Perempuan 10 35,7% upaya untuk mengkompensasi volume napas
Jumlah 28 100% kecil (Agustin & Yunus, 2008, hlm. 124).
Usia Pada karateristik responden dalam usia, usia
1. Usia dewasa 8 28,6% lansia memiliki jumlah responden lebih
akhir (45-59) 20 71,4% banyak.
2. Usia lansia
(60-74)
Hal tersebut disebabkan karena di usia lansia
Jumlah 28 100%
terjadi perubahan anatomi yang telah
mempengaruhi hingga ke fungsi pulmonal.
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa perubahan anatomis seperti komplians paru
karateristik responden dilihat dari jenis dan dinding dada turut berperan dalam
kelamin sebagian besar responden berjenis peningkatan kerja pernafasan sekitar 20%
kelamin laki-laki yaitu terdapat 18 responden pada usia 60 tahun. Kemudian adanya atrofi
(64,3%), sedangkan karateristik responden otot-otot pernafasan dan penurunan kekuatan
dilihat dari usia sebagian besar responden otot-otot pernafasan dapat meningkatkan
adalah lansia berusia 60-74 tahun yaitu risiko berkembangnya keletihan otot-otot
sebanyak 20 responden (71,4%). pernafasan pada lansia. Perubahan-perubahan
tersebut turut berperan dalam penurunan
Hal tersebut sesuai dengan Black & Hawks konsumsi oksigen maksimum. Perubahan-
(2014, hlm. 288), bahwa penderita PPOK perubahan pada intertisium parenkim dan
2. Frekuensi Respiratory Rate (RR) Latihan pursed lip breathing dengan tujuan
Berdasarkan hasil penelitian, sesudah memperbanyak ekspirasi mempermudah
dilakukannya intervensi terjadi perubahan pasien untuk mengeluarkan jumlah karbon
penurunan frekuensi pernafasan pada dioksida yang terjebak di dalam paru dan
kelompok intervensi pursed lip breathing RR dengan mengatur inspirasi secara beraturan
> 20 masih terdapat 4 responden, sedangkan akan membantu pasien mengurangi
pada kelompok intervensi deep breathing RR penggunaan otot-otot pernafasan. Maka
> 20 masih terdapat 6 responden. Artinya dalam kondisi ini, akan terjadi penurunan
terdapat pasien yang belum mengalami frekuensi pernafasan. Hal ini dikarenakan
peningkatan frekuensi pernafasan meskipun pursed lip breathing meningkatkan tekanan
sudah diberikan intervensi mandiri pursed lip parsial oksigen dalam arteri yang
breathing maupun deep breathing. menyebabkan penurunan tekanan terhadap
kebutuhan oksigen dalam proses metabolisme
Hal ini dipengaruhi adanya faktor dari tubuh, sehingga menyebabkan penurunan
peningkatan progresif pada kondisi penyakit sesak nafas dan frekuensi pernafasan
yang di alami oleh pasien. Menurut GOLD ( (Kowalski & Rosdahl, 2014, hlm.661).
Global Initiatif for Chronic Obstructive Lung
Disease), 2007 pada pasien PPOK yang sudah Tabel 3
ke derajat III, akan ditandi dengan Perbedaan RR sebelum dan sesudah diberikan
keterbatasan hambatan aliran udara yang Deep Breathing pada pasien PPOK di RSUD
semakin memburuk, terjadi sesak nafas yang Ambarawa bulan April 2016 (n=28)
semakin memberat dan mempengaruhi
kecepatan frekuensi pernafasan serta Deep N Mean SD P
breathing
penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi
Pretest 14 22,71 1,326
yang berulang. Kejadian ini akan berdampak 0,000
Posttest 14 20,29 1,383
pada kualitas hidup pasien dan kondisi seperti
ini, pasien sulit untuk menggantungkan hanya
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa nilai
pada terapi mandiri kontrol pernafasan tanpa
rata-rata (mean) sebelum dilakukan intervensi
bantuan obat medikasi dan penggunaan
deep breathing breathing didapatkan hasil
oksigenasi yang adekuat serta terkontrol.
22,71 dan nilai standar deviasi 1,326,
sedangkan nilai rata-rat (mean) sesudah
3. Analisa Bivariat
dilakukan intervensi pursed lip breathing
didapatkan 20,29 dan nilai standar deviasi
Tabel 2 1,383. Hasil uji paired t-test diperoleh nilai
Perbedaan RR sebelum dan sesudah diberikan p=0,000 yang artinya ada efektivitas deep
Pursed lip breathing pada pasien PPOK di breathing terhadap penurunan frekuensi
RSUD Ambarawa bulan April 2016 (n=28) pernafasan pada pasien PPOK di RSUD
Ambarawa.
Pursed Lip N Mean SD P
Breathing Pada intervensi deep breathing yang
Pretest 14 23,57 2,243 diutamakan adalah pergerakan otot-otot
0,000
Posttest 14 18,93 2,556
inspirasi. Pada terapi ini otot-otot inspirator
yang terlatih akan meningkatkan compliance
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa nilai
paru yang baik, sehingga akan tetap menjaga
rata-rata (mean) sebelum dilakukan intervensi
4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
volume udara pada paru tetap konstan. menurunkan volume intratoraks. Namun,
Latihan ini juga untuk meningkatkan fungsi pada awal ekpirasi sedikit terjadi kontraksi
pernafasan dengan melakukan kontrol otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini
pernafasan yang dapat merangsang saraf berfungsi sebagai peredam daya recoil paru
simpatik dan kemudian akan membantu dan memperlambat ekspirasi. Perlambatan ini
memperbaiki ritme serta frekuensi pernafasan bertujuan untuk mereleksasikan otot-otot
tanpa mengganggu parasimpatis yang berguna inspirasi sehingga adanya penurunan kerja
menjaga kelangsungan aktifitas pernafasan pernafasan yang menyebabkan terjadi
secara terus-menerus (Guyton & Hall, 2014, penurunan frekuensi pernafasan (Ganong,
hlm.555). 2008, hlm.673).