Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIVITAS PURSED LIP BREATHING DAN DEEP BREATHING

TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI PERNAFASAN


PADA PASIEN PPOK DI RSUD AMBARAWA

Ratnaningtyassih Pamungkas*), Ismonah**), Syamsul Arif***)

*)
Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

ABSTRAK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ialah suatu keadaan yang menyebabkan
terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru. Masalah utama yang biasanya di
alami oleh pasien PPOK adalah terjadinya dispnea (sesak napas). Pasien PPOK yang
biasanya mengalami sesak nafas akan dilihat dari peningkatan frekuensi pernapasan.
Intervensi yang diharapkan dapat membantu klien untuk menurunkan sesak nafasnya dan
secara bertahap dapat membantu menurunkan frekuensi pernafasan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektifitas pursed lip breathing dan deep breathing terhadap penurunan
frekuensi pernafasan pasien PPOK di RSUD Ambarawa. Desain penelitian adalah two
group pre and post test desain. Jumlah responden pada penelitian adalah 28 responden. Uji
statistik yang digunakan adalah uji Paired t-test dan uji Unpaired t-test. Hasil analisis uji
Paired t-test didapatkan hasil yang signifikan dari teknik pursed lip breathing dan deep
breathing dengan masing-masing p value 0,000. Sedangkan hasil analisis Unpaired t-test
menunjukkan p value sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
efektifitas antara intervensi Pursed lip breathing dan Deep breathing terhadap penurunan
frekuensi pernafasan pada pasien PPOK di RSUD Ambarawa. Rekomendasi hasil
penelitian ini adalah Pursed lip breathing lebih efektif digunakan untuk menurunkan
frekuensi pernafasan pada pasien PPOK.

Kata Kunci : PPOK, Frekuensi pernafasan, Pursed lip breathing, Deep breathing

ABSTRACT

Chronis Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a state of which causes distruption of


movement of air in and out of the lung. Often referred also COPD disease Chronic
obstructive bronchitis of combination, emphysema and asthma. The main problem is
usually experienced by patients with COPD is the occurrence of dyspnea or shotness of
breath due to airway obstruction due inflammation that causes alveolar hypoventilation and
weak walls of the bronchial and alveolar damage. COPD patients usually experience
shortness of breath will be seen from the increase in respiratory frequency. Interventions
are expected to help clients decrease shortness of breath and may gradually decrease the
frequency of breathing. This study aims to determine the effectiveness of pursed lip
breathing and deep breathing to decrease the frequency of respiratory COPD patients in
hospitals Ambarawa. Design of this stud were two groups of pre and post test design. The
statistical test used was paired t-test and test unpaired t-test. Test analysis paired t-test
obtained significant result of pursed lip breathing techniques and depp breathing with each
p value 0,000. Analysis unpaired t-test showed p value of 0,000 so it can be concluded that

Efektifitas Pursed Lip Breathing dan Deep … (ratnaningtyassihpamungkas15@gmail.com) 1


there is a difference in effectiveness between the intervention pursed lip breathing and deep
breathing to decrease in respiratory rate in COPD patients in hospitals Ambarawa.
recommendation results of this study are more effective interventions used for the treatment
of respiratory problems decreasing frequency using pursed lip brething technique.

Key words : COPD, Respiratory frequency, Pursed lip breathing, Deep breathing

PENDAHULUAN Pasien PPOK yang biasanya mengalami sesak


Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) ialah nafas akan dilihat dari peningkatan frekuensi
suatu keadaan yang menyebabkan pernapasan.
terganggunya pergerakan udara masuk dan
keluar paru. PPOK ini sering disebut juga Upaya yang biasanya dilakukan untuk
penyakit dari kombinasi bronkitis obstruksi mengurangi sesak nafas adalah dengan
kronik, emfusema dan asma (Black & Hawks, pemberian terapi oksigen. Menurut Kowalski
dan Rosdahl (2014, hlm.1636), bahwa
2014, hlm. 287).
pemberian oksigen pada pasien PPOK harus
dengan hati-hati. Jumlahnya tidak boleh lebih
World Health Organization (WHO, 2015), dari 3 liter/menit karena banyak penderita
memperkirakan bahwa pada tahun 2009-2011 PPOK menahan karbondioksida dalam
terdapat 7,8 juta orang meninggal karena tubuhnya. Terlalu tinggi kadar oksigen dapat
penggunaan tembakau, kejadian ini juga menekan upaya pernapasan seseorang yaitu
dibenarkan di Negara maju. Terjadinya kasus orang menjadi kehilangan stimulus alami
untuk bernapas. Sebagai seorang perawat, kita
PPOK berkorelasi dengan usia mencapai
harus mengetahui bagaimana cara untuk
70,77% pada pasien > 44 tahun. melatih pasien bernapas secara mandiri
dengan suatu tujuan untuk mengurangi
Riset Kesehatan Dasar (2013), menyatakan masalah sesak nafasnya. Salah satu terapi
bahwa prevalensi PPOK tertinggi terdapat di mandiri yang dapat diberikan adalah dengan
Nusa Tenggara Timur (10,0%), diikuti Pursed Lip Breathing.
Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi Barat, dan
Sykawesi Selatan masing-masing 6,7%. Pursed Lip Breathing (PLB) adalah latihan
pernapasan yang dianjurkan untuk membantu
Kemudian untuk prevalensi PPOK di Jawa
seseorang mengendalikan pernapasan.
Tengah 3,4% dengan umur > 30 tahun Pernapasan ini diindikasikan karena dapat
berdasarkan gejala. Di wilayah Kota menimbulkan suatu tahanan terhadap udara
Semarang angka kematian yang terjadi pada yang keluar dari paru, yang kemudian
tahun 2014 sebesar 54% data prevalensi yang meningkatkan tekanan pada bronkus (jalan
didapatkan dari Rekam Medik RSUD utama udara) dan selanjutnya meminimalkan
kolapsnya jalan napas yang lebih sempit,
Ambarawa pada tahun 2015 dari bulan
yang merupakan masalah utama pada
Januari sampai dengan bulan Desember penderita PPOK (Kozier & Erb, 2009,
terdapat 353 kasus PPOK. hlm.548).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), Selain dengan Pursed Lip Breathing, pasien
dapat berdampak luas apabila tidak segera juga dapat diajarkan dengan teknik Deep
ditangani. Masalah utama yang biasanya di Breathing. Latihan Deep Breathing adalah
alami oleh pasien PPOK adalah terjadinya salah satu teknik relaksasi yang dilakukan
untuk mengatasi sesak nafas dengan
dispnea (sesak napas) dikarenakan adanya
melibatkan diafragma. Teknik Deep
obstruksi jalan napas akibat radang yang Breathing ini memberikan keuntungan pada
menyebabkan hipoventilasi alveolar dan pasien PPOK, hal ini disebabkan oleh
lemahnya dinding bronchial dan kerusakan peningkatan volume paru yang akan
alveolar (Wilson & Price, 2005, hlm.788). meningkatkan aliran udara melalui jalan nafas

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
yang sempit serta meningkatkan ekspansi lebih banyak dialami oleh laki-laki karena
paru (Kozier & Erb, 2009, hlm.548). adanya kebiasaan merokok yang lebih banyak
Menurut Smeltzer dan Bare (2013, hlm.597) dilakukan oleh laki-laki. Efek merokok pada
latihan pernapasan ini dapat mengurangi sistem respirasi cukup banyak. Karbon
frekuensi pernapasan, meningkatkan alveolar monoksida bersaing dengan oksigen untuk
dapat juga membantu mengeluarkan udara mendapatkan molekul hemoglobin, sehingga
sebanyak mungkin selama ekspirasi. mengurangi kapasitas pengangkutan oksigen.
Merokok juga dapat meningkatkan respon
Penjelasan teori di atas, menunjukkan bahwa inflamasi yang mencapi puncaknya dalam
kedua intervensi ini dapat diterapkan untuk penurunan aktivitas α-antitripsin. Proses
mengatasi masalah pernapasan utamanya inflamasi turut berperan terhadap pejamu
sesak nafas yang dialami oleh pasien PPOK. dalam perubahan fisiologis seperti
Dengan alasan ini peneliti ingin menguji hyperplasia kelenjar mukus, menghasilkan
keefektifan yang lebih berpengaruh dari peningkatan produksi mukus, bronkospasme
kedua intervensi dalam menurunkan sesak dan berkurangnya aktivitas silia (Stanley &
nafas dilihat dari adanya penurunan frekuensi Beare, 2007, hlm. 194). Keadaan yang seperti
pernapasan pada pasien PPOK. Sehingga, ini jika terlalu lama dibiarkan terlalu lama
peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas akan terjadi obstruksi jalan nafas sehingga
pursed lip-bretahing dan deep breathing lama-lama akan mengganggu proses ekspirasi
terhadap penurunan frekuensi pernapasan sehingga volume udara yang masuk dan
pasien PPOK. keluar tidak seimbang serta terdapat udara
yang terjebak (Air trapping). Air trapping
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam keadaan lama menyebabkan diafragma
1. Usia dan jenis kelamin mendatar, kontraksi otot kurang efektif dan
fungsinya sebagai otot utama pernafasan
berkurang terhadap ventilasi paru. Berbagai
Tabel 1
kompensasi otot interkostal dan otot inspirasi
Distribusi frekuensi responden tambahan yang biasa dipakai pada kegiatan
berdasarkan usia dan jenis kelamin di tambahan akan dipakai terus-menerus
RSUD Ambarawa bulan April 2016 sehingga peran diafragma menurun sampai
(n=28) 65%. Volume napas kecil dan napas menjadi
pendek sehingga menjadi hipoventilasi
Karateristik Responden F %
alveolar yang akan meningkatkan konsumsi
Jenis kelamin
O2 dan menurunkan daya cadang penderita.
1. Laki-laki 18 64,3%
Frekuensi nafas menjadi meningkat sebagai
2. Perempuan 10 35,7% upaya untuk mengkompensasi volume napas
Jumlah 28 100% kecil (Agustin & Yunus, 2008, hlm. 124).
Usia Pada karateristik responden dalam usia, usia
1. Usia dewasa 8 28,6% lansia memiliki jumlah responden lebih
akhir (45-59) 20 71,4% banyak.
2. Usia lansia
(60-74)
Hal tersebut disebabkan karena di usia lansia
Jumlah 28 100%
terjadi perubahan anatomi yang telah
mempengaruhi hingga ke fungsi pulmonal.
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa perubahan anatomis seperti komplians paru
karateristik responden dilihat dari jenis dan dinding dada turut berperan dalam
kelamin sebagian besar responden berjenis peningkatan kerja pernafasan sekitar 20%
kelamin laki-laki yaitu terdapat 18 responden pada usia 60 tahun. Kemudian adanya atrofi
(64,3%), sedangkan karateristik responden otot-otot pernafasan dan penurunan kekuatan
dilihat dari usia sebagian besar responden otot-otot pernafasan dapat meningkatkan
adalah lansia berusia 60-74 tahun yaitu risiko berkembangnya keletihan otot-otot
sebanyak 20 responden (71,4%). pernafasan pada lansia. Perubahan-perubahan
tersebut turut berperan dalam penurunan
Hal tersebut sesuai dengan Black & Hawks konsumsi oksigen maksimum. Perubahan-
(2014, hlm. 288), bahwa penderita PPOK perubahan pada intertisium parenkim dan

Efektifitas Pursed Lip Breathing dan Deep … (ratnaningtyassihpamungkas15@gmail.com) 3


penurunan pada daerah permukaan alveolar pursed lip breathing didapatkan hasil 23,57
dapat menghasilkan penurunan difusi dan nilai standar deviasi 2,243, sedangkan
oksigen. Dengan adanya peningkatan nilai rata-rat (mean) sesudah dilakukan
metabolism yang membutuhkan oksigen intervensi pursed lip breathing didapatkan
maksimum juga akan mempengaruhi 18,93 dan nilai standar deviasi 2,556. Hasil
peningkatan jumlah karbondioksida. Hal ini uji paired t-test diperoleh nilai p=0,000 yang
menghasilkan peningkatan kecepatan artinya pursed lip breathing efektif terhadap
respirasi dan dispnea (Stanley & Beare, 2007, penurunan frekuensi pernafasan pada pasien
hlm.190). PPOK di RSUD Ambarawa.

2. Frekuensi Respiratory Rate (RR) Latihan pursed lip breathing dengan tujuan
Berdasarkan hasil penelitian, sesudah memperbanyak ekspirasi mempermudah
dilakukannya intervensi terjadi perubahan pasien untuk mengeluarkan jumlah karbon
penurunan frekuensi pernafasan pada dioksida yang terjebak di dalam paru dan
kelompok intervensi pursed lip breathing RR dengan mengatur inspirasi secara beraturan
> 20 masih terdapat 4 responden, sedangkan akan membantu pasien mengurangi
pada kelompok intervensi deep breathing RR penggunaan otot-otot pernafasan. Maka
> 20 masih terdapat 6 responden. Artinya dalam kondisi ini, akan terjadi penurunan
terdapat pasien yang belum mengalami frekuensi pernafasan. Hal ini dikarenakan
peningkatan frekuensi pernafasan meskipun pursed lip breathing meningkatkan tekanan
sudah diberikan intervensi mandiri pursed lip parsial oksigen dalam arteri yang
breathing maupun deep breathing. menyebabkan penurunan tekanan terhadap
kebutuhan oksigen dalam proses metabolisme
Hal ini dipengaruhi adanya faktor dari tubuh, sehingga menyebabkan penurunan
peningkatan progresif pada kondisi penyakit sesak nafas dan frekuensi pernafasan
yang di alami oleh pasien. Menurut GOLD ( (Kowalski & Rosdahl, 2014, hlm.661).
Global Initiatif for Chronic Obstructive Lung
Disease), 2007 pada pasien PPOK yang sudah Tabel 3
ke derajat III, akan ditandi dengan Perbedaan RR sebelum dan sesudah diberikan
keterbatasan hambatan aliran udara yang Deep Breathing pada pasien PPOK di RSUD
semakin memburuk, terjadi sesak nafas yang Ambarawa bulan April 2016 (n=28)
semakin memberat dan mempengaruhi
kecepatan frekuensi pernafasan serta Deep N Mean SD P
breathing
penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi
Pretest 14 22,71 1,326
yang berulang. Kejadian ini akan berdampak 0,000
Posttest 14 20,29 1,383
pada kualitas hidup pasien dan kondisi seperti
ini, pasien sulit untuk menggantungkan hanya
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa nilai
pada terapi mandiri kontrol pernafasan tanpa
rata-rata (mean) sebelum dilakukan intervensi
bantuan obat medikasi dan penggunaan
deep breathing breathing didapatkan hasil
oksigenasi yang adekuat serta terkontrol.
22,71 dan nilai standar deviasi 1,326,
sedangkan nilai rata-rat (mean) sesudah
3. Analisa Bivariat
dilakukan intervensi pursed lip breathing
didapatkan 20,29 dan nilai standar deviasi
Tabel 2 1,383. Hasil uji paired t-test diperoleh nilai
Perbedaan RR sebelum dan sesudah diberikan p=0,000 yang artinya ada efektivitas deep
Pursed lip breathing pada pasien PPOK di breathing terhadap penurunan frekuensi
RSUD Ambarawa bulan April 2016 (n=28) pernafasan pada pasien PPOK di RSUD
Ambarawa.
Pursed Lip N Mean SD P
Breathing Pada intervensi deep breathing yang
Pretest 14 23,57 2,243 diutamakan adalah pergerakan otot-otot
0,000
Posttest 14 18,93 2,556
inspirasi. Pada terapi ini otot-otot inspirator
yang terlatih akan meningkatkan compliance
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa nilai
paru yang baik, sehingga akan tetap menjaga
rata-rata (mean) sebelum dilakukan intervensi

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
volume udara pada paru tetap konstan. menurunkan volume intratoraks. Namun,
Latihan ini juga untuk meningkatkan fungsi pada awal ekpirasi sedikit terjadi kontraksi
pernafasan dengan melakukan kontrol otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini
pernafasan yang dapat merangsang saraf berfungsi sebagai peredam daya recoil paru
simpatik dan kemudian akan membantu dan memperlambat ekspirasi. Perlambatan ini
memperbaiki ritme serta frekuensi pernafasan bertujuan untuk mereleksasikan otot-otot
tanpa mengganggu parasimpatis yang berguna inspirasi sehingga adanya penurunan kerja
menjaga kelangsungan aktifitas pernafasan pernafasan yang menyebabkan terjadi
secara terus-menerus (Guyton & Hall, 2014, penurunan frekuensi pernafasan (Ganong,
hlm.555). 2008, hlm.673).

Tabel 4 Penggantian udara dalam alveolus secara


Perbedaan efektifitas Pursed lip breathing perlahan seperti yang dilakukan dalam teknik
dan Deep breathing terhadap nilai pursed lip breathing dapat mencegah
Respiratory Rate (RR) pada pasien PPOK di perubahan konsentrasi gas yang mendadak
RSUD Ambarawa bulan April 2016 (n=28) dalam darah. Pursed lip breathing
meningkatkan volume tidal dan dapat
Nilai RR P mengatasi masalah air trapping yang dialami
Variabel N
Mean ± SD oleh pasien PPOK atau udara yang terjebak
Intervensi 14 4,64 1,216 pada alveoli, mengurangi hiperinflasi
Pursed sehingga meningkatkan ventilasi dan perfusi
Lip serta menurunkan tingkat kandungan PaCO2
Breathing dalam darah. Sejalan dengan penurunan
0,000 PaCO2, hal ini juga menyebabkan
Intervensi 14 2,50 1,160
Deep peningkatan oksigen yang diikat oleh
Breathing
Hemoglobin dan peningkatan kadar PaO2
(Guyton & Hall, 2014, hlm.522).
Total 28
Pada teknik deep breathing juga dapat
Berdasarkan tabel 5.5 hasil Unpaired t-test membantu dalam mengontrol pernafasan
menunjukkan adanya perbedaan antara pursed supaya lebih teratur namun deep breathing
lip breathing dan deep breathing dari nilai p = lebih mengandalkan kepada otot-otot
0,000 (p < 0,05). Pursed lip breathing lebih pernafasan inspirasi. Karena dalam keadaan
efektif dibandingkan dengan deep breathing inspirasi terjadi kontraksi otot. Dalam kondisi
dapat dilihat dari nilai mean. Penurunan klien memiliki frekuensi pernafasan yang
rata-rata mean RR pada kelompok pursed meningkat akan terjadi kelelahan otot hal ini
lip breathing 4,64 dan untuk deep dapat terjadi pengurangan glikogen didalam
breathing 2,50, artinya pursed lip otot. Pada teknik deep breathing juga tidak
breathing terbukti lebih efektif dapat berkonsentrasi penuh terhadap ekspirasi
menurunkan RR pada pasien PPOK yang melambat. Padahal dengan penggunaan
dibandingkan deep breathing. ekspirasi yang lambat dapat bermanfaat untuk
penggantian udara alveolus secara perlahan
Pada teknik Pursed lip breathing, penderita (Guyton & Hall, 2014, hlm.525).
lebih mengutamakan untuk perpanjangan
ekspirasi secara bertahap dengan melibatkan SIMPULAN
reflek inflasi Hering-Breuer dalam usaha Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
mengurangi udara yang terjebak di dalam disimpulkan bahwa Pursed Lipb Breathing
alveoli dan juga akan mengurangi lebih efektif dibandingkan dengan Deep
karbondioksida didalam tubuh yang secara Breathing terhadap penurunan frekuensi
otomatis akan meningkatkan oksigen yang pernafasan pasien PPOK di RSUD
masuk ke dalam alveoli serta oksigen dapat
Ambarawa.
diikat oleh hemoglobin (Ganong, 2008,
hlm.702). Selama ekpirasi terjadi proses pasif
yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk

Efektifitas Pursed Lip Breathing dan Deep … (ratnaningtyassihpamungkas15@gmail.com) 5


SARAN Ganong. (2008). Buku ajar fisiologi
1. Bagi Rumah Sakit dan Masyarakat kedokteran edisi 22. Jakarta :
Peneliti berharap agar intervensi Pursed EGC
lip breathing yang telah di uji
keefektifitasannya dalam penelitian ini GOLD (Global Initiative for Chorionic
dapat diaplikasikan dalam praktek
Obstructive Lung Disease).
keperawatan dan juga diajarkan ke
(2007). Global strategy for
masyarakat yang mengalami masalah
kesehatan pernafasan khususnya pada
diagnosis, management, and
pasien yang menderita PPOK. preventation of chronic
2. Bagi Pendidikan Keperawatan obstructive pulmonary disease
Sebagai bahan pembelajaran praktek update 2007.
ketrampilan yang dapat dikuasai http://www.goldcopd.org/downlo
mahasiwa khususnya mahasiswa ad.asp?intld diperoleh tanggal 22
keperawatan dalam mengatasi masalah juni 2016
kesehatan pernafasan terutama pada
pasien PPOK secara mandiri. Guyton & Hall. (2014). Buku ajar
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan fisiologi kedokteran edisi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
keduabelas. Singapore : Elsevier
sebagai bahan ataupun data dasar untuk
melakukan kegiatan penelitian selanjutnya
Kowalski & Rosdahl. (2014). Buku ajar
yang berkaitan dengan masalah terjadinya
keperawatan dasar edisi ke
peningkatan frekuensi pernafasan
10. Jakarta: EGC
padapasien PPOK. Peneliti selanjutnya,
disarankan untuk menggunakan sampel Kozier, B., & Erb, G. (2009). Buku ajar
yang lebih besar, lebih memperhatikan praktik keperawatan klinis
jenis-jenis terapi medikasi yang diberikan edisi ke 5. Jakarta: EGC
pada pasien PPOK dan peneliti juga dapat
menambhakan faktor-faktor yang Rekam Medis RSUD Ambarawa. (2015).
mempengaruhi terjadinya peningkatan Prevalensi pasien PPOK di
frekuensi pernafasan yang dapat RSUD Ambarawa
dikendalikan pada penelitian yang akan
dilakukan. Riskesdas. (2013). Hasil Riskesdas 2013.
http://www.depkes.go.id/resou
DAFTAR PUSTAKA rces/download/general/Hasil
Agustin & Yunus. (2008). Proses %20Riskesdas%202013.pdf
metabolism pada penyakit paru obstruktif diperoleh tanggal 30
kronik (PPOK). Jakarta : November 2015
Departemen Pulmonologi dan
Ilmu kedokteran Respirasi Smeltzer & Bare. (2013). Buku ajar
FKUI keperawatan medikal bedah
edisi 8 volume 1. Jakarta: EGC
Black & Hawks. (2014). Keperawatan
medical bedah manajemen Stanley, M., & Beare, G.P. (2007). Buku
klinis untuk hasil yang ajar keperawatan gerontilk
diharapkan edisi 8 buku 3. edisi 2. Jakarta : EGC
Jakarta : Elsevier
Wilson & Price. (2005). Patofisiologi
konsep klinis proses-proses
6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
penyakit edisi ke 6. Jakarta :
EGC

WHO. (2015). World COPD


http://www.who.int/gard/countr
ies/GARD_Syria_Activities/en
diperoleh tanggal 11 Desember
2015

Efektifitas Pursed Lip Breathing dan Deep … (ratnaningtyassihpamungkas15@gmail.com) 7

Anda mungkin juga menyukai