Sejarah Asal Usul Ekstasi
Sejarah Asal Usul Ekstasi
Ia tinggal di Altona, dan memutuskan untuk bunuh diri. Ia mengambil pedang samurai,
menikam dirinya sendiri tepat pada jantungnya. Peristiwa tersebut terjadi baru-baru ini,
dan ia adalah orang ke-91 yang melakukan hal serupa dengan latar belakang serupa
pula.
Kematian karena bunuh diri setelah menggunakan obat terlarang itu di Kota Hansa,
Jerman, bukan hanya beberapa kali saja, tetapi telah sering. Obat seolah barang
permainan. Penguasa di kota-kota lain tidak membuat catatan yang cukup mengejutkan
akibat penggunaan obat ecstasy ini.
Berapa banyak korban yang melakuan bunuh diri, baik melakukan percobaan maupun
yang sampai meninggal? Jumlahnya tidak ada yang tahu secara tepat. Mungkin
perhitungannya bisa dengan melihat pada jumlah pemakaiannya saja. Diperkirakan,
hingga kini ada sekitar 60 ribu tablet digunakan secara liar, tanpa menggunakan resep
dokter.
Obat ajaib ecstasy ini sebelumnya datang dari Inggris. Dipesan ke Jerman melalui
informasi radio. Dan sama dengan barang lain, dikirim melalui Selat Dover. Bahan ini
sebenarnya telah dikenal sejak tahun 1912, dan merupakan bahan penting dalam
pengobatan dengan menggunakan nama yang agak sulit diingat, yaitu Methyldioxyn-
Mthylamphetamin (MDMA). Penemunya adalah perusahaan farmasi Ernst Merck di
Darmstadt pada tahun 1914 dengan nama "tiruan minyak Sassafras-Staude". Sebagai
pemegang hak patennya, perusahaan ini kemudian dilupakan orang.
Bahan ini sering disebut "penisilin untuk jiwa", mengingat menjadi bahan pengantar
pada serotonin dalam cairan otak dan dapat pula berfungsi sebagai tablet "Prozac"
yang berfungsi sebagai antidepresif. Tapi akan berakibat buruk kalau dicampur dengan
bahan alkohol, sehingga dapat membuat penggunanya kecanduan dan mengulangi lagi
memakainya.
Polisi jarang berhasil menemukan dalam jumlah besar per- dagangan bahan obat kimia
ini. Sebagai barang dagangan, polisi memang pernah menggaruknya di Amsterdam
pada 1989. Ketika itu, dengan bantuan penyelidik (detektif) dari Jerman, mereka ber-
hasil menyita 90 ribu tablet ecstasy. Obat ini merupakan hasil produksi sebuah
perusahaan farmasi besar, yang diproduksi di daerah Baden, melalui rumah-rumah
tertentu.
Di Negeri Balanda, meski penjualan bahan ecstasy dilarang, polisi dan hakim masih
tetap menahan diri untuk mengadakan kampanye anti-penggunaan bahan ini, dan
mengadakan pengetesan apakah obat ini benar berbahaya. Mungkin mereka ingin
suatu bukti yang sangat meyakinkan sebelum ditindak secara tegas dan tuntas.
Dengan menerima bayaran 2,5 gulden, seorang pemuda dapat men- coba apakah pil
ini berbahaya atau tidak. Juga, dengan demikian, dapat diketahui dampak terhadap
lingkungan. "Jika MDMA dibutuhkan lagi, kita harus bertanggung jawab sampai
seberapa jauh obat ini aman untuk digunakan," kata Ernst From- berg, dari
Kementerian Kesehatan Belanda.
Demikian juga dengan Margarethe Nimsch, kepala yang membidangi bagian kesehatan
di Frankfurt. Dalam ceramahnya tentang penggunaan bahan campuran kimia yang
telah menjadi obat ecstasy itu, ia minta supaya benar-benar dilakukan lagi tes, yang
hasilnya lebih meyakinkan bahwa penggunaannya tidak sampai menghancurkan
generasi muda.
Di Inggris, 20 orang telah meninggal akibat menelan ecstasy. Kebanyakan mereka mati
setelah sebelumnya teler berat karena penggunaan ecstasy. Ternyata obat itu telah
bekerja ketika mereka melakukan tarian ajojing nonstop selama berjam-jam, sampai
kemudian terlihat tanda-tanda kelainan muncul pada fisik mereka.
Ahli MDMA dari Inggris, Nicholas Saunders, telah melakukan sendiri percobaan pada
dirinya. Ia merasa tidak terjadi perubahan yang luar biasa. Ini dijelaskannya dalam
bukunya yang baru, Ecstasy, penerbit Ricci Bilger, Zurich, Swiss. Antara lain ia
mengatakan, "Saya ini manusia penyelidik. Melalui peng- gunaan MDMA, kehidupan
dapat diperlihatkan kembali. Saya melihat dengan cara yang lain, hidup ini penuh
kesedihan jika segera menjadi runtuh.