Anda di halaman 1dari 5

Apa Itu Antropometri?

 Artikel Kesehatan
by admin_lakesma
Hello all…! Let’s see, apa yang akan kita bahas kali ini? Antropometri. Apa itu? Beberapa dari kalian
pasti sudah sering mendengar istilah pengukuran antropometri. Tapi mungkin ada baiknya jika
kita membahas sedikit mengenai apa pengukuran antropometri itu sebelum masuk ke
pembahasan utama kita mengenai peralatan-peralatan yang diperlukan dalam pengukuran
antropometri.
Apa itu antropometri?
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan metros yang berarti ukuran.
Antropometri dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang pengukuran tubuh manusia dalam
hal dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak. Dengan pengukuran antropometri ini akan diketahui
tinggi badan, berat badan, dan ukuran badan aktual seseorang. Selanjutnya tinggi badan, berat
badan dan ukuran tubuh (termasuk skinfolds dan  circumferences) aktual seseorang ini dapat
digunakan untuk tujuan menilai pertumbuhan dan distribusi lemak tubuh seseorang, serta dapat
berguna sebagai data referensi.

Oke, sekarang kita akan langsung melanjutkan dengan beberapa peralatan yang dibutuhkan.
Dalam kesempatan kali ini tidak semua alat ukur antropometri akan dibahas tapi hanya beberapa
alat saja yang terdapat di ruang Lakesma seperti timbangan, pita LILA dan mikrotoise.
1. Timbangan
Timbangan merupakan salah satu alat ukur antropometri yang sudah tidak asing lagi bagi
sebagian besar orang. Dengan alat ini seseorang dapat mengetahui berat badan aktual mereka
yang kemudian dapat digunakan untuk menilai apakah berat badan seseorang dikatakan normal
atau tidak. Rumus yang paling sering digunakan adalah rumus BMI (Body Mass Indexatau Indeks
Massa Tubuh) (BB(kg)/TB2(m)). Di mana rentang BMI normal adalah 18,5 – 22,9. Namun perlu
diperhatikan bahwa hasil pehitungan BMI ini tidak dapat digunakan untuk membedakan
kelebihan berat badan seseorang dikarenakan massa ototnya atau dikarenakan massa lemak
tubuh. Seorang atlet dengan massa otot besar bisa saja memiliki hasil perhitungan BMI di atas
rentang normal.
2. Pita LILA
Pita LILA (lingkar lengan atas) biasa digunakan untuk mengukur lingkar lengan atas dari lengan
kiri atau lengan yang tidak aktif. Pita ukur ini terbuat dari karton berukuran 36,8 x 3,5 cm dengan
lubang di ujungnya dan memiliki skala dalam ukuran sentimeter di kedua sisinya. Sisi pertama
untuk mengukur lingkar lengan atas dan sisi lainnya untuk mengukur berat badan. Warna putih
menandakan bahwa berat badan/lingkar lengan atas yang cukup, sedangkan warna merah merah
menandakan bahwa berat badan/lingkar lengan atas kurang.

Pita LILA
Hasil pengukuran LILA < 23,5 cm biasanya dipakai untuk menunjukkan bahwa seorang wanita usia
subur atau wanita hamil beresiko menderita KEK (Kurang Energi Kronis). Selain digunakan untuk
menilai resiko KEK seorang wanita, hasil pengukuran LILA juga dapat dipakai untuk mencari tahu
nilai BMI. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Powell dan Hennessy (2003) terhadap
1561 pasien emergensi di suatu rumah sakit didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang
cukup dekat antara BMI dan LILA yang dinyatakan dalam persamaan:
Untuk pria : BMI=1.01 x LILA – 4.7
Untuk wanita : BMI=1.10 x LILA -6.7

3. Mikrotoise
Mikrotoise adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan seseorang. Dalam
menggunakan mikrotoise seseorang perlu berhati-hati dan teliti saat memasang alat sebelum
digunakan. Selain itu perlu diperhatikan pula prosedur pelaksanaan pengukuran tinggi bada yang
tepat untuk mendapatkan hasil yang benar. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan mikrotoise, antara lain:

Microtoise
1.
a. Pilihlah tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90 derajat) dan
permukaan lantai yang horizontal (180 derajat).
b. Letakan microtoise di lantai dan tarik pita sentimeter ke atas sepanjang dinding
sampai angka “0” muncul dan persis pada penunjuk angka microtoise.
c. Pasang ujung microtoise pada dinding dengan paku/ lakban.
d. Periksa kembali alat penunjuk angka pada microtoise di lantai apakah masih
menunjukan angka “0”. Jika tidak pasang ulang posisi microtoise yang benar.
e. Subjek yang akan diukur tidak boleh menggunakan alas kaki dan topi.
f. Mikrotoa digeser ke atas sehingga lebih tinggi dari subjek yang akan di ukur.
g. Pastikan bahwa subjek tersebut tidak menggunakan alas kaki dan tutup kepala
(Topi).
h. Subjek yang akan diukur berdiri tegak lurus dan rapat ke dinding  tepat dibawa
mikrotoa (kepala bagian belakang, bahu bagian belakang, pantat dan tumit harus
rapat ke dinding serta pandangan rata ke depan)
i. Geser mikrotoa sampai menyentuh tapat pada bagian atas kepala dan pastikan
sisi mikrotoa tetap menempel rapat ke dinding.
j. Lalu baca penunjukan mikrotoa dengan pembacaan dilakukan dari arah depan
tegak lurus  dengan mikrotoa (Posisi pembacaan sangat mempengaruhi hasil tinggi
badan.
k. Pencatatan tinggi badan silakukan dengan ketelitian satu angka sibelakang koma.
(0,1)
 
Referensi
Depkes. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 747/Menkes/SK/VI/2007
tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga. http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/ped-ops-Kadarzi.pdf. Diakses pada tanggal 14 Juni 2012.
Ismail, Ikram Shah. 2004. Management of Obesity. http://www.moh.gov.my/attachments/3932.
Diakses pada tanggal 16 April 2012.
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). 2004. Anthropometry Procedures
Manual. http://www.cdc.gov/nchs/data/nhanes/nhanes_03_04/BM.pdf. Diakses pada tanggal 14
Juni 2012.
Powell et al. 2003. A comparison of mid upper arm circumference, body mass index and weight
loss as indices of undernutrition in acutely hospitalized patients. http://www.umdnj.edu/
idsweb/idst8000/charney_article.pdf. Diakses pada tanggal 9 Mei 2012
http://lakesma.ub.ac.id/2012/06/apa-itu-antropometri/

Anda mungkin juga menyukai