Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN LITERASI

“ KELUARGA PEJUANG”
(MULIA)

DISUSUN OLEH:
NAMA : AHMAD AZA MUNAQOROBI
KELAS : XI-EA
NO.Absen : 3

SMK N 1 KOTA MAGELANG


Jl.Cawang No.2 Magelang, Kel.Jurangombo Selatan, Kec.Magelang Selatan
Kota Magelang, Prov.Jawa Tengah,Telp (0293)365542-36172, Kode Pos : 56123
2020

i
BIODATA

1. Nama Lengkap : Ahmad Aza Munaqorobi


2. Tempat,Tanggal Lahir : Magelang,22 Juni 2002
3. NIS : 1821337
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Sekolah : SMK N 1 KOTA MAGELANG
7. Alamat Sekolah : Jl.Cawang No.2 Magelang Telp
0293362172,Kel.Jurang Ombo
Selatan,Kec.Magelang Selatan
Kota Magelang,Prov.Jawa
Tengah.
8. No.Telp : +62 831-5057-4677

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan literasi ini disusun sebagai tugas akhir mata pelajaran Bahasa Inggris
yang diampu oleh Ibu Rina Dewi Septanti S.Pd, M.Pd. Dengan harapan laporan
literasi dengan buku yang berjudul “Keluarga Pejuang“ dapat bermanfaat bagi
masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Magelang , ..., .........., 2020

Menyetujui
Guru Bahasa Inggris

Rina Dewi Septanti S.Pd,M.Pd


NIP.19730929/200604/2/018

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan laporan literasi buku
yang berjudul “Keluarga Pejuang”. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas akhir mata pelajaran Bahasa Inggris yang diampu oleh Ibu Rina
Dewi Septanti S.Pd, M.Pd. Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan,
arahan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya menyampaikan rasa
terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu guru mata pelajaran Bahasa inggris,
Ibu Rina Dewi Septanti S.Pd, M.Pd yang telah membimbing saya dan
memberikan banyak inspirasi pada karya tulis yang saya buat ini. Saya juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada orang tua dan teman-
teman yang selalu mendukung keberhasilan laporan kegiatan literasi ini. Meski
demikian, saya menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini. Sehingga saya secara terbuka menerima segala
kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Magelang, 24 Januari 2020

Ahmad Aza Munaqorobi


NIS. 1821337

iv
IDENTITAS BUKU

Judul Buku Keluarga Pejuang

Pengarang Baitul maal hidayatullah

Penerbit Mulia

TahunTerbit Agustus 2018

Tebal Buku 50 halaman.

Ukuran Buku 13,5x20,5 cm

Harga Buku Rp. 9.000

ISSN 2337-5485

v
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................i

Identitas Penulis...............................................................................ii

Lembar Pengesahan.......................................................................iii

Kata Pengantar ...............................................................................iv

Identitas Buku...................................................................................v

Daftar Isi..........................................................................................vi

Bab I Pendahuluan.........................................................................01

I.I Latar Belakang................................................................01


I.II Sasaran Kegiatan............................................................01
I.III Tujuan Penulisan..............................................................01
I.IV Pelaksanaan kegiatan......................................................01

Bab II Isi.........................................................................................01

II.I Materi .............................................................................02


II.II Penjelassan ....................................................................02
II.III Tindak Lanjut...................................................................04
II.IV Dampak ..........................................................................04

Bab III Penutup..............................................................................05

III.I Simpulan.........................................................................05
III.II Saran...............................................................................05

vi
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. Perkembangan
literasi menjadi penting untuk diperhatikan, karena literasi merupakan
kemampuan awal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk menjalani
kehidupan di masa depan. SMK NEGERI 1 KOTA MAGELANG sendiri yang
menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang menuntut agar
siswa menjadi lebih aktif, kreatif,dan inovatif maka dibuatlah program
LITERASI atau kegiatan membaca setiap pagi 15 menit sebelum
dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di kelas dan diwajibkan kepada
seluruh siswa.

I.II Sasaran Kegiatan


Sasaran kegiatan ini ditujukan kepada siswa SMK NEGERI 1 KOTA
MAGELANG agar mereka lebih giat mempelajari buku dan meningkatan
minat baca dalam diri mereka, dan agar literasi dapat dijadikan sebagai
kegiatan rutin dan bermanfaat untuk seluruh siswa.

I.III Tujuan Penulisan


Tujuan dari literasi sekolah ini diharapkan siswa dapat menjadikan
membaca sebagai budaya dan kebutuhan dalam sekolah maupun di
lingkungan masyarakat, meningkatkan nilai kepribadian siswa melalui
kegiatan membaca, serta menumbuhkan dan mengembangkan budaya
literasi di tengah-tengah masyarakat secara luas. Laporan ini juga sebagai
tugas akhir semester genap mapel Bahasa Inggris.

I.IV Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan literasi ini dilakukan setiap pagi 15 menit sebelum kegiatan
pembelajaran. Dimulai dari pukul 07.00 sampai 07.15. Penulis menuliskan
bahwa laporan kegiatan literasi ini berdasarkan kegiatan literasi yang
dilakukan sebelum pelajaran Bahasa Inggris yang diampu oleh Ibu Rina Dewi
Septanti S.Pd, M.Pd. Kegiatan ini dilakukan sejak kelas XI pada semester ke-
3 sampai semester ke-4.

1
BAB II
II.I Materi
Buku ini berkisah tentang pejuang bangsa yang tak luput dari
pengorbanan orang-orang Islam. islam dikenal sebagai agama yang
sangat humanis, bahkan konsep tauhid dimensi dalam ajaran Islam. Ada
perbedaan antara nilai-nilai agama yang ideal dengan nilai-nilai sosial.
Islam memberikan tuntunan hidup manusia dari yang paling kecil hingga
yang paling besar. Hal yang melatarbelakangi lahirnya para pejuang
kemerdekaan yang ikhlas dan tulus seperti mereka, tentu layak untuk
dikaji. Tujuannya agar dapat diteladani oleh keluarga Muslim, khususnya
bagi orang tua sehingga mampu melahirkan generasi penerus
sebagaimana para pejuang kemerdekaan.

II.II Penjelasan
Buku ini diawali dengan cerita hidup melarat ala keluarga pejuang
(Bung Hatta). Bung Hatta, dalam buku 'Bang Ali, Demi Jakarta 1966-
1967' karya Ramadhan, dikisahkan tak mampu membayar iuran air
sampai pajak. Bahkan, hingga akhir hayatnya, keinginan dari Wakil
Presiden pertama untuk membeli sepatu Bally ini juga tak pernah
terpenuhi. Salah satu pejuang kemerdekaan pun menabung, sampai-
sampai menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya.
Tapi apa daya, tabungan tidak cukup karena kebutuhan rumah tangga
jauh lebih besar. Sepatu Bally tinggallah kenangan. Kesederhanaan atau
'hidup melarat' tak hanya dirasakan Bung Hatta. Perumus Pancasila
lainnya yang juga termasuk seorang pejuang kemerdekaan Indonesia,
Haji Agus Salim, merasakan hal serupa. Anggota Dewan Volksraad,
diplomat kesohor, dan Menteri Luar Negeri Indonesia era revolusi itu
wafat masih dengan status sebagai 'kontraktor', alias masih mengontrak
rumah.Beberapa tahun kemudian baru anak-anaknya patungan untuk
membeli rumah yang dikontraknya, di Jalan Gereja Theresia (kini JI. Agus
Salim No. 72) Jakarta. Begitulah kesederhanaan Agus Salim,
sebagaimana dikisahkan oleh Agustanzil Sjahroezah dalam buku 'Agus
Salim Diplomat Jenaka, Penopang Republik' (2013: hal. 114). Entah
berapa kali tokoh partai Islam terbesar saat itu hidup nomaden, pindah
dari satu gang ke gang lainnya di berbagai kota. "Ironi memang. Tapi
2
itulah mereka para pendiri negeri ini. (Kini) sangat jarang kita dengar
petinggi partai di negeri ini masih ngontrak rumah. Pindah-pindah.
Bahkan, hampir setiap bulan," ujar Rizki Lesus, penulis buku 'Perjuan-
gan yang Dilupakan' dalam sebuah artikel berjudul 'Hidup Susah ala
Perumus Pancasila'. Realita yang dialami Bung Hatta serta Haji Agus
Salim itu hanyalah gambaran kecil mengenai kehidupan para pejuang
kemerdekaan Indonesia.
Pakar sejarah Tiar Anwar Bachtiar menegaskan, kehidupan para
pejuang rata-rata dalam keadaan sangat paspasan serta kekurangan.
Bahkan, di awal perjuangan mereka rela hidup 'tak jelas' alias
mengontrak karena tidak punya rumah sendiri. "Uang mereka itu habis
untuk melakukan berbagai aktivitas yang ada kaitannya dengan
perjuangan," kata Tiar kepada Mulia, pertengahan Juni lalu. Selain Haji
Agus Salim dan Bung Hatta, pejuang kemerdekaan yang sederhana
kehidupannya, masih kata Tiar, di antaranya Soekarno. Presiden RI
pertama ini hidup bukan dalam keadaan bergelimang harta. Boleh
dibilang hartanya hanya cukup untuk makan serta beli pakaian seadanya.
"Kira-kira keadaan para pejuang kemerdekaan pada umumnya hampir
serupa waktu itu. Tapi, tidak menyurutkan mereka untuk terus berjuang,"
paparnya.
Kesederhaan dan hidup melarat ala keluarga pejuang
kemerdekaan ini tentu patut dicontoh Selain itu, Tiar menambahkan, ada
juga mujahadah atau pengorbanan mereka yang perlu diteladani?
Pertama, dalam kondisi serba kekurangan mereka tidak pernah
mengeluh. Kedua, mereka tidak pernah minta. Para pejuang menjaga
izzah dan muruah diri mereka. Tidak mengorbankan perjuangan mereka
untuk meminta-minta kepada orang lain. Ketiga, mereka sangat
penyabar. Ke- empat ini yang sangat penting mereka memiliki istri yang
sangat mendukung terhadap perjuangan. Misalnya istri Soekarno yang
merupakan anak orang kaya. Dia memberikan apa saja yang dimiliki tuk
mensukseskan perjuangan Soekarno merebut kemerdekaan. "Kira-kira
nilai-nilai inilah yang bisa kita teladani dari mereka," kata Tiar. Tiar
menambahkan, ada satu hal yang menarik dari para pejuang
kemerdekaan, yaitu mereka juga melibatkan anak dan istri dalam setiap
proses perjuangan. "Ikut dibawa mengungsi agar merasakan kesusahan
dalam perjuangan. Dan itu justru menjadi kesan tersendiri bagi anak dan
3
istri mereka." Artinya, di tengah kesibukan berjuang dan kehidupan serba
kekurangan, para pejuang kemerdekaan ini tak pernah menelantarkan
anak dan istrinya.
Lantas, apa yang dapat kita pahami dari sejarah para pejuang
dalam merebut kemerdekaan? “ketika menjadi aktivitas pejuang bukan
berarti tidak mau mengurusi anak dan istri. Mereka tetap sebagai orang
tua dan kepala rumah tanggapad umumnya. Meluangkan waktu bagi
keluarga.” mereka adalah para tokoh pendiri bangsa dan juga aktivis
pergerakan Islam yang mencintai kemerdekaan dengan ideologi
keislamannya masing-masing. Maka, bukan hal yang aneh kalau
kemudian dengan ideologi Islamnya, mereka mendorong nilai-nilai
keislaman sebagai landasan bernegara. "Terlepas apakah berhasil atau
tidak, namun hal itu adalah sesuatu yang lazim. Waktu itu, tak ada
tudingan anti-kemerdekaan, pemecah belah, atau intoleran, ketika
mereka memperjuangkan Islam sebagai cita-citanya," sejak awal mereka
melihat kemerdekaan atau pun kebangsaan dengan kacamata Islam,
bukan sekuler. Mereka percaya bahwa Islamlah yang mengikat berbagai
suku bangsa di Indonesia serta hanya dengan cita-cita Islam, Indonesia
pantas diperjuangkan. "Jika tak ada agama Islam di Indonesia, niscaya
lenyap kebangsaan Indonesia. Memang akan ada kebangsaan lain, tapi
tidak asli lagi," ucapan KH Wahid Hasyim sebagaimana dikutip Douwes
Dekker.

II.III Tindak Lanjut


Setelah dilaksanakan kegiatan literasi rutin ini, diharapkan siswa
semakin gemar membaca, dapat membentuk budi pekerti yang luhur, dan
karakter yang baik dan memiliki jiwa pejuang bagi siswa SMK N 1
MAGELANG

II.IV Dampak
Dampak dari kegiatan literasi ini adalah menjadikan siswa lebih
sering membaca, menambah wawasan siswa, menambah ilmu bagi
siswa. Siswa juga dapat mengambil banyak pembelajaran dari buku -
buku yang dibaca karena buku adalah jendela dunia.

4
BAB III

III.I Simpulan
Berdasarkan hasil dari kegiatan literasi siswa di SMK N 1 KOTA
MAGELANG dampaknya sudah sangat terasa bagi siswa maupun guru.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Literasi dapat menambah perbendaharaan kata “kosa


kata” seseorang.
2. Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan
untuk kegiatan membaca dan menulis.
3. Mendapat berbagai wawasan dan informasi baru.
4. Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
5. Kemampuan memahami makan suatu informasi akan
semakin meningkat.
6. Meningkatkan kemampuan verbal seseorang.
7. Meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir
seseorang.
8. Membantu meningkatkan daya fokus dan kemampuan
konsentrasi seseorang.
9. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam merangkai
kata yang bermakna dan menulis.

lII.Il Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dan pembahasan pada bab

sebelumnya, penulis memiliki saran - saran yang semoga dapat


bermanfaat, khususnya bagi SMK N 1 Kota Magelang. Saran yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah

Perlu adanya dukungan dari pihak sekolah SMK N 1 Kota


Magelang untuk dapat meningkatkan literasi informasi baik bagi guru
maupun

5
siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan mengenai
konsep dan pemahaman literasi informasi. Selain dari itu, perlu adanya
peningkatan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar mengingat SMK N 1 Kota Magelang merupakan sekolah
yang menerapkan belajar mengajar berbasis teknologi, misalnya
menambah kecepatan akses internet dan menambah luas daya
jangkaunya. Selain dari itu, perpustakaan sekolah dapat menambah
dan memperbaharui koleksi referensi. Sehingga ketika siswa ingin
menyelesaikan tugas mereka dapat dengan mudah mencarinya di
perpustakaan.
2. Bagi Guru

Penerapan literasi informasi dalam proses belajar mengajar perlu


ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama antara
pustakawan dengan guru untuk mewujudkan terciptanya komunitas
yang literat terhadap informasi. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan
pustakawan harus lebih proaktif untuk mengajak guru dan anggota
komunitas sekolah lainnya untuk dapat mewujudkan siswa-siswi yang
literat. Hal ini mengingat masih terbatasnya pengetahuan mengenai
literasi informasi.
3. Bagi siswa

Dengan sarana dan prasarana yang memadai menuntut adanya


perubahan kemampuan di dalam mengakses dan memanfaatkan
informasi. Salah satunya di dalam pemanfaatan teknologi informasi.

Anda mungkin juga menyukai