Laporan Literasi
Laporan Literasi
“ KELUARGA PEJUANG”
(MULIA)
DISUSUN OLEH:
NAMA : AHMAD AZA MUNAQOROBI
KELAS : XI-EA
NO.Absen : 3
i
BIODATA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan literasi ini disusun sebagai tugas akhir mata pelajaran Bahasa Inggris yang
diampu oleh Ibu Rina Dewi Septanti S.Pd, M.Pd. Dengan harapan laporan literasi
dengan buku yang berjudul “Keluarga Pejuang“ dapat bermanfaat bagi masyarakat
umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.
Menyetujui
Guru Bahasa Inggris
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan
karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan laporan literasi buku yang berjudul
“Keluarga Pejuang”. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas akhir mata
pelajaran Bahasa Inggris yang diampu oleh Ibu Rina Dewi Septanti S.Pd, M.Pd. Dalam
proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak.
Untuk itu saya menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu guru
mata pelajaran Bahasa inggris, Ibu Rina Dewi Septanti S.Pd, M.Pd yang telah
membimbing saya dan memberikan banyak inspirasi pada karya tulis yang saya buat ini.
Saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada orang tua dan
teman-teman yang selalu mendukung keberhasilan laporan kegiatan literasi ini. Meski
demikian, saya menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini. Sehingga saya secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.
iv
IDENTITAS BUKU
Penerbit Mulia
ISSN 2337-5485
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................i
Identitas Penulis...............................................................................ii
Lembar Pengesahan.......................................................................iii
Identitas Buku...................................................................................v
Daftar Isi..........................................................................................vi
Bab I Pendahuluan.........................................................................01
a) Latar Belakang...................................................................01
b) Sasaran Kegiatan...............................................................01
c) Tujuan Penulisan................................................................01
d) Pelaksanaan kegiatan........................................................01
Bab II Isi.........................................................................................01
a) Materi ................................................................................02
b) Penjelassan .......................................................................06
c) Tindak Lanjut......................................................................11
d) Dampak .............................................................................11
a) Simpulan............................................................................12
b) Saran .................................................................................12
vi
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. Perkembangan
literasi menjadi penting untuk diperhatikan, karena literasi merupakan
kemampuan awal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk menjalani
kehidupan di masa depan. SMK NEGERI 1 KOTA MAGELANG sendiri yang
menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang menuntut agar
siswa menjadi lebih aktif, kreatif,dan inovatif maka dibuatlah program
LITERASI atau kegiatan membaca setiap pagi 15 menit sebelum
dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di kelas dan diwajibkan kepada
seluruh siswa.
II.II Penjelasan
Buku ini diawali dengan cerita hidup melarat ala keluarga pejuang
(Bung Hatta). Bung Hatta, dalam buku 'Bang Ali, Demi Jakarta 1966-
1967' karya Ramadhan, dikisahkan tak mampu membayar iuran air
sampai pajak. Bahkan, hingga akhir hayatnya, keinginan dari Wakil
Presiden pertama untuk membeli sepatu Bally ini juga tak pernah
terpenuhi. Salah satu pejuang kemerdekaan pun menabung, sampai-
sampai menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya.
Tapi apa daya, tabungan tidak cukup karena kebutuhan rumah tangga
jauh lebih besar. Sepatu Bally tinggallah kenangan. Kesederhanaan atau
'hidup melarat' tak hanya dirasakan Bung Hatta. Perumus Pancasila
lainnya yang juga termasuk seorang pejuang kemerdekaan Indonesia,
Haji Agus Salim, merasakan hal serupa. Anggota Dewan Volksraad,
diplomat kesohor, dan Menteri Luar Negeri Indonesia era revolusi itu
wafat masih dengan status sebagai 'kontraktor', alias masih mengontrak
rumah.Beberapa tahun kemudian baru anak-anaknya patungan untuk
membeli rumah yang dikontraknya, di Jalan Gereja Theresia (kini JI. Agus
Salim No. 72) Jakarta. Begitulah kesederhanaan Agus Salim,
sebagaimana dikisahkan oleh Agustanzil Sjahroezah dalam buku 'Agus
Salim Diplomat Jenaka, Penopang Republik' (2013: hal. 114). Entah
berapa kali tokoh partai Islam terbesar saat itu hidup nomaden, pindah
dari satu gang ke gang lainnya di berbagai kota. "Ironi memang. Tapi
itulah mereka para pendiri negeri ini. (Kini) sangat jarang kita dengar
petinggi partai di negeri ini masih ngontrak rumah. Pindah-pindah.
Bahkan, hampir setiap bulan," ujar Rizki Lesus, penulis buku 'Perjuan-
gan yang Dilupakan' dalam sebuah artikel berjudul 'Hidup Susah ala
Perumus Pancasila'. Realita yang dialami Bung Hatta serta Haji Agus
Salim itu hanyalah gambaran kecil mengenai kehidupan para pejuang
kemerdekaan Indonesia.
Pakar sejarah Tiar Anwar Bachtiar menegaskan, kehidupan para
pejuang rata-rata dalam keadaan sangat paspasan serta kekurangan.
Bahkan, di awal perjuangan mereka rela hidup 'tak jelas' alias
mengontrak karena tidak punya rumah sendiri. "Uang mereka itu habis
untuk melakukan berbagai aktivitas yang ada kaitannya dengan
perjuangan," kata Tiar kepada Mulia, pertengahan Juni lalu. Selain Haji
Agus Salim dan Bung Hatta, pejuang kemerdekaan yang sederhana
kehidupannya, masih kata Tiar, di antaranya Soekarno. Presiden RI
pertama ini hidup bukan dalam keadaan bergelimang harta. Boleh
dibilang hartanya hanya cukup untuk makan serta beli pakaian seadanya.
"Kira-kira keadaan para pejuang kemerdekaan pada umumnya hampir
serupa waktu itu. Tapi, tidak menyurutkan mereka untuk terus berjuang,"
paparnya.
Kesederhaan dan hidup melarat ala keluarga pejuang
kemerdekaan ini tentu patut dicontoh Selain itu, Tiar menambahkan, ada
juga mujahadah atau pengorbanan mereka yang perlu diteladani?
Pertama, dalam kondisi serba kekurangan mereka tidak pernah
mengeluh. Kedua, mereka tidak pernah minta. Para pejuang menjaga
izzah dan muruah diri mereka. Tidak mengorbankan perjuangan mereka
untuk meminta-minta kepada orang lain. Ketiga, mereka sangat
penyabar. Ke- empat ini yang sangat penting mereka memiliki istri yang
sangat mendukung terhadap perjuangan. Misalnya istri Soekarno yang
merupakan anak orang kaya. Dia memberikan apa saja yang dimiliki tuk
mensukseskan perjuangan Soekarno merebut kemerdekaan. "Kira-kira
nilai-nilai inilah yang bisa kita teladani dari mereka," kata Tiar. Tiar
menambahkan, ada satu hal yang menarik dari para pejuang
kemerdekaan, yaitu mereka juga melibatkan anak dan istri dalam setiap
proses perjuangan. "Ikut dibawa mengungsi agar merasakan kesusahan
dalam perjuangan. Dan itu justru menjadi kesan tersendiri bagi anak dan
istri mereka." Artinya, di tengah kesibukan berjuang dan kehidupan serba
kekurangan, para pejuang kemerdekaan ini tak pernah menelantarkan
anak dan istrinya.
Lantas, apa yang dapat kita pahami dari sejarah para pejuang
dalam merebut kemerdekaan? “ketika menjadi aktivitas pejuang bukan
berarti tidak mau mengurusi anak dan istri. Mereka tetap sebagai orang
tua dan kepala rumah tanggapad umumnya. Meluangkan waktu bagi
keluarga.” mereka adalah para tokoh pendiri bangsa dan juga aktivis
pergerakan Islam yang mencintai kemerdekaan dengan ideologi
keislamannya masing-masing. Maka, bukan hal yang aneh kalau
kemudian dengan ideologi Islamnya, mereka mendorong nilai-nilai
keislaman sebagai landasan bernegara. "Terlepas apakah berhasil atau
tidak, namun hal itu adalah sesuatu yang lazim. Waktu itu, tak ada
tudingan anti-kemerdekaan, pemecah belah, atau intoleran, ketika
mereka memperjuangkan Islam sebagai cita-citanya," sejak awal mereka
melihat kemerdekaan atau pun kebangsaan dengan kacamata Islam,
bukan sekuler. Mereka percaya bahwa Islamlah yang mengikat berbagai
suku bangsa di Indonesia serta hanya dengan cita-cita Islam, Indonesia
pantas diperjuangkan. "Jika tak ada agama Islam di Indonesia, niscaya
lenyap kebangsaan Indonesia. Memang akan ada kebangsaan lain, tapi
tidak asli lagi," ucapan KH Wahid Hasyim sebagaimana dikutip Douwes
Dekker.
II.IV Dampak
Dampak dari kegiatan literasi ini adalah menjadikan siswa lebih
sering membaca, menambah wawasan siswa, menambah ilmu bagi
siswa. Siswa juga dapat mengambil banyak pembelajaran dari buku -
buku yang dibaca karena buku adalah jendela dunia.
BAB III
III.I Simpulan
Berdasarkan hasil dari kegiatan literasi siswa di SMK N 1 KOTA
MAGELANG dampaknya sudah sangat terasa bagi siswa maupun guru.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
lII.Il Saran