DI SUSUN
( 1507.14201.383 )
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Mengetahui pengaruh senam bugar lanjut usia terhadap tekanan darah dan
kualitas hidup pada lanjut usia hipertensi.
1.4.1 Institusi
1.4.2 Praktis
1. Bagi Penulis
2. Bagi Pembaca
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Patofisiologi
Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur. TDS meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan
TDD meningkat samapi umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap
atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin
mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah`dan penurunan
kelenturan arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai
dengan umur. Scperti diketahui, takanan nadi merupakan predictok terbaik
dari adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi
pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan normal
terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh
darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluhn darah besar
meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan
ini menyebabkan penurunan kelenturan aorta dan pembuluh darah besar dan
mengakibatkan pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas
baroreseptor juga berubah dengan umur. (Kuswardhani,2006)
Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat
menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada
pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga
menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi
pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan
antara vasodilatasi adrenergik beta dan vasokonstriksi adrenergik alfa akan
menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya mengakibatkan
pcningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah. Resistensi
Natrium akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan
dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin plasma
dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak
mempunyai peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia Berbagai
perubahan di atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung
(cardiac output), penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard,
hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan penurunan
fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus.
(Kuswardhani,2006)
Sumber: (Dalimartha,dkk,2008)
Jika tekanan darah sistolik dan diastolik berbeda kategori, dipakai kategori yang lebih tinggi.
IMT =
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
6. Minum kopi
Dari hasil penelitian di Journal of Nutrition Collage dikatakan
bahwa kopi 1-2 cangkir perhari meningkatkan risiko hipertensi 4,11
kali lebih tinggi dibanding tidak meminum kopi. (Martiani,2012)
7. Stres
Pengaruh stres juga masih kontroversi, pengaruhnya diduga
melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan
darah sebagai reaksi fisik bila sesorang mengalami ancaman (fight or
flight response). (Rahajeng,2009)
8. Diagnosis Hipertensi
Pada semua umur, diagnosis hipertensi memerlukan
pengukuran berulang dalam keadaan istirahat, tanpa ansietas, kopi,
alkohol, atau merokok. Namun demikian, salah diagnosis lebih sering
terjadi pada lanjut usia, terutama perempuan, akibat beberapa faktor
seperti berikut. Panjang cuff mungkin tidak cukup untuk orang gemuk
atau berlebihan atau orang terlalu kurus. Penurunan sensitivitas
refleks baroreseptor sering menyebabkan fluktuasi tekanan darah dan
hipotensi postural. Fluktuasi akibat ketegangan (hipertensi jas putih
=white coat hypertension) &latihan fisik juga lebih sering pada lanjut
usia. Arteri yang kaku akibat arterosklerosis menyebabkan tekanan
darah terukur lebih tinggi. Kesulitan pengukuran tekanan darah dapat
diatasi dengan cara pengukuran ambulatory.
Bulpitt et al. menganjurkan bahwa sebelum menegakkan
diagnosis hipertensi pada lanjut usia, hendaknya paling sedikit
dilakukan pemeriksaan di klinik sebanyak tiga kali dalam waktu yang
berbeda dalam beberapa minggu. (Kuswardhani,2006) Gejala HTS
yang sering ditemukan pada lanjut seperti ditemukan pada the SYST-
EUR trial adalah: 25% dari 437 perempuan dan 21% dari 204 laki-laki
menunjukkan keluhan. Gejala yang menonjol yang ditemukan pada
penderita perempuan dibandingkan penderita laki-laki adalah; nyeri
sendi tangan (35% pada perempuan vs. 22% pada laki-laki), berdebar
(33% vs.17%), mata kering (16% vs. 6%), penglihatan kabur (35% vs.
23%), kramp pada tungkai (43% vs. 31 %), nyeri tenggorok (15% vs.
7%), Nokturia merupakan gejala tersering pada kedua jenis kelamin,
68%.(Kuswardhani,2006)
4. Aspek lingkungan
Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di
dalamnya keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan
segala aktivitas kehidupan, termasuk di dalamnya adalah saran
dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan. Hubungan
dengan lingkungan mencakup sumber financial, kebebasan,
keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan social
care termasuk aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah,
kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun
keterampilan (skill), partisipasi dan mendapat kesempatan untuk
melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di waktu
luang, lingkungan fisik termasuk polusi/kebisingan/keadaan
air/iklim, serta transportasi.
4. Pekerjaan
Hultman, Hemlin, dan H¨ornquist (2006) menunjukkan dalam
hal kualitas hidup juga diperoleh hasil penelitian yang tidak jauh
berbeda dimana individu yang bekerja memiliki kualitas hidup yang
lebih baik dibandingkan individu yang tidak bekerja.
5. Status pernikahan
Glenn dan Weaver melakukan penelitian empiris di Amerika
secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki
kualitas hidup yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak
menikah, bercerai, ataupun janda atau duda akibat pasangan
meninggal (Veenhoven, 1989).
6. Finansial
Pada penelitian Hultman, Hemlin, dan H¨ornquist (2006)
menunjukkan bahwa aspek finansial merupakan salah satu aspek
yang berperan penting mempengaruhi kualitas hidup individu yang
tidak bekerja.
7. Standar referensi
Menurut O’Connor (1993) mengatakan bahwa kualitas hidup
dapat dipengaruhi oleh standar referensi yang digunakan
seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai
persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal ini sesuai
dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQOL
(dalam Power, 2004) bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh
harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu.
BAB III
Yankes:
Sosial: Ketersediaan
* Keluarga tempat
* Masyarakat HIPERTENSI posyandu
Lingkungan Fisik LANSIA lansia
* Rumah Penerimaan
* Tempat Kerja program
posyandu
lansia
Perilku
Karakteristi Aktivitas
k Merokok
Umur
Jenis Pengetahua
Kelamin n
Keterangan :
= tidak diteliti
= diteliti
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Lokasi
2. Waktu Penelitian
Minggu
No Kegiatan I II
1. Pengumpulan Data Yayasan
1.4.3 2. Perumusan masalah Populasi
dan 3. Penyusunan proposal Sample
4. Penyusunan kuesioner
1. 5. Konsultasi Populasi
6. Pembagian kuesioner
7. Pengelolaan data Populasi
8. Penarikan kesimpulan dalam
penelitian ini
adalah peserta posyandu lansia bulan Januari 2019 di Yayasan Pelayanan Kasih
Bethesdha Malang. sebanyak 51 Lansia.
1. Data primer didapatkan dengan tehnik pengisian langsung oleh responden pada
alat pengumpul data berupa kuisioner yang diberikan.
2. Data sekunder diperoleh dengan tehnik studi dokumen berupa KMS/ laporan
data Geografi dan Demografi di Yayasan Pelayanan Kasih Bethesdha Malang
dengan alat pengumpul data berupa catatan lapangan.
1.4.6 Pengolahan Data
1. Editing Data
Editing data adalah (Arikunto, 2006) proses meneliti hasil survai untuk
meneliti apakah ada response yang tidak lengkap, tidak komplet atau
membingungkan; meneliti kembali data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner.
Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul sudah
cukup baik. Pemeriksaan data atau editing dilakukan terhadap jawaban yang telah
ada dalam kuesioner dengan memperhatikan halhal meliputi: kelengkapan
pengisian jawaban, kejelasan tulisan, kejelasan makna jawaban, serta kesesuaian
antar jawaban.
2. Scoring Data
Keterangan :
Jika Rasio Prevalensi (RP ) = 1, maka faktor risiko tidak berpengaruh
atas timbulnya efek atau dikatakan bersifat netral. Jika Rasio Prevalensi
(RP ) > 1, maka faktor resiko merupakan penyebab timbulnya penyakit. Jika
Rasio Prevalensi (RP) < 1, maka faktor resiko bukan menjadi penyebab
toimbulnya penyakit bahkan merupakan faktor protektif.