Anda di halaman 1dari 25

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

DISUSUN
O
L
E
H
Dimas Prayuda
Imam Ashari
Muhammad Azzmi

SMK NEGERI 4 PONTIANAK


TEKNIK GEOMATIKA KELAS XII
Tahun Ajaran 2019/2020
Kata Pengantar

Assalamualaikum segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami

kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil wawancara kami dengan tepat

waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan

wawancara ini dengan baik, Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda

tercinta kita yaiutu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diakhirat

nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik

itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan

pembuatan laporan wawancara ini sebagai tugas kelompok PPKN kami dengan tema atau

pembahasan tentang “Pelanggaran Hak”.

Kami tentu menyadari bahwa wawancara ini jauh dari kata sempurna dan masih

banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalam nya. Untuk itu, kami mengharapkan

kritik serta saran dari pembaca untuk laporan wawancara ini, supaya laporan ini nantinya

dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada

laporan ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khusunya kepada guru

PPKN kami membimbing kami dalam pembuatan laporan wawancara ini.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................
..............................................................................................................................................

Daftar Isi......................................................................................................................................
...

Bab I : Pendahuluan..................................................................................................................
...

Latar Belakang.............................................................................................................................
...

A.Rumusan Masalah..............................................................................................................
.........................................................................................................................................

B.Tujuan Penelitian...............................................................................................................

C.Manfaat Penelitian.............................................................................................................

Bab II : Kajian Teori.................................................................................................................

A.Pengertian Pedagang Kaki Lima........................................................................................

B.Pengertian Pelanggran Hak................................................................................................

Bab III : Metode Penelitian......................................................................................................

A.Pendekatan Penelitian........................................................................................................

B.Jenis Penelitian...................................................................................................................

C.Teknik Dan Alat Pengumpul Data.....................................................................................

D.Teknik Analisa Data..........................................................................................................

Bab IV : Pengolahan Data........................................................................................................

A.Data Hasil Wawancara.......................................................................................................


.........................................................................................................................................

B.Data Hasil Observasi..........................................................................................................

Bab V : Penutup.........................................................................................................................
A.Kesimpulan........................................................................................................................

B.Saran..................................................................................................................................

Lampiran....................................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pedagang kaki lima merupakan aset yang saat ini di Indonesia menjadi salah satu yang

menjadi perhatian pemerintah terkait dengan penataan sesuai dengan peraturan daerah. Banyak sekali

muncul pedagang kaki lima terutama di kota besar dikarenakan menjadi salah satu solusi mudah untuk

menghasilkan uang. Tetapi, karena menjamurnya pedagang kaki lima tersebut mengakibatkan carut

marutnya penataan kota karena mereka (para pedagang kaki lima) tidak lagi memperhatikan faktor

efisiensi dan faktor keindahan kota, karena mereka mementingkan bagaimana mendapatkan uang

dengan cepat. Selain itu permasalahan dari daerah yang terkadang juga kurang memperhatikan mereka

sehingga kurangnya tempat bagi pedagang kaki lima untuk berjualan. Seperti yang tertulis dalam

pertimbangan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2012 tentang koordinasi

penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima bahwa “Pedagang kaki lima sebagai salah satu pelaku

usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha perdagangan sektor informal perlu dilakukan

pemberdayaan untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya”.Pemberdayaan disini dalam arti

bahwa perlu adanya campur tangan pemerintah untuk bisa meberdayakan pedagang kaki lima sebagai

aset daerah. Bentuk pemberdayaan yang dimaksud adalah bisa dengan pemberian tempat yang

memadai hingga tidak mengganggu tata letak kota maupun bisa dengan memberikan modal kecil bagi

mereka yang benar-benar membutuhkan. Tetapi akan menjadi permasalahan besar jika ternyata

pedagang kaki lima berkembang tak terkontrol karena semakin besarnya kebutuhan hidup masyarakat

dan bertambahnya jumlah penduduk. Kemudahan mencari uang dengan berdagang membuat
masyarakat menganggap berdagang adalah satu-satunya cara bagi mereka mendapatkan pemasukan

keluarga. Tetapi mereka tidak memperhatikan dampak yang terjadi pada kota yang mereka tinggali

jika pedagang kaki lima muncul tak beraturan hingga mereka mengambil tempat-tempat strategis yang

seharusnya tempat tersebut tidak bisa digunakan untuk berdagang. Terlebih jika para pedagang kaki

lima menggunakan sebagian trotoar pejalan kaki. Pemerintah memaklumi jika pedagang menggunakan

trotoar untuk berdagang karena kebutuhan sosial mereka, tetapi pedagang kaki lima juga harus

memperhatikan hak dari pejalan kaki bahwa trotoar adalah tempat mereka berjalan kaki.Hal tersebut

akan sedikit menjadi pertentangan bagi masyarakat bila ditinjau dari Perda Nomor 1 Tahun 2007

tentang pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima, pasal 9 bahwa pemerintah daerah

berkewajiban menyelenggarakan pembinaan PKL di daerah. Sehingga mereka yang bergelut sebagai

kaum marginal atau golongan have nots dapat hidup yang layak sesuai dengan kemampuannya atas

pekerjaan yang layak (Ridlo, 2016: 96). Dapat dilihat bahwa orang akan menyalah prediksikan bahwa

memberikan kehidupan yang layak untuk PKL adalah dengan membebaskan mereka untuk berjualan

sesuka hati mereka. Ada aturan-aturan bagi mereka untuk dipatuhi sehingga pemerintah akan dengan

suka cita membantu para PKL dengan pembinaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut;

1. Bagaimana latar belakang kehidupan seorang pedagang kaki lima

2. Bagaimana implementasi pelanggaran hak yang di lakukan oleh pedagang kaki lima di Jl. Uray

Bawadi depan masjid As-sholihin

3. Bagaimana solusi untuk menertibkan pedagang kaki lima di Jl. Uray Bawadi depan masjid As-

sholihin.
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan pengertian dari pedagang kaki lima.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kebijakan penertiban pedagang kaki lima di Jl.Uray

Bawadi.depan masjid As-sholihin.

3. Untuk mendeskripsikan alasan dipermasalahkannya pedagang kaki lima oleh pemerintah.

D. Manfaat Penelitian atau Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah dalam

melakukan pembinaan pada pedagang kaki lima.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk penelitian

berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi penulis, dapat menambah wawasan tentang pembinaan pedagang kaki lima.
b) Bagi pemerintah daerah, berkaitan dengan impelementasi suatu perda, agar hasil dari penelitian

ini dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kinerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pedagang Kaki Lima

1) Pengertian Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja

dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan (DMJ/trotoar) yang

(seharusnya) diperuntukkan untuk pejalan kaki (pedestrian). Ada pendapat yang

menggunakan istilah PKL untuk pedagang yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering

ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah

dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" (yang sebenarnya adalah tiga roda, atau dua roda dan

satu kaki kayu). Menghubungkan jumlah kaki dan roda dengan istilah kaki lima adalah

pendapat yang mengada-ada dan tidak sesuai dengan sejarah. Pedagang bergerobak yang

'mangkal' secara statis di trotoar adalah fenomena yang cukup baru (sekitar 1980-an),

sebelumnya PKL didominasi oleh pedagang pikulan (penjual cendol, pedagang kerak telor)

dan gelaran (seperti tukang obat jalanan).Istilah pedagang kaki lima pertama kali dikenal pada

zaman Hindia Belanda,tepatnya pada saat Gubernur Jenderal Stanford Raffles berkuasa. Ia

mengeluarkan peraturan yang mengharuskan pedagang informal membuat jarak sejauh 5 kaki

atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal di pusat kota . Peraturan ini diberlakukan untuk

melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap memberikan kesempatan kepada pedagang
informal untuk berdagang. Tempat pedagang informal yang berada 5 kaki dari bangunan

formal di pusat kota inilah yang kelak dikenal dengan dengan “kaki lima” dan pedagang yang

berjualan pada tempat tersebut dikenal dengan sebutan “pedagang kaki lima” atau

PKL.Hingga saat ini istilah PKL juga digunakan untuk semua pedagang yang bekerja di

trotoar, termasuk para pemilik rumah makan yang menggunakan tenda dengan mengkooptasi

jalur pejalan kaki maupun jalur kendaraan bermotor. Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari

masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa

setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar

ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter sekian puluh tahun

setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kakibanyak dimanfaatkan

oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan,

sekarang menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya namanya

adalah pedagang lima kaki.Di beberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena

mengganggu para pengendara kendaraan bermotor, mengunakan badan jalan dan trotoar.

Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran air terdekat untuk membuang

sampah dan air cuci. Sampah dan air sabun dapat lebih merusak sungai yang ada dengan

mematikan ikan dan menyebabkan eutrofikasi. Tetapi PKL kerap menyediakan makanan atau

barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal

dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak

memulai bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya

mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.

B. Pengertian Pelanggaran Hak


Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada

sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian

tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat

sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas

sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Sedangkan kewajiban adalah

sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Di dalam

perjalanan sejarah, tema hak relatif lebih muda usianya dibandingkan dengan tema kewajiban,

walaupun sebelumnya telah lahir . Tema hak baru “lahir” secara formal pada tahun 1948

melalui Deklarasi HAM PBB, sedangkan tema kewajiban (bersifat umum) telah lebih dahulu

lahir melalui ajaran agama di mana manusia berkewajiban menyembah Tuhan, dan berbuat

baik terhadap sesama.

1. Pengertian Hak

Terkadang kita sering mendengar kata hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-

hari. hak seorang manusia merupakan fitrah yang ada sejak mereka lahir. Ketika lahir,

manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai hak

dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada misalnya, jabatan atau kedudukan dalam

masyarakat. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban, penulis ingin

memaparkan pengertian hak dan kewajiban. K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika

memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya

menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan

undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat

demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law, bukan right). Pada akhir Abad Pertengahan

ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu kesanggupan seseorang
untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu (right, bukan law). Akhirnya hak

pada saat itu merupakan hak yang subjektif merupakan pantulan dari hukum dalam arti

objektif. Hak dan kewajiban mempunyai hubungan yang sangat. Kewajiban dibagi atas dua

macam, yaitu kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban

tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai

dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral.hak merupakan

sesuatu yang urgen dalam kehidupan ini. setiap orang berhak mendapatkan hak setelah

memenuhi kewajiban.

2. Macam-Macam Hak

Hak Legal dan Hak Moral

a) Hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak

legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial. Contoh kasus,mengeluarkan

peraturan bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran

yang telah memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut.

b) Hak moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral lebih

bersifat soliderisasi atau individu. Contoh kasus, jika seorang majikan memberikan gaji

yang rendah kepada wanita yang bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya

sama dengan pria yang bekeja di perusahaannya. Dengan demikian majikan ini

melaksanakan hak legal yang dimilikinya tetapi dengan melanggar hak moral para wanita

yang bekerja di perusahaannya. Dari contoh ini jelas sudah bahwa hak legal tidak sama

dengan hak moral.

T.L. Beauchamp berpendapat bahwa memang ada hak yang bersifat legal maupun

moral, hak ini disebut hak-hak konvensional. Contoh jika saya menjadi anggota klub futsal
Indonesia, maka saya memperoleh beberapa hak. Pada umumnya hak–hak ini muncul karena

manusia tunduk pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang disepakati bersama. Hak

konvensional berbeda dengan hak moral karena hak tersebut tergantung pada aturan yang

telah disepakati bersama anggota yang lainnya dan hak ini berbeda dengan hak Legal karena

tidak tercantum dalam sistem hukum.

3. Hak Positif dan Hak Negatif

a) Hak Negatif adalah suatu hak bersifat negatif, jika saya bebas untuk melakukan sesuatu

atau memiliki sesuatu dalam arti orang lain tidak boleh menghindari saya untuk

melakukan atau memilki hal itu. Contoh: hak atas kehidupan, hak mengemukakan

pendapat.

b) Hak positif adalah suatu hak bersifat postif, jika saya berhak bahwa orang lain berbuat

sesuatu untuk saya. Contoh: hak atas pendidikan, pelayanan, dan kesehatan. Hak negatif

haruslah kita simak karena hak ini terbagi lagi menjadi 2 yaitu: hak aktif dan pasif. Hak

negatif aktif adalah hak untuk berbuat atau tidak berbuat sperti orang kehendaki. Contoh,

saya mempunyai hak untuk pergi ke mana saja yang saya suka atau mengatakan apa yang

saya inginkan. Hak-hak aktif ini bisa disebut hak kebebasan. Hak negatif pasif adalah hak

untuk tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu. Contoh, saya mempunyai hak

orang lain tidak mencampuri urasan pribadi saya, bahwa rahasia saya tidak dibongkar,

bahwa nama baik saya tidak dicemarkan. Hak-hak pasif ini bisa disebut hak keamanaan.

4. Hak Khusus dan Hak Umum

a) Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi

khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp.
10.000 dari orang lain dengan janji akan mengembalikan dalam dua hari, maka orang lain

mendapat hak yang dimiliki orang lain.

b) Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan

semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh semua manusia tanpa kecuali. Di

dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan “hak asasi manusia”.

5. Hak Individual dan Hak Sosial

a) Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang dimiliki individu-

individu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu

dalam mewujudkan hak-hak yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati

nurani, hak mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini semuanya

termasuk yang tadi telah kita bahas hak-hak negative.

b) Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara saja, akan tetapi sebagai

anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut dengan

hak sosial. Contoh: hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, hak ata pelayanan

kesehatan. Hak-hak ini bersifat positif

6. Hak Absolut

Hak yang bersifat absolut adalah suatu hak yang bersifat mutlak tanpa pengecualian, berlaku

di mana saja dengan tidak dipengaruhi oleh situasi dan keadaan. Namun ternyata hak tidak ada yang

absolut. Menurut ahli etika, kebanyakan hak adalah hak prima facie atau hak pada pandangan pertama

yang artinya hak itu berlaku sampai dikalahkan oleh hak lain yang lebih kuat. Setiap manusia memiliki

hak untuk hidup dan merupakan hak yang sangat penting. Manusia mempunyai hak untuk tidak

dibunuh namun ini tidak berlaku dalam segala keadaan tanpa alasan yang cukup kuat. Seseorang yang

membela diri akan penyerangan terhadap dirinya memiliki hak untuk membunuh jika tidak ada cara
lain yang harus dilakukan. Salah satu contoh lain adalah warga masyarakat yang mendapat tugas

membela tanah air dalam keadaan perang. Kedua contoh tersebut adalah contoh di mana hak atas

kehidupan yang seharusnya penting dan dapat dianggap sebagai hak absolut namun ternyata kalah oleh

situasi, keadaan, alasan yang cukup.

Kebebasan juga merupakan salah satu hak yang sangat penting namun hak ini tidak dapat

dikatakan hak absolut karena hak ini juga dapat dikalahkan oleh hak lain. Seseorang yang mengalami

gangguan jiwa dan membahayakan masyarakat sekitarnya dipaksa untuk dimasukkan ke dalam rumah

sakit jiwa meskipun ia menolak. Kebebasan yang dimiliki orang tersebut merupakannya namun hak

tersebut akhirnya kalah oleh hak masyarakat yang merasa terancam jiwanya.

Hak tidak selalu bersifat absolut karena sesuatu hak akan kalah oleh alasan atau keadaan

tertentu lain yang dapat menggugurkan posisi hak tersebut.


BAB III

METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Alasan

peneliti melakukan pendekatan kualitatif adalah untuk menganalisis terkait pengelolaan

ekowitasa pedagang kaki lima di daerah kota baru, dengan mencari informasi kepada pihak

yang bersangkutan terkait manajemen pengelolan ekowisata pedagang kaki lima dalam

meningkatkan ekonomi daerah sekitar Daerah kota baru. Jenis penelitian yang dipakai oleh

peneliti adalah jenis deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta

tata cara kerja yang berlaku. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memperoleh

informasi-informasi mengenai keadaan yang ada. Jadi, peneliti akan mengumpulkan data dari

para informan (kelompok pedagang kaki lima yang berjualan di area Kota baru, warga sekitar,

Bapak Lurah, Pengelola Kota baru, dll) tentang bagaimana manajemen pengelolaan

ekowisata, dan tingkat ekonomi dari awal hingga saat ini seperti apa, yang diterapkan didalam

kelompok pedagang kaki lima ini.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode

analisis dan atau bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data. Untuk

mendukung penulisan skripsi ini, ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis

gunakan, yakni:
a) Obsevarsi

Observasi yaitu pengumpulan data yag dilakukan melalui suatu pengamatan,

dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran.

Metode observasi yaitu melakukan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat

dari dekat kegiatan yang dilakukan pedagang (Penjual Es Cendol 88) di Jl. Uray

Bawadi depan masjid As-Sholihin. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh

gambaran real dari suatu peristiwa. Observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan

secara mendalam terhadap kegiatan pedagang kaki lima (Penjual Es Cendol 88) di Jl.

Uray Bawadi depan masjid As-sholihin dalam melakukan kegiatan jual beli, dan

dalam menjual produk lainnya dengan menggunakan seluruh panca indera untuk

menghasilkan informasi yang diperlukan. Jenis observasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi partisipan. Yaitu observasi yang melibatkan peneliti /

pengamat untuk mengambil bagian dalam penelitian. Sambil melakukan pengamatan,

peneliti ikut melakukam apa yang dikerjakan oleh sumber data, maka data yang

diperoleh akan lebih lengkap.

b) Wawancara Semiterstruktur (Semistructute Interview)

Wawancara yaitu sebuah proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

orang orang yang diwawancarai dan jawaban responden di catat atau direkam dengan

alat perekam. Dalam hal ini peneliti menggunakan model wawancara semi terstruktur.

Wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dan


jawaban altenatif namun dalam pelaksanaannya lebih bebas dan terbuka dimana pihak

informan dimintai pendapat dan ide-ide dan pewawancara mencatat apa yang

disampaikan informan. Dalam teknik pemilihan informan, peneliti memilih untuk

mewancarai seseorang yang menjadi kunci dari penelitian dan stakeholder yang

terkait.

c) Dokumentasi

Dokumentasi yaitu digunakan untuk memperoleh data-data sekunder yang berupa

keterangan keterangan, catatan-catatan, laporan dan sebagainya yang ada kaitanya dengan

masalah yang akan diteliti. Sementara itu Arikunto menyatakan dalam melakukan metode

dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku –buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.Sesuai dengan

pendapat tersebut, penulis menggunakan metode dokumentasi sebagai alat pengumpul data

dari bahan-bahan tertulis yang pelaksanaannya penulis mencari sumber-sumber tertulis

dilokasi penelitian.

C. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data kualitatif, ada tiga tahap kegiatan, yaiutu reduksi data, penyajian data

dan menarik kesimpulan. Berdasarkan pendapat tersebut maka analisis data yang akan dilakukan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Tahap reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, mecari tema dan polanya, dan membunag yang dianggap tidak perlu.

Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dalam
penelitian ini akan memfokuskan seberapa pentingnya manajemen terhadap peningkatan

pendapatan ekonomi para pedagang kaki lima kota baru Petung dalam perspektif ekonomi

Islam.

2. Penyajian Data (Data Display)

Tahap penyajian data yang meliputi pengklarifikasian dan identifikasi data, yaitu

menuliskan kumpulan data yang terorganisir dan terkategori berdasarkan indikator terkait

manajemen dan peningkatan prospek usaha pedagang kaki lima dalam perspektif ekonomi

Islam.

3. Menarik Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Tahap penarik kesimpulan dalam penelitian ini merupakan aktifitas pemberian makna dan

memberikan penjelasan terhadap hasil penyajian data yang diperoleh dari analisis data terhadap

Pengelola pedagang kaki lima kota baru, para pedagang kaki lima serta masyarakat sekitar yaitu

berupa temuan tentang seberapa pentingnya manajemen dalam meningkatkan ekonomi dalam

perspektif ekonomi Islam.


BAB IV
PENGOLAHAN DATA

A. Pengolahan Data Hasil Wawancara

Wanwancara seorang pedagang kaki lima yang berjualan es cendol 88 yang beroprasi ditepi Jl.

Uray bawadi depan masjid Jl. Uray Bawadi, yang bernama bapak Hamet, ia tinggal di Jl. Hm Swignyo

iya berjualan dari hari senin sampai sabtu dari pukul 10: 00 – 17:00 wawancara ini dilaksanakan pada

hari kamis, 12 september 2019.

1. Kenapa bapak lebih memilih ke pedagang kaki lima?

 “Karena saya ingin menyenangkan anggota keluarga saya dan juga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.”

2. Apa yang motivasi bapak menjadi pedagang kaki lima ?

 “Karena ingin memenuhi kebutuhan keluarga yang terus menerus harus dipenuhi.”

3. Apa motivasi yang bapak lakukan untuk menarik pelanggan ?

 “Untuk menarik pelanggan biasanya saya melayani pelanggan dengan ramah dan sopan.”

4. Apa yang bapak lakukan agar pelanggan merasa puas ?


 “Agar pelanggan merasa puas dan tidak kecewa maka saya memperhatikan kualitas bahan yang

baik, memilih bahan yang benar-benar baik dan menjaga kebersihan bahan atau pun tempat

usaha agar pelanggan yang datang tidak merasa jenuh ataupun jijik.”

5. Apa harapan bapak untuk masa depan ?

 ”Saya memulai usaha yang cukup sederhana dan saya berharap usaha saya makin maju seiring

berjalannya waktu, semoga saya juga bisa membuka cabang cabang di daerah lain agar usaha

ini makin berkembang dan maju.”

6. Berapa penghasilan bapak selama 1 hari ?

 “Penghasilan kotor saya selama 1 hari sekitar Rp. 200.000”

7. Apakah bapak sudah berumah tangga? Jika iya apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan

keluarga ?

 “Alhamdulillah sudah. Ya cukup dengan penghasilan 200.000 menurut saya sudah lumayan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya.”

8. Bagaimana suka duka dalan menjalankan usaha informal sebagai pedagang kaki lima?

 “Sukanya sih.... pembeli ramai sedangka dukanya sih kalau cuaca hujan kan otomatis

pembelinya sedikit”

9. Apakah bapak ada pekerjaan selain berdagang disini atau adakah bapak berpikir untuk usaha

lain?
 “Kalau pekerjaan selain berdagang sih tidak ada, untuk berfikir untuk buka usaha lain juga

belum. Soalnya saya sudah nyaman berdagang ini”

10. Apakah bapak sudah mendapatkan izin dari pemerintah daerah atau warga setempat?

 “Kalau pemerintah daerah sih belum pernah minta izin, tapi kalau warga setempat Cuma orang

yang punya halaman depan sih sudah minta izin”

11. Bagaimana pendapat anda sebagai pedagang kaki lima terhadap aktivitas yang mengganggu

akses bagi pejalan kaki?

 “Ya sebenarnya tahu kalau disini menggangu dek, tapi mau berjualan dimana lagi dek. Nggak

ada tempat selain disini, pelanggan kan juga sudah tau kalau tempatnya disini nanti kalau

pindah yang beli jadi nggak ada. Dari dulu berjualan disini dek."

12. Selama ini adakah upaya pemerintah kota pontianak dalam menertibkan penyalahgunaan fungsi

trotoar?

 "Belum pernah ditertibkan dek, pemerintah diam aja. Ya seharusnya kalau memang nanti mau

ditertibkan ya disediakan tempat jualan dek"

13. Bagaiman suatu saat pemerintah melarang untuk berjualan lagi di atas trotoar?

 “Yah...kita cari tempat lain lah tapi kalau sebaik nya yah jangan soal nya kan banyak juga

pedagang kaki lima seperti saya kan otomatis banyak nya pedagang yang akan menjadi

pengangguran”

14. Jika suatu saat nanti pemerintah menyiapkan tempat untuk pedagang kaki lima, apakah bapak

mau berpindah tempat berupa kios kios?

 “Kalau saya sih tidak kan kita juga sudah lama berjualan disini dan disini pun ramai

pembelinya”
15. Jika kios kios tersebut disediakan secara gratis?

 “Ya tergantunglah dekkalau tempatnya ramai pembeli dan pengunjung ya boleh juga tapi liat

dulu tempatnya yang disediakan pemerintah itu dimana kalau jauh dari rumah saya kan susah

juga”

16. Tetapi jika kios kios tersebut setiap bulan akan ditarik iuran bulanan?

 “ Kalau itu saya tidak mau lah toh kita juga penghasilan nya tidak seberapa, belum ongkos sama

bayar kontrakan rumah”

17. Jika pemerintah memberikan sangsi sesuai dengan peraturan yang sudah berlaku, apa tanggapan

bapak?

 “ Ya saya terima sesuai dengan sanksinya”

18. Apa harapan bapak untuk pemerintah supaya para pedagang bisa mendapatkan tempat yang

nyaman untuk berdagang?

 “Harapan saya agar pemerintah lebih memperhatikan pedagang seperti saya, setidaknya dikasih

fasilitas untuk berdagang agar para pedagang bisa nyaman berdagang”

19. Sebelumnya Pernah tidak bapak dimarahin atau ditegur oleh para pengguna jalan karena menurut

mereka mengganggu jalan raya atau trotoar?

 “Yah......belom pernah sih dek kenak tegur oleh para pengguna trotoar atau pun penggu jalan

ini”

20. Terimakasih bapak Sudah bersedia untuk kami wawancarai dan maaf jika telah mengganggu

kegiatan Anda
 “Iya tidak apa-apa”

B. Pengolahan Data Hasil Observasi

Pedagang kaki lima (PKL) adalah sebuah profesi yang terjadi akibat semakin sempitnya

lapangan pekerjaan disektor formal sehingga sebagian masyarakat beralih ke sektor informal demi

mencukupi kebutuhan hidupnya. Masalah pedagang kaki lima atau PKL tidak kunjung selesai disetiap

daerah indonesia, termasuk didaerah kota baru. Permasalahan ini terus saja berlangsung tanpa adanya

solusi yang tepat dalam mengatasi keberadaan PKL dan dianggap ilegal karena banyak pedagang kaki

lima yang menepati ruang publik yang tidak sesuai dengan fungsinya dan sebagian besar menekankan

aspek kebersihan, keindahan, kerapian didaerah kota baru. Oleh karena itu pedagang kaki lima sering

menjadi target kebijakan kebijakan pemerintah kota dalam penertiban kota yang menekankan aspek

kebersihan, keindahan, kerapian kota tersebut. Fenomena semakin banyaknya muncul para pedagang

kaki lima terutama dikota kota besar seperti halnya didaerah kota baru. Banyak fasilitas publik yang

digunakan oleh pedagang kaki lima seperti trotoar dan ditepi tepi jalan besar dapat mengganggu para

pengguna trotoar seperti para pejalan kaki dan dapat membahayakan para pengendara jalan karna

banyak konsumen yang akan membeli dagangan para pedagang kaki lima sering kali berhenti dibahu

jalan maupun parkir dibahu jalan tersebut.

Fenomena menjamurnya para pedagang kaki lima dikota kota besar terjadi karna adanya krisis

ekonomi yang melanda indonesia berdampak pada banyak perusahaan tidak beroperasi lagi seperti

sedia kala oleh karna ketidak mampu perusahaan menutupi biaya operasionalnya sehinnga timbulnya

kebijakan pemutusan hubungan kerja(PHK). Hal tersebut juga dapat memberi peningkatan terhadap
jumlah pengangguran yang umumnya bermukim diwilayah perkotaan demi memperthankan

hidupnya. Orang orang yang tidak tertampung dalam sektor formal maupun yang terkena dampak

PHK tersebut kemudian masuk kedalam sektor salah satunya adalah menjadi pedagang kaki lima.

Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat diindonesia keadaan semacam ini menyebabkan

kebutuhan lapangan kerja diperkotaan semakin tinggi akibatnya terjadi kelebihan tenaga kerja yang

tidak tertampung,mengalir dan mempercepat tumbuhnya sektor informal salah satu bentuk nya

pedagang informal yang penting adalah pedagang kaki lima


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah wawancara dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa di Indonesia masih banyak orang-

orang seperti bapak Hamet yang memilih untuk berjualan di pinggir jalan walaupun pendapatannya tidak

seberapa banyak. Retribusi yang disebutkan bapak Hamet menurut kami terlalu besar. Dari bapak Hamet

kami belajar tentang usaha yang sebenaranya dan selalu merasa cukup atas apa yang telah diusahakan

saja.

B. Saran

Sebaiknya berjualan ditempat yang tidak melanggar aturan hukum di Indonesia dan membuka

dagangan nya ditempat atau kios yang di izinkan pemerintah serta benar-benar tempat tersebut tidak

mengganggu masyarakat
Lampiran

Foto saat kami wawancara

Foto lokasi dagangan Pak Ahmet

Anda mungkin juga menyukai