DISUSUN
O
L
E
H
Dimas Prayuda
Imam Ashari
Muhammad Azzmi
Assalamualaikum segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil wawancara kami dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
wawancara ini dengan baik, Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda
tercinta kita yaiutu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diakhirat
nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan laporan wawancara ini sebagai tugas kelompok PPKN kami dengan tema atau
Kami tentu menyadari bahwa wawancara ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalam nya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk laporan wawancara ini, supaya laporan ini nantinya
dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khusunya kepada guru
Kata Pengantar.............................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................................
...
Bab I : Pendahuluan..................................................................................................................
...
Latar Belakang.............................................................................................................................
...
A.Rumusan Masalah..............................................................................................................
.........................................................................................................................................
B.Tujuan Penelitian...............................................................................................................
C.Manfaat Penelitian.............................................................................................................
A.Pendekatan Penelitian........................................................................................................
B.Jenis Penelitian...................................................................................................................
Bab V : Penutup.........................................................................................................................
A.Kesimpulan........................................................................................................................
B.Saran..................................................................................................................................
Lampiran....................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pedagang kaki lima merupakan aset yang saat ini di Indonesia menjadi salah satu yang
menjadi perhatian pemerintah terkait dengan penataan sesuai dengan peraturan daerah. Banyak sekali
muncul pedagang kaki lima terutama di kota besar dikarenakan menjadi salah satu solusi mudah untuk
menghasilkan uang. Tetapi, karena menjamurnya pedagang kaki lima tersebut mengakibatkan carut
marutnya penataan kota karena mereka (para pedagang kaki lima) tidak lagi memperhatikan faktor
efisiensi dan faktor keindahan kota, karena mereka mementingkan bagaimana mendapatkan uang
dengan cepat. Selain itu permasalahan dari daerah yang terkadang juga kurang memperhatikan mereka
sehingga kurangnya tempat bagi pedagang kaki lima untuk berjualan. Seperti yang tertulis dalam
pertimbangan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2012 tentang koordinasi
penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima bahwa “Pedagang kaki lima sebagai salah satu pelaku
usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha perdagangan sektor informal perlu dilakukan
bahwa perlu adanya campur tangan pemerintah untuk bisa meberdayakan pedagang kaki lima sebagai
aset daerah. Bentuk pemberdayaan yang dimaksud adalah bisa dengan pemberian tempat yang
memadai hingga tidak mengganggu tata letak kota maupun bisa dengan memberikan modal kecil bagi
mereka yang benar-benar membutuhkan. Tetapi akan menjadi permasalahan besar jika ternyata
pedagang kaki lima berkembang tak terkontrol karena semakin besarnya kebutuhan hidup masyarakat
dan bertambahnya jumlah penduduk. Kemudahan mencari uang dengan berdagang membuat
masyarakat menganggap berdagang adalah satu-satunya cara bagi mereka mendapatkan pemasukan
keluarga. Tetapi mereka tidak memperhatikan dampak yang terjadi pada kota yang mereka tinggali
jika pedagang kaki lima muncul tak beraturan hingga mereka mengambil tempat-tempat strategis yang
seharusnya tempat tersebut tidak bisa digunakan untuk berdagang. Terlebih jika para pedagang kaki
lima menggunakan sebagian trotoar pejalan kaki. Pemerintah memaklumi jika pedagang menggunakan
trotoar untuk berdagang karena kebutuhan sosial mereka, tetapi pedagang kaki lima juga harus
memperhatikan hak dari pejalan kaki bahwa trotoar adalah tempat mereka berjalan kaki.Hal tersebut
akan sedikit menjadi pertentangan bagi masyarakat bila ditinjau dari Perda Nomor 1 Tahun 2007
tentang pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima, pasal 9 bahwa pemerintah daerah
berkewajiban menyelenggarakan pembinaan PKL di daerah. Sehingga mereka yang bergelut sebagai
kaum marginal atau golongan have nots dapat hidup yang layak sesuai dengan kemampuannya atas
pekerjaan yang layak (Ridlo, 2016: 96). Dapat dilihat bahwa orang akan menyalah prediksikan bahwa
memberikan kehidupan yang layak untuk PKL adalah dengan membebaskan mereka untuk berjualan
sesuka hati mereka. Ada aturan-aturan bagi mereka untuk dipatuhi sehingga pemerintah akan dengan
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana implementasi pelanggaran hak yang di lakukan oleh pedagang kaki lima di Jl. Uray
3. Bagaimana solusi untuk menertibkan pedagang kaki lima di Jl. Uray Bawadi depan masjid As-
sholihin.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kebijakan penertiban pedagang kaki lima di Jl.Uray
Manfaat dari penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan
1. Manfaat Teoritis
a) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah dalam
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk penelitian
2. Manfaat Praktis
a) Bagi penulis, dapat menambah wawasan tentang pembinaan pedagang kaki lima.
b) Bagi pemerintah daerah, berkaitan dengan impelementasi suatu perda, agar hasil dari penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pedagang kaki lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja
dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan (DMJ/trotoar) yang
menggunakan istilah PKL untuk pedagang yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering
ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah
dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" (yang sebenarnya adalah tiga roda, atau dua roda dan
satu kaki kayu). Menghubungkan jumlah kaki dan roda dengan istilah kaki lima adalah
pendapat yang mengada-ada dan tidak sesuai dengan sejarah. Pedagang bergerobak yang
'mangkal' secara statis di trotoar adalah fenomena yang cukup baru (sekitar 1980-an),
sebelumnya PKL didominasi oleh pedagang pikulan (penjual cendol, pedagang kerak telor)
dan gelaran (seperti tukang obat jalanan).Istilah pedagang kaki lima pertama kali dikenal pada
zaman Hindia Belanda,tepatnya pada saat Gubernur Jenderal Stanford Raffles berkuasa. Ia
mengeluarkan peraturan yang mengharuskan pedagang informal membuat jarak sejauh 5 kaki
atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal di pusat kota . Peraturan ini diberlakukan untuk
melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap memberikan kesempatan kepada pedagang
informal untuk berdagang. Tempat pedagang informal yang berada 5 kaki dari bangunan
formal di pusat kota inilah yang kelak dikenal dengan dengan “kaki lima” dan pedagang yang
berjualan pada tempat tersebut dikenal dengan sebutan “pedagang kaki lima” atau
PKL.Hingga saat ini istilah PKL juga digunakan untuk semua pedagang yang bekerja di
trotoar, termasuk para pemilik rumah makan yang menggunakan tenda dengan mengkooptasi
jalur pejalan kaki maupun jalur kendaraan bermotor. Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari
masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa
setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar
ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter sekian puluh tahun
setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kakibanyak dimanfaatkan
oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan,
sekarang menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya namanya
adalah pedagang lima kaki.Di beberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena
mengganggu para pengendara kendaraan bermotor, mengunakan badan jalan dan trotoar.
Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran air terdekat untuk membuang
sampah dan air cuci. Sampah dan air sabun dapat lebih merusak sungai yang ada dengan
mematikan ikan dan menyebabkan eutrofikasi. Tetapi PKL kerap menyediakan makanan atau
barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal
dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak
memulai bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya
sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian
tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Sedangkan kewajiban adalah
sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Di dalam
perjalanan sejarah, tema hak relatif lebih muda usianya dibandingkan dengan tema kewajiban,
walaupun sebelumnya telah lahir . Tema hak baru “lahir” secara formal pada tahun 1948
melalui Deklarasi HAM PBB, sedangkan tema kewajiban (bersifat umum) telah lebih dahulu
lahir melalui ajaran agama di mana manusia berkewajiban menyembah Tuhan, dan berbuat
1. Pengertian Hak
Terkadang kita sering mendengar kata hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-
hari. hak seorang manusia merupakan fitrah yang ada sejak mereka lahir. Ketika lahir,
manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai hak
dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada misalnya, jabatan atau kedudukan dalam
masyarakat. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban, penulis ingin
memaparkan pengertian hak dan kewajiban. K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika
memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya
menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan
demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law, bukan right). Pada akhir Abad Pertengahan
ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu kesanggupan seseorang
untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu (right, bukan law). Akhirnya hak
pada saat itu merupakan hak yang subjektif merupakan pantulan dari hukum dalam arti
objektif. Hak dan kewajiban mempunyai hubungan yang sangat. Kewajiban dibagi atas dua
macam, yaitu kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban
tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai
sesuatu yang urgen dalam kehidupan ini. setiap orang berhak mendapatkan hak setelah
memenuhi kewajiban.
2. Macam-Macam Hak
a) Hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak
legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial. Contoh kasus,mengeluarkan
peraturan bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut.
b) Hak moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral lebih
bersifat soliderisasi atau individu. Contoh kasus, jika seorang majikan memberikan gaji
yang rendah kepada wanita yang bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya
sama dengan pria yang bekeja di perusahaannya. Dengan demikian majikan ini
melaksanakan hak legal yang dimilikinya tetapi dengan melanggar hak moral para wanita
yang bekerja di perusahaannya. Dari contoh ini jelas sudah bahwa hak legal tidak sama
T.L. Beauchamp berpendapat bahwa memang ada hak yang bersifat legal maupun
moral, hak ini disebut hak-hak konvensional. Contoh jika saya menjadi anggota klub futsal
Indonesia, maka saya memperoleh beberapa hak. Pada umumnya hak–hak ini muncul karena
manusia tunduk pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang disepakati bersama. Hak
konvensional berbeda dengan hak moral karena hak tersebut tergantung pada aturan yang
telah disepakati bersama anggota yang lainnya dan hak ini berbeda dengan hak Legal karena
a) Hak Negatif adalah suatu hak bersifat negatif, jika saya bebas untuk melakukan sesuatu
atau memiliki sesuatu dalam arti orang lain tidak boleh menghindari saya untuk
melakukan atau memilki hal itu. Contoh: hak atas kehidupan, hak mengemukakan
pendapat.
b) Hak positif adalah suatu hak bersifat postif, jika saya berhak bahwa orang lain berbuat
sesuatu untuk saya. Contoh: hak atas pendidikan, pelayanan, dan kesehatan. Hak negatif
haruslah kita simak karena hak ini terbagi lagi menjadi 2 yaitu: hak aktif dan pasif. Hak
negatif aktif adalah hak untuk berbuat atau tidak berbuat sperti orang kehendaki. Contoh,
saya mempunyai hak untuk pergi ke mana saja yang saya suka atau mengatakan apa yang
saya inginkan. Hak-hak aktif ini bisa disebut hak kebebasan. Hak negatif pasif adalah hak
untuk tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu. Contoh, saya mempunyai hak
orang lain tidak mencampuri urasan pribadi saya, bahwa rahasia saya tidak dibongkar,
bahwa nama baik saya tidak dicemarkan. Hak-hak pasif ini bisa disebut hak keamanaan.
a) Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi
khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp.
10.000 dari orang lain dengan janji akan mengembalikan dalam dua hari, maka orang lain
b) Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan
semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh semua manusia tanpa kecuali. Di
dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan “hak asasi manusia”.
a) Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang dimiliki individu-
individu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu
dalam mewujudkan hak-hak yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati
nurani, hak mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini semuanya
b) Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara saja, akan tetapi sebagai
anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut dengan
hak sosial. Contoh: hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, hak ata pelayanan
6. Hak Absolut
Hak yang bersifat absolut adalah suatu hak yang bersifat mutlak tanpa pengecualian, berlaku
di mana saja dengan tidak dipengaruhi oleh situasi dan keadaan. Namun ternyata hak tidak ada yang
absolut. Menurut ahli etika, kebanyakan hak adalah hak prima facie atau hak pada pandangan pertama
yang artinya hak itu berlaku sampai dikalahkan oleh hak lain yang lebih kuat. Setiap manusia memiliki
hak untuk hidup dan merupakan hak yang sangat penting. Manusia mempunyai hak untuk tidak
dibunuh namun ini tidak berlaku dalam segala keadaan tanpa alasan yang cukup kuat. Seseorang yang
membela diri akan penyerangan terhadap dirinya memiliki hak untuk membunuh jika tidak ada cara
lain yang harus dilakukan. Salah satu contoh lain adalah warga masyarakat yang mendapat tugas
membela tanah air dalam keadaan perang. Kedua contoh tersebut adalah contoh di mana hak atas
kehidupan yang seharusnya penting dan dapat dianggap sebagai hak absolut namun ternyata kalah oleh
Kebebasan juga merupakan salah satu hak yang sangat penting namun hak ini tidak dapat
dikatakan hak absolut karena hak ini juga dapat dikalahkan oleh hak lain. Seseorang yang mengalami
gangguan jiwa dan membahayakan masyarakat sekitarnya dipaksa untuk dimasukkan ke dalam rumah
sakit jiwa meskipun ia menolak. Kebebasan yang dimiliki orang tersebut merupakannya namun hak
tersebut akhirnya kalah oleh hak masyarakat yang merasa terancam jiwanya.
Hak tidak selalu bersifat absolut karena sesuatu hak akan kalah oleh alasan atau keadaan
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Alasan
ekowitasa pedagang kaki lima di daerah kota baru, dengan mencari informasi kepada pihak
yang bersangkutan terkait manajemen pengelolan ekowisata pedagang kaki lima dalam
meningkatkan ekonomi daerah sekitar Daerah kota baru. Jenis penelitian yang dipakai oleh
peneliti adalah jenis deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta
tata cara kerja yang berlaku. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memperoleh
informasi-informasi mengenai keadaan yang ada. Jadi, peneliti akan mengumpulkan data dari
para informan (kelompok pedagang kaki lima yang berjualan di area Kota baru, warga sekitar,
Bapak Lurah, Pengelola Kota baru, dll) tentang bagaimana manajemen pengelolaan
ekowisata, dan tingkat ekonomi dari awal hingga saat ini seperti apa, yang diterapkan didalam
Teknik pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode
analisis dan atau bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data. Untuk
mendukung penulisan skripsi ini, ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan, yakni:
a) Obsevarsi
Metode observasi yaitu melakukan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan pedagang (Penjual Es Cendol 88) di Jl. Uray
gambaran real dari suatu peristiwa. Observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan
secara mendalam terhadap kegiatan pedagang kaki lima (Penjual Es Cendol 88) di Jl.
Uray Bawadi depan masjid As-sholihin dalam melakukan kegiatan jual beli, dan
dalam menjual produk lainnya dengan menggunakan seluruh panca indera untuk
penelitian ini adalah observasi partisipan. Yaitu observasi yang melibatkan peneliti /
peneliti ikut melakukam apa yang dikerjakan oleh sumber data, maka data yang
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
orang orang yang diwawancarai dan jawaban responden di catat atau direkam dengan
alat perekam. Dalam hal ini peneliti menggunakan model wawancara semi terstruktur.
informan dimintai pendapat dan ide-ide dan pewawancara mencatat apa yang
mewancarai seseorang yang menjadi kunci dari penelitian dan stakeholder yang
terkait.
c) Dokumentasi
keterangan keterangan, catatan-catatan, laporan dan sebagainya yang ada kaitanya dengan
masalah yang akan diteliti. Sementara itu Arikunto menyatakan dalam melakukan metode
pendapat tersebut, penulis menggunakan metode dokumentasi sebagai alat pengumpul data
dilokasi penelitian.
Dalam menganalisis data kualitatif, ada tiga tahap kegiatan, yaiutu reduksi data, penyajian data
dan menarik kesimpulan. Berdasarkan pendapat tersebut maka analisis data yang akan dilakukan
Tahap reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, mecari tema dan polanya, dan membunag yang dianggap tidak perlu.
Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dalam
penelitian ini akan memfokuskan seberapa pentingnya manajemen terhadap peningkatan
pendapatan ekonomi para pedagang kaki lima kota baru Petung dalam perspektif ekonomi
Islam.
Tahap penyajian data yang meliputi pengklarifikasian dan identifikasi data, yaitu
menuliskan kumpulan data yang terorganisir dan terkategori berdasarkan indikator terkait
manajemen dan peningkatan prospek usaha pedagang kaki lima dalam perspektif ekonomi
Islam.
Tahap penarik kesimpulan dalam penelitian ini merupakan aktifitas pemberian makna dan
memberikan penjelasan terhadap hasil penyajian data yang diperoleh dari analisis data terhadap
Pengelola pedagang kaki lima kota baru, para pedagang kaki lima serta masyarakat sekitar yaitu
berupa temuan tentang seberapa pentingnya manajemen dalam meningkatkan ekonomi dalam
Wanwancara seorang pedagang kaki lima yang berjualan es cendol 88 yang beroprasi ditepi Jl.
Uray bawadi depan masjid Jl. Uray Bawadi, yang bernama bapak Hamet, ia tinggal di Jl. Hm Swignyo
iya berjualan dari hari senin sampai sabtu dari pukul 10: 00 – 17:00 wawancara ini dilaksanakan pada
“Karena saya ingin menyenangkan anggota keluarga saya dan juga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.”
“Karena ingin memenuhi kebutuhan keluarga yang terus menerus harus dipenuhi.”
“Untuk menarik pelanggan biasanya saya melayani pelanggan dengan ramah dan sopan.”
baik, memilih bahan yang benar-benar baik dan menjaga kebersihan bahan atau pun tempat
usaha agar pelanggan yang datang tidak merasa jenuh ataupun jijik.”
”Saya memulai usaha yang cukup sederhana dan saya berharap usaha saya makin maju seiring
berjalannya waktu, semoga saya juga bisa membuka cabang cabang di daerah lain agar usaha
7. Apakah bapak sudah berumah tangga? Jika iya apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga ?
“Alhamdulillah sudah. Ya cukup dengan penghasilan 200.000 menurut saya sudah lumayan
8. Bagaimana suka duka dalan menjalankan usaha informal sebagai pedagang kaki lima?
“Sukanya sih.... pembeli ramai sedangka dukanya sih kalau cuaca hujan kan otomatis
pembelinya sedikit”
9. Apakah bapak ada pekerjaan selain berdagang disini atau adakah bapak berpikir untuk usaha
lain?
“Kalau pekerjaan selain berdagang sih tidak ada, untuk berfikir untuk buka usaha lain juga
10. Apakah bapak sudah mendapatkan izin dari pemerintah daerah atau warga setempat?
“Kalau pemerintah daerah sih belum pernah minta izin, tapi kalau warga setempat Cuma orang
11. Bagaimana pendapat anda sebagai pedagang kaki lima terhadap aktivitas yang mengganggu
“Ya sebenarnya tahu kalau disini menggangu dek, tapi mau berjualan dimana lagi dek. Nggak
ada tempat selain disini, pelanggan kan juga sudah tau kalau tempatnya disini nanti kalau
pindah yang beli jadi nggak ada. Dari dulu berjualan disini dek."
12. Selama ini adakah upaya pemerintah kota pontianak dalam menertibkan penyalahgunaan fungsi
trotoar?
"Belum pernah ditertibkan dek, pemerintah diam aja. Ya seharusnya kalau memang nanti mau
13. Bagaiman suatu saat pemerintah melarang untuk berjualan lagi di atas trotoar?
“Yah...kita cari tempat lain lah tapi kalau sebaik nya yah jangan soal nya kan banyak juga
pedagang kaki lima seperti saya kan otomatis banyak nya pedagang yang akan menjadi
pengangguran”
14. Jika suatu saat nanti pemerintah menyiapkan tempat untuk pedagang kaki lima, apakah bapak
“Kalau saya sih tidak kan kita juga sudah lama berjualan disini dan disini pun ramai
pembelinya”
15. Jika kios kios tersebut disediakan secara gratis?
“Ya tergantunglah dekkalau tempatnya ramai pembeli dan pengunjung ya boleh juga tapi liat
dulu tempatnya yang disediakan pemerintah itu dimana kalau jauh dari rumah saya kan susah
juga”
16. Tetapi jika kios kios tersebut setiap bulan akan ditarik iuran bulanan?
“ Kalau itu saya tidak mau lah toh kita juga penghasilan nya tidak seberapa, belum ongkos sama
17. Jika pemerintah memberikan sangsi sesuai dengan peraturan yang sudah berlaku, apa tanggapan
bapak?
18. Apa harapan bapak untuk pemerintah supaya para pedagang bisa mendapatkan tempat yang
“Harapan saya agar pemerintah lebih memperhatikan pedagang seperti saya, setidaknya dikasih
19. Sebelumnya Pernah tidak bapak dimarahin atau ditegur oleh para pengguna jalan karena menurut
“Yah......belom pernah sih dek kenak tegur oleh para pengguna trotoar atau pun penggu jalan
ini”
20. Terimakasih bapak Sudah bersedia untuk kami wawancarai dan maaf jika telah mengganggu
kegiatan Anda
“Iya tidak apa-apa”
Pedagang kaki lima (PKL) adalah sebuah profesi yang terjadi akibat semakin sempitnya
lapangan pekerjaan disektor formal sehingga sebagian masyarakat beralih ke sektor informal demi
mencukupi kebutuhan hidupnya. Masalah pedagang kaki lima atau PKL tidak kunjung selesai disetiap
daerah indonesia, termasuk didaerah kota baru. Permasalahan ini terus saja berlangsung tanpa adanya
solusi yang tepat dalam mengatasi keberadaan PKL dan dianggap ilegal karena banyak pedagang kaki
lima yang menepati ruang publik yang tidak sesuai dengan fungsinya dan sebagian besar menekankan
aspek kebersihan, keindahan, kerapian didaerah kota baru. Oleh karena itu pedagang kaki lima sering
menjadi target kebijakan kebijakan pemerintah kota dalam penertiban kota yang menekankan aspek
kebersihan, keindahan, kerapian kota tersebut. Fenomena semakin banyaknya muncul para pedagang
kaki lima terutama dikota kota besar seperti halnya didaerah kota baru. Banyak fasilitas publik yang
digunakan oleh pedagang kaki lima seperti trotoar dan ditepi tepi jalan besar dapat mengganggu para
pengguna trotoar seperti para pejalan kaki dan dapat membahayakan para pengendara jalan karna
banyak konsumen yang akan membeli dagangan para pedagang kaki lima sering kali berhenti dibahu
Fenomena menjamurnya para pedagang kaki lima dikota kota besar terjadi karna adanya krisis
ekonomi yang melanda indonesia berdampak pada banyak perusahaan tidak beroperasi lagi seperti
sedia kala oleh karna ketidak mampu perusahaan menutupi biaya operasionalnya sehinnga timbulnya
kebijakan pemutusan hubungan kerja(PHK). Hal tersebut juga dapat memberi peningkatan terhadap
jumlah pengangguran yang umumnya bermukim diwilayah perkotaan demi memperthankan
hidupnya. Orang orang yang tidak tertampung dalam sektor formal maupun yang terkena dampak
PHK tersebut kemudian masuk kedalam sektor salah satunya adalah menjadi pedagang kaki lima.
Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat diindonesia keadaan semacam ini menyebabkan
kebutuhan lapangan kerja diperkotaan semakin tinggi akibatnya terjadi kelebihan tenaga kerja yang
tidak tertampung,mengalir dan mempercepat tumbuhnya sektor informal salah satu bentuk nya
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah wawancara dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa di Indonesia masih banyak orang-
orang seperti bapak Hamet yang memilih untuk berjualan di pinggir jalan walaupun pendapatannya tidak
seberapa banyak. Retribusi yang disebutkan bapak Hamet menurut kami terlalu besar. Dari bapak Hamet
kami belajar tentang usaha yang sebenaranya dan selalu merasa cukup atas apa yang telah diusahakan
saja.
B. Saran
Sebaiknya berjualan ditempat yang tidak melanggar aturan hukum di Indonesia dan membuka
dagangan nya ditempat atau kios yang di izinkan pemerintah serta benar-benar tempat tersebut tidak
mengganggu masyarakat
Lampiran