Anda di halaman 1dari 17

TUGAS RUTIN-1

Mata Kuliah: Multimedia Pembelajaran Ekonomi


Dosen Pengampu: Dr. Khoirudin Ependi Tambunan M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 5

1. Ester Sulastri Marito Simanulang (7182141014)

2. Mira carmila Simanjuntak (7183141025)

3. Nina Karina Br Ginting (7182141010)

PENDIDIKAN EKONOMI B

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat rahmat hidayat
dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Tokoh-Tokoh Pemikir
Sekonomi

Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Dr.Mica Siar
Meiriza,Ss., M.Si. sebagai Dosen Pengampu yang telah bersedia memberikan waktunya
perhatian , serta bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini . kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga makalah ini
dapat diselesaikan.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan , karena terbatasnya ilmu yang
dimiliki , untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah kami di masa yang akan datang . akhirnya , kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2020

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Pemikiran pemikiran ekonomi aliran Historis..............................................................................5
A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah......................................5
1. Pengertian Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah......................................................................5
2. Ruang Lingkup Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah.............................................................5
B. Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah...............................................................................6
C. Tokoh-Tokoh Aliran Sejarah........................................................................................................7
1. Friedrich List (1789-1846).........................................................................................................7
2. Bruno Hildebrand (1812-1878).................................................................................................8
3. Gustav Von Schmoler (1839-1917)...........................................................................................8
4. Werner Sombart (1863-1941)...................................................................................................9
5. Max Weber (1864-1920)............................................................................................................9
D. Implikasi Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah................................................................10
2.2 Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Institusional......................................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan Ekonomi dalam suatu Negara tidak bisa lepas dari pemikiranpemikiran
Ekonomi. Semakin majunya tingkat peradaban, makin banyak dan makin bervariasi pula
kebutuhan manusia. Di lain pihak, alat pemenuh kebutuhan manusia terbatas adanya. Ketidak
seimbangan antara kebutuhan yang meningkat dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas
tersebut menyebabkan diperlukannya sebuah ilmu yang disebut ilmu ekonomi. Banyak persoalan
di dunia ini yang menyangkut tentang persoalan ekonomi. Dengan adanya teori-teori ekonomi
yang berkembang, sebagian persoalan ekonomi tersebut dapat diatasi. Akan tetapi, sesudah
persoalan yang satu selesai diatasi, muncul kembali persoalan yana lain. Ini menyebakan kita
perlu menggali ilmu ekonomi dengan lebih dalam, lebih canggih, dan lebih ampuh untuk
digunakan dalam menghadapi persoalan-persoalan ekonomi baik masa sekarang, ataupun dimasa
yang akan datang
Didalam makalah ini, akan dibahas mengenai sejarah, tokoh beserta pemikiran-pemikiran
dari masing-masing tokoh ekonomi mulai dari aliran Historis ataupun Sejarah dan juga
Memikiran Mahzab Institusional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pemikiran ekonomi aliran Historis ?
2. Apa yang di maksud dengan pemikiran ekonomi mahzab institusional?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan ekonomi aliran Historis
2. Untuk Mengetahui apa yang di maksud dengan pemikiran ekonomi mahzab institusional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemikiran pemikiran ekonomi aliran Historis


A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah
Berhasilnya tokoh-tokoh neo-klasik dalam mementahkan serangan pemikiran-pemikiran
sosialis/marxis, maka bendera system liberal/kapitalisme kembali berkibar dan pada waktu
bersamaan, di Jerman perkembangan suatu aliran pemikiran ekonomi yang disebut Aliran Sejarah.

1. Pengertian Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah


Aliran sejarah di Jerman lahir pada tahun 1840 an melalui publikasi karya-karya ilmiah yang
ditulis oleh friederich List ( 1789 -1846), Nationales System der politichen Oekonomie (1840), dan
Wilhelm Roscher (1817-1894), Grundriss zu Vorlesungen ueber die Staatswissenschaft nach
geschichtilicher Methode (1843), aliran ini berakhir pada tahun 1915 ketika Gustav Friederich von
Shmoller ( 1838-1917) menjelang kematiannya, dalam tahun 1883 pengikut aliran sejarah jerman
yang terakhir ini menulis buku, Zur Methodologie der Staats-und Sozialwissenschaften yang
berpengaruh.Aliran sejarah adalah sebutan untuk suatu aliran pemikiran ekonomi dalam sejarah
yang berkembang dinegara Jerman pada abad 19, kaum historis, seperti Wilhem Rosches, Bruno
Hildebrand (1812-1878), Karl Knies (1821-1898), dan Gustav Schmoller, dari jerman. Dalam abad
yang sama, penyerangan ajaran-ajaran fundamental aliran klasik dari inggris.
Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan pada perspektif sejarah. Kerangka dasar teoritis
berikut pola pendekatan yang digunakan oleh aliran sejarah dalam memecahkan masalah-masalah
ekonomi sangat berbeda dan terpisah dari aliran utama (mainstream) yang berawal dari kaum klasik.
Namun aliran sejarah di inspirasikan oleh keberhasilan metode sejarah dalam bidang-bidang hukum
dan bahasa. Dari beberapa pakar Jerman sendiri ada yang menamakan aliran sejarah sebagai aliran
“etis”, untuk menunjukan ke tidak senangan mereka pada paham hidonisme klasik.
Menurut doktrin aliran sejarah, motif orang dalam bertindak tidak hanya didasarkan pada
motif laba dan kepentingan pribadi, tetapi dipengaruhi oleh motif-motif lain yang beragam. Menurut
mereka pengalaman sejarah memberikan banyak bukti bahwa motif orang dalam bertindak tidak
hanya didasarkan pada kepentingan pribadi. Tetapi juga didorong oleh etika dan implus-implus
lainnya.
Umumnya aliran sejarah cenderung bersandar pada nasionalisme, evolusi, dan perbaikan
hidup, suatu  paradigma yang berlawanan secara diametrik dengan doktrin-doktrin aliran klasik.
Aliran ini dengan sadar, seperti juga aliran institusionalis dari amerika Serikat yang akan dianalisis
dalam buku yang memberikan perhatian yang kuat pada faktor-faktor institusional dalam kehidupan
sosial.

2. Ruang Lingkup Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah


Aliran sejarah menawarkan metode induktif-historis sebagai alternatif dari metode deduktif
kaum klasik. Metode ini didasarkan pada pengalaman dan pengkajian yang bersifat khusus, seperti
data-data perkembangan ekonomi di suatu tempat, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan umum.
Dengan metode tersebut, hukum dan dalil harga hanya akan berlaku di suatu tempat dan pada waktu
tertentu saja, karena hukum, dalil, dan teori-teori ekonomi sangat tergantung pada kondisi serta
lingkungan setempat sehinga tidak mungkin berlaku universal.
Aliran sejarah memandang bahwa kegiatan perekonomian tidak terlepas dari interaksi dalam
masyarakat, sehingga tidak mungkin ada hukum ekonomi yang berdiri sendiri dan terlepas dari
peran pemerintah. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa campur tangan pemerintah dalam
perekonomian sangat dibutuhkan agar tujuan sosial dari proses ekonomi dapat diarahkan pada
kondisi yang di inginkan bersama.
Pemikir aliran sejarah dengan gencar menyerang metode pendekatan deduktif yang
digunakan kaum klasik. Dengan pendekatan deduktif analisis ekonomi bertitik tolak dari
pengamatan secara umum. Setelah itu diambillah kesimpulan secara khusus (reasoning from the
general to the particular). Bagi pakar aliran sejarah metode deduksi ini di nilai terlalu abstrak dan
terlalu teoritis, dimana dari beberapa postulat kemudian meng-claim bahwa pemikiran-pemikiran
mereka berlaku umum. Untuk mengatasi kelemahan metode klasik terebut maka pemikir-pemikir
aliran sejarah menawarkan metode induktif historis.

B. Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah


Pada abad ke 19 merupakan masa keemasan bagi lahirnya ide-ide baru dan gerakan
intelektual, dimana manusia mulai menyadari kemampuannya untuk merubah keadaan dalam segala
aspek kehidupannya. Kesadaran tersebut membawa perubahan dari segi cara pandang dalam melihat
eksistensi manusia. Pada masa ini manusia dipandang sebagai wujud dinamis yang senantiasa
berkembang dalam lintasan sejarah. Kelahiran aliran sejarah ini dipelopori oleh Friedrich Carl von
Savigny (1779-1861) melalui tulisannya yang berjudul Von Beruf unserer Zeit fur Gesetzgebung
und Rechtwissenschaft (Tentang pekerjaan pada zaman Kita di Bidang Perundang-undangan dan
Ilmu Hukum), dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pertama, pengaruh montesqieu dalam bukunya
“L’espirit De Lois” pernah mengemukakan adanya hubungan antara jiwa bangsa dengan hukumnya.
Kedua, pengaruh paham nasionalisme yang muncul pada awal abad ke 19. Disamping itu,
munculnya aliran ini merupakan reaksi langsung dari pendapat Thibaut yang menghendaki adanya
kodifikasi hukum perdata Jerman yang didasarkan pada hukum Prancis (Code Napoleon). Namun
perkembangan yang menyulut kemudian di kodifikasi hukum Jerman adalah setelah Prancis
meninggalkan kodifikasi hukum di negara Jerman.
Maka munculah aliran atau pemikir Setaraf Savigny mengemukakan “bahwa hukum itu tak
perlu diadakan kodifikasi, karena apa yang menjadi isi dari hukum itu ditentukan dari kebiasaan
hidup manusia yang ditentukan dari masa ke masa”. Hukum menurut Savigny berkembang dari
suatu masyarakat yang sederhana yang pencerminannya tampak dalam tingkah laku semua individu
kepada masyarakat yang modern dan kompleks dimana kesadaran hukum rakyat itu tampak pada
apa yang diucapkan oleh para ahli hukumnya. Banyak para penulis menganggap pemikiran Savigny
tidak dapat dimanfaatkan dalam konteks hukum modern karena sudah demikian kompleksnya
permasalahan suatu rakyat diera modern ini, apalagi negara yang sudah mengalami gejala
globalisasi.

C. Tokoh-Tokoh Aliran Sejarah


Sebagian besar para pemikir aliran sejarah ini berasal dari Jerman, antara lain: Friedrich
List, Wilhelm Roscher, Bruno Hildebrand, Karl Knies, Gustav Von Schmoler, Lujo Brentano,
Georg Friedrich Knapp, Karl Bucher, Max Weber, dan Werner Sombart.Tokoh-tokoh aliran dari
Inggris adalah William Cunningham dan J.W. Ashley. Dari Amerika Serikat yang mendukung
aliran ini, misalnya Henry Carey, Sinom Nelson Patten, dan Daniel Reymond. Tokoh-tokoh
pemikir aliran sejarah sangat banyak namun yang akan dibahas kali ini yang dianggap paling
penting saja, yaitu:
1. Friedrich List (1789-1846)
Friedrich List lahir dan mendapatkan pendidikan di Jerman. Ia pernah mengajar di negara
tersebut, akan tetapi ide-idenya yang memaksanya untuk pindah ke Amerika Serikat. Salah
satu buku List yang terkenal menyerang pakar-pakar klasik yang disebutnya dengan
“kosmopolitan” sebab mengabaikan peran pemerintah. Selanjutnya List mengatakan bahwa
kita bisa mengambil kesimpulan tentang perkembangan suatu masyarakat dari adat sejarah.
Dari cara mereka berproduksi, setiap kelompok masyarakat pada umumnya melewati tahap-
tahap sejarah sebagai berikut:
1) Tahap berburu dan menangkap ikan atau tahap barbarian, yang beciri masyarakat
primitifsebab kebutuhan dipenuhi dari apa yang disediakan oleh alam,
2) Zaman penggembala atau pastorial, yang mulai berternak,tetapi masih nomaden atau
tidak menetap,
3) Zaman agraris, ketika masyarakat mulai menetap dan berani secara subsistem,
4) Zaman bertani, menghasilkan industri manufaktur sederhana dan mulai melakukan
perdagangan lokal,
5) Masyarakat bertani, manufaktur lebih maju dan telah melakukan perdagangan
internasional.

Menurut List, sistem perdagangan bebas yang dianjurkan kaum klasia hanya cocok bagi
negara-negara yang sudah berada pada tahap ke lima (contohnya inggris), tetapi sistem
perdagangan bebas jelas tidak cocok untuk keadaan di Jerman pada waktu itu, yang keadaan
industrialisasinya sedikit tertinggal dengan keadaan industrialisasi di negeri Inggris. Untuk
memajukan perekonomian Jerman, List menyarankan agar pemerintah menyusun berbagai
kegiatan ekonomi sebagai bagian dari kegiatan produktif dan kemampuan nasional.
Dua sektor utama yang sangat menentukan perekonomian nasional adalah sektor
pertanian dan industri. Menurut List sektor pertanian diperlukan untuk menyediakan bahan
pangan masyarakat, namun sektor ini tidak dapat membawa perekonomian lebih maju. Lebih
tegasnya List berpendapat bahwa negera harus juga memajukan perekonomian melalui sektor
industri, dan industrialisasi lah yang merupakan langkah awal membawa perekonomian yang
lebih maju. Namun, industrialisasi tidak hanya bertujuan untuk memajukan sektor industri,
tetapi lebih jauh membawa perbaikan pada sektor pertanian serta perkembangan dan
kemajuan dibidang-bidang lainnya, termasuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi masyarakat luas. Dari uraian diatas jelas bahwa List lebih banyak mencurahkan
perhatian pada masalah kebijakan ekonomi, terutama bagaimana melindungi industrialisasi
Jerman yang pada waktu itu tertinggal jauh dengan industrialisasi Inggris.

2. Bruno Hildebrand (1812-1878)


Hildebrand aktif dalam berbagai penelitian dan penulisan karya karya ilmiah. Dalam
melakukan penelitian-penelitian ekonomi, ia menekankan perlunya mempelajari sejarah,
maksudnya penelitian ekonomi harus didukung oleh data statistik empiris yang dikumpulkan
dalam penelitian sejarah ekonomi. Hildebrand juga menekankan pentingnya evolusi dalam
perekonomian masyarakat. Menurut Hildebrand, dilihat dari cara tiap kelompok masyarakat
dalam melakukan tukar-menukar dan berdagang, kelompok-kelompok masyarakat tersebut
dapat dibedakan atas tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
1) Tukar-menukar secara in-natura atau barter,
2) Tukar-menukar dengan perantaraan uang,
3) Tukar-menukar dengan menggunakan kredit,

Penelitian Hildebrand diatas dianggap cukup baik dalam bidang sosiologi, akan tetapi
kurang bermanfaat dalam bidang pengembangan ilmu ekonomi. Salah satu kelemahan dari
penelitian sejarah Hildebrand ialah beberapa penelitiannya berupa monografi sejarah yang
bersifat deskriptif tentang masalah-masalah ekonomi. Namun, karya-karya tersebut tidak
disusun ke dalam suatu kerangka acuan yang padu. Oleh karena itu, karya-karya penelitian
sejarah Hildebrand tersebut dinilai tidak berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi.

3. Gustav Von Schmoler (1839-1917)


Schmoler terkenal karena ia terlibat dalam perdebatan yang sengit dengan pakar-pakar
klasik, terutama dengan arl Menger, yang berkaitan dengan metodologi dalam
pengembangan ilmu ekonomi, Ia dianggap sebagai pemikir aliran sejarah yang paling gigih
menyarankan agar metode deduktif klasik ditukar dengan metode induktif-empiris . Seperti
pakar aliran yang lainnya, Schmoler juga menekankan perlunya kelenturan dalam
perekonomian dan memberi ruang pada pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi.
Jika diperhatikan, pandangan Schmoler sedikit berbeda dengan pandangan tokoh-tokoh
sejarah lainnya. Jika tokoh-tokoh aliran sejarah yang lainnya menghendaki agar
kebijaksanaan juga menyangkut politik sosial. Lebih jauh lagi, kebijaksanaan untuk
meningkatkan kesejahteraan kaum buruh. Untuk mencapai tujuannya, Schmoler berserta
kawan-kawannya mendirikan forum untuk menghimpun pemikiran dalam menghadapi
masalah ekonomi dan sosial. Hasil dari forum tersebut disampaikan pada pemerintah sebagai
masukan. Keberhasilan untuk menghimpun masukan bagi pemerintah adalah diberlakunya
undang-undang untuk melindungi kaum buruh dari penindasan kaum pengusaha. Jaminan
sosial yang diberikan kepada kaum buruh sesuai dengan undang-undang untuk melindungi
kaum buruh dari penindasan kaum pengusaha. Dan jaminan sosial yang diberikan sesuai
dengan undang-undang tersebut.

4. Werner Sombart (1863-1941)


Penelitian Sombart yang sering dikutip oleh orang ialah penelitiannya tentang tahap-
tahap perkembangan kepitalisme. Dari hasil penelitiannya Sombart mengatakan bahwa
pertumbuhan masyarakat kapitalis sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan masyarakat.
Dalam karyanya yaitu Der Moderne Kapitalismus (1902), Sombart selanjutnya mengatakan
bahwa pertumbuhan masyarakat kapitalis dapat dibedakan atas beberapa tingkatan yaitu:
1) Tingkat pra-Kapitalisme
Para tingkat pra-kapitalisme ini kehidupan ekonomi masih bersifat komunal, struktur
sosial masih berat ke pertanian, kebutuhan manusia masih rendah, uang belum dikenal,
motif lama maksimum belum nampak, dan produksi hampir seluruhnya ditujukan untuk
diri sendiri.
2) Tingkat Kapitalisme Menengah
Dalam kehidupan ekonomi pada tingkat ini walaupun masih bersifat komunal, namun
sudah mulai memperhatikan ciri-ciri individualistis, struktur pertanian industri mulai
berkembang, masyarakat sudah mengenal uang, motif laba maksimum sudah mulai
tampak, dan produksi tidak hanya untuk diri sendiri, tetepi sebagian juga ditujukan untuk
pasar.
3) Tingkat Kapitalisme Tinggi
Yang disebut sebagai tingkat kapitalisme yang tinggi yaitu ciri masyarakat komunal
mulai hilang, paham individualisme mulai menonjol, struktur ekonomi semakin berat ke
industri dan perkotaan, peran uang semakin menonjol, motif laba maksimum makin
keliatan, dan sebagian besar dari produksi dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
4) Tingkat Kapitalisme Akhir
Tingkat kapitalisme tahap akhir ini ditujukan oleh ciri-ciri dari sikap individualisme yang
sangat tinggi, tetapi kpntingan masyarakat tidak diabaikan, industri meluas kepadat
modal, di samping uang kartal juga mulai dikenal uang giral, motoif laba maksimum
sangat tinggi, tetapi juga dipertimbangkan penggunaan laba untuk kepentingan
masyarakat, dan produksi untuk pasar.

5. Max Weber (1864-1920)


Max Weber adalah ahli sosiologi yang mana ilmu ekonomi dan sejarah ekonomi juga
dimasukkan sebagai bagaian dari ilmu sosiologi. Walaupun ia ahli sosiologi, pembahasan
utamanya adalah ekonomi. Dalam bukunya yang sangat terkenal yaitu The Protestant Ethic
and the Spirit of Capitalism (1985) Ia melihat pengaruh ajaran-ajaran agama tertentu
terhadap kemajuan ekonomi, sebagaimana ia jelaskan dalam buku tersebut bahwa ada
pengaruh nyata agama protestan terhadap perilaku dan kemajuan ekonomi.
Weber bertolak dari suatu asumsi dasar bahwa rasionalitas adalah unsur pokok peradaban
barat yang mempunyai nilai dan pengaruh universal. Perilaku ekonomi kapitalis, kata Weber
bertolak dari harapan akan keuntungan yang akan diperoleh dengan menggunakan
kesempatan bagi tukar menukar yang didasarkan pada kesempatan mendapatkan keuntungan
secara damai. Hasil pengamatan Weber menunjukan bahwa golongan penganut agama
protestan, terutama kaum Calvinis menduduki tempat teratas. Ajaran Calvin tentang takdir
dan nasib manusia, menurut Weber adalah kunci utama dalam menentukan sikap hidup para
penganutnya. Menurut ajaran Calvin keselamatan hanya diberikan kepada orang-orang
terpilih, hal ini lah yang mendorong orang untuk bekerja keras agar masuk menjadi golongan
orang terpilih tersebut. Dalam pmikiran teologis inilah semangat kapitalisme yang bersandar
pada cita ketekunan, hemat, rasional, berperhitungan,dan sanggup manahan diri menemukan
pasangannya.
Tidak semua orang menerima tesis Weber, diantaranya yaitu Bryan S. Turner, R.H.
Tawney, Kurt Samuelson, Robert N. Bellah, Andrew Greeley dan pakar-pakar lainnya yang
pernah meneliti dampak ajaran agama lain terhadap kehidupan ekonomi.

D. Implikasi Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah


Jika diperhatikan seacra mendalam, pemikiran tokoh-tokoh aliran sejarah sangat bersifat
nasionalistik. Hal ini paling jelas dalam pemikiran-pemikiran List dan Schmoler. Implikasi ajaran
pemikir-pemikir aliran sejarah bagi negara berkembang ialah perekonomian negara-negara
berkembang di dominasi oleh sektor pertanian. Perekonomian yang didominasi oleh sektor pertanian
sulit untuk maju. Jika ingin maju maka langkah awal yang diperlukan ialah mengacu pada
industrialisasi. Pada tahap awal, sebagaimana yang dianjurkan oleh List, negara-negara berkembang
boleh melakukan kebijaksaan proteksi untuk melindungi industri dalam negeri. Pengembangan
industri lebih lanjut ini diharapkan mampu mengangkat perekonomian masyarakat yang lebih luas
ke dalam berbagai bidang.
Implikasi kebijkasanaan yang menarik untuk disimak dari pemikiran aliran sejarah, terutama
dari pemikiran Schmoler, ialah perlunya negera memberikan perlindungan bagi kaum buruh.
Banyak negara berkembang yang mengabaikan hal ini, padahal masalah perlindungan kaum
buruh perlu diperhatikan karena posisi tawar menawar mereka yang sangat rendah dihadapan
para pengusaha. Jikalau ada organisasi serikat kerja, tetap saja kaum buruh belum mendapat
jaminan perlindungan yang sewajarnya.
2.2 Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Institusional

 Pengertian Ekonomi institusional
Secara umum adalah sebuah mazhab pemikiran dalam ilmu ekonomi yang berisi
pandangan bahwa perilaku ekonomi (economic behavior) seseorang atau suatu pihak sangat
dipengaruhi oleh institusi tertentu.Institusi sendiri dalam hal ini memiliki arti yang cukup luas
dan secara singkat dapat didefinisikan sebagai “aturan main” dalam suatu kelompok masyarakat,
baik yang sifatnya formal maupun informal, yang sengaja disusun untuk membatasi atau
mengatur hubungan antar manusia yang ada dalam kelompok masyarakat tersebut. Institusi
formal dapat berupa peraturan, regulasi, hukum perundangan dll; sementara institusi informal
dapat berupa konvensi, tren, budaya, dsb.Dengan demikian institusi di sini tidak sama dengan
organisasi. Mazhab Institusional pada awalnya muncul sebagai sanggahan terhadap pandangan
atau mazhab ekonomi neo-klassik yang menyatakan bahwa perilaku ekonomi seseorang adalah
semata-mata didasarkan pada keinginan setiap individu untuk memaksimalkan keuntungan
(maximizing profit behaviour).Istilah “ekonomi institusional” (institutional economics) pertama
kali diperkenalkanoleh Walton Hamilton pada tahun 1919.
Namun tokoh-tokoh awal yang secara konvensional dianggap sebagai pendiri mazhab
institusional dalam ekonomi diantaranya adalah Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan John R.
Commons (Rutherford, 2001). Pandangan tokoh-tokoh awal mazhab institusional tersebut
menekankan beberapa isu antara lain: perubahan teknologi (technological change), aspek
psikologi dan aspek hokum adalah aspek-aspek yang harus di ikut sertakan dalam analisis
ekonomi. Pada awalnya pandangan ini cukup berkembang karena dianggap lebih
merepresentasikan dunia nyata (karena memiliki bukti empiris).Namun dalam perjalanannya,
perkembangan mazhab ini mengalami kemandekan (stagnation) bahkan cenderung ditinggalkan
karena tidak adanya pembahasan lebih lanjut dari para pendukung mazhab ini yang pada
akhirnya mampu membentuk dan memberikan landasan teori yang kuat.Disamping itu,
perkembangan mazhab neo-klassik yang secara luas mulai mengembangkan alat ekonometrik
dalam analisisnya serta perkembangan mazhab ekonomi kesejahteraan (Welfare Economics)
yang diusung oleh J.M. Keynes, membuat mazhab institusional menjadi semakin tertinggal
karena dengan alat-alat analisis tersebut mazhab neo-klassik menjadi dianggap mampu untuk
memberikan penjelasan secara empirik.
Meski demikian, semenjak tahun 1970-an, mazhab ekonomi institusional mengalami
kebangkitan lagi.Namun mazhab ekonomi institusional yang bangkit belakangan tersebut tidak
sepenuhnya sama dengan mazhab ekonomi institusional yang dibawa oleh Veblen dkk. Hal ini
menyebabkan mazhab institusional yang muncul belakangan tersebut sering dinamakan sebagai
mazhab institusional baru (New Institutional Economics) sementara pandangan Veblen dkk
selanjutnya sering disebut sebagai mazhab institusional lama (Old institutional economics).
Mazhab ekonomi institusional baru ini pada umumnya membahas perilaku ekonomi dengan
menggunakan alat analisis yang dikembangkan dengan dukungan dari empat teori yang juga
dapat digunakan sebagai alat analisis.Empat teori tersebut meliputi: (1) teori biaya transaksi
(transaction cost theory), (2) teory hak kepemilikan (property rights theory), (3) teori pilihan
public (public choice theory), dan (4) teori permainan (game theory).
Perbedaan mendasar lainnya antara mazhab institusional lama dan baru adalah bahwa
mazhab institusional baru menggunakan dua dasar asumsi yaitu bahwa manusia berperilaku
rasional (rational individual behavior) dan adanya fungsi preferensi individu yang jelas
(individual preferences function); dimana kedua asumsi tersebut juga merupakan asumsi dasar
yang sangat penting bagi mazhab neo-klassik. Oleh karena itu, mazhab institusional baru sering
kali tidak diposisikan sebagai sanggahan terhadap mazhab ekonomi neo-klassik (sebagaimana
mazhab institusional lama) tetapi sebagai bentuk pengembangan (extension) dari mazhab neo-
klassik. Tokoh-tokoh yang mengembangkan mazhab institusional di antara nya adalah Wesley
Clair Mitchel , Gunnar Karl Myrdal , Joseph A. Schumpeter , Douglas North .
TOKOH-TOKOH ALIRAN INSTIITUSIONAL

1. THORSTEIN BUNDE VEBLEN (1857-1929)


Veblen adalah anak seorang petani miskin yang melakukan imigrasi dari Norwegia ke
Amerika. Dalam keluarga petani miskin ini, termasuk di dalamnya Veblen, ada Sembilan orang
bersaudara. Agaknya latar belakang kehidupan yang serba kekurangan inilah yang menjadi
pangkal tolak mengapa dalam kehidupannya ia sering bersikap getir, skeptis, dan bahkan ada
yang menilainya sebagai seorang fasis. Gelar yang diberikan pada Veblen sangat banyak. Selain
gelar-gelar diatas, ia juga sering digelari sebagai seorang maverick, yang kira-kira bisa diartikan
dengan orang yang suka “lain dari yang lain”.

Gelar lain yang diberikan pada Veblen adalah iconoclast, yaitu orang yang suka
menyerang dan ingin menjatuhkan ide-ide atau gagasan-gagasan orang-orang atau institusi
tradisional yang diterima secara umum (iconoclast = one who attacks and seeks to overthrow
traditional or popular ideas or institutions).Gelar “radikal” juga cocok untuk Veblen, sebab ia
sering atau bahkan terus menerus mempermasalahkan inti kebenaran dari tata susunan
masyarakat. Dengan gelar-gelar sebagaimana disebutkan diatas Veblen sering diperbandingkan
dengan Karl Mark, tokoh sosialis/marxis yang juga mempunyai kemampuan intelektual yang
luar biasa dan sama-sama sering melawan arus serta revolusioner.Bahkan latar belakang
pendidikan di antara keduanya mempunyai kemiripan, yaitu mempunyai latar belakang
pendidikan yang luas di bidang sosiologis, politik, falsafah, sejarah dan antropologi disamping
ekonomi.Pendidikan awal yang ditempuh Veblen adalah bidang filsafat, yang diambilnya di
Johns Hopkins University dan Yale University. Kemudian ia memperdalam ekonomi di Cornel
University. Walaupun ia seorang brilian, tetapi anehnya jabatannya sebagai dosen tidak pernah
lebih tinggi dari pembantu professor, baik waktu ia mengajar di Chacago, Stanford maupun
Missouri. Karena namanya sangat terkenal waktu pendaftaran mahasiswa berbondong-bondong
mengambil mata kuliah yang diajarkannya.Tetapi yang ditemui mahasiswa adalah seorang
eksentrik yang selalu menggerutu.

Dari buku-buku yang ditulis telah membuat Veblen sangat terkenal. Beberapa buku yang
ditulis nya antara lain: The Theory of Leisure Class (1899), The Theory of Business Enterprise
(1904), The Instict of Workmanship and the state of the Industrial Art (terbit tahun 1914, dan
tahun 1920 dipublikasikan kembali dengan judul: The Vested Interests and the Comman Man);
The Enggeneer and The Price system (1921); Absentee Ownership in Recent Time; The Cese of
America (1923). Selain buku-buku yang disebutkan di atas masih banyak buku-buku lain yang
ditulisnya menyangkut masalah social, politik, bahkan juga tentang pertahanan keamanan, dunia
pendidikan dan sebagainya.

Veblen sebagai tokoh utama aliran ini mempunyai cukup banyak pengikut. Di antaranya
adalah : Wesley Mitchel, Gunnar Myrdal, Joseph Schumpeter, dan Douglas North.
2. Wesley Clair Mitchel.
Wesley clair mitchel adalah murid, teman dan pengagum Veblen. la berjasa dalam
mengembangkan metode-metode kuantitatif dan menjelaskan peristiwa-peristiwa ekonomi. Salah
satu karyanya yang sudah menjadi klasik adalah : Business Cycles and Their Causes. Sesudah
PD2, Mitchel mengorganisasi sebuah badan penelitian “National Bureau of Economic
Research”. Dari penelitian ini memungkinkan lebih dikembangkannya penelitian penelitian
tentang pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi atau Business cycles, perubahan produktivitas,
analisis harga.

3. Gunnar Karl Myrdal


Gunnar karl myrdal banyak menulis buku, antara lain: An American Dilema, Value in
Social Theory, Challenge to Affluence, dan Asian Drama: An Inquiry into The Poverty of
Nations. Salah satu pesan Myrdal pada ahli-ahli ekonomi ialah agar ikut membuat value
judgement. Jika  itu tidak dilakukan struktur-struktur teoritis ilmu ekonomi akan menjadi tidak
realistis. Myrdal percaya bahwa pemikiran Institusional sangat diperlukan dalam melaksanakan
pembangunan di Negara berkembang. Myrdal meraih nobel dibidang Ekonomi pada tahun 1974
bersama F.A Hayek atas jasa-jasanya dalam menyumbang pemikiran ekonomi, terutama bagi
pembangunan Negara berkembang.

4. Joseph A. Schumpeter
Joseph A. Schumpeter di masukkan ke dalam aliran institusional karena  ia mengatakan
bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak dalam ekonomi itu sendiri, melainkan berada
di luarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Sumber kemakmuran terletak dalam
jiwa kewiraswastaan para pelaku ekonomi yang mengarsiteki pembangunan.

5. Douglas North.
penghargaan terhadap aliran institusional mencapai puncaknya tahun 1993 pada waktu
Douglas North menerima hadia nobel dalam bidang ekonomi.
Selama ini kebanyakan pakar ekonomi menganggap hanya mekanisme pasar sebagai satu-
satunya penggerak roda ekonomi, dan mengabaikan peran institusi.Hal ini dinilai North keliru,
sebab peran institusi tidak kalah penting dalam pembangunan ekonomi.la menyimpulkan bahwa
Negara komunis hancur karena tidak mempunyai institusi yang mendukung mekanisme pasar.
Terhadap perubahan yang radikal di Eropa Timur dan eks Soviet, North mengatakan bahwa
reformasi yang dilakukan tidak akan memberikan hasil nyata hanya dengan memperbaiki
kebijakan ekonomi macro saja tapi juga dibutuhkan dukungan seperangkat institusi yang mampu
memberikan insentif yang tepat kepada setiap pelaku ekonomi. Contoh institusi yang mampu
memberikan insentif tersebut adalah hukum paten dan hak cipta, hukum kontrak dan adanya
kepemilikan oleh  pemilikan tanah.Apa yang dimaksud North dengan institusi sedikit berbeda
dengan Veblen sebagai pendiri aliran institusional. Bagi Veblen institusi djartikan sebagai
norma-norma, nilai-nilai, tradisi dan budaya.Namun, bagi North institusi adalah peraturan
perundangundangan berikut bersifat pemaksaan dari peraturan-peraturan tersebut serta norma-
norma perilaku yang membentuk interaksi antara manusia secara berulang-ulang.North melihat
institusi terutama pada konsekwensi institusi tersebut atas pilihan-pilihan yang dilakukan oleh
anggota masyarakat.

 Motivasi Konsumen
Dalam the theory of the leisure class Veblen menjelaskan hal hal yang berhubungan
dengan dorongandan pole perilaku konsumsi masyarakat . sebagai layaknya pemikir yang tidak
puas dengan kondisi masyarakat yang ada di sekitarnya, Veblen sering melihat situasi situasi dan
keadaan sejarang, terutama dalam masyaraka Amerika yang diamatinya. Menurt Veblen, dulu
orang terikat dengan masyarakat sekeliling. Orang dalam tingkah lakunya pun berusaha ikut
menyumbang terhadap perkembangan masyarakat. Orang berusaha menghindari perbuatan yang
akan merugikan orang banyak. Namun apa yang dilihatnya sekarang  dalam masyarakat kapitalis
finansial di Amerika ialah orang orang yang hanya mementingkat dirinya sendiri saja, dan tidak
tertarik dengan masyarakat banyak.

Yang diperhatikan orang sekarang hnya uang. Segala sesuatu dinilai dengan uang.
Sekarang orang tidak peduli apakah perilaku ekonominya merugikan orang lain atau tidak.
Orang berlomba lomba mencaridan memperebutkan harta tanpa peduli akan cara. Mengapa
orang sangat doyan harta? Hal ini tidak lain karena adanya anggapan bahwa hanya harta yang
akan menaikan status, harga diri atau gengsi dalam masyarakat.

Jika harta telah terkumpul, orang akan banyak waktu untuk bersenang senang (leisure).
Dengan demikian, pada masa sekarang kemampuan untuk hidup bersenang dijadikan sebagai alat
untuk memperlihatkan derajat dan status seseorang. Makin mampu ia dalam bekerja dalam
pekerjaan pekerjaan produktif (leisure), makin tinggi derajadnya dalam masyarakat. Penyakin ini
banyak menghinggapi kaum wanita. Mereka mekai gaun mode muthakir hanya sekedar
mengumumkan kepada orang orang bahwa ia absen dalam pekerjaan produktif. Memakai corset,
misalnya, ingin menunjukan bahwa sipemakai tidak cocok untuk bekerja.

Penyakit suka pamer ini, demikian Veblen, cepat menjangkit dalam masyarakat. Dalam hal ini ia
memberi contoh, kalu seorang boss berlibur selama menggunakan yacht pribadi ke Bermuda,
sekretarisnyadalam segala upaya ( mungkin dengan menghabiskan seluruh tabungannya selama
setahun ) berusaha agar dapat berlayar selam seminggu ke Karibia.

Karena aktivitas leisure juga dijadikan indikasi kesuksesan, orang kaya yang ingin
dianggap “hebat” tidak mengizinka anak dan istrinya mengerjakan pekerjaan rumah. Semua
pekerjaan diserahkan kepembantu. Sementara pembantu bekerja, istri dan anak sibuk mencari
kesenangan nya masing masing.
Dengan harta melimpah orang berlomba lomba membeli barang barang yang digunakan
untuk pamer. Kecenderungan perilaku tersebut disebut Veblen sebagai conspicuous consumtion.
Yaitu konsumsi barang barang dan jasa bersifat ostentatious ( pamer melagak). Hal itu
dimaksudkan untuk membuat orang kagum. Sebagaimana diungkapkan oleh Veblen:
“ conspicuous consumtion of valuable goods is a mean of reputability to the gentleman of
leisure “. Yang menjadi incaran konsumsi bagi masyarakat leisure ini terutama barang barang
mahal. Tidak peduli apakah barang baramg tersebut berguna atau tidak dalam kehidupan sehari
hari. Manfaat yang di[eroleh dari pengkonsumsian barang barang mahal tersebut memang tidak
diperoleh dari barang barang itu sendiri, tetapi lewat dampak yang diperole melalui orang lain.
Mkimahal barang yang dibeli , si pembeli makin yakin bahwa barang tersebut “indah” dan
“hebat”. Kepuasan dari barang barang yang digunakan untuk pamer tidak diterima dari
pengkonsumsian brang itu sendiri, melainkan melalui dampak orang lain. Makin kagun=m
barang yang dibelinya, makin tinggi kepuasannya. Akan tetapi jika orang tidak memberi
perhatian pada apa yang dibelinya, munkin ia akan pusing tujuh keliling.
Apa yang dikatakan Veblen tentang perilaku konsumsi bermewah mewahan diatas adalah
faidah tidak diperoleh secaralangsung dari konsumsi barang itu sendiri, melainkan dari dampak
terhadap orang lain. Oleh Duesenberry kemudian dikembangkan lebih lanjut dan lebih dikenal
dengan istilah demonstration effect. Bagi Veblen gambaran diatas sunggu terbalik dengan tesis
kaum klasik dan neo klasik. Kedua kaum itu mengatakan bahwa orang akan selalu memilih
alternative konsumsi terbaik untuk memperoleh kepuasan sebesar besarnya. Perilaku tersebut
juga bertentangn dengan kaum klasik bahwa setiap keputusan konsumen didasarkan pada rasio
bukan emosi.

Menurut pandangan Veblen, orang yang membeli suatu barang yang melebihi proporsi
yang wajar, jelas tidak rasional. Namun, lebih bersifat emosional. Dan lebih parah lagi, kadang
kadang tingkah laku konsumsi mereka seperti orang “norak”. Hal seperti ini sering terjadi pada
golongan nouve riche, atau di Indonesia sering dikenal dengan istila Orang Kaya Baru (OKB).
Golongan ini umumnya berasal dari orang miskin yang kemudian berhasil meningkatkan status
finansialnya. Karena kurang terbiasa dengan pola hidup orang kaya, perilaku konsumsinya
tersebut menjadi tidak wajar.

Veblen melihat bahwa perilaku conspicuous consumtion, dan pecuniary emulation


semakin menggejala dalam masyarakat kapitalis finansial liberal amerika. Perilaku seperti ini
sangat dibenci dan ditentangnya karena dari hasil pengamatanya ia menyaksikan bahwa orang
amerika cenderung semakin manja. Banyak dari mereka yang hanya menghambur hamburkan
waktu, tenaga, dan sumber daya. Jika kecenderungan seperti ini tidak dicegah maka, demikian
peringatan Veblen, bangsa amerika suatu saat akan tertinggal dengan bangsa lain yang lebih
diperhitungkan dalam membelanjakan pendapatan mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan pada perspektif sejarah. Kerangka dasar teoritis
berikut pola pendekatan yang digunakan oleh aliran sejarah dalam memecahkan masalah-
masalah ekonomi sangat berbeda dan terpisah dari aliran utama (mainstream) yang berawal
dari kaum klasik. Namun aliran sejarah di inspirasikan oleh keberhasilan metode sejarah
dalam bidang-bidang hukum dan bahasa. Dari beberapa pakar Jerman sendiri ada yang
menamakan aliran sejarah sebagai aliran “etis”, untuk menunjukan ke tidak senangan mereka
pada paham hidonisme klasik.
Secara umum adalah sebuah mazhab pemikiran dalam ilmu ekonomi yang berisi
pandangan bahwa perilaku ekonomi (economic behavior) seseorang atau suatu pihak sangat
dipengaruhi oleh institusi tertentu.Institusi sendiri dalam hal ini memiliki arti yang cukup
luas dan secara singkat dapat didefinisikan sebagai “aturan main” dalam suatu kelompok
masyarakat, baik yang sifatnya formal maupun informal, yang sengaja disusun untuk
membatasi atau mengatur hubungan antar manusia yang ada dalam kelompok masyarakat
tersebut. Institusi formal dapat berupa peraturan, regulasi, hukum perundangan dll; sementara
institusi informal dapat berupa konvensi, tren, budaya, dsb
DAFTAR PUSTAKA

Deliaov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers. 2012

Djojohadikusumo, Sumitro. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor. 1991

Anda mungkin juga menyukai