Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDIDIKAN EKONOMI B
FAKULTAS EKONOMI
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat rahmat hidayat
dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Tokoh-Tokoh Pemikir
Sekonomi
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Dr.Mica Siar
Meiriza,Ss., M.Si. sebagai Dosen Pengampu yang telah bersedia memberikan waktunya
perhatian , serta bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini . kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga makalah ini
dapat diselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan , karena terbatasnya ilmu yang
dimiliki , untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah kami di masa yang akan datang . akhirnya , kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Pemikiran pemikiran ekonomi aliran Historis..............................................................................5
A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah......................................5
1. Pengertian Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah......................................................................5
2. Ruang Lingkup Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah.............................................................5
B. Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah...............................................................................6
C. Tokoh-Tokoh Aliran Sejarah........................................................................................................7
1. Friedrich List (1789-1846).........................................................................................................7
2. Bruno Hildebrand (1812-1878).................................................................................................8
3. Gustav Von Schmoler (1839-1917)...........................................................................................8
4. Werner Sombart (1863-1941)...................................................................................................9
5. Max Weber (1864-1920)............................................................................................................9
D. Implikasi Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Sejarah................................................................10
2.2 Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Institusional......................................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan Ekonomi dalam suatu Negara tidak bisa lepas dari pemikiranpemikiran
Ekonomi. Semakin majunya tingkat peradaban, makin banyak dan makin bervariasi pula
kebutuhan manusia. Di lain pihak, alat pemenuh kebutuhan manusia terbatas adanya. Ketidak
seimbangan antara kebutuhan yang meningkat dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas
tersebut menyebabkan diperlukannya sebuah ilmu yang disebut ilmu ekonomi. Banyak persoalan
di dunia ini yang menyangkut tentang persoalan ekonomi. Dengan adanya teori-teori ekonomi
yang berkembang, sebagian persoalan ekonomi tersebut dapat diatasi. Akan tetapi, sesudah
persoalan yang satu selesai diatasi, muncul kembali persoalan yana lain. Ini menyebakan kita
perlu menggali ilmu ekonomi dengan lebih dalam, lebih canggih, dan lebih ampuh untuk
digunakan dalam menghadapi persoalan-persoalan ekonomi baik masa sekarang, ataupun dimasa
yang akan datang
Didalam makalah ini, akan dibahas mengenai sejarah, tokoh beserta pemikiran-pemikiran
dari masing-masing tokoh ekonomi mulai dari aliran Historis ataupun Sejarah dan juga
Memikiran Mahzab Institusional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pemikiran ekonomi aliran Historis ?
2. Apa yang di maksud dengan pemikiran ekonomi mahzab institusional?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan ekonomi aliran Historis
2. Untuk Mengetahui apa yang di maksud dengan pemikiran ekonomi mahzab institusional
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut List, sistem perdagangan bebas yang dianjurkan kaum klasia hanya cocok bagi
negara-negara yang sudah berada pada tahap ke lima (contohnya inggris), tetapi sistem
perdagangan bebas jelas tidak cocok untuk keadaan di Jerman pada waktu itu, yang keadaan
industrialisasinya sedikit tertinggal dengan keadaan industrialisasi di negeri Inggris. Untuk
memajukan perekonomian Jerman, List menyarankan agar pemerintah menyusun berbagai
kegiatan ekonomi sebagai bagian dari kegiatan produktif dan kemampuan nasional.
Dua sektor utama yang sangat menentukan perekonomian nasional adalah sektor
pertanian dan industri. Menurut List sektor pertanian diperlukan untuk menyediakan bahan
pangan masyarakat, namun sektor ini tidak dapat membawa perekonomian lebih maju. Lebih
tegasnya List berpendapat bahwa negera harus juga memajukan perekonomian melalui sektor
industri, dan industrialisasi lah yang merupakan langkah awal membawa perekonomian yang
lebih maju. Namun, industrialisasi tidak hanya bertujuan untuk memajukan sektor industri,
tetapi lebih jauh membawa perbaikan pada sektor pertanian serta perkembangan dan
kemajuan dibidang-bidang lainnya, termasuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi masyarakat luas. Dari uraian diatas jelas bahwa List lebih banyak mencurahkan
perhatian pada masalah kebijakan ekonomi, terutama bagaimana melindungi industrialisasi
Jerman yang pada waktu itu tertinggal jauh dengan industrialisasi Inggris.
Penelitian Hildebrand diatas dianggap cukup baik dalam bidang sosiologi, akan tetapi
kurang bermanfaat dalam bidang pengembangan ilmu ekonomi. Salah satu kelemahan dari
penelitian sejarah Hildebrand ialah beberapa penelitiannya berupa monografi sejarah yang
bersifat deskriptif tentang masalah-masalah ekonomi. Namun, karya-karya tersebut tidak
disusun ke dalam suatu kerangka acuan yang padu. Oleh karena itu, karya-karya penelitian
sejarah Hildebrand tersebut dinilai tidak berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi.
Pengertian Ekonomi institusional
Secara umum adalah sebuah mazhab pemikiran dalam ilmu ekonomi yang berisi
pandangan bahwa perilaku ekonomi (economic behavior) seseorang atau suatu pihak sangat
dipengaruhi oleh institusi tertentu.Institusi sendiri dalam hal ini memiliki arti yang cukup luas
dan secara singkat dapat didefinisikan sebagai “aturan main” dalam suatu kelompok masyarakat,
baik yang sifatnya formal maupun informal, yang sengaja disusun untuk membatasi atau
mengatur hubungan antar manusia yang ada dalam kelompok masyarakat tersebut. Institusi
formal dapat berupa peraturan, regulasi, hukum perundangan dll; sementara institusi informal
dapat berupa konvensi, tren, budaya, dsb.Dengan demikian institusi di sini tidak sama dengan
organisasi. Mazhab Institusional pada awalnya muncul sebagai sanggahan terhadap pandangan
atau mazhab ekonomi neo-klassik yang menyatakan bahwa perilaku ekonomi seseorang adalah
semata-mata didasarkan pada keinginan setiap individu untuk memaksimalkan keuntungan
(maximizing profit behaviour).Istilah “ekonomi institusional” (institutional economics) pertama
kali diperkenalkanoleh Walton Hamilton pada tahun 1919.
Namun tokoh-tokoh awal yang secara konvensional dianggap sebagai pendiri mazhab
institusional dalam ekonomi diantaranya adalah Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan John R.
Commons (Rutherford, 2001). Pandangan tokoh-tokoh awal mazhab institusional tersebut
menekankan beberapa isu antara lain: perubahan teknologi (technological change), aspek
psikologi dan aspek hokum adalah aspek-aspek yang harus di ikut sertakan dalam analisis
ekonomi. Pada awalnya pandangan ini cukup berkembang karena dianggap lebih
merepresentasikan dunia nyata (karena memiliki bukti empiris).Namun dalam perjalanannya,
perkembangan mazhab ini mengalami kemandekan (stagnation) bahkan cenderung ditinggalkan
karena tidak adanya pembahasan lebih lanjut dari para pendukung mazhab ini yang pada
akhirnya mampu membentuk dan memberikan landasan teori yang kuat.Disamping itu,
perkembangan mazhab neo-klassik yang secara luas mulai mengembangkan alat ekonometrik
dalam analisisnya serta perkembangan mazhab ekonomi kesejahteraan (Welfare Economics)
yang diusung oleh J.M. Keynes, membuat mazhab institusional menjadi semakin tertinggal
karena dengan alat-alat analisis tersebut mazhab neo-klassik menjadi dianggap mampu untuk
memberikan penjelasan secara empirik.
Meski demikian, semenjak tahun 1970-an, mazhab ekonomi institusional mengalami
kebangkitan lagi.Namun mazhab ekonomi institusional yang bangkit belakangan tersebut tidak
sepenuhnya sama dengan mazhab ekonomi institusional yang dibawa oleh Veblen dkk. Hal ini
menyebabkan mazhab institusional yang muncul belakangan tersebut sering dinamakan sebagai
mazhab institusional baru (New Institutional Economics) sementara pandangan Veblen dkk
selanjutnya sering disebut sebagai mazhab institusional lama (Old institutional economics).
Mazhab ekonomi institusional baru ini pada umumnya membahas perilaku ekonomi dengan
menggunakan alat analisis yang dikembangkan dengan dukungan dari empat teori yang juga
dapat digunakan sebagai alat analisis.Empat teori tersebut meliputi: (1) teori biaya transaksi
(transaction cost theory), (2) teory hak kepemilikan (property rights theory), (3) teori pilihan
public (public choice theory), dan (4) teori permainan (game theory).
Perbedaan mendasar lainnya antara mazhab institusional lama dan baru adalah bahwa
mazhab institusional baru menggunakan dua dasar asumsi yaitu bahwa manusia berperilaku
rasional (rational individual behavior) dan adanya fungsi preferensi individu yang jelas
(individual preferences function); dimana kedua asumsi tersebut juga merupakan asumsi dasar
yang sangat penting bagi mazhab neo-klassik. Oleh karena itu, mazhab institusional baru sering
kali tidak diposisikan sebagai sanggahan terhadap mazhab ekonomi neo-klassik (sebagaimana
mazhab institusional lama) tetapi sebagai bentuk pengembangan (extension) dari mazhab neo-
klassik. Tokoh-tokoh yang mengembangkan mazhab institusional di antara nya adalah Wesley
Clair Mitchel , Gunnar Karl Myrdal , Joseph A. Schumpeter , Douglas North .
TOKOH-TOKOH ALIRAN INSTIITUSIONAL
Gelar lain yang diberikan pada Veblen adalah iconoclast, yaitu orang yang suka
menyerang dan ingin menjatuhkan ide-ide atau gagasan-gagasan orang-orang atau institusi
tradisional yang diterima secara umum (iconoclast = one who attacks and seeks to overthrow
traditional or popular ideas or institutions).Gelar “radikal” juga cocok untuk Veblen, sebab ia
sering atau bahkan terus menerus mempermasalahkan inti kebenaran dari tata susunan
masyarakat. Dengan gelar-gelar sebagaimana disebutkan diatas Veblen sering diperbandingkan
dengan Karl Mark, tokoh sosialis/marxis yang juga mempunyai kemampuan intelektual yang
luar biasa dan sama-sama sering melawan arus serta revolusioner.Bahkan latar belakang
pendidikan di antara keduanya mempunyai kemiripan, yaitu mempunyai latar belakang
pendidikan yang luas di bidang sosiologis, politik, falsafah, sejarah dan antropologi disamping
ekonomi.Pendidikan awal yang ditempuh Veblen adalah bidang filsafat, yang diambilnya di
Johns Hopkins University dan Yale University. Kemudian ia memperdalam ekonomi di Cornel
University. Walaupun ia seorang brilian, tetapi anehnya jabatannya sebagai dosen tidak pernah
lebih tinggi dari pembantu professor, baik waktu ia mengajar di Chacago, Stanford maupun
Missouri. Karena namanya sangat terkenal waktu pendaftaran mahasiswa berbondong-bondong
mengambil mata kuliah yang diajarkannya.Tetapi yang ditemui mahasiswa adalah seorang
eksentrik yang selalu menggerutu.
Dari buku-buku yang ditulis telah membuat Veblen sangat terkenal. Beberapa buku yang
ditulis nya antara lain: The Theory of Leisure Class (1899), The Theory of Business Enterprise
(1904), The Instict of Workmanship and the state of the Industrial Art (terbit tahun 1914, dan
tahun 1920 dipublikasikan kembali dengan judul: The Vested Interests and the Comman Man);
The Enggeneer and The Price system (1921); Absentee Ownership in Recent Time; The Cese of
America (1923). Selain buku-buku yang disebutkan di atas masih banyak buku-buku lain yang
ditulisnya menyangkut masalah social, politik, bahkan juga tentang pertahanan keamanan, dunia
pendidikan dan sebagainya.
Veblen sebagai tokoh utama aliran ini mempunyai cukup banyak pengikut. Di antaranya
adalah : Wesley Mitchel, Gunnar Myrdal, Joseph Schumpeter, dan Douglas North.
2. Wesley Clair Mitchel.
Wesley clair mitchel adalah murid, teman dan pengagum Veblen. la berjasa dalam
mengembangkan metode-metode kuantitatif dan menjelaskan peristiwa-peristiwa ekonomi. Salah
satu karyanya yang sudah menjadi klasik adalah : Business Cycles and Their Causes. Sesudah
PD2, Mitchel mengorganisasi sebuah badan penelitian “National Bureau of Economic
Research”. Dari penelitian ini memungkinkan lebih dikembangkannya penelitian penelitian
tentang pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi atau Business cycles, perubahan produktivitas,
analisis harga.
4. Joseph A. Schumpeter
Joseph A. Schumpeter di masukkan ke dalam aliran institusional karena ia mengatakan
bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak dalam ekonomi itu sendiri, melainkan berada
di luarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Sumber kemakmuran terletak dalam
jiwa kewiraswastaan para pelaku ekonomi yang mengarsiteki pembangunan.
5. Douglas North.
penghargaan terhadap aliran institusional mencapai puncaknya tahun 1993 pada waktu
Douglas North menerima hadia nobel dalam bidang ekonomi.
Selama ini kebanyakan pakar ekonomi menganggap hanya mekanisme pasar sebagai satu-
satunya penggerak roda ekonomi, dan mengabaikan peran institusi.Hal ini dinilai North keliru,
sebab peran institusi tidak kalah penting dalam pembangunan ekonomi.la menyimpulkan bahwa
Negara komunis hancur karena tidak mempunyai institusi yang mendukung mekanisme pasar.
Terhadap perubahan yang radikal di Eropa Timur dan eks Soviet, North mengatakan bahwa
reformasi yang dilakukan tidak akan memberikan hasil nyata hanya dengan memperbaiki
kebijakan ekonomi macro saja tapi juga dibutuhkan dukungan seperangkat institusi yang mampu
memberikan insentif yang tepat kepada setiap pelaku ekonomi. Contoh institusi yang mampu
memberikan insentif tersebut adalah hukum paten dan hak cipta, hukum kontrak dan adanya
kepemilikan oleh pemilikan tanah.Apa yang dimaksud North dengan institusi sedikit berbeda
dengan Veblen sebagai pendiri aliran institusional. Bagi Veblen institusi djartikan sebagai
norma-norma, nilai-nilai, tradisi dan budaya.Namun, bagi North institusi adalah peraturan
perundangundangan berikut bersifat pemaksaan dari peraturan-peraturan tersebut serta norma-
norma perilaku yang membentuk interaksi antara manusia secara berulang-ulang.North melihat
institusi terutama pada konsekwensi institusi tersebut atas pilihan-pilihan yang dilakukan oleh
anggota masyarakat.
Motivasi Konsumen
Dalam the theory of the leisure class Veblen menjelaskan hal hal yang berhubungan
dengan dorongandan pole perilaku konsumsi masyarakat . sebagai layaknya pemikir yang tidak
puas dengan kondisi masyarakat yang ada di sekitarnya, Veblen sering melihat situasi situasi dan
keadaan sejarang, terutama dalam masyaraka Amerika yang diamatinya. Menurt Veblen, dulu
orang terikat dengan masyarakat sekeliling. Orang dalam tingkah lakunya pun berusaha ikut
menyumbang terhadap perkembangan masyarakat. Orang berusaha menghindari perbuatan yang
akan merugikan orang banyak. Namun apa yang dilihatnya sekarang dalam masyarakat kapitalis
finansial di Amerika ialah orang orang yang hanya mementingkat dirinya sendiri saja, dan tidak
tertarik dengan masyarakat banyak.
Yang diperhatikan orang sekarang hnya uang. Segala sesuatu dinilai dengan uang.
Sekarang orang tidak peduli apakah perilaku ekonominya merugikan orang lain atau tidak.
Orang berlomba lomba mencaridan memperebutkan harta tanpa peduli akan cara. Mengapa
orang sangat doyan harta? Hal ini tidak lain karena adanya anggapan bahwa hanya harta yang
akan menaikan status, harga diri atau gengsi dalam masyarakat.
Jika harta telah terkumpul, orang akan banyak waktu untuk bersenang senang (leisure).
Dengan demikian, pada masa sekarang kemampuan untuk hidup bersenang dijadikan sebagai alat
untuk memperlihatkan derajat dan status seseorang. Makin mampu ia dalam bekerja dalam
pekerjaan pekerjaan produktif (leisure), makin tinggi derajadnya dalam masyarakat. Penyakin ini
banyak menghinggapi kaum wanita. Mereka mekai gaun mode muthakir hanya sekedar
mengumumkan kepada orang orang bahwa ia absen dalam pekerjaan produktif. Memakai corset,
misalnya, ingin menunjukan bahwa sipemakai tidak cocok untuk bekerja.
Penyakit suka pamer ini, demikian Veblen, cepat menjangkit dalam masyarakat. Dalam hal ini ia
memberi contoh, kalu seorang boss berlibur selama menggunakan yacht pribadi ke Bermuda,
sekretarisnyadalam segala upaya ( mungkin dengan menghabiskan seluruh tabungannya selama
setahun ) berusaha agar dapat berlayar selam seminggu ke Karibia.
Karena aktivitas leisure juga dijadikan indikasi kesuksesan, orang kaya yang ingin
dianggap “hebat” tidak mengizinka anak dan istrinya mengerjakan pekerjaan rumah. Semua
pekerjaan diserahkan kepembantu. Sementara pembantu bekerja, istri dan anak sibuk mencari
kesenangan nya masing masing.
Dengan harta melimpah orang berlomba lomba membeli barang barang yang digunakan
untuk pamer. Kecenderungan perilaku tersebut disebut Veblen sebagai conspicuous consumtion.
Yaitu konsumsi barang barang dan jasa bersifat ostentatious ( pamer melagak). Hal itu
dimaksudkan untuk membuat orang kagum. Sebagaimana diungkapkan oleh Veblen:
“ conspicuous consumtion of valuable goods is a mean of reputability to the gentleman of
leisure “. Yang menjadi incaran konsumsi bagi masyarakat leisure ini terutama barang barang
mahal. Tidak peduli apakah barang baramg tersebut berguna atau tidak dalam kehidupan sehari
hari. Manfaat yang di[eroleh dari pengkonsumsian barang barang mahal tersebut memang tidak
diperoleh dari barang barang itu sendiri, tetapi lewat dampak yang diperole melalui orang lain.
Mkimahal barang yang dibeli , si pembeli makin yakin bahwa barang tersebut “indah” dan
“hebat”. Kepuasan dari barang barang yang digunakan untuk pamer tidak diterima dari
pengkonsumsian brang itu sendiri, melainkan melalui dampak orang lain. Makin kagun=m
barang yang dibelinya, makin tinggi kepuasannya. Akan tetapi jika orang tidak memberi
perhatian pada apa yang dibelinya, munkin ia akan pusing tujuh keliling.
Apa yang dikatakan Veblen tentang perilaku konsumsi bermewah mewahan diatas adalah
faidah tidak diperoleh secaralangsung dari konsumsi barang itu sendiri, melainkan dari dampak
terhadap orang lain. Oleh Duesenberry kemudian dikembangkan lebih lanjut dan lebih dikenal
dengan istilah demonstration effect. Bagi Veblen gambaran diatas sunggu terbalik dengan tesis
kaum klasik dan neo klasik. Kedua kaum itu mengatakan bahwa orang akan selalu memilih
alternative konsumsi terbaik untuk memperoleh kepuasan sebesar besarnya. Perilaku tersebut
juga bertentangn dengan kaum klasik bahwa setiap keputusan konsumen didasarkan pada rasio
bukan emosi.
Menurut pandangan Veblen, orang yang membeli suatu barang yang melebihi proporsi
yang wajar, jelas tidak rasional. Namun, lebih bersifat emosional. Dan lebih parah lagi, kadang
kadang tingkah laku konsumsi mereka seperti orang “norak”. Hal seperti ini sering terjadi pada
golongan nouve riche, atau di Indonesia sering dikenal dengan istila Orang Kaya Baru (OKB).
Golongan ini umumnya berasal dari orang miskin yang kemudian berhasil meningkatkan status
finansialnya. Karena kurang terbiasa dengan pola hidup orang kaya, perilaku konsumsinya
tersebut menjadi tidak wajar.