Anda di halaman 1dari 31

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
red0;P U T U S A N

a
. __________________________

Nomor : 05/Pid-B/2011/PN.Nbe.

si
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

ne
ng
-------- Pengadilan Negeri Nabire yang memeriksa dan mengadili perkara tindak pidana
pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah menjatuhkan putusan
sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :

do
gu
Nama lengkap
Tempat lahir
: ERWIN ODIASIH;
: Palopo;

In
Umur/Tanggal Lahir : Tahun / 23 November 1990;
A
Jenis kelamin : Laki-laki;
Kebangsaan : Indonesia;
ah

lik
Tempat tinggal : Jalan Beringin Malompo Kelurahan Nabarua Distrik
Nabire Kabupaten Nabire;
am

ub
Agama : Kristen Protestan;
Pekerjaan : Swasta / Karyawan;
--Terdakwa didampingi oleh Penasihat Hukumnya Marthen Rantetandung, SH
ep
k

dkk berdasarkan Penetapan Kuasa Insidentiil yang diterbitkan oleh Ketua


ah

Pengadilan Negeri Nabire Nomor : W30.U8/01/HT.01.10/I/2011, tertanggal 17


R
Januari 2011 ;

si
-- Terdakwa berada dalam tahanan :

ne
ng

-- Penyidik sejak tanggal 03 September 2010 sampai dengan tanggal 22 November


2010;
-- Perpanjangan Penahanan oleh Kepala Kejaksaan Nabire sejak tanggal 22

do
gu

November 2010 sampai dengan tanggal 31 Desember 2010;


-- Penuntut Umum sejak tanggal 22 Desember 2010 sampai dengan tanggal 10
In
Januari 2011;
A

-- Hakim Pengadilan Negeri Nabire sejak tanggal 05 Januari 2011 sampai dengan
tanggal 03 Februari 2011;
ah

lik

-- Perpanjangan Penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri Nabire dengan Tahanan


Rutan sejak tanggal 04 Februari 2011 sampai dengan tanggal 04 April 2011;
m

ub

---- Pengadilan Negeri tersebut ;


----Telah membaca :
ka

1 Surat Pelimpahan Perkara Acara Pemeriksaan Biasa dari Kepala Kejaksaan Negeri
ep

Nabire, Nomor : APB-09/T.1.17/Ep.2/01/2011, tanggal 05 Januari 2011 ;


ah

2 Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Negeri Nabire tentang Penunjukan Majelis


R

Hakim untuk menyidangkan dan mengadili perkara, No.05/Pen.Pid/2011/PN.Nbe,


es

tanggal 05 Januari 2011 ;


M

ng

on

Halaman 1 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
3 Penetapan Hakim tentang Hari Sidang, No.05/Pen.Pid/2011/PN.Nbe, tanggal 05

a
Januari 2011 ;

si
4 Serta semua surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara ini ;
--- Telah mendengar keterangan Paryanto sebagai Pengadu dalam perkara ini tentang

ne
ng
pencabutan pengaduannya ;

---- Menimbang, bahwa terdakwa tersebut diajukan ke persidangan Pengadilan Negeri

do
gu
Nabire oleh Penuntut Umum dengan surat dakwaan dengan Nomor Register Perkara :
PDM-18/NBIRE/12/2010, tertanggal 05 Januari 2011 yang menguraikan sebagai

In
A
berikut :
DAKWAAN.
ah

KESATU :

lik
Bahwa Terdakwa ERWIN ODIASIH pada hari Senin tanggal 01 Nopember 2010
sekira Pukul 02.00 WIT, atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Nopember
am

ub
2010, bertempat didalam rumah (didalam kamar) Terdakwa ERWIN ODIASIH Jalan
Beringin Malompo Kelurahan Nabarua Distrik Nabire Kabupaten Nabire atau setidak-
tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan
ep
k

Negeri Nabire yang berwenang memeriksa dan mengadili, dengan sengaja melakukan
ah

tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak yaitu saksi korban
R

si
YUNIAR TRI ASTUTI melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Perbuatan tersebut dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut :

ne
ng

• Pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, bermula ketika pada hari
Minggu tanggal 31 Oktober 2010, sekira jam 19.00 WIT, sebelum persetubuhan

do
tersebut terjadi saksi korban dimarahi saksi ANIK KOMARIAH (Ibu kandung saksi
gu

korban) karena saksi korban melakukan pertemuan dengan sdr. ALDI didepan
Rumah Dinas Bupati kelurahan Siriwini, pada waktu itu kakak saksi korban sdr.
In
A

WAHYU RAMADHAN menyuruh saksi korban Pulang, sesampai dirumah saksi


korban dimarahi oleh saksi ANIK KOMARIAH sehingga membuat saksi korban
ah

lik

kesal dan langsung mengirim SMS kepada saksi RINTO, yang isi SMS nya intinya
saksi korban mau main kerumah saksi RINTO, setelah mengirim SMS ke saksi
RINTO, sekira jam 20.30 WIT saksi korban langsung naik Ojek menuju ke rumah
m

ub

saksi RINTO di Malompo (yang didekat rumah saksi RINTO tersebut terdapat
Conter HP), dan sampai di rumah RINTO langsung ngobrol bersama teman-
ka

ep

temannya saksi RINTO termasuk Terdakwa ERWIN ODIASIH, setelah sekira jam
24.00 WIT, saksi RIO menyuruh saksi RINTO untuk mengantar saksi korban untuk
ah

pulang kerumah menggunakan motor FZRI Warna Hitam Merah milik Terdakwa
R

tetapi karena motor Terdakwa tersebut ada koplingnya dan saksi RINTO tidak bisa
es
M

mengendarai motor tersebut selanjutnya saksi RIO menyuruh Terdakwa ERWIN


ng

ODIASIH untuk mengantar saksi korban pulang kerumahnya;


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
• Bahwa benar dalam perjalanan pulang mengantar saksi korban tersebut pada saat

a
akan melewati jembatan kembar Malompo karena hujan turun deras sehingga

si
Terdakwa memberhentikan motornya dan mengajak saksi korban singgah dibengkel
di dekat jembatan tersebut selama kurang lebih satu jam, selama 1 jam pada saat itu

ne
ng
Terdakwa ERWIN ODIASIH menanyakan kepada Saksi Korban “Tinggal dulu
sebentar di rumahku bisa atau tidak” terus Saksi Korban Bilang “terserah kalau

do
mamaku tidak” selanjutnya Saksi Korban langsung dibonceng oleh Terdakwa dengan
gu
sepeda motor FZR1 warna Hitam Merah menuju rumah Terdakwa ERWIN
ODIASIH;

In
A
• Bahwa benar Saksi Korban menerangkan sesampai dirumah Terdakwa ERWIN
ODIASIH, kemudian Terdakwa menyuruh Saksi Korban masuk kamar Terdakwa
ah

lik
ERWIN ODIASIH untuk tidur, lalu Terdakwa menyusul masuk kamar selanjutnya
Saksi Korban dan Terdakwa ERWIN ODIASIH sama-sama tidur berdua dilantai
yang beralaskan kasur didalam dikamar Terdakwa tersebut pada saat itu saksi korban
am

ub
berusaha tidur tetapi tidak bisa akhirnya saksi korban mengajak Terdakwa bercerita
(saling mengobrol) dan pada saat tersebut posisi tidur antara saksi korban dan
ep
Terdakwa saling berhadapan, selanjutnya sekira jam 02.00 WIT hari Senin tanggal
k

01 November 2010 Terdakwa ERWIN ODIASIH mencium pipi kiri saksi korban dan
ah

menindis saksi korban dari arah perut sambil meremas-remas buah dada saksi
R

si
korban sambil menghisap kedua Puting buah dada saksi korban sehingga membuat
saksi korban terangsang, dan saat itu Terdakwa ERWIN ODIASIH sudah tidak

ne
ng

menggunakan Baju saat tidur, kemudian Terdakwa ERWIN ODIASIH melepaskan


celana saksi korban, yang saksi korban pakai termasuk Celana Dalam saksi korban,

do
gu

kemudian Terdakwa ERWIN ODIASIH melepaskan celana yang ia pakai, kemudian


saksi korban tidur terlentang dan Terdakwa ERWIN ODIASIH langsung
memasukkan alat Kelaminnya (Penis) kedalam alat kelamin saksi korban (vagina)
In
A

namun tidak bisa masuk sehingga Terdakwa ERWIN ODIASIH memaksakan sampai
3-4 Kali baru alat kelaminnya (Penis) langsung masuk kedalam alat Kelamin saksi
ah

lik

korban (vagina), dan membuat gerakan pantat naik turun sambil memegang buah
dada saksi korban dan pada saat itu saksi korban tidak melepaskan baju yang saksi
korban pakai, selanjutnya karena alat kelamin saksi korban sakit, maka Terdakwa
m

ub

ERWIN ODIASIH mencabut lagi alat kemaluan/alat kelaminnya (Penis). kemudian


ka

Terdakwa mengulang lagi memasukkan alat kemaluan (Penis) pelan-pelan supaya


ep

saksi korban tidak merasa sakit pada saat alat kelamin Terdakwa masuk kedalam alat
kelamin saksi korban, setelah Terdakwa ERWIN ODIASIH berhasil memasukan alat
ah

kelaminnya kedalam alat kelamin saksi korban selanjutnya pada saat alat kelaminnya
R

es

Terdakwa berada dalam alat kelamin saksi korban pada saat yang bersamaan
M

Terdakwa menggerakan pantatnya dengan gerakan naik turun sekira 4-5 menit,
ng

kemudian setelah beberapa saat kemudian alat kelamin Terdakwa mengeluarkan


on

Halaman 3 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Sperma yang seperti Lendir didalam alat kelamin saksi korban (Vagina), setelah itu

a
saksi korban kemudian langsung memakai kembali celananya dan pergi ke kamar

si
mandi untuk membersihkan alat kelaminnya, dan saat itu saksi korban merasa seperti
ada lendir-lendir didalam alat kelaminnya, namun saat membersihkan alat

ne
ng
kelaminnya tersebut saksi korban tidak memperhatikan seperti apa bentuk dan warna
lendir-lendir tersebut, selanjutnya saksi korban masuk ke kamar lagi, namun pada
saat tersebut saksi korban tidak bisa tidur lagi, sementara Terdakwa ERWIN

do
gu
ODIASIH langsung tidur, kemudian sekira jam 09.00 WIT saksi korban keluar dari
rumah Terdakwa ERWIN ODIASIH lalu berjalan menuju ke Jembatan Kembar

In
A
Malompo lalu saksi korban berdiri di jembatan kembar sebelah kanan ke arah kota,
kemudian saksi korban di temukan oleh saksi ANIK KOMARIAH (Ibu saksi
ah

korban), setelah itu saksi ANIK KOMARIAH menyuruh pulang saksi korban, tapi

lik
saksi korban tidak mau lalu datang Terdakwa dengan mengendarai motornya dan
memberhentikan motornya tersebut dan kemudian Saksi ANIK KOMARIAH
am

ub
menyuruh Terdakwa untuk mengantar pulang saksi korban dan selanjutnya Terdakwa
mengantar saksi korban sampai kerumah saksi korban;

ep
Bahwa benar saksi korban baru mengenal Terdakwa pada hari Minggu malam
k

tanggal 31 Oktober 2010 sekira 24.00 WIT pada saat saksi RIO menyuruh Terdakwa
ah

mengantar saksi korban pulang kerumahnya;


R

si
• Bahwa akibat perbuatan Terdakwa, pada alat kelamin Saksi Korban terasa perih serta
selama 2 (dua) hari saksi korban juga masih merasakan sakit pada bagian alat

ne
ng

kelaminnya, berdasarkan uraian dalam Visum Et Repertum Nomor : 445/165/


XI/2010 Tanggal 03 Nopember 2010 atas nama saksi korban YUNIAR TRI ASTUTI

do
gu

yang ditandatangani oleh dr. DJONI NURUNG, Sp.OG Dokter pada Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Nabire, dengan hasil pemeriksaan :
• Hymen tidak intak, luka lama pada posisi 6, 9, 12, 3;
In
A

Dengan kesimpulan :
Diagnosa : Ruptur lama pada selaput dara / hymen akibat trauma tumpul;
ah

lik

• Bahwa berdasarkan :
1. Kutipan Akta Kelahiran Nomor : AL.6840139324 tanggal 3 April 2009 yang
m

ub

dibuat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Semarang Drs. CAHYO BINTARUM, M.Si. menerangkan bahwa saksi
ka

korban atas nama YUNIAR TRI ASTUTI adalah anak Ke-dua Perempuan dari
ep

Pasangan Suami istri PARYANTO dan ANIK KOMARIAH yang Lahir pada
ah

tanggal 22 Juni 1996 atau pada saat kejadian masih berumur 14 (empat belas)
R

Tahun;
es

2. IJAZAH Sekolah Dasar Negeri Inpres Siriwini Kabupaten Nabire Provinsi Papua
M

ng

Tahun Pelajaran 2009/2010 Nomor : DN-25 Dd 0032526 tanggal 14 Juni 2010


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
yang dibuat dan ditandatangani oleh Kepala Sekolah SD tersebut saudara PICE F.

a
WAINGGAI, A.Ma.Pd. menerangkan bahwa saksi korban atas nama YUNIAR

si
TRI ASTUTI adalah anak perempuan saudara PARYANTO yang Lahir pada
tanggal 22 Juni 1996 atau pada saat kejadian masih berumur 14 (empat belas)

ne
ng
Tahun (yang foto copy IJAZAH tersebut telah Dilegalisir oleh Kepala Sekolah
SD tersebut);
3. Surat Keterangan Hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional, Sekolah Dasar

do
gu
Negeri Inpres Siriwini Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun Pelajaran
2009/2010 Nomor : DN-25 Dd 3636826 tanggal 14 Juni 2010 yang dibuat dan

In
A
ditandatangani oleh Kepala Sekolah SD tersebut Saudara PICE F. WAINGGAI,
A.Ma.Pd. menerangkan bahwa saksi korban atas nama YUNIAR TRI ASTUTI
ah

yang Lahir pada tanggal 22 Juni 1996 atau pada saat kejadian masih berumur 14

lik
(empat belas) Tahun (yang foto copy Surat Keterangan Hasil Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional tersebut telah dilegalisir oleh Kepala Sekolah SD tersebut);
am

ub
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 81 ayat
(2) UU Nomor : 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
ATAU
ep
k

KEDUA :
ah

Bahwa Terdakwa ERWIN ODIASIH pada hari Senin tanggal 01 Nopember 2010
R

si
sekira pukul 02.00 WIT, atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Nopember
2010, bertempat dirumah (didalam kamar) Terdakwa ERWIN ODIASIH Jalan Beringin

ne
ng

Malompo Kelurahan Nabarua Distrik Nabire Kabupaten Nabire atau setidak-tidaknya


pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri
Nabire yang berwenang memeriksa dan mengadili, bersetubuh dengan seorang wanita di

do
gu

luar perkawinan padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya
belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk
In
A

dikawin yaitu saksi korban YUNIAR TRI ASTUTI Perbuatan tersebut dilakukan
Terdakwa dengan cara sebagai berikut :
ah

• Pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, bermula ketika pada hari
lik

Minggu tanggal 31 Oktober 2010, sekira jam 19.00 WIT, sebelum persetubuhan
tersebut terjadi saksi korban dimarahi saksi ANIK KOMARIAH (Ibu kandung saksi
m

ub

korban) karena saksi korban melakukan pertemuan dengan sdr. ALDI didepan
Rumah Dinas Bupati kelurahan Siriwini, pada waktu itu kakak saksi korban sdr.
ka

ep

WAHYU RAMADHAN menyuruh saksi korban Pulang, sesampai dirumah saksi


korban dimarahi oleh saksi ANIK KOMARIAH sehingga membuat saksi korban
ah

kesal dan langsung mengirim SMS kepada saksi RINTO, yang isi SMS nya intinya
R

saksi korban mau main kerumah saksi RINTO, setelah mengirim SMS ke saksi
es
M

RINTO, sekira jam 20.30 WIT saksi korban langsung naik Ojek menuju ke rumah
ng

saksi RINTO di Malompo (yang didekat rumah saksi RINTO tersebut terdapat
on

Halaman 5 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Conter HP), dan sampai di rumah RINTO langsung ngobrol bersama teman-

a
temannya saksi RINTO termasuk Terdakwa ERWIN ODIASIH, setelah sekira jam

si
24.00 WIT, saksi RIO menyuruh saksi RINTO untuk mengantar saksi korban untuk
pulang kerumah menggunakan motor FZRI Warna Hitam Merah milik Terdakwa

ne
ng
tetapi karena motor Terdakwa tersebut ada koplingnya dan saksi RINTO tidak bisa
mengendarai motor tersebut selanjutnya saksi RIO menyuruh Terdakwa ERWIN
ODIASIH untuk mengantar saksi korban pulang kerumahnya;

do

gu
Bahwa benar dalam perjalanan pulang mengantar saksi korban tersebut pada saat
akan melewati jembatan kembar Malompo karena hujan turun deras sehingga

In
A
Terdakwa memberhentikan motornya dan mengajak saksi korban singgah dibengkel
di dekat jembatan tersebut selama kurang lebih satu jam, selama 1 jam pada saat itu
ah

lik
Terdakwa ERWIN ODIASIH menanyakan kepada Saksi Korban “Tinggal dulu
sebentar di rumahku bisa atau tidak” terus Saksi Korban Bilang “terserah kalau
mamaku tidak” selanjutnya Saksi Korban langsung dibonceng oleh Terdakwa dengan
am

ub
sepeda motor FZR1 warna Hitam Merah menuju rumah Terdakwa ERWIN
ODIASIH;
ep
• Bahwa benar Saksi Korban menerangkan sesampai dirumah Terdakwa ERWIN
k

ODIASIH, kemudian Terdakwa menyuruh Saksi Korban masuk kamar Terdakwa


ah

ERWIN ODIASIH untuk tidur, lalu Terdakwa menyusul masuk kamar selanjutnya
R

si
Saksi Korban dan Terdakwa ERWIN ODIASIH sama-sama tidur berdua dilantai
yang beralaskan kasur didalam dikamar Terdakwa tersebut pada saat itu saksi korban

ne
ng

berusaha tidur tetapi tidak bisa akhirnya saksi korban mengajak Terdakwa bercerita
(saling mengobrol) dan pada saat tersebut posisi tidur antara saksi korban dan

do
gu

Terdakwa saling berhadapan, selanjutnya sekira jam 02.00 WIT hari Senin tanggal
01 November 2010 Terdakwa ERWIN ODIASIH mencium pipi kiri saksi korban dan
menindis saksi korban dari arah perut sambil meremas-remas buah dada saksi
In
A

korban sambil menghisap kedua Puting buah dada saksi korban sehingga membuat
saksi korban terangsang, dan saat itu Terdakwa ERWIN ODIASIH sudah tidak
ah

lik

menggunakan Baju saat tidur, kemudian Terdakwa ERWIN ODIASIH melepaskan


celana saksi korban, yang saksi korban pakai termasuk Celana Dalam saksi korban,
kemudian Terdakwa ERWIN ODIASIH melepaskan celana yang ia pakai, kemudian
m

ub

saksi korban tidur terlentang dan Terdakwa ERWIN ODIASIH langsung


ka

memasukkan alat Kelaminnya (Penis) kedalam alat kelamin saksi korban (vagina)
ep

namun tidak bisa masuk sehingga Terdakwa ERWIN ODIASIH memaksakan sampai
3-4 Kali baru alat kelaminnya (Penis) langsung masuk kedalam alat Kelamin saksi
ah

korban (vagina), dan membuat gerakan pantat naik turun sambil memegang buah
R

es

dada saksi korban dan pada saat itu saksi korban tidak melepaskan baju yang saksi
M

korban pakai, selanjutnya karena alat kelamin saksi korban sakit, maka Terdakwa
ng

ERWIN ODIASIH mencabut lagi alat kemaluan/alat kelaminnya (Penis). kemudian


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Terdakwa mengulang lagi memasukkan alat kemaluan (Penis) pelan-pelan supaya

a
saksi korban tidak merasa sakit pada saat alat kelamin Terdakwa masuk kedalam alat

si
kelamin saksi korban, setelah Terdakwa ERWIN ODIASIH berhasil memasukan alat
kelaminnya kedalam alat kelamin saksi korban selanjutnya pada saat alat kelaminnya

ne
ng
Terdakwa berada dalam alat kelamin saksi korban pada saat yang bersamaan
Terdakwa menggerakan pantatnya dengan gerakan naik turun sekira 4-5 menit,
kemudian setelah beberapa saat kemudian alat kelamin Terdakwa mengeluarkan

do
gu
Sperma yang seperti Lendir didalam alat kelamin saksi korban (Vagina), setelah itu
saksi korban kemudian langsung memakai kembali celananya dan pergi ke kamar

In
A
mandi untuk membersihkan alat kelaminnya, dan saat itu saksi korban merasa seperti
ada lendir-lendir didalam alat kelaminnya, namun saat membersihkan alat
ah

kelaminnya tersebut saksi korban tidak memperhatikan seperti apa bentuk dan warna

lik
lendir-lendir tersebut, selanjutnya saksi korban masuk ke kamar lagi, namun pada
saat tersebut saksi korban tidak bisa tidur lagi, sementara Terdakwa ERWIN
am

ub
ODIASIH langsung tidur, kemudian sekira jam 09.00 WIT saksi korban keluar dari
rumah Terdakwa ERWIN ODIASIH lalu berjalan menuju ke Jembatan Kembar
Malompo lalu saksi korban berdiri di jembatan kembar sebelah kanan ke arah kota,
ep
k

kemudian saksi korban di temukan oleh saksi ANIK KOMARIAH (Ibu saksi
ah

korban), setelah itu saksi ANIK KOMARIAH menyuruh pulang saksi korban, tapi
R

si
saksi korban tidak mau lalu datang Terdakwa dengan mengendarai motornya dan
memberhentikan motornya tersebut dan kemudian Saksi ANIK KOMARIAH

ne
ng

menyuruh Terdakwa untuk mengantar pulang saksi korban dan selanjutnya Terdakwa
mengantar saksi korban sampai kerumah saksi korban;

do
Bahwa benar saksi korban baru mengenal Terdakwa pada hari Minggu malam
gu

tanggal 31 Oktober 2010 sekira 24.00 WIT pada saat saksi RIO menyuruh Terdakwa
mengantar saksi korban pulang kerumahnya;
In
A

• Bahwa akibat perbuatan Terdakwa, pada alat kelamin Saksi Korban terasa perih serta
selama 2 (dua) hari saksi korban juga masih merasakan sakit pada bagian alat
ah

lik

kelaminnya, berdasarkan uraian dalam Visum Et Repertum Nomor : 445/165/


XI/2010 Tanggal 03 Nopember 2010 atas nama saksi korban YUNIAR TRI ASTUTI
yang ditandatangani oleh dr. DJONI NURUNG, Sp.OG Dokter pada Rumah Sakit
m

ub

Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Nabire, dengan hasil pemeriksaan :


ka

• Hymen tidak intak, luka lama pada posisi 6, 9, 12, 3;


ep

Dengan kesimpulan :
Diagnosa : Ruptur lama pada selaput dara / hymen akibat trauma tumpul;
ah

• Bahwa berdasarkan :
es

1. Kutipan Akta Kelahiran Nomor : AL.6840139324 tanggal 3 April 2009 yang


M

ng

dibuat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
on

Halaman 7 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Kota Semarang Drs. CAHYO BINTARUM, M.Si. menerangkan bahwa saksi

a
korban atas nama YUNIAR TRI ASTUTI adalah anak Ke-dua Perempuan dari

si
Pasangan Suami istri PARYANTO dan ANIK KOMARIAH yang Lahir pada
tanggal 22 Juni 1996 atau pada saat kejadian masih berumur 14 (empat belas)

ne
ng
Tahun;
2. IJAZAH Sekolah Dasar Negeri Inpres Siriwini Kabupaten Nabire Provinsi Papua
Tahun Pelajaran 2009/2010 Nomor : DN-25 Dd 0032526 tanggal 14 Juni 2010

do
gu
yang dibuat dan ditandatangani oleh Kepala Sekolah SD tersebut saudara PICE F.
WAINGGAI, A.Ma.Pd. menerangkan bahwa saksi korban atas nama YUNIAR

In
A
TRI ASTUTI adalah anak perempuan saudara PARYANTO yang Lahir pada
tanggal 22 Juni 1996 atau pada saat kejadian masih berumur 14 (empat belas)
ah

Tahun (yang foto copy IJAZAH tersebut telah Dilegalisir oleh Kepala Sekolah

lik
SD tersebut);
3. Surat Keterangan Hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional, Sekolah Dasar
am

ub
Negeri Inpres Siriwini Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun Pelajaran
2009/2010 Nomor : DN-25 Dd 3636826 tanggal 14 Juni 2010 yang dibuat dan
ditandatangani oleh Kepala Sekolah SD tersebut Saudara PICE F. WAINGGAI,
ep
k

A.Ma.Pd. menerangkan bahwa saksi korban atas nama YUNIAR TRI ASTUTI
ah

yang Lahir pada tanggal 22 Juni 1996 atau pada saat kejadian masih berumur 14
R

si
(empat belas) Tahun (yang foto copy Surat Keterangan Hasil Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional tersebut telah dilegalisir oleh Kepala Sekolah SD tersebut);

ne
ng

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 287 ayat
(1) KUHPidana;
----- Menimbang, bahwa setelah surat dakwaan tersebut dibacakan, atas pertanyaan

do
gu

Hakim Ketua, Penasihat Hukum Terdakwa menyatakan mengajukan keberatan/eksepsi


terhadap surat dakwaan Penuntut Umum tersebut dengan alasan sebagai berikut :
In
A

EKSEPSI PENASIHAT HUKUM TERDAKWA.


Menimbang, bahwa atas Dakwaan Penuntut Umum tersebut Penasihat Hukum
ah

Terdakwa telah mengajukan Keberatan/Eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut :


lik

--Setelah mempelajari dan mendengar secara seksama surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum dalam persidangan tanggal 18 Januari 2011, maka kami selaku kuasa/pembela
m

ub

dari terdakwa Erwin Odiasih merasa perlu dan penting untuk mengajukan eksepsi untuk
memberikan pendapat apakah surat dakwaan ini telah memenuhi azas dan ketentuan
ka

hukum acara pidana, sebab surat dakwaan adalah dasar satu-satunya sebagai pedoman
ep

untuk memeriksa dalam persidangan yakni apakah terdakwa telah melakukan tindak
ah

pidana sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan.


R

--Perlu kami bertanya apakah yang menjadi dasar surat dakwaan dalam perkara ini ?
es

Menurut M.Yahya Harahap, SH, dalam pembahasan Permasalahan dan Penerapan


M

ng

KUHAP, penyidikan dan penuntutan, edisi kedua halaman 386, surat dakwaan adalah
on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa

a
yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar

si
serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan.
--Dari rumusan di atas dapat dikatakan dasar dari surat dakwaan adalah BAP atau hasil

ne
ng
pemeriksaan penyidikan yang dimuat dalam berkas perkara.
--Ini berarti surat dakwaan dapat dianggap oleh terdakwa/kuasanya sebagai surat
dakwaan yang tidak jelas, kabur atau samar-samar bilamana JPU tidak menyerahkan

do
gu
surat dakwaan beserta berkas perkaranya kepada terdakwa/kuasanya. Artinya bilamana
berkas perkaranya tidak diserahkan (hanya surat dakwaan saja), bagaimana mungkin

In
A
terdakwa mengetahui apakah surat dakwaan sudah atau tidak berdasarkan pada hasil
pemeriksaan penyidikan yang termuat dalam berkas perkara itu ?
ah

--Oleh sebab itulah secara tegas KUHAP memerintahkan agar turunan surat pelimpahan

lik
perkara beserta surat dakwaan disampaikan kepada terdakwa atau kuasanya.
--Oleh sebab itulah secara tegas KUHAP memerintahkan agar turunan surat pelimpahan
am

ub
perkara beserta surat dakwaan disampaikan kepada terdakwa atau kuasanya.
--Pasal 143 KUHAP berbunyi : “Yang dimaksud dengan surat pelimpahan perkara
adalah surat pelimpahan perkara itu sendiri lengkap beserta surat dakwaan dan berkas
ep
k

perkara”.
ah

--Dari rumusan pasal 143 ayat (4) KUHAP dan penjelasan pasal tersebut adalah sudah
R

si
jelas bahwa berkas perkara tersebut harus diserahkan kepada terdakwa/kuasanya, jadi
tidak perlu dimohonkan terlebih dahulu kepada JPU sebab ini adalah hak pembelaan

ne
ng

terdakwa karena surat dakwaan harus berdasarkan berkas perkara, bila berkas perkara
tidak diterima terdakwa, bagaimana ia memahami surat dakwaan ? Sesempurna apapun
suatu surat dakwaan, akan tetap dianggap tidak jelas, kabur oleh terdakwa/kuasanya

do
gu

karena tidak disertai dengan surat penyerahan turunan berkas perkaranya.


--Bilamana kebiasaan tidak menyerahkan berkas perkara kepada terdakwa dianggap
In
A

sebagai persoalan sepele oleh JPU, sesungguhnya tidak mengingkari asas dan prinsip
keseimbangan yang terkandung di dalam KUHAP.
ah

--Dalam perkara pidana atas terdakwa Erwin Odiasih, dimana sdr. JPU sampai saat ini
lik

belum menyampaikan berkas perkaranya, meski terdakwa/kuasanya sudah mengajukan


permintaan berkas perkaranya, meski terdakwa/kuasanya sudah mengajukan permintaan
m

ub

berkas perkara kepada JPU, maka kami mohonkan agar Majelis Hakim sepakat dengan
pendapat kami dan menyatakan bahwa surat dakwaan tidak jelas dan kabur, sehingga
ka

surat dakwaan dinyatakan tidak dapat diterima, atau setidak-tidaknya memerintahkan


ep

JPU menyerahkan berkas perkara kepada terdakwa/kuasanya.


ah

Majelis Hakim Yang Terhormat,


R

Sdr.Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,


es

--Bahwa sebelumnya keluarga terdakwa dan keluarga korban telah mengadakan


M

ng

perdamaian, sehingga dengan demikian keluarga korban tidak memiliki niat lagi untuk
on

Halaman 9 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
mengadukan tersangka/terdakwa dalam perkara ini. Sesuai dengan ketentuan KUHP

a
bahwa perkara yang didakwakan kepada terdakwa adalah delik aduan maka dengan

si
demikian dakwaan sdr.JPU sebenarnya sudah tidak dapat diterima atau batal demi
hukum.

ne
ng
--Berdasarkan seluruh uraian diatas, dengan segala kerendahan hati kami mohon agar
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Nabire yang memeriksa perkara ini memutuskan :
• Menerima eksepsi dari terdakwa Erwin Odiasih/kuasanya.

do

gu
Menyatakan surat dakwaan sdr.JPU tidak jelas, dan dinyatakan tidak dapat diterima/
batal demi hukum.

In
A
• Menetapkan bahwa pemeriksaan perkara ini dihentikan ;
• Membebankan biaya perkara kepada Negara.
ah

lik
-------Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Penasihat Hukum terdakwa tersebut,
Penuntut Umum telah mengajukan Tanggapan secara tertulis yang pada pokoknya
am

ub
menyatakan :
TANGGAPAN PENUNTUT UMUM TERHADAP EKSEPSI.
I PENDAHULUAN
ep
k

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang


ah

Maha Esa karena atas perkenan-Nya pula persidangan ini dapat berjalan dengan
R
lancar, pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada

si
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Nabire yang memeriksa dan mengadili perkara ini

ne
ng

yang telah memberikan kesempatan waktu bagi penuntut Umum untuk menyusun
Pendapat Penuntut Umum terhadap Keberatan Penasihat Hukum an. Terdakwa
ERWIN ODIASIH, pada kesempatan ini pula perkenankanlah kami mengucapkan

do
gu

terima kasih kepada para Penasehat Hukum Terdakwa tersebut yang telah
menyusun keberatan dengan konstruksi hukum yang tersusun dengan rapi.
In
Bahwa pada hakekatnya perbedaan pendapat adalah suatu hal yang biasa
A

sehingga wajar pula jika dalam kasus ini terdapat perbedaan persepsi antara
penasihat hukum terdakwa dengan penuntut umum, namun dalam hal yang bersifat
ah

lik

yuridis kita harus tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,
baik mengenai hukum pidana formil maupun hukum pidana materiil.
m

ub

II PERMASALAHAN
Terhadap dakwaan Penuntut Umum yang dibacakan pada tanggal 18 Januari
ka

2011 terhadap terdakwa ERWIN ODIASIH, para kuasa terdakwa mengajukan


ep

keberatan yang pada pokoknya diklasifikasikan sebagai berikut :


ah

I Tanggapan tentang Syarat Materiil Surat Dakwaan :


R

1 Bahwa Dakwaan JPU dapat dianggap tidak jelas, kabur atau samar-samar
es

bilamana JPU tidak menyerahkan surat dakwaan beserta berkas perkaranya


M

ng

kepada terdakwa/kuasanya. Artinya bilamana berkas perkaranya tidak


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
diserahkan (hanya surat dakwaan saja), bagaimana mungkin terdakwa

a
mengetahui apakah surat dakwaan sudah atau tidak berdasarkan pada hasil

si
pemeriksaan penyidikan yang termuat dalam berkas perkara itu ?
2 Bahwa dari rumusan pasal 143 ayat (4) KUHAP dan penjelasan pasal tersebut

ne
ng
sudah jelas bahwa berkas perkara tersebut harus diserahkan kepada terdakwa/
kuasanya, jadi tidak perlu dimohonkan terlebih dahulu kepada JPU, sebab ini
adalah hak pembelaan terdakwa karena surat dakwaan harus berdasarkan berkas

do
gu
perkara, bila berkas perkara tidak diterima terdakwa, bagaimana ia memahami
surat dakwaan ? Sesempurna apapun suatu surat dakwaan, akan tetap dianggap

In
A
tidak jelas, kabur oleh terdakwa / kuasanya, karena tidak disertai dengan
penyerahan turunan berkas perkaranya.
ah

3 Bahwa bilamana kebiasaan tidak menyerahkan berkas perkara kepada terdakwa

lik
dianggap sebagai persoalan sepele oleh JPU, sesungguhnya telah mengingkari
azas dan prinsip keseimbangan yang terkandung di dalam KUHAP
am

ub
4 Bahwa dalam perkara pidana atas terdakwa ERWIN ODIASIH, dimana sdr. JPU
sampai saat ini belum menyampaikan berkas perkaranya, meski terdakwa/
kuasanya sudah mengajukan permintaan berkas perkara kepada JPU, maka kami
ep
k

mohonkan agar Majelis Hakim sepakat dengan pendapat kami dan menyatakan
ah

bahwa surat dakwaan tidak jelas dan kabur, sehingga surat dakwaan dinyatakan
R

si
tidak dapat diterima, atau setidak-tidaknya memerintahkan JPU menyerahkan
berkas perkara kepada terdakwa/kuasanya.

ne
ng

II Tanggapan tentang gugurnya hak penuntutan JPU


Bahwa sebelumnya keluarga terdakwa dan keluarga korban telah mengadakan
perdamaian, sehingga dengan demikian keluarga korban tidak memiliki niat

do
gu

lagi untuk mengadukan tersangka/terdakwa dalam perkara ini. Sesuai dengan


ketentuan KUHP bahwa perkara yang didakwakan kepada terdakwa adalah
In
A

delik aduan maka dengan demikian dakwaan sdr. JPU sebenarnya sudah tidak
diterima atau batal demi hukum.
ah

III Kesimpulan dan Permohonan


lik

1 Prosedur-prosedur penyusunan dakwaan dilakukan tidak sesuai dengan


aturan-aturan yang ditetapkan KUHAP.
m

ub

2 Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak jelas, kabur atau samar-samar
dikarenakan Jaksa Penuntut Umum tidak menyerahkan berkas perkara
ka

kepada terdakwa/kuasanya sehingga terdakwa/kuasanya tidak dapat


ep

mengetahui apakah dakwaan tersebut sudah sesuai atau belum berdasarkan


ah

hasil pemeriksaan penyidikan yang termuat berkas perkara tersebut.


R

3 Mohon kepada Majelis Hakim berkenan menetapkan atau memutuskan :


es

menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut umum adalah tidak jelas, dan
M

ng

dinyatakan tidak dapat diterima / batal demi hokum.


on

Halaman 11 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
III PEMBAHASAN

a
1 Sebelum kami menanggapi keberatan Para Penasihat Hukum terdakwa point I,

si
ada baiknya kita mereview dan menyamakan persepsi mengenai pengertian dan
batasan keberatan (eksepsi) terdakwa atau Penasehat Hukumnya menurut

ne
ng
KUHAP. Ada banyak doktrin dan literatur yang membahas masalah definisi
keberatan (eksepsi) terdakwa atau Penasehat Hukumnya, namun pada prinsipnya
masing-masing doktrin dan literatur tersebut memiliki esensi yang sama tentang

do
gu
definisi keberatan (eksepsi) terdakwa atau Penasehat Hukumnya terhadap
Dakwaan Penuntut Umum, maka kami akan mengambil salah satu definisi

In
A
eksepsi sebagaimana yang diuraikan dalam “Suplemen Rapat Kerja Teknis
Mahkamah Agung RI dengan Para Ketua Pengadilan Tingkat Banding Dari
ah

Empat Lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia (Semarang, 25-28 November

lik
1998. hal. 1)”. Pengertian eksepsi atau exception adalah tangkisan (plead) atau
pembelaan yang tidak mengenai atau tidak ditujukan terhadap “materi pokok”
am

ub
surat dakwaan, tetapi keberatan atau pembelaan ditujukan terhadap cacat formil
yang melekat pada surat dakwaan. Mengenai batasan dan hak mengajukan
keberatan (eksepsi) terdakwa atau Penasehat Hukumnya terhadap Dakwaan
ep
k

Penuntut Umum diatur secara limitatif dalam pasal 156 ayat (1) KUHAP
ah

“Dalam hal terdakwa atau penasehat hukum mengajukan keberatan bahwa


R

si
pengadilan tidak berwenang mengadili perkara, dakwaan tidak dapat diterima dan
dakwaan harus dibatalkan”. Sedangkan sebuah surat dakwaan dinyatakan kabur

ne
ng

atau obscur libell adalah apabila tidak memenuhi syarat formal seperti yang
diatur dalam pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP “Penuntut Umum membuat
surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi : Nama

do
gu

lengkap, tempat lahir, umur dan tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka” dan syarat materiil seperti yang diatur
In
A

dalam pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP “Uraian secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu
ah

dan tempat tindak pidana itu dilakukan”. Tiga pasal inilah yang dijadikan acuan
lik

untuk menilai sebuah surat dakwaan. Dalam dakwaan penuntut umum no. reg.
perkara : PDM-18/NBIRE/12/2010 tanggal 05 Januari 2011 telah sangat jelas
m

ub

mencantumkan tanggal, tandatangan, dan identitas terdakwa serta rumusan dan


unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa telah diuraikan
ka

secara cermat, jelas dan lengkap dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak
ep

pidana itu dilakukan.


ah

Mengacu pada uraian di atas, maka keberatan kuasa terdakwa point I (ke-1 s/d
R

ke-4) yang substansi keberatannya mengenai Pelanggaran terhadap Kitab


es

Undang-Undang Hukum Acara Pidana selama proses penuntutan yaitu Para


M

ng

Terdakwa/Kuasanya tidak diberikan berkas perkara, sama sekali bukan


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
merupakan substansi keberatan (eksepsi) terdakwa atau Penasehat Hukumnya

a
terhadap Dakwaan Penuntut Umum sebagaimana diatur dalam pasal 156 ayat (1)

si
KUHAP Jo. pasal 143 ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP. Maka dari itu kami
dengan tegas menolak keberatan penasehat hukum terdakwa point I (ke-1 s/d

ne
ng
ke-4) tersebut diatas.
Namun untuk lebih mempertegas mengenai alasan penolakan kami terhadap
keberatan kuasa terdakwa point I (ke-1 s/d ke-4) dan point II tersebut diatas perlu

do
gu
kami jelaskan sebagai berikut:
1 Keberatan Penasehat Hukum terdakwa point I ke-1 yang mempertanyakan

In
A
bahwa Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak jelas, kabur atau samar-samar
dikarenakan Jaksa Penuntut Umum tidak menyerahkan berkas perkara kepada
ah

terdakwa/kuasanya sehingga terdakwa/kuasanya tidak dapat mengetahui apakah

lik
dakwaan tersebut sudah sesuai atau belum berdasarkan hasil pemeriksaan
penyidikan yang termuat berkas perkara tersebut. Maka menanggapi Keberatan
am

ub
Penasehat Hukum terdakwa point I ke-1 yang mempertanyakan bahwa Dakwaan
Jaksa Penuntut Umum tidak jelas, menanggapi hal tersebut maka selaku JPU
menyatakan bahwa kami dalam menyusun dakwaan dalam perkara ini telah
ep
k

disusun secara cermat, jelas dan lengkap sesuai dengan ketentuan peraturan
ah

perundang-undangan (pasal 143 ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP) jadi
R

si
apabila para penasehat hukum terdakwa menyatakan dakwaan kami tidak jelas
sangatlah tidak beralasan karena tidak didukung dasar hukum yang jelas serta

ne
ng

bertentangan dengan ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP
tersebut, karena pengertian dakwaan tidak jelas adalah apabila dalam
penyusunan dakwaan tersebut tidak mengacu kepada ketentuan pasal 143 ayat

do
gu

(2) huruf a dan huruf b KUHAP tersebut (termasuk dalam hal


memcampuradukkan unsur tindak pidana yang satu dengan tindak pidana yang
In
A

lain, tidak menyebutkan fakta perbuatan yang menjadi dasar tindak pidana yang
didakwakan) jadi pendapat para kuasa terdakwa yang menyatakan dakwaan
ah

tidak jelas didasarkan bilamana JPU tidak menyerahkan berkas perkara kepada
lik

terdakwa/kuasanya (JPU hanya menyerahkan surat dakwaan saja) sehingga


terdakwa tidak mengetahui apakah surat dakwaan sudah sesuai dengan hasil
m

ub

penyidikan yang termuat dalam berkas perkara sangatlah tidak tepat karena
dalam hal ini JPU tidak mempunyai kewajiban hukum untuk menyerahkan
ka

berkas perkara kepada terdakwa/kuasanya hal ini didasarkan pada aturan yang
ep

dimaksud pasal 143 ayat 4 KUHAP yang berbunyi sebagai berikut : “ Turunan
ah

surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan disampaikan kepada tersangka


R

atau kuasanya atau penasehat hukumnya dan penyidik, pada saat yang
es

bersamaan dengan penyampaian surat pelimpahan perkara tersebut ke


M

ng

pengadilan negeri”. Serta didasarkan pada Penjelasan pasal 143 KUHAP yang
on

Halaman 13 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
berbunyi “ Yang dimaksud dengan ‘ surat pelimpahan perkara ‘.adalah surat

a
pelimpahan perkara itu sendiri lengkap beserta surat dakwaan dan berkas

si
perkara. Sehingga kami menafsirkan apa isi yang terkandung 143 ayat 4
KUHAP dan Penjelasan pasal 143 KUHAP tersebut :

ne
ng
a. - Harus dibedakan apa itu pengertian Surat Pelimpahan Perkara dan
apa itu Turunan Salinan Perkara arti Surat Pelimpahan Perkara
ialah meliputi

do
gu 1. Surat pelimpahan perkara ( P-31 )
2. Surat dakwaan ( P-29 )

In
A
3. Berkas Perkara
4. Termasuk Barang bukti ( bila belum ada RUBASAN ) ( P-34 )
ah

* ke-4 point inilah hanya khusus Syarat Pelimpahan Perkara ke

lik
Pengadilan Negeri
b. Pengertian Turunan Surat Pelimpahan Perkara dalam hal ini adalah
am

ub
surat tembusan
dari Surat Pelimpahan Perkara ( P-31 ) sebagaimana disebut dalam
point a angka
ep
k

1 yang mana P-31 tersebut diserahkan kepada Penyidik dan tersangka/


ah

penasehat hukum ( yang penyerahannya untuk tersangka/terdakwa


R

si
diserahkan lewat RUTAN) sehingga apabila hal tersebut ditafsirkan
bahwa berkas perkara adalah bagian Turunan Surat Pelimpahan

ne
ng

Perkara maka kita perlu simak lagi penggalan bunyi pasal 143 ayat 4
KUHAP yang berbunyi sebagai berikut : “ Turunan surat pelimpahan
perkara beserta surat dakwaan disampaikan kepada tersangka atau

do
gu

kuasanya atau penasehat hukumnya dan penyidik. Artinya antara


Turunan surat pelimpahan perkara dan surat dakwaan adalah
In
A

merupakan suatu kesatuan yang masing-masing berdiri sendiri dan hal


ini bertolak belakang dengan Penjelasan pasal 143 KUHAP yang
ah

berbunyi “ Yang dimaksud dengan ‘ surat pelimpahan perkara ‘.adalah


lik

surat pelimpahan perkara itu sendiri lengkap beserta surat dakwaan


dan berkas perkara dalam Penjelasan pasal 143 KUHAP tersebut
m

ub

menjelaskan surat dakwaan adalah bagian dari Surat Pelimpahan


Perkara sementara dalam bunyi pasal 143 ayat 4 KUHAP Surat
ka

Dakwaan bukan merupakan bagian dari Turunan Surat Pelimpahan


ep

Perkara jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa harus dibedakan apa itu
ah

arti Turunan Surat Pelimpahan Perkara dengan Surat Pelimpahan


R

Perkara. Maka dalam hal ini apabila mengacu sesuai pendapat para
es

kuasa terdakwa yang menyatakan bahwa berkas perkara adalah bagian


M

ng

Turunan Surat Pelimpahan Perkara ( Tembusan dari P-31 ) adalah tidak


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
tepat, karena apabila JPU memberikan turunan berkas perkara kepada

a
terdakwa/ kuasanya atau penasehat hukum berarti JPU juga

si
mempunyai kewajiban memberikan turunan berkas perkara kepada
Penyidik ( sementara berkas perkara itu sendiri dibuat dan disusun oleh

ne
ng
Penyidik secara tidak langsung yang berhak menerbitkan suatu turunan
berkas perkara adalah Penyidik itu sendiri juga). Sekali lagi dalam hal
ini JPU menganggap bahwa tanggapan para kuasa terdakwa yang

do
gu menyatakan bahwa dakwaan JPU tidak jelas adalah tidak tepat karena
tanpa didukung dasar hukum yang jelas.

In
A
Mengenai tanggapan para kuasa terdakwa yang menyatakan
Dakwaan PU kabur atau samar- samar bahwa dalam Undang-Undang
ah

dalam hal ini KUHAP tidak ditemukan istilah-istilah kabur, samar-

lik
samar dan JPU dalam hal ini sekali lagi dalam menyusun
dakwaan telah memenuhi syarat materiil sesuai ketentuan pasal 143
am

ub
ayat (2) huruf b KUHAP.
b. Tanggapan tentang gugurnya hak penuntutan JPU.
Menanggapi Keberatan Penasehat Hukum terdakwa point II tersebut
ep
k

di atas yang
ah

menyatakan bahwa sebelumnya keluarga terdakwa dan keluarga


R

si
korban telah
mengadakan perdamaian, sehingga dengan demikian keluarga korban tidak

ne
ng

memiliki niat lagi untuk mengadukan tersangka/terdakwa dalam perkara ini.


Sesuai dengan ketentuan KUHP bahwa perkara yang didakwakan kepada
terdakwa adalah delik aduan maka dengan demikian dakwaan sdr. JPU

do
gu

sebenarnya sudah tidak diterima atau batal demi hukum.


Maka menanggapi keberatan para kuasa terdakwa sebagaimana tersebut
In
A

dalam point II yang pokoknya bahwa menyatakan sebelum perkara ini


diperiksa di Pengadilan antara keluarga terdakwa dan keluarga korban
ah

memang telah mengadakan perdamaian, sehingga atas dasar tersebut para


lik

kuasa terdakwa menyimpulkan secara pribadi bahwa keluarga korban tidak


memiliki niat lagi untuk mengadukan tersangka/terdakwa dalam perkara ini
m

ub

serta menyatakan sesuai ketentuan KUHP bahwa perkara yang didakwakan


kepada terdakwa adalah delik aduan maka dengan demikian dakwaan Sdr
ka

JPU sebenarnya sudah tidak dapat diterima atau batal demi hukum.
ep

Bahwa atas pernyataan para penasehat hukum terdakwa sebagaimana


ah

tersebut di atas tanggapan kami selaku JPU adalah sebagai berikut :


R

a Bahwa pernyataan para penasehat hukum yang menyatakan bahwa


es

keluarga korban tidak memiliki niat lagi untuk mengadukan


M

ng

on

Halaman 15 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
tersangka/terdakwa dalam perkara ini adalah tidak tepat serta tidak

a
didukung dasar hukum yang jelas karena :

si
• Bahwa para kuasa tidak jelas menunjuk perdamaian yang mana yang dimaksud (
apakah secara lisan atau dibawah tangan atau dibuat di Notaris, kapan, dimana, siapa

ne
ng
yang hadir menandatangani perjanjian tersebut, termasuk apa dari isi perjanjian
tersebut serta apa hak dan kewajiban antara para pihak yang berjanji ) Bahwa perlu

do
diketahui kami selaku JPU sebelum persidangan pernah menerima 2 kali tembusan
gu
berupa foto copy tentang Surat Penyataan Perdamaian yang dibuat dibawah tangan
tertanggal 10 Desember 2010 namum Surat Perdamaian tersebut sudah dibatalkan

In
A
dengan Surat Pembatalan Pernyataan Perdamaian tertanggal 21 Desember 2010.
( yang mana sura-surat tersebut diserahkan oleh Penyidik dan Sdr Saksi Parnyanto
ah

lik
sendiri. ) sedangkan yang kedua adalah Surat Pernyataan Perdamaian yang dibuat
dibawah tangan tertanggal 17 Januari 2011 namum dalam perdamaian tersebut tidak
satu pasalpun menyebut bahwa keluarga korban telah mencabut pengaduaanya dalam
am

ub
perkara Pidana No : 05/Pid.B/2011/PN.N.Be.( yang mana tembusan surat perdamaian
tersebut kami terima dari Paman terdakwa sdr Yosua)
ep
b. – Bahwa pernyataan para kuasa hukum terdakwa yang
k

menyebutkan bahwa
ah

keluarga korban sudah tidak memiliki niat lagi untuk mengadukan


R

si
tersangka/terdakwa
dalam perkara ini adalah tidak sesuai dengan fakta kejadian yang terjadi

ne
ng

atau bertolak
belakang dengan pendapat saksi PARYANTO ( dalam hal ini

do
selaku orang
gu

mengadukan perkara ini ) karena pada saat sidang ke-2 tanggal 25


Januari 2011
In
A

dalam persidangan saudara saksi PARYANTO menyatakan secara


tegas tetap ingin
ah

lik

kasus ini dilanjutkan/ tidak mencabut surat pengaduannya.


c. Bahwa surat dakwaaan JPU dibuat dalam bentuk dakwaan alternatif
dimana dakwaan
m

ub

ke-1 didakwa dengan pasal 81 ayat (2 ) UU No. 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan
ka

ep

Anak ( yang pasal tersebut bukan termasuk delik aduan ) sementara


dakwaan ke-2
ah

didakwa dengan pasal 287 ayat ( 1 ) KUHP ( yang mana pasal


R

tersebut memang
es
M

termasuk delik aduan absolut akan tetapi hingga saat ini pengaduan
ng

perkara tersebut
on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
belum dicabut ).

a
Hal-hal yang menurut kuasa hukum terdakwa dianggap benar seperti tersebut di

si
atas adalah hanya merupakan pendapat pribadi atau anggapan sepihak kuasa
hukum terdakwa. Untuk membuktikan benar atau tidak benarnya pendapat

ne
ng
pribadi atau anggapan sepihak kuasa hukum terdakwa tersebut perlu diuji di
depan persidangan yang menurut hemat kami sudah termasuk materi pokok
perkara, sehingga bukan merupakan ruang lingkup substansi keberatan (eksepsi)

do
gu
penasehat hukum terdakwa sebagaimana diatur dalam pasal 156 ayat (1) KUHAP
Jo. pasal 143 ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP.

In
A
Majelis Hakim Yang kami muliakan,
Sdr. Kuasa Terdakwa Yang Terhormat
ah

IV KESIMPULAN DAN PERMOHONAN

lik
Berdasarkan atas uraian sebagaimana telah kami sebutkan diatas, maka kami selaku
Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini menyimpulkan sebagai berikut :
am

ub
1 Surat dakwaan dalam perkara ini telah disusun secara cermat, jelas dan lengkap
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (pasal 143 ayat (2) huruf
a dan huruf b KUHAP);
ep
k

2 Sebagian besar keberatan kuasa terdakwa telah melampaui lingkup keberatan


ah

(eksepsi) , oleh karena telah menjangkau keberatan mengenai pelanggaran


R

si
terhadap Hukum Acara Pidana selama proses penuntutan dan materi pokok
perkara yang menjadi obyek pemeriksaan sidang.

ne
ng

Oleh karena itu kami Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Nabire
memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Nabire yang memeriksa dan
mengadili perkara ini memutuskan:

do
gu

1 Menyatakan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum No. Reg. Perkara : PDM-18/
NBIRE /12/2010 tanggal 05 Januari 2011 dalam perkara terdakwa ERWIN
In
A

ODIASIH. telah memenuhi syarat formil dan materiil sesuai dengan ketentuan
pasal 143 ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP;
ah

2 Menyatakan menerima surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum No. Reg. Perkara :
lik

PDM-18/NBIRE /12/2010 tanggal 05 Januari 2011dalam perkara terdakwa


ERWIN ODIASIH., oleh karena itu maka Surat Dakwan tersebut dijadikan
m

ub

sebagai dasar pemeriksaan dalam perkara ini.


3 Menyatakan Keberatan (Eksepsi) Para Kuasa Terdakwa seluruhnya tidak dapat
ka

diterima;
ep

4 Menetapkan bahwa pemeriksaan perkara ini tetap dilanjutkan.


ah

Demikian Pendapat Penuntut Umum terhadap keberatan Para Kuasa terdakwa, kami
R

bacakan dan diserahkan dalam sidang hari ini Kamis tanggal 27 Januari 2011.
es
M

ng

on

Halaman 17 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
------Menimbang, bahwa selanjutnya dalam jawab menjawab antara Penasihat Hukum

a
Terdakwa dengan Penuntut Umum menyatakan pada pokoknya tetap pada eksepsi dan

si
atau tanggapan terhadap eksepsi ;
------Menimbang, bahwa sehubungan dengan keberatan/eksepsi tersebut, baik Penasihat

ne
ng
Hukum maupun Penuntut Umum menyatakan tidak ada mengajukan sesuatu lagi dan
mohon agar diberikan keputusan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 156 ayat (1) dari
KUHAP ;

do
gu
------Menimbang, bahwa memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam pemeriksaan
perkara yang telah lengkap tercatat dalam berita acara perkara ini yang untuk singkatnya

In
A
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan uraian putusan ini ;
------Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari eksepsi dari Penasihat Hukum
ah

Terdakwa adalah sebagaimana yang diuraikan di atas ;

lik
------Menimbang, bahwa Eksepsi adalah keberatan yang diajukan oleh terdakwa dan
atau Penasihat Hukumnya terhadap syarat hukum formal, belum memasuki pemeriksaan
am

ub
hukum materil. Pengajuan eksepsi diberikan kepada terdakwa/Penasihat Hukumnya
setelah Penuntut Umum membacakan surat dakwaan, kemudian Majelis setelah memberi
kesempatan kepada Penuntut Umum mengajukan tanggapan terhadap eksepsi tersebut
ep
k

maka terhadap ekesepsi tersebut akan dijatuhkan Putusan Sela ;


ah

----- Menimbang, bahwa apabila keberatan Penasihat Hukum Terdakwa tersebut


R

si
diterima, maka perkara tersebut tidak diperiksa lebih lanjut, sebaliknya dalam hal tidak
diterima atau hakim berpendapat keberatan tersebut baru dapat dputus setelah selesai

ne
ng

pemeriksaan, maka sidang akan dilanjutkan ;


------Menimbang, bahwa menurut ketentuan Pasal 156 ayat (1) dari KUHAP telah
mengatur bahwa keberatan terhadap surat dakwaan Penuntut Umum dapat diajukan

do
gu

terdakwa atau penasihat hukum dapat diajukan dengan 3 alasan yaitu :


1 Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya;
In
A

2 Surat dakwaan tidak dapat diterima;


3 Surat Dakwaan harus dibatalkan;
ah

------Menimbang, bahwa selain alasan yang ditentukan oleh KUHAP ada beragam
lik

keberatan yang terdapat dalam praktek, M.YAHYA HARAHAP, dalam bukunya


Pembahasan dan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Edisi Kedua Penerbit Sinar
m

ub

Grafika 2005, (halaman 124-133) mengklasifikasi jenis-jenis eksepsi yaitu :


1 Eksepsi kewenangan mengadili baik absolut maupun relatif ;
ka

2 Eksepsi kewenangan atau hak untuk menuntut hapus atau gugur ;


ep

3 Eksepsi tuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima ;


ah

4 Eksepsi lepas dari segala tuntutan hukum (onslag van rechtsvervolging) ;


R

5 Eksepsi dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima ;


es

6 Eksepsi dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal ;


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
------Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari diberikannya hak untuk mengajukan

a
keberatan terhadap surat dakwaan tidak terlepas dari Politik Hukum Pidana yang ingin

si
melakukan perubahan terhadap hukum acara pidana sebelumnya, sehingga terbentuknya
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP bertujuan untuk menegakkan

ne
ng
hukum dengan Perlindungan hak asasi dari terdakwa dimana tersangka atau terdakwa
merupakan Subjek bukan sebagai objek dalam sistem peradilan pidana mulai dari tingkat
Penyidikan,Penuntutan, Pengadilan sampai tahap pelaksanaan putusan (Sistim

do
gu
Accusatoir), sehingga tersangka/terdakwa mempunyai kedudukan dan hak serta
kewajiban yang sama dengan Penyidik dan Penuntut Umum dalam menyelesaikan

In
A
perkara pidana sesuai dengan Hukum Pidana yang berlaku ;
------Menimbang, bahwa dengan diberikannya hak kepada terdakwa/tersangka tersebut
ah

oleh KUHAP tidaklah berarti harus meninggalkan kepentingan umum yang telah diatur

lik
dalam KUHPidana dalam fungsinya sebagai Hukum Publik, untuk itu Hakim harus dapat
mempertimbangkan dua kepentingan tersebut dengan rasa keadilan demi tercapainya
am

ub
tujuan penegakan hukum pidana;
------Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis akan mempertimbangkan alasan-
alasan yang menjadi keberatan dari Penasihat Hukum tersebut sebagaimana akan
ep
k

diuraikan dibawah ini ;


ah

-----Menimbang, bahwa tentang keberatan pertama dari Penasihat Hukum adalah tentang
R

si
dakwaan tidak memenuhi KUHAP karena Penuntut Umum tidak menyerahkan Surat
Dakwaan beserta Berkas Perkaranya kepada Terdakwa/Kuasanya berdasarkan ketentuan

ne
ng

Pasal 143 ayat (4) ;


-----Menimbang, bahwa setelah memperhatikan ketentuan Pasal 143 ayat (4) dari
KUHAPidana yang menyebutkan bahwa : “Turunan surat pelimpahan perkara beserta

do
gu

surat dakwaan disampaikan kepada tersangka atau kuasanya atau penasihat hukumnya
dan penyidik, pada saat yang bersamaan dengan penyampaian surat pelimpahan perkara
In
A

tersebut ke pengadilan negeri”.


-----Menimbang, bahwa dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa yang diserahkan
ah

kepada terdakwa atau Penasihat Hukum adalah turunan surat pelimpahan perkara, dan
lik

setelah memperhatikan surat pelimpahan perkara dari Kepala Kejaksaan Negeri Nabire
dalam perkara terdakwa ERWIN ODIASIH tertanggal 23 Desember 2010, dibawah
m

ub

Nomor Nomor : APB-09/T.1.17/Ep.2/01/2011, tanggal 05 Januari 2011, telah


mencantumkan bahwa terhadap pelimpahan perkara tersebut telah diberitahu kepada
ka

terdakwa ;
ep

-----Menimbang, bahwa apabila yang dimaksudkan oleh Penasihat Hukum terdakwa


ah

dalam perkara ini yang juga harus disampaikan kepada Penasihat hukum adalah turunan
R

atau salinan berkas perkara penyidikan, maka menurut ketentuan Pasal 72 KUHAP
es

apabila demi kepentingan pembelaannya turunan berita acara pemeriksaan dapat


M

ng

diberikan atas permintaan tersangka atau penasihat hukumnya;


on

Halaman 19 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
-----Menimbang, bahwa oleh karena dalam perkara ini tidak pernah ada permintaan

a
untuk meminta turunan berita acara pemeriksaan maka Penuntut Umum tidak ada

si
kewajiban untuk menyerahkannya kepada Penasihat hukum terdakwa, sehingga dengan
demikian alasan pertama eksepsi Penasihat Hukum harus ditolak karena tidak

ne
ng
berdasarkan hukum ;
-----Menimbang, bahwa tentang alasan kedua dari Penasihat Hukum adalah Surat
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Dapat Diterima atau Batal Demi Hukum karena

do
gu
antara Keluarga Terdakwa dengan Keluarga Korban telah tercapai kesepakatan
Perdamaian dan mau menyelesaikan permasalahan ini secara Kekeluargaan;

In
A
-----Menimbang, bahwa di persidangan telah hadir PARYANTO, orangtua dari korban
YUNIAR TRI ASTUTI yang menyerahkan surat pencabutan pengaduan tertanggal 01
ah

Februari 2011 yang pada pokoknya berisi :

lik
1 Mencabut perkara pidana Nomor : 05/Pid.B/2011/PN.Nbe atas nama terdakwa
ERWIN ODIASIH yang saat ini sedang disidangkan pada Pengadilan Negeri
am

ub
Nabire tersebut secara sukarela dan sadar tanpa adanya paksaan, ancaman
maupun tekanan dari pihak manapun ;
Adapun yang menjadi alasan saya selaku orangtua kandung saksi korban
ep
k

mencabut pengaduan ini adalah :


ah

1 Untuk menghindari rasa malu yang berlebih pada diri saksi korban dan pada
R

si
keluarga korban serta terdakwa dan keluarganya apabila perkara ini tetap
dilanjutkan ;

ne
ng

2 Antara keluarga saksi korban dan keluarga terdakwa telah dilakukan


perdamaian dan kedua belah pihak telah sepakat untuk menyelesaikan
permasalahan ini secara kekeluargaan ;

do
gu

Demikian surat pencabutan pengaduan ini saya buat dengan sebenar-benarnya


untuk menjadi pertimbangan sebagaimana mestinya.
In
A

-----Menimbang, bahwa dalam kesempatan tersebut, orangtua korban tersebut juga


ah

menyatakan bahwa pencabutan pengaduan tersebut dilakukan secara sukarela demi


lik

kepentingan anaknya yaitu korban YUNIAR TRI ASTUTI dan selanjutnya mohon
kepada Majelis agar pemeriksaan perkara ini dihentikan;
m

ub

-----Menimbang, bahwa apabila dicermati surat dakwaan Penuntut Umu tersebut diatas,
yang mempersoalkan tentang perbuatan pidana yang didakwa dilakukan terdakwa
ka

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 81 ayat (2) UU Nomor : 23 Tahun
ep

2002 tentang Perlindungan Anak sebagai dakwaan Kesatu atau Pasal 287 ayat (1)
ah

KUHPidana sebagai dakwaan Kedua ;


R

-----Menimbang, bahwa setelah memperhatikan tenggang waktu surat pencabutan


es

pengaduan tertanggal 01 Pebruari 2011 dengan surat pengaduan yang ditandatangani


M

ng

oleh PARYANTO tersebut sebagai orangtua dari korban YUNIAR TRI ASTUTI
on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
tertanggal 02 Nopember 2010 yang masih dalam tenggang waktu pencabutan pengaduan

a
menurut Pasal 75 KUHPidana yaitu dalam waktu 3 (tiga) bulan sehingga menurut

si
ketentuan Pasal 75 KUHPidana tersebut, pencabutan pengaduan tersebut masih dapat
diterima;

ne
ng
------ Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan tanggapan
Penuntut Umum yang menyatakan bahwa UU Perlindungan Anak bukan merupakan
delik aduan sehingga tidak dapat dilakukan pencabutan pengaduan ;

do
gu
----Menimbang, bahwa didalam praktek pada umumnya perkara persetubuhan yang
dilakukan suka sama suka tanpa ada paksaan, pemeriksaan dapat dilakukan setelah ada

In
A
pengaduan dari korban atau orangtua/walinya, dalam berita acara penyidikan dalam
berkas perkara ini juga ditemukan adanya pengaduan dari orangtua korban (pengaduan
ah

tertanggal 01 Nopember 2010) ;

lik
----Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan pengaduan menurut Pasal 1 angka 25
KUHAP adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan
am

ub
kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah
melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya.;
-----Menimbang, bahwa tindak pidana aduan atau yang lazim disebut dengan delik aduan
ep
k

adalah tindak pidana yang dapat diajukan tuntutan jika ada pengaduan dari korban (vide
ah

Pasal 72 KUHPidana). Delik aduan (klacht delict) pada hakekatnya juga mengandung
R

si
elemen-elemen yang lazim dimiliki oleh setiap delik. Delik aduan punya cirri khusus dan
kekhususan itu terletak pada “penuntutannya”. Dalam delik aduan, pengaduan dari si

ne
ng

korban atau pihak yang dirugikan adalah syarat utama untuk dilakukannya hak menuntut
oleh Penuntut Umum.
---Menimbang, bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), secara tegas tidak

do
gu

ada memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan delik aduan. Pengertian
dan defenisi yang jelas dapat ditemui melalui argumentasi dari pakar-pakar dibidang
In
A

ilmu pengetahuan hukum pidana, seperti yang diuraikan berikut ini:


1 Menurut Samidjo, dalam buku Pengantar Hukum Indonesia, Armico, Bandung,
ah

1985, delik aduan (Klacht Delict) adalah suatu delik yang diadili apabila yang
lik

berkepentingan atau yang dirugikan mengadukannya. Bila tidak ada pengaduan,


maka Jaksa tidak akan melakukan penuntutan.
m

ub

2 Menurut R. Soesilo dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta


Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 1993, dari
ka

banyak peristiwa pidana itu hampir semuanya kejahatan yang hanya dapat dituntut
ep

atas pengaduan (permintaan) dari orang yang kena peristiwa pidana. Peristiwa
ah

pidana semacam ini disebut delik aduan ;


R

es

3 Menurut P. A. F Lamintang, dalam buku Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia,


M

PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, tindak pidana tidak hanya dapat dituntut
ng

on

Halaman 21 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
apabila ada pengaduan dari orang yang dirugikan. Tindak pidana seperti ini disebut

a
Klacht Delicten .

si
----Menimbang, bahwa berdasarkan pendapat para sarjana diatas, kesimpulan yang dapat
dikemukakan adalah bahwa untuk dikatakan adanya suatu delik aduan, maka disamping

ne
ng
delik tersebut memiliki anasir yang lazim dimiliki oleh tiap delik, delik ini haruslah juga
mensyaratkan adanya pengaduan dari si korban atau pihak yang dirugikan untuk dapat

do
gu
dituntutnya si pelaku.
----Menimbang, bahwa alasan diterapkannya persyaratan pengaduan dalam delik aduan
menurut Satochid Kartanegara dalam buku Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian II,

In
A
Balai Lektur Mahasiswa, Bandung, Tanpa Tahun, hal 165.mengutip pendapat Simons
adalah karena pertimbangan bahwa dalam beberapa macam kejahatan, akan lebih mudah
ah

lik
merugikan kepentingan-kepentingan khusus (bizjondre belang) karena penuntutan itu,
daripada kepentingan umum dengan tidak menuntutnya;
am

ub
----Menimbang, bahwa menurut Utrecht dalam buku Hukum Pidana II, Pustaka Tinta
Mas, Surabaya, 2000, hal 257. alasan satu-satunya pembentuk undang-undang untuk
menetapkan suatu delik aduan adalah pertimbangan bahwa dalam beberapa hal tertentu
ep
k

pentingnya bagi yang dirugikan supaya perkaranya tidak dituntut adalah lebih besar dari
pada pentingnya bagi negara supaya perkara itu dituntut ;
ah

R
----Menimbang, bahwa dengan latar belakang alasan yang demikian, maka tujuan

si
penerapan delik aduan adalah memberikan keleluasaan kepada pihak korban atau pihak
yang dirugikan untuk berpikir dan bertindak, apakah dengan mengadukan perkaranya

ne
ng

akan lebih melindungi kepentingannya (menguntungkannya) ataukah dengan


mengadukan perkaranya justru akan merugikan kepentingan pihaknya (contoh :

do
gu

tercemarnya nama baik keluarga, terbukanya rahasia pribadi atau kerugian lainnya).
----Menimbang, bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa hukum pidana selain
memberikan perlindungan terhadap kepentingan umum juga memperhatikan
In
A

kepentingan pribadi, dan juga menunjukkan adanya kedudukan yang berimbang antara
kewenangan Jaksa dengan asas oppurtunitas dapat mengenyampingkan perkara demi
ah

lik

kepentingan umum, dengan pembatasan kewenangan Jaksa untuk menuntut apabila tidak
ada keinginan korban atau orang yang dirugikan secara pribadi untuk mengadukan
m

ub

perkara ;
----Menimbang, bahwa delik aduan terbagi dua yaitu : delik aduan absolut dan delik
ka

aduan relatip. Delik aduan absolut atau mutlak adalah beberapa kejahatan-kejahatan
ep

tertentu yang untuk penuntutanya pada umumnya dibutuhkan pengaduan. Sifat


pengaduan dalam delik aduan absolut (absolute klachtdelicten) ialah, bahwa pengaduan
ah

ditujukan terhadap perbuatan bukan kepada pembuat sehingga pengaduan ini tidak dapat
es

dipecah-pecah (onsplitsbaar), sedang delik aduan relative (relative klachtdelicten)


M

ditujukan kepada pembuatnya yang disyaratkan mempunyai hubungan tertentu yaitu


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
hubungan keluarga sedarah dan hubungan semenda dalam derajat kedua, sehingga

a
pengaduan ini adalah dapat dipecah-pecah (splitsbaar);

si
----Menimbang, bahwa kejahatan-kejahatan yang termasuk didalam delik aduan absolut
yang diatur dalam KUHP, yaitu :

ne
ng
1 Kejahatan Kesusilaan (zedenmisdrijven), yang diatur dalam Pasal 284, Pasal 287,
Pasal 293 ;
2. Kejahatan penghinaan atau pencemaran nama baik (Pasal 319, 320, 321, 335 ayat 1

do
gu
angka 2, Pasal 369 ;.
3. Kejahatan membuka rahasia (schending van geheimen), yang diatur dalam Pasal 322

In
A
dan Pasal 323 ;
4. Kejahatan kemerdekaan seseorang (Pasal 332 KUHP) ;
ah

----Menimbang, bahwa selain kejahatan-kejahatan aduan yang diatur didalam KUHP,

lik
diluar KUHP terdapat juga pengaturan mengenai kejahatan aduan tersebut, seperti: yang
diatur didalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
am

ub
Tangga (UUPKDRT), UU No.39/1999 tentang HAM ;
-----Menimbang, bahwa setelah memperhatikan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak mengatur beberapa perbuatan pidana baik itu delik susila atau tidak
ep
k

seperti perbuatan diskriminasi, penelantaran anak, pengangkatan anak yang bertentangan


ah

dengan ketentuan, penganiayaan, persetubuhan, perbuatan cabul, memperdagangkan,


R

si
menjual, atau menculik anak, transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak, merekrut
atau memperalat anak untuk kepentingan militer dan lain sebagainya yang dapat

ne
ng

dipidana dengan pidana penjara atau denda ;


----Menimbang, bahwa dari ketentuan Pasal 81 ayat (2) UU Nomor : 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang memuat unsur-unsur : dengan sengaja melakukan tipu

do
gu

muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan


dengannya atau dengan orang lain adalah merupakan delik susila yang berhubungan
In
A

dengan seks ;
----Menimbang, bahwa perbuatan melakukan persetubuhan dengan anak selain diatur
ah

didalam UU No.23 tentang Perlindungan Anak juga diatur dalam UU lain seperti UU
lik

No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT),
dan Pasal 287 KUHPidana, akan tetapi dari segi unsur-unsur yang dimaksud dengan
m

ub

persetubuhan dengan anak antara UU Perlindungan Anak dengan Pasal 287 KUHPidana
tidak ada beda, yang membedakannya hanya stelsel pemidanaan karena UU Nomor 23
ka

Tahun 2002 tentang Perlindungan anak memuat pemidanaan minimum 3 tahun maksimal
ep

15 tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling
ah

sedikit Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah), sedang Pasal 287 hanya menganut
R

pidana penjara maksimal 9 tahun ;


es

----Menimbang, bahwa terhadap persetubuhan yang diatur dalam Pasal 287 KUHPidana
M

ng

disebutkan bahwa perkara tersebut merupakan delik aduan, dalam perkara ini terdakwa
on

Halaman 23 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan alternatif, yaitu dengan mencantumkan

a
ketentuan dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak atau Pasal 287

si
KUHPidana ;
----Menimbang, bahwa didalam praktek apabila terjadi peristiwa persetubuhan baik

ne
ng
dikenakan dengan UU Perlindungan Anak maupun KUHPidana, penyidik selalu
menyertakan adanya aduan dari pihak korban, dan dalam perkara ini Penyidik juga
melampirkan adanya pengaduan dari Paryanto (orangtua korban) tertanggal 02

do
gu
Nopember 2010 yang menjadi dasar dari dilakukannya pemeriksaan dalam perkara ini ;
----Menimbang, bahwa persetubuhan menurut pandangan masyarakat merupakan

In
A
perbuatan tabu yang menimbulkan rasa malu, sehingga apabila perkara tersebut diajukan
ke persidangan kepada korban yang masih dibawah umur dapat menimbulkan efek
ah

psikologis traumatik yang merugikan korban karena korban akan dipaksa kembali

lik
menceritakan kejadian persetubuhan tersebut, dan selain itu dari lingkungan masyarakat
dapat dikucilkan apabila diketahui adanya perbuatan persetubuhan tersebut terlebih-lebih
am

ub
jika persetubuhan tersebut terjadi akibat suka sama suka, sehingga Pasal 287
KUHPidana mensyaratkan adanya pengaduan dari korban untuk dapat dilakukannya
penuntutan (termasuk delik aduan) ;
ep
k

----Menimbang, bahwa sehubungan dengan kasus persetubuhan suka sama suka yang
ah

dilakukan terhadap anak dalam perkara ini dihubungkan dengan tujuan dari pelaksanaan
R

si
perlindungan anak sebagaimana dimaksudkan dalam UU Nomor 22 tahun 2002 adalah
disebutkan dalam Pasal 2 UU Nomor 22 tahun 2002 tersebut yaitu Penyelenggaraan

ne
ng

perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak
Anak meliputi :

do
gu

a. non diskriminasi;
b. kepentingan yang terbaik bagi anak;
In
A

c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan


d. penghargaan terhadap pendapat anak.
ah

----Menimbang, bahwa menurut Penjelasan Pasal 2 UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang


lik

Perlindungan Anak tersebut, yang dimaksud dengan asas kepentingan yang terbaik bagi
anak adalah bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh
m

ub

pemerintah, masyarakat, badan legislatif, dan badan yudikatif, maka kepentingan


yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.
ka

----Menimbang, bahwa dalam perkara ini orangtua korban telah menyatakan


ep

pendapatnya demi kepentingan anaknya, mencabut pengaduannya dan mohon agar


ah

perkara ini dihentikan maka pendapat orangtua dari si anak tersebut dipandang Majelis
R

merupakan kepentingan yang terbaik bagi si anak ;


es

----Menimbang, bahwa pelaksanaan persidangan dalam perkara ini merupakan upaya


M

ng

penegakan hukum pidana sebagai pelaksanaan sistim peradilan pidana yang menurut
on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Barda Nawawi dalam Bahan Bacaan Kapita Selekta Hukum Pidana Tentang Kekuasaan

a
Kehakiman Dan Sistem Peradilan Pidana Terpadu (Integrated Criminal Justice System),

si
hal 7 Sistem Peradilan Pidana pada hakikatnya merupakan “sistem penegakan hukum
pidana” atau “sistem kekuasaan kehakiman di bidang hukum pidana”.

ne
ng
----Menimbang, bahwa menurut Pasal 2 ayat (2) UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman mengenai asas-asas Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman
menyebutkan bahwa Peradilan Negara menerapkan dan menegakkan hukum dan

do
gu
keadilan berdasarkan Pancasila.
----Menimbang, bahwa selanjutnya Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 48 Tahun 2009 tersebut

In
A
menggariskan Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat ;
ah

----Menimbang, bahwa ketentuan UU No.48 Tahun 2009 tersebut bersesuaian dengan

lik
pendapat para sarjana seperti yang diuraikan oleh Gustav Radbruch yang mengatakan
tujuan hukum pada umumnya atau tujuan hukum secara universal menggunakan asas
am

ub
prioritas sebagai tiga nilai dasar hukum yaitu : keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum ;
----Menimbang, bahwa Rusli Effendy dalam buku Teori Hukum, Hasanuddin
ep
k

Unviversity Press, Ujung Pandang 1991, h.79, mengemukakan bahwa tujuan hukum
ah

dapat dapat dikaji melalui tiga sudut pandang, yaitu :


R

si
1 Dari sudut pandang ilmu hukum normatif, tujuan hukum dititik beratkan pada
segi kepastian hukum.

ne
ng

2. Dari sudut pandang filsafat hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada segi
keadilan.
3. Dari sudut pandang sosiologi hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada

do
gu

segi kemanfaatan.
----Menimbang, bahwa maksud dari asas prioritas yang dikemukakan Gustav Radbruch
In
A

tersebut pertama-tama kita harus memprioritaskan keadilan barulah kemanfaatan dan


terakhir adalah kepastian hukum. Idealnya diusahakan agar setiap putusan hukum, baik
ah

yang dilakukan oleh hakim, jaksa, pengacara maupun aparat hukum lainnya, seyogyanya
lik

ketiga nilai dasar hukum itu dapat diwujudkan secara bersama-sama, tetapi manakala
tidak mungkin, maka haruslah diprioritaskan keadilan, kemanfaatan dan kepastian
m

ub

hukum.
----Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan di atas menunjukkan bahwa Hakim bukan
ka

hanya bertindak sebagai algojo dengan semata-mata menerapkan pidana penjara kepada
ep

para pelaku tanpa memperhatikan kepentingan korban, akan tetapi juga harus mengikuti
ah

dan memahami rasa keadilan yang dirasakan oleh korban dan pelaku (Pendapat BAGIR
R

MANAN dalam buku Memulihkan Peradilan Yang Berwibawa Dan Dihormati, Pokok-
es

Pokok Pikiran BAGIR MANAN dalam Rakernas, Penerbit IKAHI Tahun 2008, h.106.),
M

ng

sehingga apabila dalam suatu kasus pidana khususnya perkara susila apabila korban
on

Halaman 25 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
sudah merasa kepentingannya terjamin dengan perdamaian sehingga tidak ada lagi

a
keinginan untuk menuntut si pelaku ke persidangan maka keadaan tersebut diyakini

si
Majelis sebagai suatu yang adil bagi korban dan pelaku ;
----Menimbang, bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa penegakan hukum pidana

ne
ng
tidaklah semata-mata hanya mementingkan kepentingan negara/umum dalam arti harus
melaksanakan isi undang-undang, tetapi juga harus melakukan pendekatan individual
terhadap kasus-kasus individual dengan menitikberatkan kepentingan korban ;

do
gu
----Menimbang, bahwa pendapat Majelis tersebut bersesuaian dengan pendapat adanya
perubahan yang mendasar terhadap tujuan dari pemidanaan dari aliran klasik yang hanya

In
A
melihat pidana sebagai upaya untuk membalas dendam (pandangan retributif) kepada
teori pemidanaan relatif dimana tujuan pemidanaan dari segi manfaat atau kegunaannya
ah

(pandangan ulitarian) ;

lik
----Menimbang, bahwa diutamakannya penerapan pidana penjara dalam suatu undang-
undang menunjukkan bahwa undang-undang tersebut menganut aliran teori pemidanaan
am

ub
pembalasan atau retributif, dengan maksud untuk menjerakan si pelaku kejahatan
melalui institusi lembaga pemasyarakatan sehingga kemudian timbul suatu opini bahwa
makin lama si pelaku di dalam penjara maka masyarakat semakin aman.
ep
k

---Menimbang, bahwa UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagai


ah

salah satu sub sistem penegakan hukum pidana, yang menurut Barda Nawawi dalam
R

si
Makalah Sistem Pemidanaan Dalam Ketentuan Umum Konsep RUU KUHP 2004,
merupakan satu kesatuan sistem penegakan hukum yang bertujuan (Purposive system),

ne
ng

oleh karena dirumuskannya tentang pidana dan aturan pemidanaan dalam UU Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tersebut pada hakekatnya hanya merupakan alat/
sarana untuk mencapai tujuan ;

do
gu

----Menimbang, bahwa tujuan pidana merupakan bagian integral (sub sistem) dari
keseluruhan sistem hukum pidana disamping sub sistem tindak pidana,
In
A

pertanggungajawaban pidana (kesalahan) dan pidana, yang harus dirumuskan sebagai


sarana kontrol/pengendali dan petunjuk atau cara agar dalam penjatuhan pidana lebih
ah

jelas, terarah dan bermanfaat ;


lik

----Menimbang, bahwa didalam KUHPidana tidak ada dirumuskan tentang tujuan dan
pedoman pemidanaan, sehingga Majelis akan mempertimbangkan tentang tujuan dan
m

ub

pedoman pemidanaan menurut pandangan sarjana seperti yang termuat dalam RUU
KUHPidana 2005 yang walaupun belum merupakan hukum positip karena belum
ka

diundangkan tetapi karena rumusan RUU KUHPidana tersebut disusun oleh Ahli Hukum
ep

Pidana (merupakan pendapat ahli hukum) ;


ah

----Menimbang, bahwa didalam RUU KUHPidana 2005 tersebut dalam Pasal 54


R

disebutkan tentang tujuan pidana yaitu :


es

a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi


M

ng

pengayoman masyarakat;
on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
b. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang

a
yang baik dan berguna;

si
c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat; dan

ne
ng
d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

----Menimbang, bahwa berbagai tujuan hukum pidana yang dipaparkan oleh para ahli

do
tujuan
gu
hukum pidana yang dirumuskan dalam RUUKUHP lebih mendeskripsikan mengenai
yang bersifat pengayoman pada masyarakat dan mengembalikan
(menyembuhkan) pelaku (pelanggar atau penjahat) pada jalan yang benar (tidak

In
A
bertentangan dengan hukum yang berlaku). Tujuan hukum pidana juga melindungi
korban suatu tindak kejahatan. Penghukuman yang dijatuhkan pada pelaku merupakan
ah

lik
salah satu hak yang dituntut oleh pihak korban ;
----Menimbang, bahwa penjatuhan pidana sebagai salah satu hak yang dituntut oleh
pihak korban, tidak melepaskan hak dari korban apabila dalam persengketaan antara
am

ub
korban dan pelaku telah dapat diselesaikan dengan perdamaian dan diantara mereka
sudah tidak ada persoalan (konflik) lagi untuk mencabut pengaduannya;
ep
----Menimbang, bahwa tujuan untuk menyelesaikan konflik dengan memulihkan
k

kerugian bagi korban merupakan salah satu ciri dari aliran Restorative Justice System,
ah

yang menurut Muladi dalam Kapita Seleksi Hukum Pidana, Badan Penerbit Universitas
R

si
Diponegoro, Semarang, 1996, hlm. 125., restorative justice model mempunyai beberapa
karakteristik yaitu :

ne
ng

a. Kejahatan dirumuskan sebagai pelanggaran seorang terhadap orang lain dan diakui
sebagai konflik;

do
gu

b. Titik perhatian pada pemecahan masalah pertanggungjawaban dan kewajiban pada


masa depan;
c. Sifat normatif dibangun atas dasar dialog dan negosiasi;
In
A

d. Restitusi sebagai sarana perbaikan para pihak, rekonsiliasi dan restorasi sebagai
tujuan utama;
ah

lik

e. Keadilan dirumuskan sebagai hubungan-hubungan hak, dinilai atas dasar hasil;


f. Sasaran perhatian pada perbaikan kerugian sosial;
g. Masyarakat merupakan fasilitator di dalam proses restoratif;
m

ub

h. Peran korban dan pelaku tindak pidana diakui, baik dalam masalah maupun
ka

penyelesaian hak-hak dan kebutuhan korban. Pelaku tindak pidana didorong untuk
ep

bertanggung jawab;
i. Pertanggungjawaban si pelaku dirumuskan sebagai dampak pemahaman terhadap
ah

perbuatan dan untuk membantu memutuskan yang terbaik;


R

j. Tindak pidana dipahami dalam konteks menyeluruh, moral, sosial dan ekonomis;
es
M

k. Stigma dapat dihapus melalui tindakan restoratif.


ng

on

Halaman 27 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
----Menimbang, bahwa Majelis setuju dengan pendapat aliran hukum pemulihan

a
( Restorative Justice System), dengan alasan bahwa penjatuhan pidana penjara semata

si
tidak otomatis membuat pelaku jera dan korban mendapat keadilan karena apabila
dijatuhkan pidana penjara yang berat kepada pelaku harus melihat bagaimana sistem

ne
ng
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, dan hal ini menurut
Romli Atmasasmita, dalam buku Sistem Peradilan Pidana, Prespektif Eksistensialisme
dan Abolisionisme, Binacipta, Bandung, 1996, hlm. 101 merupakan penolakan terhadap

do
gu
sarana penal dan dalam konteks sistem sanksi pidana harus dicari alternatif sanksi yang
lebih layak dan efektif dari pada sanksi penjara ;

In
A
---Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari diterapkannya ketentuan tentang delik
aduan adalah dikarenakan pengertian pidana yang berarti nestapa atau penderitaan,
ah

penerapan hukum pidana berarti hukum memberikan penderitaan atau kenestapaan bagi

lik
orang yang melanggarnya, karena sifatnya yang memberikan penderitaan inilah hukum
pidana harus dianggap sebagai ultimum remedium atau sebagai obat yang terakhir
am

ub
apabila sanksi atau upaya-upaya hukum lain tidak mampu menanggulangi peristiwa yang
dianggap merugikan tersebut ;
----Menimbang, bahwa keadilan dapat lebih terasa apabila penyelesaian kasus tersebut
ep
k

diserahkan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung dengan nilai rasa saling
ah

menghormati dan saling mengasihi diantara sesama manusia dimana korban dan pelaku
R

si
dapat merekonsialisasikan konflik mereka dan memperbaiki luka akibat kasus susila
tersebut ;

ne
ng

----Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, dengan lebih


memfokuskan rasa keadilan bagi para pelaku dan korban dengan telah diselesaikannya
konflik diantara mereka yang dikuti dengan pencabutan pengaduan dari orangtua korban,

do
gu

maka hal tersebut merupakan perlindungan terhadap kepentingan anak yang menjadi
korban ;
In
A

----Menimbang, bahwa dengan diajukannya permohonan penghentian pemeriksaan


dengan pencabutan pengaduan oleh orangtua korban hal tersebut merupakan
ah

kepentingan yang terbaik bagi si anak yang menjadi korban, sehingga tujuan hukum
lik

memberikan keadilan dan kemanfaatan telah tercapai ;


----Menimbang, bahwa mengenai pencabutan pengaduan tidak diatur secara tegas dalam
m

ub

UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, akan tetapi UU Nomor 23 Tahun
2002 tersebut sebagai UU khusus tidak dapat terlepas dari Ketentuan Umum seperti yang
ka

diatur dalam Pasal 103 KUHPidana yang menyebutkan bahwa : “Ketentuan-ketentuan


ep

dalam Bab I sampai dengan Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan
ah

yang oleh ketentuan perundang-undangan yang lain diancam dengan pidana, kecuali bila
R

oleh undang-undang ditentukan lain”.


es

----Menimbang, bahwa dengan demikian maka pencabutan pengaduan dalam perkara ini
M

ng

harus memenuhi ketentuan Pasal 72 – 75 KUHPidana seperti yang telah


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
dipertimbangkan di atas tidaklah bertentangan dengan Pasal 75 KUHPidana sehingga

a
pencabutan tersebut dapat dipergunakan dalam pertimbangan perkara ini;

si
---- Menimbang, bahwa dengan dicabutnya pengaduan dalam perkara ini menunjukkan
bahwa diantara pelaku dan pihak korban sudah tidak ada sengketa lagi sehingga dengan

ne
ng
dicabutnya pengaduan dalam perkara menunjukkan bahwa orangtua korban sudah tidak
ingin melanjutkan pengaduannya sehingga hal tersebut menyebabkan gugurnya hak
Penuntut Umum untuk melakukan penuntutan dalam perkara ini ;

do
gu
---Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas maka alasan
eksepsi Penasehat Hukum terdakwa mengenai telah dicabutnya pengaduan dapat

In
A
diterima dan patut untuk menyatakan bahwa surat dakwaan dari Penuntut Umum dalam
perkara ini tidak dapat diterima ;
ah

---Menimbang, bahwa oleh karena persidangan perkara ini merupakan pelaksanaan dari

lik
hukum pidana formil untuk melaksanakan ketentuan hukum materil, dimana oleh karena
tujuan yang diharapkan dalam hukum materiil (UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
am

ub
Perlindungan Anak) telah tercapai yaitu dengan mengutamakan kepentingan yang
terbaik bagi si anak yang menjadi korban, menyebabkan persidangan dalam perkara ini
tidak dapat diteruskan lagi ;
ep
k

----Menimbang, bahwa menurut Pasal 2 ayat (4) UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang
ah

Kekuasaan Kehakiman mengenai asas-asas Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman


R

si
menyebutkan bahwa Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan
sehingga dengan tidak dapat diterimanya surat dakwaan Penuntut Umum sebagaimana

ne
ng

disebutkan dalam eksepsi maka perkara ini dihentikan pemeriksaannya ;


----Menimbang, bahwa dengan dihentikannya pemeriksaan perkara ini akibat surat
dakwaan Penuntut Umum tidak dapat diterima, maka putusan tentang eksepsi ini

do
gu

dianggap merupakan putusan akhir ;


----Menimbang, bahwa oleh karena merupakan putusan akhir dan berdasarkan uraian
In
A

pertimbangan di atas maka patut untuk menyatakan terdakwa dikeluarkan dari tahanan ;
---Menimbang, bahwa oleh karena merupakan putusan akhir maka tentang barang bukti
ah

dalam perkara ini yaitu :


lik

• 1 (satu) buah celana karet wanita ¾ berwarna hitam di bagian bawah celana terdapat
motif bunga ;
m

ub

• 1 (satu) buah baju kaos wanita merk ban sport Bossini bergaris-garis berwarna
ka

coklat, kuning dan merah ;


ep

• 1 (satu) buah celana wanita pink bergambar love warna merah dan bertuliskan love ;
• 1 (satu) bra wanita berwarna putih bertuliskan 99 campus.
ah

yang merupakan milik YUNIAR TRI ASTUTI maka barang bukti tersebut
es

dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak tersebut ;


M

ng

on

Halaman 29 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
------Menimbang, bahwa karena perkara dihentikan pemeriksaannya sehingga

a
merupakan putusan akhir maka biaya yang timbul sehubungan dengan perkara ini

si
dibebankan kepada negara ;
------- Mengingat pasal 156 ayat (2), dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

ne
ng
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Pasal 75, dan Pasal 287 dari
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHPidana), UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak serta pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan lain yang

do
gu
berhubungan dengan perkara ini ;

M E N G A D I L I :

In
A
1 Menyatakan keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa terhadap surat dakwaan
Penuntut Umum Nomor Register Perkara : PDM-18/NBIRE/12/2010, tertanggal 05
ah

lik
Januari 2011, atas nama terdakwa ERWIN ODIASIH tersebut diatas diterima untuk
sebagian ;
am

ub
2 Menyatakan surat dakwaan Penuntut Umum Nomor Register Perkara : PDM-18/
NBIRE/12/2010, tertanggal 05 Januari 2011, atas nama terdakwa ERWIN ODIASIH
tersebut tidak dapat diterima ;
ep
k

3 Memerintahkan Penuntut Umum untuk mengeluarkan terdakwa dari dalam tahanan


setelah putusan ini diucapkan ;
ah

R
4 Menetapkan barang bukti berupa :

si
• 1 (satu) buah celana karet wanita ¾ berwarna hitam di bagian bawah celana terdapat

ne
ng

motif bunga ;
• 1 (satu) buah baju kaos wanita merk ban sport Bossini bergaris-garis berwarna
coklat, kuning dan merah ;

do
gu

• 1 (satu) buah celana wanita pink bergambar love warna merah dan bertuliskan love ;
• 1 (satu) bra wanita berwarna putih bertuliskan 99 campus.
In
A

Dikembalikan kepada pemiliknya yaitu atas nama YUNIAR TRI ASTUTI ;


5 Membebankan biaya perkara kepada negara ;
ah

lik

-------Demikianlah diputuskan berdasarkan hasil musyawarah pada hari Rabu, tanggal 02


Februari 2011 oleh kami : NELSON PANJAITAN, S.H., sebagai Hakim Ketua dan
m

ub

WILSON SHRIVER, S.H. serta I.Y. ARIWIBOWO, S.H masing-masing sebagai Hakim
Anggota, putusan mana dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari dan
ka

tanggal tersebut oleh Hakim Ketua tersebut didampingi oleh WILSON SHRIVER, S.H.
ep

serta I.Y. ARIWIBOWO, S.H masing-masing sebagai Hakim-Hakim Anggota, dibantu


MARTA TASIK, sebagai Panitera Pengganti, dihadapan MUHAMAD SETYAWAN,
ah

S.H, Penuntut Umum dan terdakwa serta Kuasa Insidentilnya.—


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
HAKIM-HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA,

a
R

si
WILSON SHRIVER, S.H. NELSON PANJAITAN, SH.

ne
ng
I.Y. ARIWIBOWO, S.H.

PANITERA PENGGANTI,

do
gu

In
A
MARTHA TASIK
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Halaman 31 dari 28 Putusan No. 05/Pid.B/2011/PN.Nbe.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Anda mungkin juga menyukai