BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan.....................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
KAJIAN TEORI....................................................................................................4
2.1 Definisi Dissociative Identity Disorder (DID)......................................4
2.2 Kriteria Diagnostik Dissociative Identity Disorder (DID)..................4
2.3 Gejala.......................................................................................................5
2.4 Penyebab Dissociative Identity Disorder.............................................7
2.5 Prevalensi...............................................................................................8
2.6 Intervensi Pada Dissociative Identity Disorder.................................9
BAB III..................................................................................................................10
3.1 Analisa Kasus........................................................................................10
BAB IV..................................................................................................................13
Kesimpulan dan Saran........................................................................................13
4.1 Kesimpulan...........................................................................................13
4.2 Saran......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu contoh gangguan ini adalah kasus yang dialami oleh Jessica
Mayer. Wanita berkewarganegaraan Wales berusia 25 tahun, memiliki kondisi
yang dikenal sebagai Dissociative Identity Disorder (DID) dan menyebut
kepribadian lainnya sebagai 'alter'.
Jess berbagi hidupnya dengan empat orang lain, 'alter'nya, yang hidup di
dalam pikiran dan tubuhnya—lima identitas berbeda yang hidup di dalam
dirinya. Jess dan kepribadiannya yang lain layaknya seperti sebuah keluarga,
mereka semua memiliki hubungan satu sama lain dengan apa yang mereka
sebut sebagai 'inner world'. Semua identitas lainnya adalah laki-laki. Ada Jake,
2
pop-star/aktor Hollywood berusia 25 tahun; Jamie, seorang dokter berusia 27
tahun; Ollie, anak sekolah berusia 14 tahun; dan Ed, seorang penata rambut
punk-rock berusia 29 tahun.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
Kriteria DSM-IV-TR untuk Dissociative Identity Disorder:
2.3 Gejala
Gejala utama dalam Dissociative Identity Disorder adalah hadirnya
kepribadian lain yang berbeda, disebut sebagai 'alter'. Alter tersebut dapat
mengambil banyak bentuk dan melakukan banyak fungsi. Alter anak-anak
merupakan jenis alter yang paling umum. Alter yang bertingkah layaknya anak
kecil, yang tidak bertambah usia sebagaimana usia asli individunya. Trauma masa
kanak-kanak sering dikaitkan dengan perkembangan DID. Alter anak-anak
biasanya dibuat selama pengalaman traumatis untuk mengambil peran korban
dalam trauma, sedangkan kepribadian yang sebenarnya melarikan diri menuju
perlindungan alam bawah sadar. Selain alter anak-anak, individu yang mengalami
DID bisa menciptakan suatu alter dapat dibuat layaknya seperti 'kakak' untuk
melindungi kepribadian yang sebenarnya dari trauma.
5
lompat di depan truk dan kemudian “kembali ke dalam,” agar kepribadian yang
sebenarnya mengalami rasa sakit. Persecutor percaya bahwa mereka dapat
membahayakan kepribadian lain tanpa melukai diri mereka sendiri.
6
penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang pada usia dini. Mereka
cenderung menunjukkan banyak gejala post traumatic stress disorder (PTSD),
termasuk kewaspadaan tinggi, kilas balik ke trauma yang telah mereka alami,
mimpi buruk yang traumatis, dan respons mengejutkan yang berlebihan. Emosi
mereka tidak stabil, berganti-ganti di antara ledakan kemarahan, kesedihan yang
mendalam, dan kecemasan parah. Sebagian besar anak-anak dan banyak orang
dewasa dengan DID melaporkan suara-suara di dalam kepala mereka. Beberapa
melaporkan secara sadar bahwa tindakan atau kata-katanya dikendalikan oleh
orang lain
7
Identitas tersebut bukan kepribadian sejati dengan batasan yang jelas, melainkan
metafora yang digunakan oleh individu untuk memahami pengalaman subjektif
mereka. Beberapa studi sejarah keluarga menunjukkan bahwa DID dapat terjadi
pada beberapa keluarga (Coons, 1984; Dell & Eisenhower, 1990). Selain itu,
penelitian terhadap anak kembar dan anak adopsi telah menemukan bukti bahwa
kecenderungan untuk disosiasi secara substansial dipengaruhi oleh genetika.
(Becker-Blease et al., 2004; Jang, Paris, Zweig-Frank, & Livesley, 1998).
Mungkin kemampuan dan kecenderungan untuk berpisah sebagai respons koping
sampai batas tertentu ditentukan secara biologis.
2.5 Prevalensi
Perkiraan yang dapat dipercaya tentang prevalensi DID sulit didapat. Satu
studi pasien rawat inap psikiatri menemukan bahwa 1 persen dapat didiagnosis
dengan DID (Rifkin et al., 1998). Sebagian besar orang yang didiagnosis dengan
gangguan ini adalah wanita. Laki-laki dengan DID tampaknya lebih agresif
daripada perempuan dengan gangguan tersebut. Dalam sebuah penelitian, 29
persen pasien DID pria telah dihukum karena kejahatan, dibandingkan dengan 10
persen pasien wanita (Ross & Norton, 1989). Laporan kasus menunjukkan bahwa
wanita dengan DID cenderung memiliki lebih banyak keluhan somatik daripada
pria dengan gangguan ini dan mungkin terlibat dalam perilaku bunuh diri yang
lebih banyak (Kluft, 1987).
8
2. Terapi keluarga (family therapy). Dalam terapi ini, keluarga dilibatkan
untuk memahami tanda-tanda pengidap akan berubah kepribadian, untuk
membantu mengontrol dan menenangkan pengidap.
3. Terapi seni. Terapi seni dapat berupa melukis, menyanyi, bermusik, dan
sebagainya, yang bertujuan untuk membantu pengidap dalam
mengeksplorasi pikiran dan perasaannya.
4. Obat-obatan anti-depresan. Obat-obatan ini dapat digunakan untuk
membantu meringankan gejala yang dialami pengidap, tetapi bukan
sebagai terapi utama untuk mengatasi kepribadian ganda.
9
BAB III
Analisa Kasus
10
Jess mendiskripsikan dirinya sebagai wanita yang feminim, suka barang-
barang berwarna merah muda, gemar memakai make up.
Jake memiliki mata biru yang indah dan cerah layaknya bintang
Hollywood yang terkenal, memiliki tinggi 167 cm, berotot, memiliki aksen
Amerika yang sempurna dan dia sangat tampan.
Ed adalah seorang yang kidal, sangat berseni, dia sangat kreatif. Ed sering
menimbulkan kecemasan bagi Jess, karena ia sering menimbulkan luka
pada diri sendiri, mungkin lengan, pergelangan tangan, kaki, terutama di
paha. Alter ini biasa disebut sebagai ‘alter persecutor’, yakni alter
menimbulkan rasa sakit pada kepribadian lain dengan melakukan perilaku
menyiksa diri.
Ollie seorang remaja berumur 14 tahun yang moody, menyukai video
games, menonton youtube, kadang suka bersepeda. Ollie telah ada didalam
diri Jess sejak umur 7 tahun. Alter ini merupakan jenis alter yang paling
umum. Alter yang bertingkah layaknya anak kecil, yang tidak bertambah
usia sebagaimana usia asli individunya. Trauma masa kanak-kanak sering
dikaitkan dengan perkembangan DID.
Jamie sangat cerdas, memakai kacamata, tinggi 177 cm, rambut pirang,
mata hijau, dia sangat menawan dan memiliki aksen Inggris ketika
berbicara. Memiliki peran seperti caretaker, orang nomor dua yang sering
memberi saran atau memilih sesuatu, dia layaknya orang yang menjaga
semua kepribadian.
11
Jess mengembangkan identitas laki-lakinya sebagai cara untuk melindungi
dirinya setelah suatu peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak. Sesuatu yang
tidak ia ceritakan secara detail; "Dikelilingi laki-laki setiap saat—setiap harinya
membuat aku menjadi kurang waspada atau tidak takut terhadap laki-laki (pada
awalnya). Hingga akhirnya aku berpikir, 'jika aku laki-laki, peristiwa yang sudah
terjadi, tidak akan pernah terjadi'.", sama seperti penyebab DID kebanyakan, hal
ini diakibatkan sebagai hasil dari coping mechanism yang digunakan oleh orang-
orang yang dihadapkan dengan trauma yang tidak dapat ditoleransi bagi individu,
dimana sebagian besar kekerasan seksual dan / atau fisik pada masa kanak-kanak.
Pemicu utama pergantian alter pada diri Jess adalah ketika momen intimasi
bersama suaminya, dan saat intimasi terjadi, rasanya ia ingin sangat menjauhi hal
tersebut. Jess masih berusaha untuk mengatasi persoalan itu dengan cara
menjalani terapi dengan dokternya sampai sekarang. Saat momen intimasi tiba,
biasanya alter lain bernama Ed yang menggantikan perannya. Namun terkadang,
Jess dapat berganti alter kapan saja tanpa ada pemicunya.
12
selama bertahun-tahun aku akan memiliki bekas luka. Melukai diri sendiri,
mungkin lengan, pergelangan tangan, kaki, terutama dipaha. Butuh waktu
bertahun-tahun untuk sampai pada titik di mana aku mengerti bagaimana
mengelola dia sekarang, dan sebenarnya sampai dokter diagnosa aku berkata
'Anda harus berhenti memanggil Ed alter buruk, dia bukan alter buruk, itu cuma
salah paham'."
BAB IV
13
lebih kepribadian yang berbeda, yang mengubah kontrol mereka atas perilaku
individu. Individu dengan dissociative identity disorder sering terlibat dalam
perilaku destruktif dan self-mutilative. Sebagian besar kasus diagnosa DID adalah
perempuan, dan mereka cenderung memiliki riwayat pelecehan seksual dan / atau
fisik masa kanak-kanak. Kepribadian alternatif mungkin telah terbentuk selama
pengalaman traumatis sebagai cara untuk mempertahankan diri dari pengalaman-
pengalaman ini. Treatment DID biasanya membantu berbagai kepribadian
diintegrasikan ke dalam satu kepribadian fungsional.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nolen, Susan & Hoeksema. (2010). Abnormal Psychology, 5th Edition. McGraw-
Hill
14
Unandari, Dra, M.Psi & Rianasari, Ayu. Psikologi Abnormal & Psikopatologi.
(2019).Fakultas Psikologi Universitas Jendral Ahmad Yani
https://www.kompasiana.com/saniametha/56b77ad026b0bdc51633e90a/kepribadi
an-ganda-apa-itu?page=all (diakses 3 desember 2019, pukul 13.05)
https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C
%93&q=kepribadian+ganda (diakses 3 desember 2019, pukul 13.24)
15