Anda di halaman 1dari 55

Nama : Septi Ariyani Nur'ain

NIM : 1802036116
Mata Kuliah : Hak Kekayaan Intelektual
Judul Resume : Hak Paten I

A. Pengaturan Hak Paten di Indonesia


Pengaturan-pengaturan dalam kekayaan dan hasil dari pemikiran masyarakat
atau warga negara bahkan budaya yang terlahir sejak zaman dulu hingga
sekarang harus selalu dilestarikan dan dilindungi agar tetap terjaga dan selalu
ada sampai generasi-generasi penerus bangsa kita jangan sampai kekayaan kita
dan budaya yang telah ada dari turun temurun diambil oleh bangsa lain apalagi
negara-negara tetangga kita sendiri. Perkembangan teknologi yang sangat pesat
dizaman globalisai ini , menuntut kita sebagai warganegara indonesia ikut
dalam mengembangkan terobosan teknologi yang belum ada sebelumnya ,
yang pasti teknologi yang lebih canggih , efisien dan ramah lingkungan
pastinya .Hasil-hasil pemikiran bangsa kita harus dapat diakui kelegalannya
oleh pihak internasional yaitu dengan cara perlindungan Hak Paten ,
perlindungan ini sangat penting demi pengakuan bangsa kita dimata bangsa-
bangsa lain , demi membuktikan kepadanya bahwa bangsa kita juga bisa
mengikuti perkembangan teknologi , bukan hanya mengikuti tapi menciptakan
teknologi yang modern yang belum ada sebelumnya.Pengaturan Hak Paten
diatur oleh undang-undang kepemerintahan indonesia yang mendapftarkan
hasil-hasil pemikiran bangsanya kepada lembaga Hak Paten internasiaonal
dengan cara perancangan undang-undang dan pembuatan prosedure tata cara
pendaftarannya dan kategori-kategori perkembangannya .
B. Konvesi Internasional Hak Paten
Beberapa konvensi internasional tentang paten Konvensi paris (Paris convention
for the protection of industrial property). Konvensi paris mengatur tentang hak
milik perindustrian yang ditanda tangani di paris pada tanggal 20 maret 1883
dan telah dilakukan beberapa kali revisi dan penyempurnaan-penyempurnaan.
Yang menjadi objek perlindungan hak milik perindustrian menurut konvensi ini
adalah: Paten utility models (model dan rancang bamgun), industrial design
(desaim industri),trde mark (merek dagang), trade names (nama niaga/dagang),
indikation of source or appelation of origin (indikasi dan sebuah asal). Isi dari
konvensi paris dapat dibagi dalam tiga bagian penting yaaitu:Perihal prosedur,
prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman wajib bagi negara-negara anggota,
ketentuan-ketentuan perihal patenya sendiri. Perjanjian kerja sama paten (PCT)
,Patent Cooperation Treaty (PCT), didirikan pada tanggal 19 Juni 1970 di
Washington dalam suatu konperensi pada diplomat dari 78 negara dan 22
organisasi internasional. PCT telah diubah 2 kali yaitu pada tahun 1979 dan
tahun 1984 terhitung sejak tanggal 1 Januari 1988 sebanyak 40 negara telah
menyatakan tunduk kepada PCT. Tujuan permohonan internasional paten adalah
agar paten tersebut mendapat perlindungan di beberapa negara. Untuk itu si
pemohon harus mengajukanya di setiap negara dimana perlindungan itu
dikehendaki.
Dengan demikian setiap kantor peten nasional masing-masing negara harus
melaksanakan penelitian terhadap permohonan paten tersebut. Sistem ini tentu
banyak memerlukan pekerjaan, waktu dan biaya yang diperlukan. Pemecahan
permasalahan ininlah yang merupakan tujuan PCT.
Konvensi Budapest,Konvensi ini dibuat pada tahun 1977 dan
kemudian diubah pada tahun 1980. Konvensi ini berkaitan dengan paten-
paten yang mencakup penggunaan jasad renik baru. Persoalan bagi seorang
penemu adalah jika ingin mendapatkan perlindungan internasional, ia harus
memasukkan contoh dari jasad renik yang bersangkutan di negara yang
dimintakan perlindungan. Masalah ilmiah yang dipecahkan oleh konvensi
budapest yang memberikan kemungkinan untuk melakukan pemasukan
(deposit) tunggal jasad renik tersebut kepada badan penyimpanan
(depositry) internasional. Negara-negara yang mengadakan perjanjian dari
kantor-kantor wilayah seperti kantor urusan paten Eropa diwajibkan
melakukan hal itu untuk kepentingan undang-undan paten nasional mereka.
Pada saat ini terdapat 18 badan penerima dimaksud, misalnya Central
Bureau voor Scbimmelcultures Belanda. Konvensi Paten Eropa,Konvensi
ini dibuat pada tahun 1973 dan berlaku di 13 negara. Tujuanya adalah
menciptakan paten Eropa yang dapat diperoleh berdasarkan sebuah
permohonan dan berlaku dengan menerapkan persyaratan yang sama seperti
paten nasional di negara dimana perlindungan itu dimintakan. Hal ini berarti
paten Eropa merupakan himpunan paten nasional. Permohonanya harus
diajukan kepada kantor paten Eropa di munich atau cabangnya di Den Haag.
Menurut konvensi ini, jangka waktu paten selama 20 tahun. Paten ini dapat
dicabut tetapi hanya atas dasar alasan yang tercantum dalam konvensi tanpa
menghiraukan undang-undang nasional.
C. Ruang Lingkup Paten
Ruang lingkup hak paten sudah diatur dalam Undang-Undang No. 14 Tahun
2001 tentang paten,meliputi:
- penemuan yang dapat diberikan paten.
paten dapat diberikan bagi penemuan yang dapat diterapkan dalam bidang
industri, dan dapat diterapkan dalam industri, penemuan tersebut harus dapat
diproduksi atau dapat digunakan dalam berbagai jenis industri. mengenai
penemuan yang dapat diberikan paten juga bisa dilihat di pasal 2 UU No. 14
Tahun 2001.
- penemuan yang tidak dapat diberikan paten. penemuan yg tidak dapat diberikan
perlindungan paten adalah (UU paten, pasal 7): proses atau produk yang
pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum
atau kesusilaan. contoh: bahan peledak metode pemeriksaan, perawatan,
pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia/hewan.
- teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika.
- semua mahkluk hidup, kecuali jasad renik.
- proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali
proses mikrobiologis.
- subjek paten.
mengenai subjek paten pasal 10 Undang-Undang Paten No. 14 tahun 2001
menyebutkan: yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima
lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan.
- jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atau
invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang
bersangkutan.
D. Pelindungan Paten meliputi:
Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a diberikan untuk Invensi yang
baru, mengandung langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri. Paten
sederhana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b diberikan untuk setiap
Invensi baru, pengembangan dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat
diterapkan dalam industri.
E. Invensi yang dapat diberi Paten
Invensi dapat dipatenkan jika invensi tersebut:
1) Jika pada saat pengajuan permohonan Paten invensi tersebut tidak sama dengan
teknologi yang diungkapkan sebelumnya.
2) Mengandung langkah inventif. Jika invensi tersebut merupakan hal yang tidak
dapat diduga sebelumnya bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di
bidang teknik.
3) Dapat diterapkan dalam industri. Jika invensi tersebut dapat diproduksi atau
dapat digunakan dalam berbagai jenis industri.
F. Hak dan Kewajiban pemegang Paten
Hak dan kewajiban pemegang paten diatur dalam lima pasal. Mulai Pasal 19
hingga Pasal 23. Pemegang paten memiliki hak ekslusif dalam melaksanakan paten
yang dimilikinya. Bahkan, memiliki kewenangan melarang pihak lain
menggunakan hasil karya yang sudah dipatenkan tanpa persetujuannya. Misalnya
dalam hal paten produk, mulai dari membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,
menyewakan, menyerahkan hingga menyediakan barang untuk dijual, disewakan
produk yang diberi paten. Kemudian paten dalam hal pemprosesan sebuah hasil
karya, yakni mulai menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat
barang, atau tindakan lainnya. Hak ekslusif diberikan kepada pemegang paten
dalam jangka waktu tertentu dalam melaksanakan mandiri secara komersial.
Nama : Septi Ariyani Nur'ain
NIM : 1802036116
Mata Kuliah : Hak Kekayaan Intelektual
Judul Resume : Hak Paten II

A. Pengajuan permohonan paten


Untuk mendapatkan paten, suatu invensi harus memenuhi persyaratan
substantif, yaitu: baru (tidak boleh dipublikasikan dalam media manapun
sebelum permohonan patennya diajukan dan memperoleh Tanggal
Penerimaan); mengandung hal inventif; dan dapat diterapkan secara
industri. Inventor (pihak yang menghasilkan invensi) adalah pihak yang
paling berhak mendapatkan hak paten atas invensi yang dihasilkan.
Siapapun di luar inventor yang ingin memiliki hak paten atas invensi
tersebut harus terlebih dahulu memperoleh pengalihan hak secara tertulis
dari inventor. Kepemilikan Hak Paten ada batas waktunya.
Pemilik/Pemegang Hak Paten (Patentee), yang memiliki hak eksklusif
untuk melaksanakan invensi yang dipatenkan tersebut selama 20 tahun.
Setelah itu, invensi yang dimaksud akan menjadi milik umum dan dapat
dimanfaatkan oleh siapapun tanpa perlu izin dari pemegang paten. Paten
menganut prinsip teritorial, yang artinya perlindungan paten hanya berlaku
di negara di mana permohonan paten diajukan dan diberikan.
B. Lisensi paten
Indonesia sebagai Negara berkembang berusaha meningkatkan
kemajuan ekonomi yang perlu didukung oleh kemampuan suatu bangsa
dalam mengembangkan potensi dirinya untuk mewujudkan kemandirian.
Kepentingan utama dalam pembangunan tersebut adalah mempertahankan
kedaulatan perekonomian serta mengurangi ketergantungan ekonomi dari
pengaruh luar, tetapi tetap berdaya saing. Dengan pemahaman itu, salah satu
tantangan kemajuan ekonomi adalah mengembangkan aktivitas
perekonomian yang didukung oleh penguasaan dan penerapan teknologi,
termasuk adanya alih teknologi dengan cara Lisensi Paten. Dalam perjanjian
Lisensi tidak boleh memuat ketentuan baik langsung maupun tidak langsung
yang dapat merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan
yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan
mengembangkan teknologi pada umumnya dan yang berkaitan dengan
Invensi yang diberi Paten tersebut pada khususnya. Lisensi Paten harus
didaftarkan supaya mengikat pada pihak ketiga.
C. Pengumuman dan pemeriksaan substantif paten
Paten akan diberikan berdasarkan Permohonan yang diajukan oleh
Pemohon atau Kuasanya kepada Menteri secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan membayar biaya. Setiap Permohonan diajukan untuk satu
Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan Invensi yang
saling berkaitan. Permohonan Paten harus melampiri persyaratan-
persyaratan sebagai berikut:
1) Judul Invensi.
2) Deskripsi tentang Invensi, yang harus mengungkapkan secara jelas dan lengkap
tentang bagaimana Invensi tersebut dapat dilaksanakan oleh orang yang ahli di
bidangnya.
3) Klaim atau beberapa klaim Invensi, yang harus mengungkapkan secara jelas dan
konsisten atas inti Invensi.
4 ) Abstrak Invensi.
5) Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas
Invensi, jika.
6) Permohonan dilampiri dengan gambar.
7) Surat kuasa dalam hal Permohonan diajukan melalui Kuasa.
8) Surat pernyataan kepemilikan Invensi oleh Inventor.
9) Surat pengalihan hak kepemilikan Invensi dalam hal Permohonan diajukan oleh
Pemohon yang Bukan Inventor; dan.
10) Surat bukti penyimpanan jasad renik dalam hal Permohonan terkait dengan
jasad renik.
D. Pengumuman Dan Pemeriksaan Substantif Pendaftaran Paten
Permohonan Paten yang telah memenuhi persyaratan, maka Permohonan
Peten tersebut akan diumumkan dalam media elektronik maupun non
elektronik. Pengumuman dilakukan paling lambat 18 (delapan belas) bulan
sejak Tanggal Penerimaan atau tanggal prioritas dalam hal Permohonan
diajukan dengan Hak Prioritas. Nantinya, setiap orang dapat mengajukan
pandangan dan/atau keberatan secara tertulis kepada Menteri dengan
disertai alasan atas Permohonan Paten yang diumumkan. Kemudian,
Menteri akan menggunakan pandangan dan/atau keberatan, penjelasan,
dan/atau sanggahan tersebut sebagai tambahan bahan pertimbangan dalam
tahap pemeriksaan substantif. Permohonan pemeriksaan substantif diajukan
secara tertulis kepada Menteri dengan dikenai biaya dan harus diajukan
paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan.
Jika permohonan pemeriksaan substantif tidak diajukan dalam batas waktu
yang telah ditentukan atau biaya untuk itu tidak dibayar maka Permohonan
dianggap ditarik kembali. Apabila permohonan pemeriksaan substantif
diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu pengumuman, pemeriksaan
substantif dilakukan setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman. Dan
apabila permohonan pemeriksaan substantif diajukan setelah berakhirnya
jangka waktu pengumuman, pemeriksaan substantif dilakukan setelah
tanggal diterimanya permohonan pemeriksaan substantif tersebut.
E. Pembatalan dan pengalihan hak paten
Dalam UU Hak Cipta telah diatur mengenai pengalihan hak cipta. Pasal 16
ayat (2) UU Hak Cipta menyatakan bahwa hak cipta dapat beralih atau
dialihkan, baik seluruh maupun sebagian karena:
1) Pewarisan
2) Hibah
3)Wakaf
4) Wasiat
F. Ketentuan pidana hak paten
Undang- Undang no.14 Tahun 2001 tentang hak paten
Pasal 130
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten dengan
melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 16 dipidana
dengan pidana, penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak
500.000.000,00
Nama : Septi Ariyani Nur'ain
NIM : 1802036116
Mata Kuliah : Hak Keluarga Intelektual ( HES C4)
Judul Resume : Hak Merek I
Pertemuan ke : IX
Pada era globalisasi sekarang ini merek atau brand merupakan suatu asset
perusahaan yang sangat bernilai. Dimana merek perlu dikelola, dikembangkan,
diperkuat, dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan feedback pada
perusahaan yang kompetitif yang berkelanjutan.
Istilah merek atau brand dikenal berabad-abad yang lalu, dimana merek tau
praktik branding dalam bahasa inggris berasal dari kata brandr dalam bahasa yang
‘berarti to burn yang mengacu pada pengidentifikasian ternak (Blcket, 2003). Pada
abad 2000 SM. Merupakan suatu gambar atau cap dalam pembedaan barang.
Kemudian pada abad pertengahan sejumlah bisnis dikendalikan oleh sertifikat
pekerja yang memberikan semacam tanda sertifikasi kuaitas. Tanda semacam itu
kemudian menjadi entitas hukum dibeberapa Negara. Dan pada masa revosioner
industri (1830-1914) merek sebagai identitas produk manufaktur yang berkembang
pesat yang didukung oleh kemajuan industri. Pada abad 20 hukum merek dagang
telah mapan. Peranan merek dagang adalah untuk mengidentifikasi perancang atau
manufaktur spesifik, produk dan perusahaan.
Istilah Merek atau brand adalah suatu tanda yang dikenakan oleh perusahaan
(manufaktur atau jasa ) pada barang atau layanan yang dihasilkan sebagai tanda
pengenal. Merek merupakan frontliner sebuah produk, suatu tampilan awal yang
memudahkan konsumen untuk mengenali suatu produk. Sehingga dari penjelasan
diatas merek atau brand adalah suatu tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda yang digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan
jasa yang diproduksi dan dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan
lainya.
Fungsi utama merek atau brand dalam suatu industry adalah agar konsumen
dapat mencirikan suatu produk (manufaktur atau jasa) yang dimiliki oleh
perusahaan lain yang mirip atau serupa yang dimiliki oleh pesaingnya. Berikut
merupakan fungsi utama dari sebuah merek :
Merek sebagai identitas suatu produk dan sebagai jaminan kualitas pada suatu
produk dengan produk yang sama.
Merek atau brand merupakan sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil
produksi yang dihasilkan seseorang atau perusahaan secara bersama-sama
Merek atau brand juga berfungsi sebagai alat promosi, sehingga merek menjadi
nilai tambah bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam memelihara dan
meningkatkan kualitas.
Jenis-jenis merek atau brand
1) Merek dagang
Merek dagang merupakan merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara mersama-sama atau
badan hokum untuk membedakan dengan barang barang lain yang sejenis.
2) Merek jasa
Merek jasa merupakan merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
perusahaan atau seseorang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa lainya.
3) Merek kolektif
Merek kolektif merupakan merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan
karakteristik yang sama, yang diperdagangkan oleh seseorang atau perusahaan atau
badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa
sejenis lainya.
4) Merek sertifikasi
Merek sertifikasi merupakan merek yang digunakan untuk membedakan barang dan
jasa yang mengikuti serangkaian standar-standar dan telah disahkan oleh otoritas
yang memberikan sertifikat.
Itikat baik pada pendaftaran merek
Itikad baik dalam pendaftaran merek merupakan awal dari diajukannya
permohonan pendaftaran merek dan merek terkenal di lndonesia. Hal ini sesuai
dengan Pasal 4 Undang-undang nomor 15 tahun 2001 yaitu merek tidak dapat
didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak
baik.
Daya pembeda pada merek
Salah satu unsur utama dari merek adalah memiliki daya pembeda yang mana daya
pembeda adalah indikator untuk mempermudah mengetahui perbedaan suatu
merek, daya pembeda ini dapat dilihat dari apakah dalam suatu merek terdapat
persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek lain.
Berdasarkan Pasal 21 UU MIG, alasan suatu permohonan pendaftaran merek akan
ditolak yaitu jika memiliki kesamaan pada pokoknya atau keseluruhanya dengan:
1) Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain
untuk barang dan/atau jasa sejenis;
2) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
3) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang
memenuhi persyaratan tertentu; atau Indikasi geografis terdaftar.
Nama : Septi Ariyani Nur'ain
NIM : 1802036116
Mata Kuliah : Hak Kekayaan Intelektual
Judul Resume : Hak Merek II
Pertemuan ke : X

A. Pendaftaran Merek
Hak merek adalah perlindungan bagi pemilik merek yang terdaftar di DJKI. Dengan
mempunyai salah satu bentuk perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) itu,
pemiliknya bisa memakai merek dagang/bisnis secara eksklusif. Merek bisa berupa
tanda yang dapat ditampilkan secara grafis, seperti gambar, logo, nama, kata, huruf,
angka, susunan warna, dalam bentuk dua atau dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut.
Fungsi merek adalah membedakan barang atau jasa yang diproduksi oleh orang
maupun badan hukum dalam kegiatan bisnis perdagangan barang/jasa. Adapun
pembeda merek dengan milik pihak lain bisa berupa: gambar, kata, nama, frasa,
angka, warna hingga kalimat,atau kombinasi unsur-unsur tersebut. Setiap merek
bisa didaftarkan ke DJKI asal tidak sama dengan milik pihak lain yang terdaftar.
Apabila sudah didaftarkan, pemilik merek bisa melarang pihak lain
menggunakannya. Merek yang terdaftar di DJKI dapat memperoleh perlindungan
hukum selama 10 tahun sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Masa
perlindungan itu pun dapat diperpanjang.
B. Jangan Waktu Perlindungan Merek
Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan merek
bersangkutan. Atas permohonan pemilik merek jangka waktu perlindungan merek
terdaftar dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka waktu yang sama.
C. Pengalihan Merek
Pengalihan hak atas merek terdaftar diatur dalam Undang-Undang No. 15 Tahun
2001 tentang Merek (“UU No. 15/2001”). Merek adalah tanda yang berupa gambar,
nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, sususan warna, atau kombinasi dari unsur-
unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
Pengalihan hak atas merek terdaftar terjadi karena disebabkan oleh hal-hal seperti
berikut:
a) pewarisan;
b) wasiat;
c) hibah;
d) perjanjian; atau
e) Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pengalihan hak atas merek wajib dicatat dalam Daftar Umum merek, melalui
permohonan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (“Ditjen HKI”),
yang disertai dengan dokumen-dokumen pendukung antara lain seperti sertifikat
merek.
Pengalihan hak atas merek terdaftar yang telah dicatat akan diumumkan dalam
Berita Resmi merek. Pengalihan hak atas merek terdaftar hanya akan dicatat oleh
Ditjen HKI apabila permohonannya telah disertai dengan pernyataan tertulis dari
penerima pengalihan bahwa merek tersebut akan digunakan untuk keperluan
perdagangan barang dan/atau jasa.
Pengalihan hak atas merek terdaftar, tidak akan berakibat hukum apabila tidak
dicatatkan pada daftar umum merek.

D. Penghapusan Pendaftaran Merek


Merek terdaftar dapat dihapuskan karena empat kemungkinan yaitu:
1. Atas prakasa DJHKI;
2. Atas permohonan dari pemilik merek yang bersangkutan;
3. Atas putusan Pengadilan berdasarkan gugatan penghapusan;
4. Tidak diperpanjang jangka waktu pendaftaran mereknya.
Alasan Penghapusan Merek Terdaftar Oleh DJHKI
1. merek terdaftar tidak digunakan selama 3 tahun berturut-turut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian
terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh DJHKI, seperti:
larangan impor, larangan yang berkaitan dengan ijin bagi peredaran barang yang
menggunakan merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang berwenang
yang bersifat sementara, atau larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah;
2. Merek digunakan untuk jenis barang/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis
barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya, termasuk pemakaian merek
yang tidak sesuai dengan pendaftarannya.
Batalnya Merek yang Telah Terdaftar
Merek terdaftar dapat dibatalkan berdasarkan putusan Pengadilan Niaga yang
berkekuatan hukum tetap atas gugatan pihak yang berkepentingan dengan alasan
berdasarkan Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 UUM.
E. Pelanggaran Hak atas Merek dan Mekanisme Penyelesaiannya
Gugatan atas merek dapat terjadi apabila ada pihak lain selain pemilik merek yang
secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhannya untuk barang atau jasa sejenis. Pihak yang berhak mengajukan
gugatan atas merek adalah pemilik merek dan penerima lisensi merek terdaftar.
Penerima lisensi merek terdaftar dapat mengajukan gugatan sendiri-sendiri ataupun
bersama-sama dengan pemilik merek yang bersangkutan. Gugatan yang diajukan
berupa:
a. Gugatan ganti rugi dan/atau
b. Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek
tersebut.
Nama : Septi Ariyani Nur'ain
NIM : 1802036116
Mata Kuliah : Hak Kekayaan Intelektual (HES C4)
Judul Resume : Desain Industri
Pertemuan ke : XI

Desain industri merupakan salah satu bagian Hak Kekayaan Intelektual,


mengingat adanya tumpang tindih antara desain industri dan bagian Hak atas
Kekayaan Intelektual lainya. Selain itu terdapat beberapa konsep hukum mengenai
Hak atas Kekayaan Intelektual lain seperti hak paten dan hakcipta yang juga
digunakan dalam desain industri.
Desain Industri telah terjadi proses pendaftaran desain industry yang
dilakukan melalui kantor pendaftaran desain industri di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual, selanjutnya perlindungan akan diberikan hanya terhadap
desain industri yang didaftarkan.
Hak Desain Industri sebagai hak milik dapat dialih tangankan, baik
seluruhnya maupun melalui hibah, pewaris, wasiat, maupun dengan cara perjanjian
dalam bentuk akta notaris, atau sebab lain. Berdasarkan Pasal 1 angka 11 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2000). Pengalihan hak desain industri dibagi menajdi dua
bagian yaitu:
1. Pengalihan Non Lisensi. Hak desain industry secara non lisensi dapat
diperalihkan dengan alasan pengalihan atau penyerahan hak kepada pihak lain,
ini berarti yang beralih adalah hak ekonominya. Sedangkan hak moralnya tetap
melekat pada pendesain. Peralihan hak desain industri dapat beralih atau
dialihkan dengan cara di Pewarisan, Hibah, Wasiat, Perjanjian tertulis, dan
Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peratuan perundang undangan.
Pengalihan terhadap hak desain industri di atas harus disertai dengan dokumen
tentang pengalihan hak dimana segala bentuk pengalihan hak Desain Industri
wajib dicatat dalam daftar umum desain industri pada Direktorat Jenderal
dengan membayar biaya akan tetapi pengalihan Hak Desain Industri yang tidak
dicatatkan dalam daftar umum desain industry tidak berakibat hukum pada pihak
ketiga.
2. Pengalihan Dengan Lisensi : pemegang Hak Desain Industri berhak memberikan
lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian lisensi untuk melaksanakan
semua perbuatanyangdisepakati berdasarkan hokum atau undang undangtentang
Hak Desain Industri. Perjanjian lisensi wajib dicatatkan dalam daftar umum
desain industri. Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan, baik langsung
maupun tidak langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan
perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat.
Desain Industri yang telah mendapatkan hak desain industri dapat juga
diajukan pembatalannya. Pembatalan desain industri dapat diajukan oleh pemegang
hak desain industri itu sendiri ataupun gugatan dari pihak lain. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pembatalan desain industri, yaitu :
a. Tidak dilakukannya pemeriksaan substantif terhadap pendaftaran desain
industri.
b. Tidak dipenuhinya unsur kebaruan (novelty) dalam suatu desain industri.
c. Tidak adanya penjelasan persamaan pada pokoknya dalam Undang-Undang
Desain Industri.
Penyelesaian Sengketa Terhadap Pelanggaran Perjanjian Lisensi Desain
Industri Penyelesaian sengketa ini dapat diselesaikan melalui jalur litigasi atau
melalui Pengadilan dan dapat pula dilakukan melalui non litigasi atau diluar
Pengadilan.
1. Penyelesaian sengketa melalui litigasi
Ketentuan tentang mekanisme penyelesaian sengketa diatur secara khusus dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 pada Bab VIII. Ketentuan ini
menyangkut penyelesaian terhadap kasus-kasus desain industri dari segi perdata
karena penyelesaian secara pidana. pada prinsipnya mengatur bahwa pemegang
hak desain industri atau penerima lisensi dapat menggugat siapa pun yang
dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan membuat, memakai,
menjual, mengimpor. mengekspor dan atau mengedarkan barang yang diberi hak
desain industri melalui gugatan ganti rugi dan atau penghentian semua perbuatan
yang merupakan pelanggaran tersebut yang diajukan ke Pengadilan Niaga.
2. Penyelesaian Sengketa Melalui Non Litigasi
Sengketa desain industri dapat juga diselesaikan melalui Alternative
Dispute Resolution (ADR) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa. ADR menawarkan keuntungan
tentang sebuah prosedur tunggal, menghadapi litigasi multiyurisdiksi untuk
menyelesaikan sengketa. Lebih lanjut prosedur tunggal dapat disesuaikan
menurut keinginan para pihak dan keputusan yang berdasarkan pada pilihan
netral oleh para pihak sendiri. Penyelesaian sengketa diluar jalur pengadilan
juga diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri yang diatur dalam Pasal 47 yaitu selain penyelesaian
gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 para pihak dapat
menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternative
penyelesaian sengketa. Pasal 47 Selain penyelesaian gugatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 para pihak dapat menyelesaikan perselisihan
tersebut melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Yang
dimaksud dengan "alternatif penyelesaian sengketa" adalah negosiasi,
mediasi, konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan
undang-undang yang berlaku
Nama : Septi Ariyani Nur'ain
NIM : 1802036116
Mata kuliah : Hak Atas Kekayaan Intelektual (HES)
Judul resume : Rahasia dagang
Pertemuan RPS : XII

Sejarah timbulnya Rahasia Dagang dimulai pada abad ke 19.undang-undang


tentang Rahasia Dagang ini baru diundang-undangkan pada 20 Desember 2000
dalam UU No.30/2000, sehingga secara efektif Undang-undang ini belum berlaku
terutama yang berhubungan dengan pencatatan lisensi dan pengalihan hak Rahasia
Dagang karena institusi yang menangani masalah ini saat ini belum terbentuk.
Sesuai dengan ketentuan umum yang ada dalam UU Rahasia Dagang, bidang ini
berasa dalam kewenangan Direktorat Jendral Hak Kekayaan intelektual.
Rahasia dagang memiliki berbagai ruang cakupan lingkup rahasia dagang. Berikut
merupakan ruang lingkup rahasaia dagang yaitu :
a. Subjek Rahasia Dagang adalah pemilik rahasia dagang. Pemilik rahasia dagang
memiliki hak untuk :
1. Menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya
2. Memberi lisensi kepada pihak lain atau melarang pihak lain untuk
menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu
kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial.
b. Obyek ruang lingkup Rahasia Dagang.
Menurut undang-undang No. 30 Tahun 2000 Pasal 2, obyek ruang
lingkup Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan atau informasi lain di bidang tekhnologi dan/atau bisnis yang
memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.
c. Lama perlindungan
Beberapa alasan atau keuntungan penerapan Rahasia Dagang
dibandingkan Paten adalah karya intelektual tidak memenuhi persyaratan
paten, masa perlindungan yang tidak terbatas, proses perlindungan tidak
serumit dan semahal paten, lingkup dan perlindungan geografis lebih luas.
Hak atas Rahasia Dagang seperti hak atas kekayaan intelektual yang lain,
merupakan benda bergerak tidak berwujud oleh karenanya dapat beralih atau
dialihkan dengan :
d. Pewarisan
e. Hibah
f. Perjanjian Tertulis atau
g. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pengalihan Hak Rahasia Dagang wajib didaftarkan pada Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang
kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pembelian hak (izin)
untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Perjanjian pemberian
lisensi/izin pada pihak lain untuk mempergunakan Rahasia Dagang atau
mengungkapkan Rahasia Dagang itu untuk kepentingan yang bersifat komersial
harus dibuat secara tertulis dan didaftarkan atau dicatatkan pada Direktorat Jenderal
HKI.
Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat merugikan
perekonomian di Indonesia atau yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perjanjian
lisensi menimbulkan kewajiban bagi si penerima lisensi untuk menjaga
kerahasiaannya.

Penyelesaian sengketa dan pelanggaran rahasia dagang.


Bagaimana cara menyelesaikan sengketa terkait rahasia dagang, hal tersebut telah
diatur dalam Pasal 11 dan Pasal 12 UU Rahasia Dagang. Menurut ketentuan
tersebut, terdapat 3 cara menyelesaikan sengketa rahasia dagang, yakni:
1.Mengajukan Gugatan perdata yang disertai tuntutan kompensasi ataupun ganti
rugi atas pelanggaran rahasia dagang
2.Melaporkan sebagai tindak pidana akibat adanya tindak pidana terhadap
pemegang hak atau penerima lisensi hak rahasia dagang
3.Melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa apabila terjadi sengketa
dalam melaksanakan perjanjian yang berkaitan dengan rahasia dagang.
Dari ketiga pilihan di atas, penyelesaian sengketa rahasia dagang melalui arbitrase
atau alternatif penyelesaian sengketa dianggap cara yang paling tepat karena
masalah Hak Kekayaan Intelektual khususnya rahasia dagang merupakan masalah
perdata yang penyelesaiannya perlu dilakukan secara efektif dan efisien serta
dilakukan secara tertutup. Selain itu, dengan memilih jalur arbitrase atau alternatif
penyelesaian sengketa maka hanya para pihak yang bersengketa saja yang
mengetahui perkara tersebut, sehingga tidak ada kekhawatiran kehilangan hak
rahasia dagangnya apabila perkara ini diselesaikan di pengadilan yang dapat
diketahui masyarakat luas.

Pelanggaran rahasia dagang terjadi apabila


Pelanggaran Rahasia Dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja
mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang
bersangkutan. Untuk mengatasi adanya pelanggaran tersebut maka amat diperlukan
perlindungan hukum bagi pemilik dan atau pemegang HAKI yang bersangkutan.
Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang yang
dimilikinya, maka ia sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain sebagai
penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak
Rahasia Dagang. Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain
apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang pihak
lain atau melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau Pasal
14 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Nama : Septi Ariyani Nur'ain
Nik : 1802036116
Mata kuliah : Hak Atas Kekayaan Intelektual (HES)
Judul resume : Perlindungan varietas tanaman
Pertemuan RPS : XIII

Perlindungan varietas tanaman atau PVT adalah perlindungan kusus yang


diberikan Negara, dalam hal ini diwakili oleh pemerintah dan pelaksananya
dilakukan oleh kantor perlindungan varietas tanaman, terhadap varietas tanaman
yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiataan pemuliaan tanaman.
Sehingga ketentuan secara umum Hak perlindungan varietas tanaman adalah hak
khusus yang diberikan Negara kepada pemulia atau pemegang hak perlindungan
varietas tanaman untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau
memberi persetujuan kepada orang atau badan hokum lain untuk menggunakan
selama waktu tertentu.
Perlindungan hal varietas tanaman dalam undang-undang perlindungan
varietas tanaman Indonesia jangka waktu yang diberikan terhadap PVT yaitu 20
tahun untuk tanaman semusim dan 25 tahun untuk tanaman tahunan. Jangka waktu
PVT dihitung mulai sejak tanggal pemberian perlindungan PVT diberikan.
Sedangkan dalam pengajuan pemohonan hak PVT secara lengkap diterima oleh
pihak kantor PVT sampai dengan diberikan hak tersebut, maka perlindungan
terhadap PVT kepada pemohon diberikan perlindungan sementara sampai
mendapatkan Hak PVT secara resmi.
Dalam hak dan kewajiban pemegang hak perlindungan varietas tanaman
pemegang hak PVT memiliki hak untuk menggunakan dan memberikan
persetujuan kepada orang atau badan hokum lain untuk menggunakan varietas
tanaman berupa benih dan hasil panen yang digunakan untuk propagasi. Tujuan
dari ketentuan memberikan persetujuan tersebut berlaku untuk varietas tanaman
esensial yang berasal dari suatu varietas yang dilindungi atau varietas yang telah
terdaftar dan diberi nama. Varietas asal untuk menghasilkan varietas turunan
asensial harus telah diberi nama dan didaftarkan oleh pemerintah.
Permohonan hak PVT diajukan kepada Kantor PVT secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dengan membayar biaya yang besarnya ditetapkan oleh Menteri.
Pengajuan permohonan perlindungan Varietas tanaman dalam surat permohonan
hak PVT harus memuat:
a. tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;
b. nama dan alamat lengkap pemohon;
c. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemulia serta nama ahli waris
yang ditunjuk;
d. nama varietas;
e. deskripsi varietas yang mencakup asal-usul atau silsilah, ciri-ciri morfologi,
dan sifat-sifat penting lainnya;
f. gambar dan/atau foto yang disebut dalam deskripsi, yang diperlukan untuk
memperjelas deskripsinya.
Dalam hal permohonan hak PVT diajukan oleh:
a. orang atau badan hukum selaku kuasa pemohon harus disertai surat kuasa
khusus dengan mencantumkan nama dan alamat lengkap kuasa yang
berhak;
b. ahli waris harus disertai dokumen bukti ahli waris.
Nama : Septi Ariyani Nur'ain
NIM : 1802036116
Mata kuliah : Hak Atas Kekayaan Intelektual (HES)
Judul resume : Desain tata letak sirkuit terpadu
Pertemuan RPS : XIV

Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen
tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta
dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan
untuk menghasilkan fungsi elektronik.
a. Desain Tata Letak
Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen
aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan
peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit
Terpadu.
b. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada
pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut

Ruang lingkup desain tata letak sirkuit terpadu


a. Subyek DTLST
Penemu desain tata letak sirkuit terpadu disebut pendesain. Pendesain adalah
seorang atau beberapa orang yang menghasilkan Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak ekslusif yang
diberikan oleh negara kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuan kepada pihak lain
untuk melaksanakan hak tsb. Dengan demikian yang memperoleh hak atas suatu
desain selain pendesain adalah yang menerima hak tersebut dari pendesain. Yang
berhak memperoleh hak DTLST adalah pendesain, atau beberapa pendesain dalam
hal bekerja bersama (Pasal 5). Pasal 6 menjelaskan bahwa yang dalam hal hubungan
dinas yaitu pegawai negeri dan instansi terkait adalah instansi yang bersangkutan.
Hal ini dimaksudkan agar suatu desain yang dibuat berdasarkan pesanan , misalnya
instansi pemerintah, tetap dipegang oleh instansinya selaku pemesan, kecuali
diperjanjikan lain. Ketentuan ini itidak mengurangi hak pendesain untuk
mengkalim haknya apabila DTLST digunakan untuk hal-hak di luar hubungan
kedinasan tersebut. Bila DTLST dibuat atas hubungan kerja, yaitu hubungan di
lingkungan swasta, atau hubungan individu dengan pendesain, orang yang
membuat adalah pendesain dan pemegang hak, kecuali diperjanjikan lain.
b. Obyek DTLS
Obyek DTLST yang dilindungi adalah yang orisinial. Yang dimaksud dengan
orisinal adalah apabila desain tersebut merupakan hasil karya pendesain itu sendiri
dan bukan merupakan tiruan dari hasil karya pendesain lain. Artinya desain tersebut
merupakan hasil karya mandiri pendesain. Dan, pada saat desain itu dibuat bukan
merupakan hal yang umum bagi para pendesain. Selain orisinal desain itu harus
mempunyai nilai ekonomis dan dapat diterapkan dalam dunia industri secara
komersial.
c. Hak Eksklusif Dan Hak Moral
Hak DTLST diberikan atas dasar Permohonan (Pasal 9). Hak eksklusif yang
dipegang adalah untuk melaksanakan hak tersebut sendiri (Pasal 8 ayat (1) dan
dapat :
1) melarang orang lain untuk tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual,
mengimport, mengeksport, dan atau
2) mengedarkan barang yang didalamnya terdapat seluruh atau sebagian desain
yang telah diberi Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
3) kecuali untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak
merugikan kepentingan pemegang Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tsb.
Hak moral seorang pendesain adalah hak pencantuman nama pendesain dalam
sertifikat, Daftar Umum, Berita Resmi DTLST, sekalipun hak ekonominya sudah
dialihkan seluruh atau sebagian kepada pihak lain.
Pendaftaran desain tata letak sirkuit terpadu
pendaftaran diatur di dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 28 Undang-Undang No.
32 Tahun 2000 tentang DTLST. Pendaftaran dilakukan dengan permohonan. Pada
prinsipnya permohonan dapat dilakukan sendiri oleh pemohon. Khusus, untuk
pemohon yang bertemnpat tinggal di luar Indonesia, permohonan harus diajukan
melalui kuasa. Hak ini untuk mempermudah pemohon yang bersangkutan, antara
lain mengingat dokumen permohonan seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia.
Di samping itu, domisili pemohon harus di Indonesia. Dengan demikian syarat ini
dapat diatasi dengan adanya kuasa hukum dari Indonesia. Permohonan hanya untuk
satu desain (Pasal 11). Pemohon dari luar Indonesia harus mengajukan permohonan
melalui kuasa hukumnya dan memilih domisili hukum di Indonesia.

Pengalihan hak dan lisensi sirkuit terpadu


Hak DTLST adalah hak eksklusif yang diberikan negara jepada pendesain atas hasil
kreasinya, yang untuk waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan
persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.
Beberapa cara pengalihan hak :
a. Pengalihan Hak
Pengalihan HDTLST harus disertai dengan dokumen pengalihan hak dan dicatat
pada Daftar Umum Hak DTST. Seperti HKI lainnya Hak Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu dapat beralih atau dialihkan dengan:
1) Pewarisan
2) Hibah
3) wasiat
4) Perjanjian tertulis atau
Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan.
b. Lisensi
Hak atas DTLST selain dapat dialihkan dengan cara di atas, dapat juga dialihkan
dengan perjanjian lisensi. Pemegang Hak pemberi lisensi tetap dapat melaksanakan
sendiri haknya dan tetap dapat memberi lisensi pada pihak lain kecuali
diperjanjikan lain. Perjanjian lisensi harus dibuat secara tertulis dan tidak boleh
memuat ketentuan yang dapat merugikan perekonomian Indonesia atau
mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat sebagaimana diatur dalam
peraturan per-undang – undangan yang berlaku. Perjanjian lisensi seperti perjanjian
pengalihan hak wajib didaftarkan pada DTLST. Perjanjian lisensi yang tidak
didaftar tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga.
Nama : Septi Ariyani Nur'ain
Nik : 1802036116
Mata kuliah : Hak Atas Kekayaan Intelektual (HES)
Judul resume : Kontrak lisensi pada hak kekayaan intelektual
Pertemuan RPS : XV

Perjanjian lisensi hak kekayaan intelektual merupakan perjandian dimana hal yang
diperjanjikan dalam perjanjiannya merupakan pemberian izin oleh pemberi lisensi
kepada penerima lisensi untuk memanfaatkan atau mengghunkan suatu kekayaan
intelktual yang dipunyai pemberi lisensi berdasarkan syarat-syarat tertentu dan
dalam jangka waktu tertentu yang biasanya disertai imbalan berupa royaliti.
Secara umum, perjanjian lisensi mempunyai beberapa tipe diantaranya :
1. Lisnsi eksklusif :pemberi lisensi hanya memberikan lisensi Hak kekayaan
intelektual kepada satu pihak dalam suatu daerah dan jangka waktu yang
ditentukan
2. Lisensi Non-Eksklusif : pemberi lisensi memberikan lisensinya Hak kekayaan
intelektual kepada beberapa pihak dalam suatu daerah dan jangka waktu yang
ditentukan.
3. Lisnsi penuh : pemberi lisensi membrikan lisnsi kepada penerima lisensi untuk
memanfaatkan atau menggunakan seluruh hak dari Hak kekayaan intelektual
yang dimiliki oleh pemberi lisensi.
4. Lisensi sebagian : pemberi lisensi memberikan lisensi kepada penerima lisensi
untuk hanya memanfaatkan atau menggunakan sebagian hak dari Hak
kekayaan intelektual yang dimiliki oleh pemberi lisensi.
5. Lisensi bebas : pemberian lisensi dilakukan dengan adanya pembayaran
royaliti oleh penerima lisensi
6. Lisensi royaliti :pemberian lisensi dilakukan dengan adanya pembayaran
royaliti oleh penerima lisensi
7. Lisensi paksa : lisensi yang diberikan tidak secara sukarela oleh pemilik atau
pemegang Hak kekayaan intelektual yang dilisensikan secara paksa tersebut,
melainkan diberikan oleh suatu badan nasional yang berwenang.
Dasar kontrak lisensi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2018 tentang Pencatatan
Perjanjian Lisensi Kekayaan Intelektual, adalah pelaksanaan amanat dari Beberapa
Undang-Undang di bidang kekayaan intelektual mendelegasikan mengenai
perlunya pencatatan Lisensi dalam peraturan pelaksanaannya, yaitu Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000
tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten, dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Dengan pertimbangan untuk efisiensi, efektifitas, dan simplifikasi mengenai
pencatatan perjanjian Lisensi kekayaan intelektual diatur dalam 1 (satu) Peraturan
Pemerintah.
Jenis kontrak lisensi
1. Lisensi Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HKI
Salah satu jenis lisensi hak atas kekayaan intelektual, seperti lisensi pada software
komputer, yang memberi lisensi ini akan memberikan suatu hak pada para
pengguna untuk bisa memakai software.
Lisensi atas hak intelektual ini juga biasanya memiliki beberapa peraturan di
dalamnya seperti syarat dan ketentuan, daerah penggunaan, pembaruan dan
berbagai syarat – syarat lainnya yang sudah ditentukan oleh pemilik lisensi tersebut.
2. Lisensi Bidang Pendidikan
Biasanya pada lisensi jenis ini yaitu akan berbentuk gelar akademis, seperti sebuah
perguruan tinggi atau juga universitas sebagai yang mempunyai lisensi akan bisa
memberikan gelar pada seseorang untuk menggunakan gelar akademisnya setelah
belajar atau juga menimba ilmu dalam jangka waktu tertentu di perguruan tinggi
atau universitas tersebut atau dapat juga gelar akademis tersebut diberikan pada
seseorang sebagai suatu bentuk penghargaan.
3. Lisensi Merek Barang atau Jasa
Pemilik lisensi ini bisa memberikan suatu lisensinya atau sebuah surat izin kepada
seseorang atau juga pada perusahaan dengan tujuan supaya seseorang atau suatu
perusahaan itu bisa menjual produk atau jasa dibawah pemilik lisensi merek dagang
tersebut.
Dengan lisensi jenis ini maka pemakai lisensi juga bisa menggunakan merek jasa
atau merek dagang lisensi dengan tanpa ada rasa khawatir atau takut untuk dituntut
secara hukum oleh pemilik lisensi karena sebelumnya telah mendapatkan
persetujuan dari pemilik lisensi.
4. Lisensi Massal
Lisensi jenis ini biasanya terdapat pada suatu software komputer, dimana lisensi
diberikan oleh pemilik lisensi pada perorangan untuk dapat menggunakan software
komputer tersebut. Lisensi secara rinci pada umumnya tertulis dalam Und User
License Agrement atau EULA yang terdpat di dalam software tersebut.
5. Lisensi Hasil Karya Seni dan Karakter
Pemilik lisensi ini bisa memberikan izin pada seseorang atau suatu perusahaan
sehingga bisa menyalin dan menjual hak cipta yang ada didalamnya terkandung
material seni dan karakter.
Seperti pada suatu perusahaan yang bisa memproduksi atau juga memasarkan
mainan dengan karakter Nobita, dalam memproduksi dan memasarkan mainan
karakter tersebut maka sebelumnya sudah mendapatkan izin dari pencipta karakter
tersebut.
Pengalihan hak lisensi
1. Pemilik merek terdaftar dapat memberikan lisensi kepada pihak lain untuk
menggunakan merek tersebut baik sebagian maupun seluruh jenis barang atau
jasa.
2. Perjanjian lisensi berlaku diseluruh wilayah Negara kesatuan republik Indonesia,
kecuali bila diperjanjikan lain
3. Perjanjian lisensi wajib dimohonkan pencatatanya kepada menteri dengan
dikenai biaya.
4. Perjanjian lisensi yang tidak tercatatkan tidak berakibat hokum pada pihak
ketiga.
5. Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan baik yang langsung ataupun tidak
langsung yang menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia
atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia
dalam menguasai dan mengembangkan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai