Anda di halaman 1dari 2

HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

(Dimensi Idealitas, Realitas Normalitas dan Fleksibilitas)


Auliya Nurazizah (K011191233). Fakultas Kesehatan Masyarakat (Kesmas D)

Kaelan (2013) menemukan suatu ideologi selain memiliki aspek-aspek yang bersifat
ideal yang berupa cita-cita-, pemikiran-pemikiran serta nilai-nilai yang dianggap baik
yang kemudian harus memiliki norma yang jelas karena ideologi harus mampu
direalisasikan dalam kehidupan yang merupakan suatu pengalaman nyata. Oleh
karena itu Pancasila sebagai ideologi terbuka (pandangan hidup yang tidak bersifat
kaku, bersifat dinamis, serta fleksibel dalam berkembang dan bertumbuh mengikuti
tuntutan perkembangan zaman) memiliki tiga dimensi yaitu:

1. Dinamis Idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila


yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Hakikat nilai-nilai Pancasila tersebut
bersumber pada filsafat Pancasila (nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam
Pancasila). Karena setiap ideologi bersumber pada suatu nilai-nilai filosofis
atau sistem filsafat (Soeryanto, 1991 : 59). Kadar serta idealisme yang
terkandung dalam Pancasila mempu memberikan harapan, optimisme serta
mampu menggugah motivasi para pendukungnya untuk berupaya
mewujudkan apa dicita-citakan (Koento Wibisono, 1989).
2. Dimensi Normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam
norma-norma kenegaraan dalam pengertian ini dalam pembukaan UUD 1945
yang merupakan norma tertib hukum tertinggi dalam negara Indonesia serta
merupakan Staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang
fundamental). Dalam pengertian ini ideologi Pancasila agara mampu
dijabarkan ke dalam langkah operasional, maka perlu memiliki norma yang
jelas (Soeryanto, 11991).
3. Dimensi Realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila
selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka Pancasila harus
mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat nyata (kngkrit) baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara. Dengan
demikian Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat “utopis” yang
hanya bersifat mengawang, melainkan suatu ideologi yang bersifat “realistis”
artinya mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan.
4. Dimensi Flesibelitas, yaitu mengandung makna bahwa ideologi tersebut
memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang
pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa
menghilangkan atau mengingkari hakikat (jati diri) yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya. Ideologi Pancasila memungkinkan untuk menerima
pemikiran-pemikiran baru tanpa mengingkari yang hakiki/nilai dasar
Pancasila. Ketika suatu ideologi memiliki dimensi fleksibilitas berarti ideologi
tersebut sebagai ideologi terbuka.

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi


terbuka, maka ideologi Pancasila:

1. Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang
jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata.
2. Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup,
melainkan suatu norma yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang
mampu melakukan perubahan.
3. Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya
menekankan pada segi praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek

Pancasila dapat dipastikan bukan merupakan ideologi tertutup, tetapi ideologi


terbuka. Akan tetapi, meskipun demikian keterbukaan Pancasila bukan berarti tanpa
batas. Keterbukan ideologi Pancasila harus selalu memperhatikan:

1. Stabilitas nasional yang dinamis


2. Larangan untuk memasukan pemikiran-pemikiran yang mengandung
nilai-nilai ideologi marxisme, leninisme dan komunisme
3. Mencegah berkembanganya paham liberal
4. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan
kehidupan masyarakat
5. Penciptaan norma yang barus harus melalui konsensus

Anda mungkin juga menyukai