NIM : 1810313110059
Ada empat tipe aliansi strategi, yaitu joint venture, equity strategic alliance, non-equity
strategic alliance, dan global strategic alliances.
1. Joint venture adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan menciptakan
perusahaan yang independen dan legal untuk saling berbagi sumber daya dan akapabilitas
untuk mengembangkan keunggulan bersaing.
2. Equity strategic alliance adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan memiliki
persentase kepemilikan yang dapat berbeda dalam perusahaan yang dibentuk bersama namun
mengkombinasikan semua sumber daya dan kapabilitas untuk mengembangkan keunggulan
bersaing.
3. Non-equity strategic alliance adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan
memiliki hubungan kontraktual untuk menggunakan sebagian sumber daya dan kapabilitas
unik untuk mengembangkan keunggulan bersaing.
4. Global Strategic Alliances adalah kerjasama secara partnerships antara dua atau lebih
perusahaan lintas negara dan lintas industri. Terkadang alinasi ini dibentuk antara korporasi
(atau beberapa korporasi) dengan pemerintah asing.
Motivasi bagi perusahaan untuk membentuk aliansi adalah antara lain untuk memecahkan
masalah kegagalan pasar yang disebabkan oleh asset yang bersifat khusus, untuk memperkuat
posisi persaingan dan untuk menyerap knowledge dari luar. Alasan perusahaan menjalin aliansi
adalah: (1) Karena adanya pola komplementer (sifat yang saling melengkapi) antara perusahaan
yang beraliansi, (2) Karena adanya kesamaan status pada perusahaan yang beraliansi, (3) Karena
adanya social capital, (4) Karena adanya ketergantungan antara pemasok dan pembeli, (5)
Karena untuk mengurangi ketidakpastian di masa yang akan datang, dan (6) Karena adanya
organisasi network. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat proses aliansi adalah: tacitness,
specificity, kompleksitas, pengalaman dan perbedaan budaya organisasional.
Beberapa sumber masalah yang mengancam kelangsungan strategi aliansi antara lain:
1. Ketidakcocokan antar partner (incompatibility of partner) : ketidakcocokan dapat
mengahsilkan konflik yang serius walaupun biasanya hanya menghasilkan penurunan kinerja
aliansi
2. Akses ke informasi : perusahaan harus dapat berbagi informasi, maka jika tidak
efektifitas kolaborasi akan terganggu
3. Konflik tentang distribusi penghasilan : salah satu keterbatasan strategi aliansi adalah
distribusi pendapatan.
4. Hilangnya otonomi : karena perusahaan-perusahaan berbagi resiko dan profit, perusahaan
tersebut juga berbagi pengendalian, dengan demikian membatasi kegiatan masing-masing
perusahaan.
5. Perubahan keadaan : kondisi ekonomi yang dulunya memotivasi perjanjian kerjasama
sudah tidak ada lagi atau keunggulan teknologi membuat perjanjian tidak menguntungkan.