1. Dampak Terhadap Amerika Serikat Sebuah perang dagang yang berlangsung cukup lama tentunya akan berdampak pada perekonomian dunia, terkhusus lagi untuk kedua negara tersebut. Dampak perang dagang bagi Amerika Serikat tentunya akan membuat penurunan ekspor ke China bagi negara tersebut, seperti apa yang telah terjadi di AS, perusahaan Walmart Inc, Target Corp, dan lebih dari 600 perusahaan lainnya mendesak Presiden Amerika serikat Donal Trump untuk menyelesaikan perang dagang dengan China melalui sepucuk surat pada Kamis (13/06/2019), mereka mengatakan bahwa perang tarif merugikan bisnis dan konsumen Amerika. Sebelumnya, Trump mengobarkan perang dagang dengan China karena Trump menuding China telah bertindak curang. Alhasil Amerika Seirikat mengalami kerugian besar dengan defisit neraca perdagangan hingga milyaran dollar AS. Ia manganggap kaniakan tarif bea masuk impor yang berlaku sejak 2017 sebagai aksi balasan yang sepadan. Sejak awal 2018, defisit perdagangan Amerika Serikat dengan China memang mulai menurun walaupun tidak signifikan. Berdasarkan data badan statistik Amerika, defisit neraca perdagangan AS dengan China pada Maret 2019 menyusut 16,2% menjadi US$20,74 miliar (Rp.297 Triliun) dan berkurang 12% dibanding Maret tahun sebelumnya. Sebagai informasi, sepanjang 2018 Amerika Serikat mengalami defisit US$ 419,16 miliar, berdagang barang dengan China. Angka tersebut merupakan yang terdalam dibanding tahun-tahun sebelumnya.
2. Dampak Terhadap China
Jumlah eskpor China ke amerika serikat kian merosok pada agustus 2019 seiring dengan semakin sedikitnya pengiriman produk ke Amerika. Merosotnya jumlah ekspor tersebut kian menambah kekhawatiran atas dampak dari perang dagang kedua negara tersebut. China tengah bersiap untuk melakukan kebijakan-kebijakan untuk menghindari resiko perlambatan pertumbuhan ekonomi yang kian tajam. Salah satu kebijakan yang akan diambil yaitu memangkas suku bunga. Adapun biro statistik setempat mencatatkan, ekspor China pada agustus 2019 turun 1% jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut cukup besar mengingat pada bulan Juni ekspor China juga menurun sebesar 1,3%. Sementara itu, ekspor China ke Amerika Serikat Turun sebesar 16%, secara year on year. Adapun pada Agustus 2019 ketegangan antara kedua negara semakin mengalami eskalasi. Pasalnya, AS kemali memutuskan untuk menambahkan tarif sebesar 15% untuk impor berbagai produk asal China. China pun membalas dengan menerapkan bea masuk, dan membiarkan nilai tukar yuan menurun untuk menghindari tekanan tarif. Analisis mengatakan bahwa dengan melemahnya nilai tukar yuan, China jadi terhindar dari peningkatan ongkos produksi. Pada Agustus 2019, china membiarkan nilai tukar yuan melemah melampaui level 7 yuan per dollar AS untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global. Hal tersebut membuat Washington menyebut Bijing sebagai manipulator mata uang. Tidak hanya ke AS, ekspor China ke beberapa wilayah dan negara lain juga menurun seperti ekspor ke Eropa, Korea Selatan, Australia, dan Asia Tenggara, baik secara tahunan ataupun jika hanya dibandingkan dengan juli 2019. Walaupun demikian, ekspor China ke Jepang dan Taiwan membaik dari bulan sebelumnya. Pustaka https://money.kompas.com/read/2019/09/09/071000326/dampak-perang-dagang-ekspor-china- ke-as-anjlok?page=all https://katadata.co.id/berita/2019/06/14/600-perusahaan-as-cemas-desak-trump-akhiri-perang- dagang-dengan-cina