Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROSES TERBENTUKNYA UNDANG UNDANG DASAR INDONESIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Perundang-
undangan

Dosen Pengampu : Abdul Hamid Tome,S.H, M.H.

Disusun Oleh

Fadlan Iswahyudi Tobuhu (1011418111)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Yang telah melimpahkan


rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan makalah
ini.Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan keharibaan junjungan kita Nabi
besar Muhammad saw. Serta keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir
zaman. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang

PROSES PEMBENTUKAN UNDANG UNDANG DASAR INDONESIA

Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penyusun alami.


Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan
penyusun semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-
pihak yang terkait.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.oleh


karena itu, penyusun mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnyamembangun.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin yarabbal alamin.

Ampana 30 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................4

1.1Latar belakang........................................................................................4

1.2Rumusan Masalah ................................................................................5

1.3Tujuan Penulisan...................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................6

2.1 . Proses Pembentukan UUD ..................................................................6

2.2..Amandemen UUD...............................................................................11

BAB III : PENUTUP.......................................................................................13

3.1Kesimpulan.........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu konstitusi pada pokoknya adalah suatu landasan bagi peraturan-


peraturan hukum lainnya. Disebabkan karena tingkatannya yang lebih tinggi dan
juga karena merupakan landasan bagi peraturan-peraturan hukum lainnya, maka
para pembentuk konstitusi biasanya menetapkan cara-cara perubahan yang agak
sukar, dengan maksud agar orang lain tidak mudah mengubah hukum dasar suatu
negara.1
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
negara yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. baru sehari
kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan
indonesia (PPKI) disahkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Undang-Undang
dasar Republik Indonesia2.
Seiring waktu timbulah Amandemen terhadap Undang Undang Dasar,
Amandemen UUD 1945 telah membawa berbagai perubahan mendasar dalam
praktik ketatanegaraan di Indonesia. Salah satu hasil perubahan UUD 1945 yang
mendasar tersebut terdapat dalam pasal 1 ayat (2) yang menyatakan “kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Ketentuan itu menunjukkan bahwa kedaulatan yang dianut dalam UUD 1945
adalah kedaulatan rakyat
Maka dari itu disini penulis akan memaparkan bagiamana proses pembentukan
undang undang dasar 1945 dan tahapan Amandemen Undang Undang Dasar
1945.

1
M Rizqi Azmi,”Dinamika Perubahan Konstitusi Melalui Kebiasaan Ketatanegaraan dan
putusan hakim”,Jurnal Cahaya Keadilan Vol.7 No 2,2019,Hal 375.
2
Wawan Rosmawan,”Sejarah Perkembangan Konstituionalisme Dunia dan Indonesia”,Jurnal
Galuh Justisi Vol.3 No,2,2015,Hal 277.

4
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana Proses Pembentukan Undang Undang Dasar 1945?
 Berapa kali Amandemen yang terjadi terhadap UUD 1945?

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk Mengetahui Sejarah Proses Terbentuknya UUD 1945
 Untuk Mengetahui berapa kali Amandemen UUD 1945 dari dulu
hingga kini?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembentukan Undang Undang dasar 1945


Bahwasannya konstitusi atau Undang-Undang Dasar dianggap
memegang peranan yang penting bagi kehidupan suatu negara, terbukti dari
kenyataan sejarah ketika Pemerintah Militer Jepang akan memberikan
kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia. Sesuai janji Perdana Menteri Koiso yang
diucapkan pada tanggal 7 September 1944, maka dibentuklah badan yang
bernama Dokuritsu Zyunbi Choosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) pada tanggal 29 Arpil 1945 yang diketuai oleh
Dr. Radjiman Wedyodiningrat dan Ketua Muda R.P. Soeroso, yang tugasnya
menyusun Dasar Indonesia Merdeka (Undang- Undang Dasar).3
Banyak kalangan dan berbagai kepustakaan hukum ketatanegaraan yang
mengemukakan, bahwa Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar
(formal) Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pertama ‘ditetapkan’ dalam
Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945.
Dalam Proses Pembentukaannya sidang perencanaan undang undang dasar
terdiri dari 2 versi yang pertama BPUPKI dan kedua PPKI
Berikut yang menjadi substansi masalah yang dibahas dalam Sidang
BPUPKI :

Sidang Kesatu: 29 Mei-1 Juni 1945

Sesuai dengan permintaan ketua sidang Radjiman Wedyodiningrat agar


para anggota BPUPKI menyampaikan pemikirannya tentang dasar negara yang
akan dibentuk, pemikiran yang disampaikan dalam sidang pertama ini sangat

3
Kementrian Kelautan dan perikanan Republik Indonesia,Materi Pengantar Soal UUD
1945,2015,hlm 11.

6
mendasar, baik jika ditelaah sendiri-sendiri maupun jika didalami secara
keseluruhan. Menurut catatan, dalam empat hari sidang pertama ini telah
berbicara 32 anggota BPUPKI, yaitu 11 orang pada tanggal 29 Mei, 10 orang
pada tanggal 30 Mei, 6 orang pada tanggal 31 Mei dan 5 orang pada tanggal 1
Juni 1945.4
Sungguh sayang hingga kini seluruh catatan stenografis pembicaraan pada
sidang pertama ini tidak ditemukan. Risalah yang selama ini sudah kita ketahui
dalam buku Mr. Muhammad Yamin, Naskah Persiapan Undang- Undang Dasar
1945 adalah pidato Mr. Muhammad Yamin tanggal 29 Mei 1945, Prof. Mr. Dr.
Soepomo tanggal 31 Mei 1945 dan pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.5

Sidang Kedua: 10-17 Juli 1945

Sidang Kedua BPUPKI ini mempunyai arti penting dalam membahas dan
mematangkan persiapan kemerdekaan Indonesia, oleh karena dalam waktu satu
minggu ini lebih dimatangkan lagi pmbahasan mengenai dasar negara serta tiga
unsur negara, yaitu wilayah negara, warga negara serta pemerintahan negara.6

1) Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar


Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar yang disusun oleh Panitia
Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945 – termasuk lima prinsip dasar negara yang
diusulkan Ir. Soekarno, dengan perumusan baru, serta dengan urutan baru –
dilaporkan secara resmi oleh Ketua Pnitia Perancang Undang- Undang Dasar Ir.
Soekarno pada tanggal 10 Juli 1945. Pada dasarnya rancangan tersebut
mendapatkan sambutan baik. Yang tetap masih menjadi masalah adalah anak
kalimat dalam alinea keempat yang berbunyi ‘Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.’
4
Widodo Eka Tjahtjana,Negara Hukum,Konstitusi,Dan Demokrasi : Dinamika Dalam
Penyelenggaraan sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia (Jember : Jember University
Press,2015),hlm.14.
5
Ibid.,Hlm.15
6
Ibid.,Hlm.18

7
Berbeda dengan sarannya tanggal 31 Mei 1945 agar Islam menjadi Dasar
Negara, dalam Sidang Kedua ini Ki Bagoes Hadikoesoemo beserta Ki Sanusi
sampai empat kali mengusulkan agar anak kalimat itu dihapus saja. Ada dua
alasan yangbeliau ajukan. Pertama agar lebih tegas, yaitu jika tidak setuju negara
berdasar agama, negara harus netral terhadap agama. Kedua, beliau khawatir akan
terjadi perpecahan dalam masyarakat jika ada dua macam hukum yang berbeda.
Usul kedua anggota ini ditolak baik oleh Ketua BPUPKI Dr. Radjiman
Wedyodiningrat maupun oleh Ketua Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
Ir. Soekarno. Anak kalimat tersebut tetap sebagai semula.7

2) Rancangan Undang-Undang Dasar


Rancangan Undang-Undang Dasar dilaporkan kepada Sidang Kedua
BPUPKI tanggal 13 Juli oleh Ketua Panitia Kecil Prof. Mr. Dr. Soepomo, dan
dibahas berturut-turut pada hari-hari berikutnya.Rancangan ini cukup banyak
bedanya dengan rancangan awal yang dikirimkannya pada tanggal 15 Juni.
Substansi yang dibahas terutama mengenai unsur-unsur negara, yaitu tentang
wilayah negara, warga negara, dan sistem pemerintahan.

Substansi dalam Sidang PPKI, 18-22 Agustus 1945

a. Pembukaan Undang-Undang Dasar

PPKI memutuskan untuk tidak mempergunakan rancangan Pernyataan


Kemerdekaan yang disusun oleh BPUPKI, tetapi mempergunakan Rancangan
Pembukaan Undang-Undang Dasar yang disusun oleh Panitia Sembilan dalam
masa reses tanggal 22 Juni 1945. Pada Sidang pertama tanggal 18 Agustus 1945
pagi dengan persetujuan penuh dari tokoh-tokoh Islam telah dapat dituntaskan
masalah anak kalimat dalam alenia keempat Rancangan Pembukaan Undang-

7
Ibid,.hlm.19.

8
Undang Dasar 1945, yaitu “Ketuhanan,dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” saja.8

b. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar


Pasal-pasal yang berkenaan dengan persyaratan beragama Islam bagi Presiden
serta kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya disepakati
untuk dicoret demi kepentingan persatuan bangsa. Berbeda dengan keputusan
BPUPKI tanggal 11 Juli yang menyatakan wilayah Negara adalah Hindia Belanda
ditambah dengan beberapa wilayah lainnya, dalam siding pertama tanggal 18
Agustus ini Ketua PPKI, Ir. Soekarno menyampaikan kepada Sidang bahwa ia
telah memberitahukan kepada Marsekal Terauchi, bahwa wilayah Negara
Indonesia adalah hanya bekas Hindia Belanda.9

c. Pembentukan Pemerintahan Pusat dan Daerah


Atas usul anggota Otto Iskandar, Ketua PPKI Ir. Soekarno dan Wakil Ketua
PPKI Drs. Mohammad Hatta pada tanggal 18 Agustus 1945 dipilih dan diangkat
secara aklamasi sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama Republik
Indonesia. Oleh karena keadaan belum normal, mereka selanjutnya akan
memerintah berdasar Aturan Peralihan yang tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945.Pada tanggal 19 Agustus dibahas hasil Panitia Kecil tentang hal-hal
yang meminta perhatian, yaitu tentang pembagian daerah, tentang pangreh praja,
tentang polisi, tentang tentara kebangsaan, tentang ekonomi, romusha, penerangan
umum, kantor pusat pemerintah, kesehatan rakyat, harga uang, pengangkutan dan
perhubungan, dan amnesti. Akhirnya diambil keputusan membentuk 13 buah
kementerian. Dalam rapat tanggal 20 Agustus dibahas masalah Badan Penolong
Keluarga Korban Perang, yang antara lain mencakup suatu BadanKeamanan
Rakyat. Pada tanggal 22 Agustus dibahas serta ditetapkan pembentukkan Komite
Nasional serta Partai Nasional Indonesia.10

8
Ibid,hlm.22.
9
Ibid,hlm.23.
10
Ibid,hlm.24.

9
Penetapan Undang Undang Dasar 1945
menurut Pasal 3 UUD 1945 wewenang untuk menetapkan UUD itu ada
pada MPR, maka kekuasaan atau wewenang untuk ‘menetapkan’ UUD tersebut
ada pada Presiden, bukan PPKI. PPKI hanya memiliki 2 (dua) kekuasaan atau
wewenang yang bersifat ‘einmalig’, yaitu : Pertama, berdasarkan Pasal I Aturan
Peralihan : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan
menyelenggarakan kepindahan kepada Pemerintahan Indonesia. Jadi, kekuasaan
atau kewenangan PPKI menurut UUD 1945, hanya sebatas ‘mengatur dan
menyelenggarakan kepindahankepada Pemerintahan Indonesia’, tidak untuk
‘menetapkan’ UUD 1945. Presiden Soekarno sendiri(sebagai Ketua) dalam
Sidang Pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945 mengemukakan pandangannya,
bahwa UUD 1945 itu masih bersifat sementara.11
Kekuasaan atau kewenangan mengatur dan menyelenggarakan
kepindahan kepada Pemerintahan Indonesia oleh PPKI ini telah dijalankan oleh
PPKI dengan cara menuntaskan sidang pembahasan terhadap Naskah UUD 1945
yang dibuat BPUPKI agar dicapai kesepakatan/persetujuan seluruh anggota PPKI.
Tindakan PPKI ini merupakan tindakan hukum ketatanegaraan (staatsrecht
handeling) untuk mengatur dan menyelenggarakan perpindahan pemerintahan
kepada Pemerintahan Indonesia, walaupun tindakan berupa sidang naskah UUD
1945 itu tidak sampai pada tingkat PPKI ‘menetapkan’ UUD, karena memang
kewenangan untuk menetapkan UUD 1945 itu menurut UUD 1945 ada pada
MPR, atau preside,akan tetapi ternyata UUD 1945 itu berlaku (sah) setelah
adanya tindakan hukum ketatanegaraan (staatsrecht handeling) PPKI yang
menetapkannya.12

2.2 Amandemen Undang Undang Dasar

11
Ibid,hlm.28.
12
Ibid.,hlm.29.

10
Kelemahan dan ketidaksempurnaan konstitus yang merupakan hasil karya
manusia adalah sesuatu hal yang pasti. Bahakan hal itu telah diungkapkan oleh
Soekarno dalam pidatonya di dalam rapat PPKI, Perlunya perubahan terhadap
UUD 1945 sebenarnya adalah gagasan yang telah diungkapkan semenjak jaman
Orde Baru. UUD dipandang terlalu summier, terlalu banyak masalah-masalah
yang diserahkan kepada pembuat peraturan yang lebih rendah. Serta tidak
menjamin secara tegas tentang hak-hak asasi manusia (HAM).Untuk itu, wajarlah
jika terjadi perubahan-perubahan dalam konstitusi. Amandemen konstitusi
dimaksudkan agar negara Indonesia benar-benar merupakan pemerintahan yang
konstitusional (constitutional government).13
Berikut tahapan amandemen dari tahun 1999 sampai sekarang :
a. Amandemen pertama dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR tahun
1999 Tujuan utama perubahan ini adalah membatasi kekuasaan
Presiden dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) sebagai lembaga legislatif.14

b. Amandemen kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR tahun 2000


yang Inti dari perubahan kedua ini meliputi masalah wilayah negara
dan pembagian pemerintahan daerah, menyempurnakan perubahan
pertama dalam hal memperkuat kedudukan DPR dan ketentuan-
ketentuan yang lebih merinci mengenai HAM. Khusus mengenai
pengaturan HAM, dapat dilihat pada Perubahan dan kemajuan
signifikan adalah dengan dicantumkannya persoalan HAM secara tegas
dalam sebuah BAB tersendiri, yakni BAB XA (Hak Asasi Manusia)
dari mulai Pasal 28A sampai dengan 28J. Dapat dikatakan bahwa
konseptualisasi HAM di Indonesia telah mengalami proses dialektika
yang seruis dan panjang yang mengambarkan komitmen atas upaya
penegakan hkum dan HAM.15

13

,hlm.,42.
14
Ibid.
15
Ibid.,hlm.43.

11
c. Amandemen ketiga ini terdiri dari 3 BAB dan 22 Pasal, ditetapkan
pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2001 Inti perubahan yang dilakukan
pada amandemen ketiga ini adalah Bentuk dan Kedaulatan Negara,
Kewenangan MPR, Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara,
Kekuasaan Kehakiman dam ketentuan-ketentuan mengenai Pemilihan
Umum.16

d. Amandemen keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR tahun


2002. Materi perubahan pada perubahan keempat adalah ketentuan
tentang kelembagaan negara dan hubungan antar negara, penghapusan
Dewan Pertimbanga Agung (DPA), ketentuan mengenai pendidikan
dan kebudayaan, ketentuan tentang perekonomian dan kesejahteraan
sosial dan aturan peralihan serta aturan tambahan.17

BAB III

PENUTUP

16
Ibid.,hlm.44
17
Ibid.

12
3.1 Kesimpulan

konstitusi sangatlah penuh dengan perjuangan. Perjalanan pencarian jati


diri bangsa Indonesia berupa sejarah perubahan-perubahan konstitusi juga cukup
melelahkan.Dengan demikian, Konstitusi merupakan media bagi terciptanya
kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga negara. Dengan kata lain, negara
yang memilih demokrasi sebagai sistem ketatanegaraannya, maka konstitusi
merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi di negara tersebut
sehingga melahirkan kekuasaan atau pemerintahan yang demokratis pula, namun
Kelemahan dan ketidaksempurnaan konstitus yang merupakan hasil karya
manusia adalah sesuatu hal yang pasti,maka dari itu undang undang dasar harus
diamandemen,Amandemen konstitusi dimaksudkan agar negara Indonesia benar-
benar merupakan pemerintahan yang konstitusional.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal

13
 M Rizqi Azmi,”Dinamika Perubahan Konstitusi Melalui Kebiasaan
Ketatanegaraan dan putusan hakim”,Jurnal Cahaya Keadilan Vol.7 No 2.2019.
 Wawan Rosmawan,”Sejarah Perkembangan Konstituionalisme Dunia dan
Indonesia”,Jurnal Galuh Justisi Vol.3,No 2.,2015.
 Sonia Ivana Barus,”Proses Mendasar Konstitusi Indonesia Pra dan Pasca
Amandemen”,UBELAJ,Vol.1,No 1,2017.

Buku

 Kementrian Kelautan dan perikanan Republik Indonesia,2015,Materi Pengantar


Soal UUD 1945.
 Widodo Eka Tjahtjana,2015,Negara Hukum,Konstitusi,Dan Demokrasi :
Dinamika Dalam Penyelenggaraan sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai