BAB II
STUDI PUSTAKA
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-2
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-3
jalan, minimal pada satu sisi jalan tersebut dengan jumlah penduduk lebih dari
100.000 jiwa. Indikasi penting lebih lanjut tentang jalan perkotaan adalah
karakteristik arus lalu lintas puncak pada pagi dan sore hari secara umum lebih tinggi
dan terdapat perubahan dalam komposisi lalu lintasnya komposisi kendaraan pribadi
(LV) dan sepeda motor (MC) lebih tinggi daripada truk berat (HV). Indikator lain
yang membantu adalah pada jalan perkotaan terdapat kereb. Dan selain definisi di
atas, maka jalan tersebut dinamakan jalan luar kota. (MKJI 1997)
Tujuan analisa perencanaan jalan perkotaan adalah untuk menentukan lebar
jalan yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat kinerja yang diinginkan pada
tahun rencana tertentu, misalnya 5, 10, 15 tahun dan sebagainya. Ini dapat berupa
lebar jalur lalu lintas atau jumlah lajur, tetapi dapat juga untuk memperkirakan
pengaruh perubahan perencanaan, seperti membuat median atau bahu jalan.
Jalan perkotaan dapat dibedakan menjadi beberapa macam tipe jalan, macam-
macam tipe jalan perkotaan adalah sebagai berikut : (MKJI 1997)
1. Jalan dua lajur dua arah (2/2 UD)
2. Jalan empat lajur dua arah tak terbagi, yaitu tanpa median (4/2 UD)
3. Jalan empat lajur dua arah terbagi, yaitu dengan median (4/2 D)
4. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D)
5. Jalan satu arah
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-4
III A 8
Kolektor
III B 8
Lokal III C 8
Panjang ( m ) Lebar ( m )
I 18 2,5
Arteri II 18 2,5
III A 18 2,5
III A 18 2,5
Kolektor
III B 12 2,5
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-5
Letak geografis kota Semarang yang sangat strategis baik dalam skala
nasional maupun regional menyebabkan pola dan jenis pergerakan yang ada
di Kota Semarang tidak hanya terkonsentrasi terhadap kebutuhan lokal, akan
tetapi mempunyai rangkaian terkait dengan pergerakan regional dan nasional.
Sistem jaringan jalan di wilayah Kota Semarang dilalui jalur utama yang
menghubungkan wilayah-wilayah penting baik antar propinsi maupun di
dalam propinsi Jawa Tengah. Kedudukan kota ini berpengaruh terhadap
kepadatan lalu lintas yang melalui Kota Semarang.
Struktur ruang dan tata guna lahan Kota Semarang menyebabkan
dibutuhkannya suatu struktur jaringan jalan yang mampu melayani berbagai
aktifitas yang timbul antar pusat-pusat aktifitas (pusat-pusat pengembangan
kota).
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka pola jaringan
transportasi (dalam hal ini jaringan jalan) yang dianggap paling sesuai dalam
memenuhi kebutuhan baik dalam skala lokal maupun regional tersebut adalah
pola jaringan jalan “ jari-jari dan lingkar “ atau “ ring and radial pattern “
(RTRW Kota Semarang Tahun 2000, Bappeda Kota Semarang). Pola jaringan
transportasi tersebut diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip utama yaitu :
1. Pemisahan lalu lintas antar kota dengan lalu lintas dalam kota
2. Pemisahan lalu lintas berat, sedang, dan ringan
3. Membebaskan pusat kota dan perumahan dari lalu lintas menerus
4. Pengaturan penggunaan jalan sesuai dengan klasifikasi jalan yang
bersangkutan
5. Adanya fungsi hirarki dari fungsi jalan
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-6
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-7
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-8
Mengacu pada RTRW Kota Semarang Jalan Dr. Setia Budi – Jalan
Teuku Umar merupakan jaringan jalan dengan fungsi jalan arteri sekunder,
karena jalan ini menghubungkan antara kawasan primer (pusat Kota
Semarang) dengan kawasan sekunder I (Banyumanik dan Sekitarnya).
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-9
1. Data Masukan
a. Data Umum
1) Penentuan segmen jalan, yaitu panjang jalan yang mempunyai
karakteristik yang serupa pada seluruh panjangnya.
2) Data identifikasi segmen meliputi : ukuran kota, tipe daerah
(pemukiman, komersial, akses terbatas), panjang segmen, tipe
jalan (4/2 D, 4/2 UD, 2/2 UD) dan periode waktu analisa.
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-10
b. Kondisi Geometrik
1) Rencana situasi meliputi : sketsa alinyemen horizontal, tata guna
lahan dan marka jalan.
2) Penampang melintang jalan meliputi : lebar jalur jalan tiap arah,
lebar bahu efektif (WS), dan median jalan.
Untuk menghitung bahu efektif adalah sebagai berikut :
Jalan tak terbagi (UD) : WS = (WS + WSB)/2
Jalan terbagi (D) : WS1 = WSAO + WSAI (pada arah 1)
: WS2 = WSBO + WSBI (pada arah 2)
Jalan satu arah : WS = WSA + WSB
Keterangan :
WSAI : lebar bahu dalam sisi A
WSAO : lebar bahu luar sisi A
3) Kereb sebagai batas antara jalur lalu lintas dengan trotoar
berpengaruh terhadap dampak hambatan pada kapasitas dan
kecepatan.
4) Bahu Jalan : terdapat bahu luar dan bahu dalam, fungsinya adalah
untuk memberikan kebebasan samping, tempat pemberhentian
darurat, meminimalkan efek kendaraan mogok, tempat
pemasangan rambu lalu lintas dan lain-lain.
5) Median yang mempunyai fungsi sebagai pembatas arus lalu lintas
yang berlawanan arah, tempat pemasangan rambu/kolom
jembatan, cadangan pelebaran jalan. Bentuknya bias berupa tanah
terbuka atau konstruksi khusus dengan lebar antara 0,25 m s/d
10 m.
6) Saluran drainase, berupa saluran tepi terbuka atau tertutup
berbentuk empat persegi panjang, bujur sangkar, trapezium, atau
U, V dan dirancang berdasarkan ketentuan hidrologi.
7) Kondisi pengaturan lalu lintas meliputi : batas kecepatan,
pembatasan masuk untuk tipe kendaraan tertentu, pembatasan
parkir untuk waktu tertentu, pembatasan berhenti untuk periode
waktu tetentu, dan alat pengatur lalu lintas.
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-11
Emp
Arus lalu
Lintas MC
Tipe Jalan :
Toatal dua
Jalan tak Terbagi
Arah HV Lebar Jalur lalu lintas WS
( Kend/jam ) (m)
≤6 ≤6
Dua lajur Tak
0 1,3 0,50 0,40
terbagi
≥ 1800 1,2 0,35 0,25
( 2/2 UD )
Empat lajur tak
0 1,3 0,40
terbagi
≥ 3700 1,2 0,25
( 4/2 UD )
*)Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
d. Hambatan Samping
Interaksi antara arus lalu lintas dan kegiatan di samping jalan yang
berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan. Hambatan samping
yang berpengaruh diantaranya :
1. Pejalan kaki : bobot = 0,5
2. Angkutan umum dan kendaraan lain berhenti : bobot = 1,0
3. Kendaraan lambat (missal, becak kereta kuda) : bobot = 0,4
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-12
Keterangan :
FV : Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FVO : Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVW : Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif (km/jam)
FFVSF : Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping
FFVSC : Faktor penyesuaian untuk ukuran kota
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-13
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-14
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-15
3. Kapasitas
Analisa dengan rumus :
C = CO x FCW x FCSP x FCSF xFCCS ..................... ( 2 )
Keterangan :
C : Kapasitas (smp/jam)
CO : Kapasitas dasar untuk kondisi ideal (smp/jam)
FCW : Faktor penyesuaian lebar jalur arus lalu lintas
FCSP : Faktor penyesuaian pemisah arah
FCSF : Faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS : Faktor penyesuaian ukuran kota
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-16
Untuk penentuan lebar jalur lalu lintas pada jalan perkotaan adalah seperti
terdapat pada Tabel 2.12.
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-17
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-18
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-19
⎡ Us ⎤
D = ⎢1 - ⎥ Dj .....................(6)
⎣ Uf ⎦
Keterangan :
D : Kepadatan (kend/km)
Us : space mean speed (km/jam)
Uf : free flow speed (km/jam)
Dj : density jam (kend/km)
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-20
2.3 PERSIMPANGAN
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-21
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-22
bahwa simpang jalan berpotongan tegak lurus dan terletak pada alinyemen
datar dan berlaku untuk derajat kejenuhan kurang dari 0,8 – 0,9.
Pada kebutuhan lalu lintas yang tinggi perilaku lalu lintas menjadi
agresif dan ada resiko tinggi bahwa simpang tersebut akan terhalang oleh
pengemudi yang berebut ruang terbatas pada derah konflik. Perilaku lalu
lintas di Indonesia yang diamati pada simpang tak bersinyal dapat berubah
apabila diberi pemasangan dan pelaksanaan rambu lalu lintas “ berhenti “
atau “ beri jalan “ pada persimpangan tak bersinyal, atau melalui penegak
aturan hak jalan lebih dulu dari kiri.
Pada umumnya simpang tak bersinyal dengan pengaturan hak jalan
(prioritas dari sebelah kiri) digunakan di daerah pemukiman perkotaan dan
daerah pedalaman untuk persimpangan antara jalan lokal dengan arus lalu
lintas rendah. Untuk persimpangan dengan kelas dan atau fungsi jalan yang
berbeda, lalu lintas pada jalan minor harus diatur dengan tanda “ yield “,
“ stop “, “ give way “, atau “ jalan pelan-pelan “.(Hobbs, 1995)
Pada volume lalu lintas dengan gerakan membelok (kiri atau kanan)
cukup besar maka pengaturan persimpangan dapat dilakukan dengan
menganalisasi (mengarahkan) kendaraan dengan gerakan membelok tersebut
ke dalam lintasan-lintasan yang bertujuan untuk mengendalikan dan
mengurangi titik dan daerah konflik.
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-23
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-24
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-25
2. Kapasitas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil
perkalian antara kapasitas dasar (CO) yaitu kapasitas pada kondisi
tertentu (ideal) dan faktor-faktor penyesuaian (F). Dengan
memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas.
Keterangan :
C : Kapasitas (smp/jam)
CO : Kapasitas dasar (smp/jam)
FW : Faktor penyesuaian labar pendekat
FM : Faktor penyesuaian median jalan utama
FCS : Faktor penyesuaian ukuran kota
FRSU : Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan
FLT : Faktor penyesuaian belok kiri
FRT : Faktor penyesuaian belok kanan
FMI : Faktor penyesuian rasio arus jalan minor
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-26
a) Nilai faktor penyesuaian untuk kapasitas dapat dilihat pada uraian di bawah :
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-27
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-28
PMI (Rasio arus jalan minor) =QMI (Arus jalan minor)/QTOT Arus total)
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-29
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-30
Dimana :
DG : Tundaan geometrik simpang
DTI : Tundaan lalu lintas simpang
c. Peluang Antrean
Rentang nilai peluang antrean dihitung sebagai berikut :
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-31
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-32
10. Lampu lalu lintas tidak dapat terpengaruh, tetapi tidak pula memihak
Meskipun demikian pemasangan lampu lalu lintas tidak selamanya
memberikan pemecahan masalah lalu lintas pada persimpangan. Diantaranya
bisa dikarenakan oleh pembagian waktu sinyal lampu hijau dan lampu merah
yang tidak seimbang. Akibat yang kurang menguntungkan diantaranya yaitu :
1. Pada waktu arus lalu lintas kecil akan menyebabkan penghambatan
perjalanan dan pemborosan bahan baker
2. Kecelakaan berupa tabrakan dari belakang bisa bertambah
3. Jika pemasangan lampu kurang baik maka akan menyebabkan
penghambatan da mengundang adanya pelanggaran lalu lintas
4. Ada kecenderungan untuk menghindari lampu lalu lintas dengan
melewati rute lain
5. Jika pengatur lampu lalu lintas rusak, keadaan lalu lintas pada
persimpangan tersebut dapat menjadi tidak terkendali
Untuk mengatur lalu lintas pada persimpangan pemasangan lampu
lalu lintas dapat dilakukan dengan beberapa alasan sebagai berikut :
1. Kehilangan waktu total atau rata-rata kehilangan waktu kendaraan akan
mengecil dengan adanya lampu pengatur lalu lintas, biasanya hal ini
berlaku pada persimpangan jalan yang ramai
2. Secara ekonomis pemasangan lampu lalu lintas akan lebih
menguntungkan
3. Arus utama yang besar perlu dihentikan untuk melewatkan arus lalu lintas
yang lebih kecil
4. Ada penyeberangan untuk pejalan kaki, misalnya disekitar sekolah, pasar,
pertokoan dan lain-lain
5. Adanya koordinasi antara persimpangan yang berdekatan pada ruas jalan
yang sama
6. Jumlah kecelakaan yang terjadi pada persimpangan relatif besar
7. Sebagai pengganti tenaga polisi lalu lintas
Sebagai prinsip umum, simpang bersinyal bekerja paling efektif
apabila simpang memenuhi keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Daerah konflik didalam daerah simpang adalah kecil
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-33
2. Simpang tersebut simetris, artinya jarak dari garis stop terhadap titik
perpotongan untuk gerakan lalu lintas yang berlawanan adalah simetris
3. Lajur bersama untuk lalu lintas lurus dan membelok digunakan sebanyak
mungkin dibandingkan dengan lajur terpisah untuk lalu lintas membelok
4. Lajur terdekat dengan kereb sebaiknya dibuat lebih lebar daripada lebar
standar untuk lalu lintas kendaraan tak bermotor
5. Lajur membelik yang terpisah sebaiknya direncanakan menjauhi garis
utama lalu lintas, dan panjang lajur membelok harus mencukupi sehingga
arus membelok tidak menghambat pada lajur terus
6. Median harus digunakan bila lebar jalan lebih dari 10 m untuk
mempermudah penyeberangan pejalan kaki dan penempatan tiang sinyal
kedua
7. Marka penyeberangan pejalan kaki sebaiknya ditempatkan 3-4 m dari
garis lurus perkerasan untuk mempermudah kendaraan yang membelok
mempersilahkan pejalan kaki menyeberang dan tidak menghalangi
kendaraan-kendaraan yang bergerak lurus
8. Perhentian bus sebaiknya diletakkan setelah simpang, yaitu ditempat
keluar dan bukan ditempat pendekat
Pola urutan lampu lalu lintas yang digunakan di Indonesia mengacu
pada pola yang dipakai di Amerika Serikat, yaitu : merah, kuning dan hijau.
Hal ini untuk memisahkan atau menghindari terjadinya konflik akibat
pergerakan lalu lintas lainnya. Pemasangan lampu lalu lintas pada
persimpangan ini dipisahkan secara koordinat dengan sistem kontrol waktu
secara tetap atau dengan bantuan manusia.
1. Data Masukan
a. Geometrik
Perhitungan dikerjakan secara terpisah untuk setiap pendekat.
Satu lengan simpang dapat terdiri lebih dari satu pendekat,
yaitu dipisahkan menjadi dua atau sub pendekat. Hal ini
terjadi jika gerakan belok kanan dan/atau belok kiri mendapat
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-34
sinyal hijau pada fase yang berlainan dengan lalu lintas yang
lurus, atau jika dipisahkan secara fisik dengan pulau-pulau lalu
lintas dalam pendekat untuk masing-masing pendekat atau sub
pendekat lebar efektif (W) ditetapkan dengan
mempertimbangkan denah dari bagian masuk dan keluar suatu
simpang dan distribusi dari gerakan-gerakan membelok.
b. Pengaturan Lalu lintas
1) Pengaturan waktu tetap umumnya dipilih bila simpang
tersebut merupakan bagian dari sistem sinyal lalu lintas
terkoordinasi.
2) Pengaturan sinyal semi aktuasi (detektor hanya dipasang
pada jalan minor atau tombol penyeberangan pejalan kaki)
umunya dipilih bila simpang tersebut terisolir dan terdiri
dari sebuah jalan minor atau penyeberangan pejalan kaki
dan berpotongan dengan sebuah jalan arteri utama. Pada
keadaan ini sinyal selalu hijau untuk jalan utama bila tidak
ada kebutuhan dari jalan minor.
3) Pengaturan sinyal aktuasi penuh adalah moda pengaturan
yang paling efisien untuk simpang terisolir diantara jalan-
jalan dengan kepentingan dan kebutuhan lalu lintas yang
sama atau hampir sama.
4) Pengaturan sinyal terkoordinasi umumnya diperlukan bila
jarak antara simpang bersinyal yang berdekatan adalah
kecil (≤ 200 m).
5) Fase Sinyal umumnya mempunyai dampak yang besar
pada tingkat kinerja dan keselamatan lalu lintas sebuah
simpang daripada jenis pengaturan. Waktu hilang sebuah
simpang bertambah dan rasio hijau untuk setiap fase
berkurang bila fase tambahan diberikan. Maka sinyal akan
efisien bila dioperasikan hanya pada dua fase, yaitu hanya
waktu hijau untuk konflik utama yang dipisahkan. Tetapi
dari sudut keselamatan lalu lintas, angka kecelakaan
umumnya berkurang bila konflik utama antara lalu lintas
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-35
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-36
Data lalu lintas sering tidak ada atau kualitasnya kurang baik.
Nilai normal yang diberikan pada Tabel 2.30 sampai
Tabel 2.33 di bawah dapat digunakan untuk keperluan
perencanaan sampai data yang lebih baik tersedia.
Tabel 2.30 Nilai Normal Faktor-k
Faktor-k ukuran jalan
Lingkungan Jalan
> 1 juta ≤ 1 juta
Jalan di daerah komersil dan jalan arteri 0,07 – 0,08 0,08 – 0,10
Jalan di daerah pemukiman 0,08 – 0,09 0,09 – 0,12
*)Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-37
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-38
Keterangan :
LT : arus belok kiri (smp/jam)
RT : arus belok kanan (smp/jam)
e. Model Dasar
Kapasitas pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan
sebagai berikut :
C = S x g/c ...................(21)
Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
S = Arus jenuh, yaitu arus berangkat rata-rata dari
antrean dalam pendekat selama sinyal hijau (smp/jam smp
per-jam hijau)
g = Waktu hijau (detik)
c = Waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan
perubahan sinyal yang lengkap (yaitu antara dua awal
hijau yang berurutan pada fase yang sama)
Oleh karena itu perlu diketahui atau ditentukan waktu sinyal
dari simpang agar dapat menghitung kapasitas dan ukuran
perilaku lalu lintas lainnya.
2. Persinyalan
a. Fase sinyal
Untuk merencanakan fase sinyal dilakukan dengan berbagai
alternatif untuk evaluasi. Sebagai langkah awal dilakukan
control dengan dua fase. Jumlah fase yang baik adalah fase
yang menghasilkan kapasitas besar dan rata-rata tundaan
rendah.
Bila arus belok kanan dari satu kaki dan atau arus belok kanan
dari kiri lawan arah terjadi pada fase yang sama, arus ini
dinyatakan sebagai terlawan (opposed), sedangkan arus belok
kanan yang dipisahkan fasenya dengan arus lurus atau belok
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-39
Keterangan :
LEV dan LAV : Jarak dari garis henti ke titik konflik untuk
masing-masing kendaraan yang berangkat
dan yang datang (m).
IEV : Panjang kendaraan yang berangkat (m).
VEV dan VAV : Kecepatan masing-masing kendaran yang
berangkat dan yang dating (m/dt).
Periode merah semua antar fase harus sama atau lebih besar
dari LT setelah waktu All Red ditentukan, total waktu hilang
(LT) dapat dihitung sebagai penjumlahan periode waktu antara
hijau (IG).
LTI = Σ ( Merah Semua + Kuning )I = Σ IGi .........(23)
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-40
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-41
Keterangan :
gi = Tampilan waktu hijau pada fase i (detik)
e. Faktor Koreksi
Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar
kedua tipe approach (protected dan opposed) pada simpang
adalah sebagai berikut :
a) Faktor koreksi ukuran kota (FCS), sesuai Tabel 2.37.
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-42
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-43
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-44
3 fase 50 – 100
4 fase 60 – 130
*)Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-45
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-46
NS =
( 0,9 x NQ ) x 3600 ...................(45)
(Q x C)
Perhitungan jumlah kendaraan terhenti ( NSV ) masing-masing
pendekat menggunakan formula :
NSV = Q x NS ...................(46)
Sedangkan angka henti total seluruh simpang dihitung dengan
rumus :
NStotal = Σ NSV/Σ Q ...................(47)
Rasio kendaraan terhenti, yaitu rasio kendaraan yang harus
berhenti akibat sinyal merah sebelum melewati suatu simpang,
I dihitung sebagai :
Psv = min ( NS,1 ) ...................(48)
c. Tundaan ( Delay )
Tundaan lalu lintas rata-rata tiap pendekat dihitung dengan
menggunakan formula :
(NQ 1 x 3600)
DT = (A x C) + ...................(49)
C
Keterangan :
DT : Rata - rata tundaan lalu lintas tiap pendekat
(detik/smp)
c : Waktu siklus yang disesuaikan (detik)
A : 0,5 x ( 1 – GR )2 / ( 1 – GR x DS )
C : Kapasitas (smp/jam)
NQ1 :jumlah smp yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya ( smp/jam )
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-47
Keterangan :
PSV : Rasio kendaraan berhenti dalam kaki simpang (= NS)
PT : Rasio kendaraan berbelok dalam kaki simpang
Peluang antrean ( QP % )
Rentang nilai peluang antrean dihitung sebagai berikut :
QP % = 47,71 DS – 24,68 DS2 + 56,47 DS3 ..........(54)
Sampai :
QP % = 9,02 DS + 20,66 DS2 + 10,49 DS3 ...........(55)
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-48
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-49
2.3.5 Jalinan
Jalinan merupakan pertemuan dua atau lebih jalur yang memiliki dua
lajur sehingga mengakibatkan terjadinya titik konflik antara dua lajur
tersebut. Jalinan dapat didefinisikan menurut keadaan lingkungan atau
keadaan geografis lokasi jalinan. Untuk mencari lebar masuk rata-rata (WE)
adalah :
W1 + W2
WE = ...................(56)
2
Rasio dihitung dengan membagi antara lebar masuk rata-rata dengan
lebar jalinan antara lebar masuk. Kemudian hitung rasio antara lebar jalinan
dan panjang jalinan.
Untuk mencari kapasitas dasar jalinan dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
CO = 135 x WW1,3 x ( 1 + WE/WW )1,5 x ( 1 – pw/3 )0,5 x ( 1 + WW/LW )-1,8
...................(57)
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-50
Dimana :
WW : Lebar jalinan
WE/WW : Rasio lebar masuk rata-rata / lebar jalinan
pw : Rasio menjalin
WW/LW : Rasio lebar / panjang jalinan
Kapasitas bagian jalinan masing-masing dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
C = CO x FCS x FRSU (smp/jam) ...................(58)
Dimana :
C : Kapasitas
CO : Kapasitas dasar
FCS : Faktor penyesuaian ukuran kota
FRSU : Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping
dan kendaraan tak bermotor.
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-51
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-52
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-53
D = DTR + 4 ...................(63)
6. Peluang antrean
QP% = 26,65DS – 55,55DS2 + 108,57DS3 ...................(64)
Sampai :
QP% = 9,41DS + ( 29,967 DS4,619 ) ...................(65)
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-54
Dimana :
LW : Panjang jalan
V : Kecepatan tempuh
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-55
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-56
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-57
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-58
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-59
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-60
B=
nx∑ XY − (∑ X − ∑ Y )
, A=
∑ Y − (Bx∑ X) ...(73)
nx∑ X − (∑ X )
2
2 n
Keterangan :
Y : Rata-rata/mean dari nilai variabel tidak bebas (dependent)
X : Rata-rata/mean dari nilai variabel bebas (independent)
n : Jumlah pengamatan
Dari perhitungan dengan cara regresi linear di atas dapat diprediksikan
pertumbuhan lalu lintas sebesar X %. Data lalu lintas di persimpangan
merupakan data yang diperoleh dari hasil survey yang dilakukan pada tahun
pengamatan, misalkan tahun pengamatan tahun 2003, sehingga untuk
menghitungnya perlu ditinjau dengan menggunakan angka pertumbuhan lalu
lintas. Angka pertumbuhan lalu lintas diperoleh dengan melakukan cek silang
dari data lalu lintas data harian rata-rata dari 5 tahun sebelumnya yaitu data dari
tahun 1998 sampai tahun 2002.
Untuk memprediksikan lalu lintas di persimpangan untuk tahun 2004 sampai
2007 dapat dihitung dengan rumus :
F = P ( 1 + i )n
Data 2003 = Data 2003
Data 2004 = Data 2003 ( 1 + i )1
Data 2005 = Data 2004 ( 1 + i )2
Data 2006 = Data 2005 ( 1 + i )3
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-61
4. Analisis Korelasi
Seringkali analisis regresi digunakan secara bersamaan dengan analisis korelasi.
Analisis regresi digunakan untuk memeperoleh persamaan estimasi dan untuk
mengetahui apakah dua varibel mempunyai hubungan atau tidak, sedangkan
analisis korelasi digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara
kedua varibel tersebut. Ada dua pengukuran yang biasa digunakan dalam
pengukuran keeratan hubungan yaitu koefisien determinasi dan koefisien
korelasi.
a. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kecepatan atau kecocokan garis
regresi yang terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil observasi dapat
dilihat dari besarnya koefisien determinasi ( R2 ), yaitu merupakan suatu
ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel independent
terhadap variabel dependent.
Ada dua kondisi ekstrim dari nilai R2 ini yaitu bila nilai R2 = 1 berarti
variabel X dan Y mempunyai hubungan yang sempurna dan jika R2 = 0 maka
tidak hubungan sama sekali antara kedua variabel tersebut. Dengan demikian
nilai R2 akan berkisar antara 0 dan 1 ( 0 ≤ R2 ≤ 1 ).
Koefisien determinasi R2 dapat diperoleh dengan rumus :
S 2 xy
R2 = ...................(74)
S XX S YY
b. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi ( r ) adalah ukuran yang digunakan unutk menentukan
tingkat keeratan hubungan linear antara dua variabel. Nilai ( r ) merupakan
besaran yang tidak mempunyai satuan dan terletak antara -1 dan 1
(-1 ≤ r ≤ 1 ). Koefien korelasi (r) dapat dicari dengan menggunakan rumus :
S XY
r= ...................(75)
(S XXS YY )
2.5 STUDI KELAYAKAN (Feasibility Study/FS)
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-62
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-63
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-64
Maksud dari suatu studi kelayakan proyek adalah untuk mengkaji sejauh
mana tingkat kelayakan suatu proyek yang akan dilaksanakan, sedemikian agar
sumber daya yang terbatas dapat dialokasikan secara tepat, efisien, efektif.
Sedangkan tujuan studi kelayakan proyek adalah dalam skala yang luas,
dengan terbatasnya sumber-sumber yang tersedia pemilihan antara berbagai macam
proyek dapat dilakukan, sedemikian sehingga hanya proyek-proyek yang benar-
benar layak saja yang terpilih. Pada Laporan Tugas Akhir ini analisa kelayakan
dibatasi hanya pada analisa Kelayakan Perekayasaan dan Kelayakan Ekonomi.
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-65
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-66
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-67
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-68
Ada banyak model yang bisa digunakan untuk analisa BOK, namun
disini hanya akan akan dijelaskan 2 model untuk analisa BOK. Berikut adalah
uraian tentang model analisa Biaya Operasi Kendaraan yaitu :
1. Model yang digunakan IRMS (Intra-Urban Road Management
System)
Dalam metode ini Biaya Operasi Kendaraan yang merupakan
penyesuaian dari metode HDM III (Highway Design Manual), model
diatur berdasarkan nilai IRI (International Roughness Index) sebesar 3,
berarti kondisi jalan sangat baik atau ideal, dengan kata lain bahwa nilai
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-69
IRI yang lebih dari 3, untuk model Biaya Operasi Kendaraan-nya harus
dikalikan dengan cost index yang diperoleh dari analisa regresi. Formulasi
yang digunakan untuk memperoleh Biaya Operasi Kendaraan adalah
sebagai berikut :
⎡ ⎛b⎞ ⎤
( )
BOK index = ⎢a + ⎜ ⎟ + cV 2 + d (V * IRI ) + e IRI 2 ⎥ ........(76)
⎣ ⎝V⎠ ⎦
Konstanta-konstanta tersebut akan ditunjukkan oleh Tabel 2.42 dibawah
ini :
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-70
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-71
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-72
Konsumsi dasar minyak pelumas untuk jalan non tol dirumuskan sebagai
berikut :
a) Konsumsi minyak pelumas Gol I : 0,00037 V2 – 0,04070 V +
2,20403
b) Konsumsi minyak pelumas Gol IIA : 0,00209 V2 – 0,24413 V +
13,29445
c) Konsumsi minyak pelumas Gol IIB : 0,00186 V2 – 0,22035 V +
12,06486
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-73
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-74
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-75
Sampai saat ini, belum didapatkan besaran nilai waktu yang berlaku untuk
Indonesia. Dibawah ditampilkan besaran nilai waktu beberapa kajian
yang pernah dilakukan.
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-76
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-77
nilai IRI maka kondisi jalan semakin baik (rata dan teratur). Skala RCI
bervariasi antara 2-10 dengan pengertian sebagai berikut :
Dimana :
RCI = 10 x e( -0,0501 x IRI^1,220326 ) .....................(85)
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-78
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-79
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-80
Metode ini dikenal sebagai metode present worth dan digunakan untuk
menentukan apakah suatu rencana mempunyai manfaat dalam periode
waktu analisis. Hal ini dihitung dari selisih present value of the benefit
(PVB) dan present value of the cost (PVC).
Dasar dari metode ini adalah bahwa semua manfaat (benefit) ataupun
biaya (cost) mendatang yang berhubungan dengan suatu produk
didiskonto kenilai sekarang (present values), dengan menggunakan suatu
suku bunga diskonto.
Persamaan umum untuk metode ini adalah sebagai berikut :
⎡
n -1 ⎛ ⎛ ⎛ r ⎞⎞i ⎞ ⎤
−1
Dengan pengertian :
NPV : Nilai sekarang bersih
bi : Manfaat pada tahun i
ci : Biaya pada tahun i
r : Suku bunga diskonto ( discount rate )
n : Umur ekonomi produk
Hasil NPV dari suatu produk yang dikatakan layak secara ekonomi adalah
yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif. S
4. Analisis Economic Internal Rate of Return
Economic Internal Rate of Return (EIRR) merupakan tingkat
pengembalian berdasarkan pada penentuan nilai tingkat bunga (discount
rate), dimana semua keuntungan masa depan yang dinilai sekarang
dengan discount rate tertentu adalah sama dengan biaya kapital atau
present value dari total biaya.
Dalam perhitungan nilai EIRR adalah dengan cara mencoba beberapa
tingkat bunga. Guna perhitungan EIRR dipilih tingkat bunga yang
menghasilkan NPV positif yang terkecil dan tingkat bunga yang
menghasilkan NPV negatif terkecil. Selanjutnya diadakan interpolasi
dengan perhitungan :
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-81
NPV1
EIRR = i 1 + ( i 2 − i 1 ) .....................(88)
NPV1 − NPV2
Dengan pengertian :
EIRR : Economic Internal Rate of Return
i1 : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil
i2 : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif terkecil
NPV1 : Nilai sekarang dengan menggunakan i1
NPV2 : Nilai sekarang dengan menggunakan i2
5. Analisis First Year Rate of Return (FYRR)
Analisis manfaat-biaya digunakan untuk membantu menentukan waktu
terbaik untuk memulai proyek. Walaupun dari hasil analisis proyek
bermanfaat, tetap saja ada kasus penundaan awal proyek pada saat lalu
lintas terus bertambah untuk menaikkan laju pengembalian pada tingkat
yang diinginkan. Cara terbaik untuk menentukan waktu dimulainya suatu
proyek adalah menganalisis proyek dengan range waktu investasi untuk
melihat mana yang menghasilkan NPV tertinggi.
First year rate of return (FYRR) adalah jumlah dari manfaat yang didapat
pada tahun pertama setelah proyek selesai, dibagi dengan present value
dari modal yang dinaikkan dengan discount rate pada tahun yang sama
dan ditunjukkan dalam persen.
Persamaan untuk metode ini adalah sebagai berikut :
bj
FYRR = 100 . ......................(89)
(1 + (r 100))
j −1
j −i
∑c
i=0
i
Dengan pengertian :
FYRR : First Year Rate of Return
J : Tahun pertama dari manfaat
bj : Manfaat pada tahun j
ci : Biaya pada tahun i
r : Suku bunga diskonto (discount rate)
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-82
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ
Βαβ ΙΙ Στυδι Πυστακα II-83
Dalam Laporan Tugas Akhir ini, hasil analisa dari studi-studi tersebut akan
dijadikan sebagi sumber bahan analisa Studi Kelayakan Simpang Jatingaleh.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini akan dianalisa tentang
kelayakan dari solusi-solusi tersebut. Lebih lanjut akan diuraikan adalah tentang
kemampuan solusi-solusi tersebut dalam hal yang paling dapat memberikan
keuntungan atau paling layak untuk dapat digunakan sebagai solusi terbaik untuk
memecahkan permasalahan lalu lintas pada simpang Jatingaleh. Sehingga diakhir
nanti dapat diambil suatu kesimpulan dari studi kelayakan ini mengenai alternatif
solusi terbaik untuk simpang Jatingaleh.
Τυγασ Ακηιρ
Στυδι Κελαψακαν Σιµπανγ ϑατινγαλεη
Σεµαρανγ