Anda di halaman 1dari 8

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 21 – 28, 2007

A. Budi Susiana

Optimasi natrium sitrat dan asam fumarat


sebagai sumber asam dalam pembuatan
granul effervescent ekstrak temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb) secara granulasi
basah
Optimation of sodium citric and fumaric acid as acid
sources in effervescent granule of Curcuma xanthorrhiza
Roxb. extract by wet granulation

A. Budi Susiana Lestari * dan Lisa Natalia


Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Abstrak

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu obat


alam yang banyak tersebar di Indonesia. Berdasarkan penelitian dan
pengalaman, temulawak telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan
berbagai penyakit. Pada penelitian ini digunakan kombinasi natrium sitrat
dan asam fumarat sebagai eksipien dan diharapkan dapat menghasilkan
granul effervescent ekstrak temulawak dengan sifat fisik yang memenuhi
persyaratan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor natrium sitrat,
asam fumarat, atau interaksi keduanya yang dominan terhadap sifat fisik
granul, serta mengetahui area komposisi optimum campuran natrium sitrat
dan asam fumarat yang dapat menghasilkan sifat fisik granul effervescent
yang dikehendaki. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni
menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level.
Dilihat dominasi faktor yang berpengaruh terhadap sifat fisik. Sifat fisik
granul effervescent yang diuji untuk melihat dominasi adalah kandungan
lembab, kecepatan alir dan waktu larut. Uji sifat fisik tersebut juga dapat
digunakan untuk mencari formula granul yang optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa natrium sitrat bersifat dominan
dalam menentukan kandungan lembab dan waktu larut granul effervescent,
sedangkan asam fumarat lebih dominan dalam menentukan kecepatan alir
granul effervescent. Dari contour plot super imposed pada level yang diteliti
tidak diperoleh area komposisi optimum campuran natrium sitrat dan asam
fumarat yang diprediksi sebagai formula optimum granul effervescent
dengan sifat fisik yang dikehendaki.
Kata kunci: temulawak, natrium sitrat, asam fumarat, metode desain faktorial

Abstract

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is one of natural drugs


spread throughout Indonesia. Based on researches and experiences,
temulawak has been proven to cure some diseases. This research applied
combination of sodium citrate and fumaric acid as excipients to produce
effervescent granule with certain physical characteristics.
The aims of this research were to observe dominant factor and the
interaction effect between sodium citrate and fumaric acid, to find out the
optimal area of sodium citrate and fumaric acid mix to produce effercescent

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007 21


Optimasi natrium sitrat............

granule which fulfill the granule requirements. The research used factorial
design method with two factors and two levels.
The physical characteristics of effervescent granule, evaluated were
moisture content, flow rate and time to disintegrate and dissolve. The results
showed that sodium citrate dominant in moisture content and time, whereas
fumaric acid dominant in granule flow properties. Under research
circumstances, contour plot super imposed fail to show the optimum area for
moisture content, flow rate and time to disintegrate and dissolve of
effervescent granule can’t be obtain from contour plot super imposed under
the research condition.
Key words : Curcuma xanthorrhiza Roxb., sodium citric,fumaric acid, factorial design

Pendahuluan effervescent ekstrak temulawak yang memenuhi


Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) persyaratan kualitas.
merupakan tanaman asli Indonesia yang Adapun tujuan penelitian ini adalah :
tumbuh di daerah tropis. Berdasarkan 1. Mengetahui faktor dominan, natrium sitrat
penelitian dan pengalaman, temulawak telah atau asam fumarat atau interaksi dari
terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan keduanya, yang menentukan sifat fisik
berbagai jenis penyakit. Misalnya sebagai obat granul yang dikehendaki pada pembuatan
gangguan hati, temulawak bekerja sebagai granul effervescent ekstrak temulawak.
kolagoga, yaitu meningkatkan produksi dan 2. Mengetahui area optimum melalui contour
sekresi empedu. Selain itu, temulawak juga plot super imposed kombinasi natrium sitrat
dapat digunakan sebagai obat antiinflamasi, dan asam fumarat pada pembuatan granul
penambah nafsu makan, batuk, asma, sariawan, effervescent ekstrak temulawak.
dan diare (Afifah, 2003). Di sisi lain, dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan Metodologi
teknologi di bidang farmasi mendorong para Variabel bebas
farmasis untuk membuat suatu formulasi yang Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
tepat untuk mengolah bahan alam menjadi jumlah natrium sitrat dan asam fumarat, yaitu level
rendah 200 mg dan level tinggi 100 mg.
suatu bentuk sediaan yang mudah diterima oleh
masyarakat, selain parameter kualitas yang lain Variabel tergantung
yang tetap harus terpenuhi. Dengan demikian, Variabel tergantung dalam penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan minat adalah sifat fisik granul effervescent yang meliputi
masyarakat dalam mengkonsumsi obat-obat kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut.
dari bahan alam.
Pemikiran tersebut melatarbelakangi Definisi operasional
dilakukannya penelitian tentang pembuatan Komposisi optimum granul effervescent adalah
bentuk sediaan tertentu menggunakan ekstrak komposisi natrium sitrat dan asam fumarat yang
menghasilkan kecepatan alir lebih dari 10g/detik,
temulawak. Bentuk sediaan yang dipilih dalam
kandungan lembab antara 0,4 - 0,7 %, dan waktu
penelitian ini adalah granul effervescent, larut antara 60 - 120 detik membentuk larutan yang
mengingat bentuk ini dalam hal tertentu relatif jernih.
memiliki banyak keuntungan dibanding bentuk
sediaan lain, diantaranya dalam hal penyiapan Bahan
larutan dalam waktu seketika yang mengandung Bahan yang digunakan adalah ekstrak
dosis obat yang tepat. Menghasilkan rasa yang temulawak yang disari dari rimpang kering
enak karena adanya karbonat yang membantu temulawak, etanol 70.%, natrium bikarbonat,
memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. natrium sitrat, asam fumarat, aspartam, PVP, laktosa.
Mudah untuk digunakan dan nyaman (Allen,
Alat
2002)..Sehubungan hal tersebut, perlu dilakukan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
optimasi formula granul effervescent ekstrak adalah alat-alat gelas (Pyrex-Germany), alat
temulawak berikut kontrol kualitasnya, sehingga penyerbuk (Retsch 19860013, Retsch B.V.), alat
akhirnya dapat diperoleh suatu sediaan granul maserasi, neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002),

22 Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007


A. Budi Susiana

viscotester (VT-04 RION), alat pengukur daya lekat, d. Kandungan lembab : ekstrak ditimbang
alat pHmeter elektrik (VT-03 RION), alat pengukur dalam gelas arloji dicatat beratnya, kemudian
waktu alir, moisture analizer (SinarTM IR Balance 6100), dimasukkan oven pada suhu 105˚C. Setelah
stopwatch (Illuminator, Casio), pengayak (Laboratory satu jam ekstrak diambil dan ditimbang.
Sieve, IML), lemari pengering, oven (Memmert). Dicatat beratnya, pengerjaan diulangi sampai
diperoleh bobot konstan (Anonim, 1979).
Cara penelitian 4. Penentuan dosis ekstrak temulawak
1. Pengumpulan dan penyiapan simplisia rimpang Dosis kurkumin dalam ekstrak temulawak
temulawak sebagai perangsang penciutan kandung empedu
Rimpang temulawak dicuci bersih, dipotong pada penelitian tentang efek kurkumin pada
melintang dan dikeringkan. Simplisia dinyatakan kandung empedu manusia (Lelo et al., 1998)
kering bila mudah dipatahkan. Simplisia yang adalah 20 mg sekali minum. Kandungan kurku-
telah kering diserbuk dengan mesin penyerbuk min dalam rimpang temulawak berkisar antara
dengan derajat kehalusan yang sesuai untuk 1,6 % - 2,2 % (Anonim, 2002). Dari hasil
maserasi. penelitian di laboratorium:
2. Pembuatan ekstrak temulawak • 1 kg rimpang basah temulawak = 100 g serbuk
Serbuk rimpang temulawak sebanyak 1.kg kering temulawak = 10 g ekstrak temulawak
dimaserasi dengan etanol 70.% dengan • Kandungan kurkumin = 2 %.
perbandingan 1:7 di dalam erlenmeyer tertutup • Dalam 100 g serbuk kering = 2 % x 100.000 mg
kemudian didiamkan selama 5 hari (Voigt, serbuk kering = 2000 mg kurkumin
1984). Rendaman diperas dan ampasnya diperas Dosis kurkumin sekali minum = 20 mg.
lagi. Cairan maserasi dan hasil perasan ampas
Dosis ekstrak sekali minum =
disatukan, selanjutnya diukur volume yang
diperoleh. Hasil ekstraksi didiamkan selama 20 mg kurkumin x 10.000 mg ekstrak
satu hari lalu disaring dan dipekatkan di atas 2000 mg kurkumin
waterbath dengan suhu kurang dari 50ºC sampai = 100 mg
volume konstan. 5. Penentuan level rendah dan level tinggi asam
3. Pemeriksaan kualitas ekstrak temulawak sitrat dan asam tartrat
a. Organoleptis : meliputi bentuk, warna, bau, 6. Penentuan formula granul effervescent pada
dan rasa. Tabel I .
b. Viskositas : pengukuran menggunakan alat 7. Pembuatan granul effervescent
viscometer Rion VT 04. Pengujian dilakukan Granul effervescent dibuat secara terpisah antara
dengan replikasi sebanyak 6 kali dengan granul asam dan granul basa untuk menghindari
waktu pendiaman selama 15 menit. reaksi effervescent dini. Pembuatan granul
c. Daya lekat : ekstrak temulawak sebanyak 100 effervescent dilakukan di tempat dengan
mg diletakkan di tengah gelas obyek. Gelas kelembaban sekitar 50.%. Sebagai larutan
obyek yang lain diletakkan di atas ekstrak pengikat dilarutkan PVP dalam etanol 70.%
tersebut kemudian ditekan dengan beban dengan konsentrasi 3.%. Pada granul asam,
seberat 1 kg selama 5 menit. Kedua gelas ekstrak temulawak dilarutkan terlebih dahulu ke
obyek dipasang pada alat daya lekat dan dalam larutan PVP agar distribusi ekstrak
ditarik dengan beban seberat 80 g. Waktu temulawak dapat merata di dalam massa granul.
dihitung dari beban dilepas sampai kedua 8. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent
lempeng gelas obyek terpisah. a. Kecepatan alir : 100 gram granul dituang
Tabel I. Formula granul effervescent ekstrak temulawak
Formula
Bahan (mg)
1 a b ab
Ekstrak temulawak 100 100 100 100
Natrium bikarbonat 575 575 575 575
Natrium sitrat 200 1000 200 1000
Asam fumarat 200 200 1000 1000
Laktosa 135 135 135 135
Polivinilpirolidon 20 20 20 20
Aspartam 10 10 10 10

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007 23


Optimasi natrium sitrat............

perlahan-lahan melalui tepi corong yang Hasil uji sifat fisik granul
ujungnya tertutup. Dicatat waktu yang Hasil uji sifat fisik granul effervescent
diperlukan sampai semua granul habis keluar. ekstrak temulawak pada Tabel III)
Menurut Guyot (cit Fudholi, 1983), apabila Hasil perhitungan efek faktor terhadap
waktu yang diperlukan oleh 100 gram granul sifat fisik granul berdasarkan desain faktorial
untuk mengalir keluar dari corong lebih dari (Tabel IV ).
10 detik, akan mengalami kesulitan waktu Untuk melihat hubungan pengaruh
penabletan.
b. Kandungan lembab : dengan alat moisture
peningkatan level natrium sitrat dan asam
balance, dimasukkan 5 gram granul dalam fumarat terhadap sifat fisik granul effervescent,
aluminium foil. Pengeringan pada suhu dibuat grafik ( Gambar 1 ).
105˚C selama 5 menit, akan didapat persen Dari contour plot (Gambar 1) tampak
kadar air. Syarat kadar air granul effervescent bahwa dengan penambahan natrium sitrat dan
antara 0,4 %-0,7 % (Fausett dkk, 2000). asam fumarat baik pada level rendah maupun
c. Waktu larut : sejumlah granul tiap formula level tinggi akan meningkatkan kandungan
dilarutkan ke dalam 200 mL aquadest. lembab granul effervescent. Hal ini juga ditunjang
Waktu larut dihitung dengan stop watch mulai dengan perhitungan desain faktorial (Tabel V),
dari granul tercelup ke dalam aquadest dimana nilai efek kedua faktor tersebut yang
sampai semua granul terlarut. Waktu larut
sama-sama bernilai positif, artinya baik natrium
granul effervescent berkisar antara 1-2 menit
(Mohrle, 1989). sitrat dan asam fumarat dapat meningkatkan
kandungan lembab dalam sistem granul
Analisis akhir effervescent tersebut. Namun efek natrium sitrat
Berdasarkan rumus Y = b0 + b1XA + b2XB + yang nilainya lebih besar dibanding efek asam
b12XAXB dapat dihitung harga koefisien b0, b1, b2, fumarat menunjukkan bahwa natrium sitrat
b12 (Bolton,.1997). Dari hasil perhitungan lebih dominan dalam menentukan kandungan
menggunakan rumus ini dapat dibuat contour plot sifat lembab granul effervescent. Efek interaksi kedua
fisik granul effervescent. Dari contour plot tersebut faktor yang bernilai negatif menunjukkan
kemudian digabungkan menjadi contour plot super bahwa terjadinya interaksi natrium sitrat dan
imposed untuk mengetahui komposisi optimum
asam fumarat justru akan menurunkan
kombinasi antara natrium sitrat dan asam fumarat
yang akan digunakan sebagai eksipien pada kandungan lembab granul effervescent.
pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa
Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh besarnya penambahan natrium sitrat dan asam fumarat
efek tiap faktor dan juga interaksinya. baik pada level rendah maupun tinggi akan
mempersingkat waktu larut granul effervescent.
Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan besarnya efek (Tabel V), natrium
Hasil uji standarisasi ekstrak temulawak sitrat lebih dominan dalam mempercepat waktu
a. Uji organoleptik : warna coklat tua, bau larut granul effervescent dibanding asam fumarat,
khas, rasa pahit, konsistensi kental. sebaliknya interaksi antara natrium sitrat dan
b. Uji kandungan lembab dan daya lekat asam fumarat justru akan memperlama waktu
ekstrak temulawak (Tabel II). larut.
Tabel II. Hasil uji kandungan lembab dan daya lekat ekstrak temulawak
Uji ekstrak Nilai (X± SD)
Kandungan lembab (%) 23,73 ± 0,73
Viskositas (dPas) 3,45 ± 0,13
Daya lekat (detik) 5,00 ± 2,83

Tabel III. Hasil uji sifat fisik granul effervescent ekstrak temulawak
Sifat fisik F (1) F (a) F (b) F (ab)
Kandungan lembab (%) 2,93 ± 0,05 4,36 ± 0,04 4,06± 0,04 5,33 ± 0,05
Waktu larut (detik) 157,33 ± 3,50 71,00 ± 5,62 87,33 ± 3,93 53,33 ± 4,13
Kecepatan alir (g/detik) 13,16 ± 1,33 11,39 ± 0,96 23,33 ± 2,58 16,43 ± 2,10

24 Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007


A. Budi Susiana

Tabel IV. Hasil perhitungan efek faktor terhadap sifat fisik granul effervescent ekstrak temulawak
Sifat fisik granul Efek a Efek b Efek Interaksi a-b
Kandungan lembab (%) 1,35 1,05 -0,08
Waktu larut (detik) -60 -43,67 26
Kecepatan alir (g/detik) -4,34 7,61 -2,57
Keterangan : a = natrium sitrat, b = asam fumarat

Natrium sitrat (g) Asam fumarat (g)

Gambar 1a Gambar 1b
Gambar 1. Grafik hubungan antara level natrium sitrat (a) dan asam fumarat (b)
terhadap kandungan lembab granul effervescent

Natrium sitrat (g) Asam fumarat (g)

Gambar 2a Gambar 2b

Gambar 2. Grafik hubungan antara level natrium sitrat (a) dan asam fumarat (b)
terhadap waktu larut granul effervescent

Natrium sitrat (g) Asam fumarat (g)

Gambar 3a. Gambar 3b.


Gambar 3. Grafik hubungan antara level natrium sitrat (a) dan asam fumarat (b)
terhadap kecepatan alir granul effervescent

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007 25


Optimasi natrium sitrat............

Penambahan natrium sitrat dapat menurunkan 2. Waktu larut, dengan persamaan :


kecepatan alir granul effervescent pada
penggunaan asam fumarat level tinggi maupun Y = 199,66 – 1,24.10-1X1 – 1,04.10-1X2 +
rendah. Sebaliknya peningkatan jumlah asam 8,18.10-5X12
fumarat dapat meningkatkan kecepatan alir
granul effervescent pada penggunaan natrium
sitrat level tinggi maupun rendah (Gambar 3).

Asam fumarat (g)


Berdasarkan perhitungan desain faktorial, efek
asam fumarat lebih dominan dalam
menentukan kecepatan alir granul effervescent,
sedangkan natrium sitrat maupun interaksi
antara kedua faktor tersebut meskipun tidak
bersifat dominan, namun cenderung dapat
menurunkan kecepatan alir granul. Semakin
banyak jumlah asam fumarat, kecepatan alir
granul effervescent semakin meningkat, di sisi lain Natrium sitrat (g)
penambahan natrium sitrat harus diperhatikan
karena dapat menurunkan kecepatan alir granul
effervescent.
Gambar 5. Contour plot waktu larut granul effervescent
Contour plot sifat fisik granul
1. Kandungan lembab, dengan persamaan : Dalam penelitian ini, dipilih respon
tersebut karena menurut Mohrle (1989), tablet
Y = 2,28 + 1,84.10-3XA + 1,46.10-3XB – effervescent yang baik memiliki waktu larut antara
2,5.10-7 XA XB 1-2 menit membentuk larutan yang jernih.

3. Kecepatan alir, dengan persamaan :

Y = 10,74 + 6,09.10-4 XA + 1,43.10-2 XB –


Asam fumarat (g)

8,02.10-6 XA XB
Asam fumarat (g)

Natrium sitrat (g)

Gambar 4. Contour plot kandungan lembab granul


effervescent Natrium sitrat (g)

Nilai kandungan lembab dari granul yang


diperoleh lebih dari 0,4-0,7%, sehingga dari Gambar 6. Contour plot kecepatan alir granul
contour plot tidak dapat ditentukan komposisi effervescent
natrium sitrat dan asam fumarat yang
diinginkan untuk menghasilkan kandungan Semua area formula pada komposisi
lembab granul effervescent tertentu, pada level natrium sitrat dan asam fumarat yang diteliti
yang diteliti.

26 Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007


A. Budi Susiana

merupakan area formula yang optimum untuk salah satu uji sifat fisik granul effervescent yaitu uji
menghasilkan kecepatan alir yang dikehendaki, kandungan lembab tidak memenuhi kriteria
karena memenuhi syarat >10..g/detik (0,4 % - 0,7 %), sehingga tidak ditemukan area
(cit Fudholi, 1983). yang diprediksi sebagai formula optimum
granul effervescent yang diteliti.
Contour plot super imposed granul efferves- Berdasarkan definisi operasional peneliti-
cent natrium sitrat-asam fumarat
an, kandungan lembab termasuk salah satu
Dalam penelitian ini, formula optimum parameter untuk menentukan formula
granul effervescent dapat diprediksi dengan cara optimum. Tidak terpenuhinya syarat kandungan
mencari area komposisi optimum 3 uji sifat lembab bukan dikarenakan faktor natrium sitrat
fisik granul effervescent meliputi uji kecepatan alir, dan asam fumarat, namun lebih dimungkinkan
kandungan lembab dan waktu larut. karena proses pembuatan granul effervescent
Respon yang telah dipilih dari tiap uji dilakukan di ruangan yang memiliki kelem-
sifat fisik granul effervescent dijadikan satu dalam baban relatif 50.%, padahal seharusnya
contour plot super imposed. dilakukan di ruangan dengan kelembaban relatif
maksimal 25.% (Mohrle, 1989). Dalam
penelitian ini kemungkinan sudah tercapai
kesetimbangan kandungan lembab antara
bahan-bahan granul effervescent dengan
Asam fumarat (g)

kelembaban di ruangan pembuatan, sehingga


walaupun sudah dikeringkan dalam oven,
granul effervescent yang dihasilkan tidak bisa
mencapai kandungan lembab 0,4-0,7 % .

Kesimpulan
1. Natrium sitrat bersifat dominan dalam
menentukan kandungan lembab granul dan
Natrium sitrat (g)
waktu larut, sedangkan asam fumarat lebih
dominan dalam menentukan kecepatan alir
granul effervescent.
Gambar 7. Contour plot super imposed granul effervescent 2. Dalam penelitian ini tidak diperoleh area
komposisi optimum yang diprediksi sebagai
Dari contour plot super imposed tidak formula optimum granul effervescent.
ditemukan area optimum. Hal ini disebabkan

Daftar Pustaka
Afifah, E., 2003, Khasiat dan Manfaat Temulawak : Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit, 1-3, 12-13,
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Alderbon, G., and Nystrom, C., 1996, Pharmaceutical Powder Compaction Technology, vii - viii, Marcell
Dekker Inc., New York.
Allen, V.L., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Ed, 117, American
Pharmaceutical Association, Washington, D.C.
Anonim, 1977, Materia Medika I, 55-57, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, Edisi III, 68-69, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenika, 5-20, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 1995, Compotition Tablet Efferfescent, www.pharma-solution.basf.com, diakses tanggal 24 Januari
2006.
Anonim, 2002, Teknologi Tepat Guna :Budidaya pertanian temulawak,
http://www.IPTEKnet.co.id, diakses tanggal 24 Januari 2006.

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007 27


Optimasi natrium sitrat............

Anonim, 2004, Sodium Bicarbonate Dosage : Interactions, Side effects, How to Use, www.health
digest.org/drugs/sodium bicarbonate.html. diakses tanggal 24 Januari 2006.
Anwar, K., Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Kunyit (Curcumae domestica val.), Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistics : Practical and Clinical Aplication, Edisi III, 591-610, Marcel
Dekker, Inc., New York.
Boylan, J.C., Cooper, J. and Cowhan, T.Z, 1986, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 78-80, 236,
239, 263-264, American Pharmaceutical Association.
Dalimartha, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, 182-185, Trubus Agriwidya, Jakarta.
Drummond, J.N., 1995, Binders and Granules and Tablets in Karsa, D.R., Stephenson, R.A.,
Excipients and Delivery Sistems for Pharmaceutical Formulations,75, Antony Rows Ltd., UK.
Fassihi and Kanfer, 1986, Effect of Comprsibility and Powder Flow Properties on Tablet Weight Variation in
Drug Development and Industrial Pharmacy, 12th, Marcel Dekker, Africa.
Fausett, H., Gayser C., Dash, A.K., 2000, Evaluation of Quick Disintegrating Calcium Carbonate Tablets,
28 Juni 2000, http://www.pharmscitech.com. diakses tanggal 24 Januari 2006.
Fudholi, A., 1983, Metode Formulasi Dalam Kompresi Direk, Medika, no.7, 586-593.
Juniawan, H., 2004, Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Kencur (Kaemferia galanga L.) Dengan
Variasi Jumlah Asam Sitrat-Asam Tartrat, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Lelo, A., Rasyid, A., Misra, Hamid, Z., 1998, Efek Kurkumin Pada Kandung Empedu Manusia
Dalam Bentuk Sediaan Tablet, Kapsul dan Bubuk, Majalah Kedokteran UNIBRAW ,
XIV,3, 131-132.
Majeed, M., Badmaev, V., Shivakumar U., Rajendran, R., 1995, Curcuminoids, 24, NutriScience
Publisher, Inc., USA.
Martono, S., 1996, Penentuan kadar kurkumin secara kromatografi lapis tipis-densitometri, dalam
Buletin ISFI Yogyakarta, II, 4, Yogyakarta.
Mohrle, R., 1989, Effervescent Tablets, in Lieberman, H.A., Lachman,L., (eds), Pharmaceutical Dosage
Form Tablet, vol I, 287, 289, 295.
Parrot, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3nd Ed, 73-76, Burgess
Publishing Company, USA.
Rubinstein, M..H., 1988, Tablets in Aulton, Michael E., Pharmaceutics The Sciene of Dosage Form Design,
304-308, ELBS with Churchill Livingstone: Hongkong.
Summers, A.S and Aulton, M., 2002, Granulation, in Aulton, M., Pharmaceutics the Sciences of Dosage
Form Design, 2nd Ed,207-208, 365-367, 412-413, ELBS with Churchill Livingstone.,
Hongkong.
Voigt, R.,1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Ed 5, 169-171, 199-209, 565-566, 585-586,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wagner, H., Bladt, S., Zgainski, E.M, 1984, A Thin Layer Chromatography Atlas, 42-43, terjemahan
Scott, A.Th., Berlin Heidelberg New York, Tokyo.
Wolfram, Tritthart, Psikernig, Maria Andre, Kolb, Gottfried, 1999, Effervescent Formulations, www.
Pharmcast.com/patents. diakses tanggal 24 Januari 2006.

* Korespondensi : A. Budi Susiana Lestari S.Si., Apt.


Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Kampus III,
Paingan, Maguwohardjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55281
Telp. +62 (0274) 883037 ext.2234, Fax. +62 (0274) 886529
E-mail : a_budi@staff.usd.ac.id / agatha_budi@yahoo.com

28 Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007

Anda mungkin juga menyukai