FONOLOGI
Dosen Pengampu;
Drs.I Made Sugata, M. Hum
Nama Kelompok II :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, atas rahmat dan
hidayahnyasehingga saya dapat membuat dan menyelesaikan tugas ini. Tugas ini disusun
untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Fonologi dengan judul “ FONOLOGI ”. Harapan
saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya dan pendidikan
linguistik pada khususnya.
Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah dan dalam penulisan ini
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar dapat mengerjakan makalah yang lebih baik lagi. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................1
1.2. TUJUAN .......................................................................................................1
1.3. KEGUNAAN ................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. FONOLOGI ..................................................................................................2
2.2. FONETIK .....................................................................................................2
2.3. SEGMENTAL ..............................................................................................4
2.4. FONEMIK ....................................................................................................6
BAB II PENUTUP
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................9
3.2 SARAN...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 KEGUNAAN
Laporan buku ini diharapkan mampu memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis diharapkan laporan buku ini menambah khazanah tentang
ilmu bahasa Linguistik. Sedangkan secara praktis laporan buku ini menambah
pengetahuan, wawasan dan ilmu bagi penulis maupun pembaca.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FONOLOGI
2.2 FONETIK
Fonetik atau fonetika adalah bagian ilmu dalam linguistik yang mempelajari bunyi
yang diproduksi oleh manusia.
Di sisi lain fonologi adalah ilmu yang berdasarkan fonetik dan mempelajari sistem
fonetika. International Phonetic Association (IPA) telah mengamati lebih dari 100 bunyi
manusia yang berbeda dan mentranskripsikannya dengan International Phonetic Alphabet
mereka.
A. Sejarah Fonetik
Ilmu fonetika pertama kali dipelajari sekitar abad ke-5 SM di India Kuna oleh
Pāṇini, sang resi yang mempelajari bahasa Sansekerta. Semua aksara yang
berdasarkan aksara India sampai sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini ini,
termasuk beberapa aksara Nusantara. Tulisan Yunani Kuno dinobatkan sebagai dasar
pertama penulisan lambang alfabet. Fonetika modern diawali oleh Alexander Melville
Bell melalui bukunya Visible Speech (1867) yang memperkenalkan suatu sistem
penulisan bunyi-bunyi bahasa secara teliti dan teratur.
Ilmu fonetik kemudian berkembang dengan pesat di akhir abad ke-19 akibat
ditemukannya fonograf, yang membantu perekaman bunyi-bunyi bahasa. Berkat alat
tersebut, fonetisi dapat mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan lebih baik, mudah,
dan akurat dari sebelumnya karena alat tersebut dapat mengulang-ulang tuturan yang
direkamnya sampai fonetisi dapat menganalisisnya dengan akurat. Dengan
menggunakan fonograf Edison, Ludimar Hermann menyelidiki sifat-sifat spektral
dalam bunyi vokoid dan kontoid. Dalam karya ilmiahnyalah istilah forman
diperkenalkan. Hermann juga memutar-mutar bunyi-bunyi vokoid menggunakan
fonograf Edison dalam berbagai kecepatan dalam rangka menguji teori Willis dan
Wheatstone mengenai produksi bunyi vokoid.
5
Tahapan Komunikasi
6
7. Cara Gangguan
8. Tinggi Rendahnya Lidah
9. Maju – mundurnya Lidah
10. Bentuk Bibir
b. Deskripsi Bunyi Segmental Bahasa Indonesia
Bunyi segmental,baik vokoid maupun kontoid,yang diucapkan oleh penutur
bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi
dalam lingkungan.
c. Bunyi Suprasegmental
Telah di jelas di muka bahwa bunyi-bunyi bahasa ketika diucapkan ada yang
bisa disegmen-segmenkan,diruas-ruaskan,atau dipisah-pisahkaan,misalkan semua
bunyi vokoid dan kontoid.Bunyi-bunyi yang bisa disegmantasikan ini disebut bunyi
segmental.Oleh para fonetisi,bunyi-bunyi suprasegmental ini di kelompokan menjadi
empat jenis,yaitu yang menyangkut aspek
1. Tinggi-rendah bunyi (Nada,Tona,pitch)
2. Keras-Lemah (Tekanan,Aksen,Stress)
3. Panjang-pendek (Durasi,Duration)
4. Kesenyapan (Jeda,Juncture)
d. Bunyi Pengiring
Bunyi pengiring adalah bunyi yang ikut serta muncul ketika bunyi utama
dihasilkan hal ini di sebabkan oleh ikut sertanya alat-alat ucap lain ketika alat ucap
pembentuk bunyi utama di fungsikan.
e. Diftong dan Kluster
1. Diftong
Masalah diftong atau vokoid rangkap ini berhubungan dengan sonoritas
atau tingkat kenyaringan suatu bunyi.ketika dua deret bunyi vokoid di ucapkan
dengan satu hembusan udara,akan terjadi ketidaksamaan sonoritasnya
2. Kluster
Dalam bahasa-bahasa tertentu,bunyi kluster atau konsonan rangkap (dua
atau lebih)ini merupakan bagian dari struktur fonetis atau fonotaksin yang disadari
oleh penuturnya
f. Silaba ( Suku Kata )
Silaba atau suku kata sudah lama di kenal,terutama dalam kaitannya dengan
sistem penulisannya.sebelum alfabet lahir,system penulisan di dasarkan atas suku kata
ini,yang disebut tulisan silabar.
g. Ciri Prosodi dalam Bahasa Indonesia
Nada
Dalam penuturan bahasa Indonesia, tinggi-rendahnya (nada) suara tidak
fungsional atau tidak membedakan makna. Oleh karena itu, dalam kaitannya
dengan pembedaan makna, nada dalam bahasa Indonesia tidak fonemis.
Walaupun demikian,ketidakfonemisan ini tidak berarti nada tidak ada dalam
bahasa Indonesia.
Tekanan
7
Berbeda dengan nada, tekanan dalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi
membedakan maksud dalam tataran kalimat (sintksis), tetapi tidak berfungsi
membedakan makna dalam tataran kata (leksis).
Durasi
Tidak jauh berbeda dengan tekanan,durasi atau panjang-pendek ucapan
dalam bahasa Indonesia tidak fungsional dalam tataran kata, tetapi fungsional
dalam tataran kalimat
Jeda
Jeda atau kesenyapan ini terjadi di antara dua bentuk linguistic, baik
antarkalimat,antarfase, antarkata,antarmorfem, antarsilaba, maupun antarfonem.
Intonasi
Berbeda dengan nada, intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan
dalam pembedaan maksud kalimat,dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini,
kalimat bahasa Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat Tanya, dan
kalimat perintah.
h. Perubahan Bunyi Dalam Bahasa Indonesia
Asmilasi
Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi
bunyi yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa
itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi
atau dipengaruhi.
Dismilasi
Kebalikan dari asimilasi, disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi
yang sama atau mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda.
Modivikasi Volak
Modifikasi vokal adalah perubahan bunyi vokal sebagai akibat dari
pengaruh bunyi lain yang mengikutinya. Perubahan ini sebenarnya bisa dimasukan
kedalam peristiwa asimilasi, tetapi karena ini tergolong khas, maka perlu
disendirikan.
Netralisasi
Netralisasi adalah perubahan bunyi fonemis sebagai akibat pengaruh lingkungan.
Zeorisasi
Zeorisasi adalah penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya
penghematan atau ekonomisasi pengucapan.
Metatesis
Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga
menjadi dua bentuk kata yang bersaing.
Diftongisasi
8
Diftongisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi
dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) secara berurutan.
Monoftongisasi
Kebalikan dari diftongisasi adalah monoftongisasi,yaitu perubahan dua
bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) menjadi vokal tunggal (monoftong).
Anaptiksis
Anaptiksis atau suara bakti adalah perubahan bunyi dengan jalan
menambahkan bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan untuk memperlancar
ucapan.
2.4 FONEMIK
9
Kesepuluhan, mencatat bunyi-bunyi dalam inventori fonetis dan fonemis, condong
menyebar secara simetris.
Kesebelas, mencatat bunyi-bunyi yang berfluktuasi.
Kedua belas, mencatat bunyi-bunyi selebihnya sebagai fonem tersendiri.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya
Fonetik atau fonetika adalah bagian ilmu dalam linguistik yang mempelajari bunyi yang
diproduksi oleh manusia. Di sisi lain fonologi adalah ilmu yang berdasarkan fonetik dan
mempelajari sistem fonetika. International Phonetic Association (IPA) telah mengamati lebih
dari 100 bunyi manusia yang berbeda dan mentranskripsikannya dengan International
Phonetic Alphabet mereka.
3.2. SARAN
Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, saya atas nama penulis memohon
untuk memberikan kritik, saran dan masukannya yang bersifat untuk membangun agar
menuju kepada kesempurnaan
11
DAFTAR PUSTAKA
12