Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KLASIFIKASI DAN KEANEKARAGAMAN

VERTEBRATA
PENGUKURAN IKAN
Dosen Pengampu :
Rita Istiana, S.Si, M.Pd ,
Rifki Risma Munandar, M.Pd

KELOMPOK 1 :
Oyi Irawan (036117001)
Nashiroh Khairiah (036117010)
Aprilia Serephina Gultom (036117012)
Dwia Arfianti (036117020)
4A Pendidikan Biologi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
2019
I. Judul Praktikum
Praktikum klasifikasi dan keanekaragaman vertebrata kali ini berjudul pengukuran
ikan
II. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengenal ciri-ciri ikan yang penting
untuk di determinasi, mengidentifikasi suatu jenis ikan dan membuat klasifikasi suatu
jenis ikan.
III. Tempat, Hari dan Tanggal
Praktikum kali ini dilaksanakan di Laboratorium 1 Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan, pada hari kamis 28 Maret 2019
pukul 08.00–10.00 WIB.
IV. Alat dan Bahan
Praktikum kali ini menggunakan beberapa alat diantaranya bak paraffin dan kunci
identifikasi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan mas.
V. Landasan Teori

Kelas Pisces adalah hewan yang hidup di air tawar dan air asin (laut) serta di air
payau (pertemuan air tawar dan air laut). Bernafas dengan insang, berdarah dingin,
memiliki derivat kulit berupa sisik dan bergerak menggunakan sirip. Berdasarkan
tulang penyusun, kelas ini dibedakan atas ikan bertulang sejati (Osteichtyes) dan ikan
yang bertulang rawan (Chondrichetyes). Penyebaran ikan hampir diseluruh
permukaan bumi ditemukan di air tawar maupun air asin dan merupakan spesies
terbanyak dari kelas vertebrata (Djuhanda, 1974).
Pisces terbagi menjadi empat kelas, yaitu sebagai berikut agnatha, placodermi,
chondrichthyes, osteichtyes. Agnatha merupakan vertebrata pertama yang
memperkembangkan diri, dan semua vertebrata lain berasal dari nenek moyang kelas
ini. Bentuk pola badan yang prinsip dari hewan yang hidup adalah amosoites yaitu
larva dari lamprey. Perlu di perhatikan bahwa agnatha masih kekurangan sifat-sifat
tertentu yang menjadikan contoh vertebrata, berdiri lebih tinggi pada tangga evolusi.
Mereka tidak mempunyai tulang rahang, gigi yang sebenarnya, tulang anggota atau
anggota gerak tertentu. Sering sekali terlihat duri-duri pectoral, lipatan-lipatan atau
cuping-cuping padanya tetapi sirip pinggul tidak ada, insang-insang berlokasi pada
kantung-kantung (Djuhanda, 1981).
Osteichthyes atau ikan bertulang sejati, terdiri atas kurang lebih 25000 spesies
baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies. Tubuh berukuran
antara 1 cm dan lebih dari 6m, ikan bertulang keras sangat melimpah di laut dan
hampir setiap habitat air tawar dan merupakan vertebrata yang paling sukses, dan
yang berkembang menjadi vertebrata darat atau tetrapoda (Kottelat, 1993)
Setelah mengetahui ciri morfologi, ciri meristik dan telah melakukan pengukuran
morfometrik, hal yang selanjutnya dilakukan yaitu membuat kunci determinasi. Sifat-
sifat ikan yang penting untuk membantu identifikasi adalah rumus sirip, yaitu suatu
rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlah jari-jari sirip dan bentuk sirip.
Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara
bagian-bagian itu sendiri, jumlah sisik pada garis perte ngahan sisi atau garis sisi,
serta organ tambahan atau ciri-ciri lain yang hanya dimiliki oleh spesies tertentu,
misalnya seperti sungut (Bond,1979). Sedangkan menurut Saanin (1984), selain
empat sifat seperti yang disebut diatas, juga diperlukan karakter lain seperti bentuk
sisik dan gigi beserta susunan dan tempatnya, serta tulang-tulang insang.
Karakter lain yang juga dihitung atau diperhatikan ialah panjang standar, yaitu
jarak garis lurus antara ujung bagian kepala paling depan dengan pelipatan dari
pangkal sirip ekor, panjang seluruhnya, yaitu jarak garis lurus antara ujung bagian
kepala yang paling depan dan ujung sirip ekor yang paling belakang, tinggi badan,
diukur pada tempat yang paling tertinggi, bagian dari dasar sirip yang melewati garis
punggung tidak ikut diukur, tinggi batang ekor, diukur pada bagian yang terendah,
panjang batang ekor, yaitu jarak miring antara ujung dasar sirip dubur dan pangkal
jari-jari tengah dari sirip ekor, panjang sirip punggung dan sirip dubur, ialah jarak
antara pangkal jari-jari pertama dan tempat selaput sirip dibelakang jari-jari terakhir
bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip, tinggi sirip punggung atau
sirip dubur diukur dari pangkal pertama hingga puncaknya, panjang sirip ada dan
sirip perut, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang kepala, yaitu jarak
yang diukur antara ujung paling depan dari hidung hingga ujung belakang dari keping
tutup insang, panjang atau lebar mata, yaitu diameter dari rongga mata, panjang
moncong, bentuk-bentuk sirip ekor yaitu bentuk sabit, bercagak, berpinggiran ,
berlekuk, berpinggiran tegak, bundar atau membundar, meruncing, dan berpinggiran
berlekuk kembar (Saanin, 1984).
Menurut Saanin (1984), identifikasi ikan sebaiknya dimulai dengan nomor satu
(1). Sifat-sifat dan tanda-tanda ikan yang hendak diidentifikasi disesuaikan dengan
bagian-bagian dari nomor ini dan dilanjutkan pada nomor yang tercantum di belakang
bagian-bagian yang sesuai dengan sifat atau tanda- tanda ikan itu dan begitu
seterusnya. Dengan jalan ini akan ditemukan berturut-turut subclass, ordo, subordo,
family, genus, subgenus, spesies.
Ikan tongkol tergolong ikan scambridae, bentuk tubuhnya seperti betuho, dengan
kulit yang licin, sirip melengkung ujungnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan
tongkol merupakan perenang tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka tulang.
Sirip-sirip punggung, dubur atau anal, perut dan dada pangkalnya mempunyai
lekukan pada tubuh, sehinga sirip-sirip itu dapat dilipat masuk ke daam lekukan
tersebut, sehinga dapat memperkecil dya gesekan da air pada waktu ikan tersebut
berenang cepat dan di belakang sirip punggung da sirip anal terdapat sirip tambahan
yang kecil-kecil disebut finlet (Djuhanda, 1981).
Ikan bandeng mempunyai tubuh yang ramping dan ditutupi oleh sisik dengan jari-
jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang, mulut sedang dan non plottaktile dengan
posisi mulut dengan sisi bawah bola mata dan tidak memiliki sungut. Ikan bandeng
termasuk golongan ikan herbivore, yaitu bangsa ikan yang mengkomsumsi tumbuhan,
mampu mencapai berat rata-rat 0,6 kg pada usia 5-6 bulan dengan pemeliharaan yang
alternatif (Djuhanda, 1981).
Blue fin trevally yang di Indonesia dikenal dengan nama ikan kuwe merupakan
salah satu jenis ikan permukaan (pelagis) dan termasuk ikan karnivora. Ikan ini
sangat digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak serta memiliki kandungan
protein yang tinggi (Nelson, 1984). Ikan kuwe pada masa juvenil dapat digunakan
sebagai ikan hias laut karena warnanya yang menarik. Pada saat dewasa tubuh ikan
kuwe berbentuk oval dan pipih. Warna tubuhnya bervariasi, yaitu biru bagian atas dan
perak hingga keputih-putihan di bagian bawah. Tubuh ditutupi sisik halus berbentuk
cycloid
Berdasarkan Sitanggang dan Sarwono (2007), gurami mempunyai bentuk badan
yang khas dengan bentuk tubuhnya agak panjang, pipih, dan lebar. Badan tertutupi
oleh sisik yang kuat dengan tepi yang kasar. Ikan ini memiliki ukuran mulut yang
kecil yang letaknya miring tidak tepat di bawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat
sedikit lebih maju dibandingkan dengan bibir atas dan dapat disembulkan. Menurut
Respati dan Santoso (1993), warna badan umumnya biru kehitam-hitaman, bagian
perut berwarna putih, bagian punggung berwarna kecoklatan. Warna tersebut akan
berubah menjelang dewasa, yakni pada bagian punggung berwarna kecoklatan dan
pada bagian perut berwarna keperakan atau kekuningan. Pada ikan gurame muda
terdapat garis tegak berwarna hitam berjumlah ± 7–8 buah dan akan tidak terlihat bila
sudah menjadi ikan dewasa.
Ikan gabus pada umumnya memiliki tubuh berwarna coklat kehitam hitaman,
pada bagian atas berwarna coklat muda dan dibagian perut berwana keputih-putihan,
namun sering kali menyerupain lingkungan sekitarnya. ikan gabus sering kali
dijuluki “Snake head” karena memiliki kepala seperti ular agak pipih dan terdapat
sisik besar diatas kepalanya. Pada kepala bagian kanan sampai ujung ekor berwarna
hitam kecoklatan dan agak kehijauan dan pada sisi samping bercoret-coret tebal
(striata). Sirip punggung memanjang dengan sirip ekor membulat dibagian ujung.
Ikan gabus memiliki mulut yang lebar terminal dan gigi yang sangat tajam.
(Andriyanto, 2009)
Ikan kembung (Indian Mackerel-Scombridae) memiliki karakteristik badan
lonjong dan pipih. Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat 5 sirip
tambahan (finlet) dan terdapat sepasang keel pada ekor. Pada ikan ini terdapat noda
hitam di belakang sirip dada. Pada semua jenis terdapat barisan noda hitam di bawah
sirip punggung. Jenis ikan Kembung yang tertangkap di Indonesia terdiri dari spesies
Rastelliger brachysoma, R. faughni dan R. kanagurta. Ikan kembung memiliki nama
lokal Rumahan, Temenong, Mabong, Pelaling, Banyar, Kembung Lelaki. Habitat
ikan kembung tersebar membentuk gerombolan (schooling) besar di wilayah perairan
pantai. Ikan ini sering ditemukan bersama dengan ikan famili Clupeidae seperti
Lemuru dan Tembang. Jenis makanannya adalah Phytoplankton (Diatom),
Zooplankton (Cladocera, Ostracoda, Larva Polychaeta). Ikan dewasa memakan
Makroplankton seperti larva udang dan ikan (Wiadnya, 2012).
Ikan cupang (Betta sp.) terkenal karena sifatnya yang agresif dan kebiasaan
hidupnya berkelahi dengan sesama jenis, sehingga dinamakan fighting fish. Warna
tubuh ikan ini berwarna-warni, sehingga menjadi daya tarik para penggemar dan
penghobi untuk mengoleksinya. Warna-warna klasik seperti merah, hijau, biru, abu-
abu, dan kombinasinya banyak dijumpai. Warna-warna baru juga bermunculan dari
kuning, putih, jingga, hingga warna-warna metalik seperti tembaga, platinum, emas,
dan kombinasinya (Perkasa, 2001). Ikan cupang (Betta sp.) merupakan ikan yang
memiliki banyak bentuk (Polymorphisme), seperti ekor bertipe mahkota/serit (crown
tail), ekor setengah bulan/lingkaran (half moon), ekor pendek (plakat) dan ekor tipe
lilin/selendang (slayer) dengan sirip panjang dan berwarna-warni. Keindahan bentuk
sirip dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai komersial ikan hias cupang
(Yustina et al., 2003).
Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai ciri tubuh yang memanjang dan
melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini
umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada taring
taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi canin-nya yang
berada pada bagian depan. Ikan ini mengalami pembesaran dengan bentuk segitiga
maupun bentuk “V” dengan atau tanpa penambahan pada bagian ujung maupun
penajaman. Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung berbentuk
tonjolan yang tajam. Sirip punggung dan sirip duburnya terdiri dari jari jari keras dan
jari-jari lunak. Sirip punggung umumnya ada yang berkesinambungan dan berlekuk
pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak. Batas belakang
ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul. Ikan kakap merah
mempunyai bagian bawah penutup insang yang berduri kuat dan bagian atas penutup
insang terdapat cuping bergerigi (Ditjen Perikanan, 1990). Warna ikan kakap merah
sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu hingga kecoklatan.
Mempunyai garis-garis berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak
kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari
lunak. Umumnya berukuran panjang antara 25 – 50 cm, walaupun tidak jarang
mencapai 90 cm (Gunarso, 1995).
Ikan Bawal air tawar memiliki badan agak bulat, bentuk tubuh pipih, sisik kecil,
kepala hampir bulat, lubang hidung agak besar, sirip dada di bawah tutup insang, sirip
perut dan sirip dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu tua, serta perut putih abu-
abu dan merah. Ikan Bawal memiliki bibir bawah menonjol dan memiliki gigi besar
serta tajam untuk memecah bibi-bijian atau buah-buahan yang ditelannya. Lambung
Ikan Bawal air tawar berkembang baik dan memiliki 43-75 buah cecapylorica.
Panjang usus berkisar 2-2,5 kali panjang badan. Ikan Bawal memiliki insang
permukaan, sehingga permukaan pernapasannya lebih luas dari pada jenis ikan lain,
ini memungkinkan Ikan Bawal air tawar mampu bertahan hidup pada perairan yang
memiliki kandungan oksigen rendah (Yulianti, 2007).
Ikan ekor kuning memiliki bentuk badan memanjang, melebar dan gepeng. Dua
gigi taring pada rahang bawah dan yang halus pada langit-langit. Jari-jari keras 10
dan 15 jari-jari lemah pada sirip punggung. Tiga jari-jari keras dan 11 jari-jari lemah
pada sirip dubur. Ikan ini memiliki sisik tipis dan terdapat 52-58 pada garis rusuknya.
Sisik-sisik kasar di bagian atas dan bawah garis rusuk serta tersusun horizontal, sisik
pada kepala mulai dari mata. Menurut Allen et al. (2007), ikan ekor kuning dapat
mencapai panjang hingga 50 cm. Ikan ekor kuning biasanya membentuk scooling
yang besar dan dapat ditemui di kedalaman 1 - 60 meter. Makanan utama ikan ekor
kuning merupakan zooplankton. Dari seluruh family caesionidae, spesies ini
merupakan jenis yang paling toleran terhadap perairan yang keruh.
VI. Cara Kerja
a. Mengidentifikasi jenis ikan

Amati morfologi ikan Lakukan pengukuran ikan Catat hasil pengukuran

b. Membuat klasifikasi berbagai jenis ikan

Mengamati ikan yang ditaruh Mencocokan hasil pegukuran


diatas bak porselen dengan kunci determinasi
VII. Kunci Determinasi
1. Ikan Kuweh
A. Perciformes
Merupakan ordo terbesar dalam dunia ikan atau bahkan dunia binatang bertulang
belakang, pembagian taksonominya dan suku-suku yang termasuk di dalamnya
hingga sekarang masih diperdebatkan. Dalam buku ini struktur yang diusulkan
oleh Nelson (1984) dipakai beberapa modifikasi.
B. Carangidae

Suku besar ikan yang terutama hidup di laut dikenal dengan nama kuweh, angara atau
selar, hidup di laut-laut kawasan sedang dan tropis. Bentuk badannya bervariasi tetapi
kebanyakan memiliki barisan sisik berduri sepanjang batang ekor. Banyak juga yang
mempunyai gigir tajam pada dahi dan memiliki dua sirip punggung (yang pertama
terbentuk oleh beberapa duri pendek dan terpisah). Semua jenis memiliki duri pendek
pada sirip dubur yang terpisah dari bagian sisik lainnya, tetapi hal ini tidak terlalu nyata
pada jenis yang besar. Banyak jenis yang merupakan bahan makanan penting. Jenis yang
diuraikan di bawah ini dilaporkan terdapat di kawasan kita, tetapi banyak lagi yang
diharapkan untuk ditemukan.

C. Caranx sexfasciatus

Dada seluruhnya bersisik, 20-24 sisir saring pada lengkung insang pertama, ujung sirip
punggung berwarna putih, sebuah bintik hitam di pinggiran atas operkulum.

2. Ikan kakap
A. Perciformes
Merupakan ordo terbesar dalam dunia ikan atau bahkan dunia binatang bertulang
belakang, pembagian taksonominya dan suku-suku yang termasuk di dalamnya
hingga sekarang masih diperdebatkan. Dalam buku ini struktur yang diusulkan
oleh Nelson (1984) dipakai beberapa modifikasi
B. Lutjanidae

Suku besar ikan yang penyebarannya luas terutama di lautan tropis dan pesisir.
Umumnya hidup di sekeliling batu karang tetapi ada juga yang hidup di air payau
atau air tawar. Kepala berbentuk segitiga besar dengan gigi besar bagian depan
rahang-rahangnya. Sirip punggung tunggal berduri tajam dan sirip dubur
mempunyai tiga jari-jari. Umumnya menghuni dasar sungaik membentuk
kelompok kecil, memakan ikan-ikan kecil dan kerang-kerangan. Banyak jenis
merupakan ikan konsumsi penting tapi ada beberapa jenis yang dilaporkan
sebagai penyebab keracunan ciguatera. Akumulasi racun ciguatoxin di dalam
tubuh terjadi karena mereka memakan ikan-ikan herbivora yang mendapatkan
Gambierdiscus toxicus yang terdapat bersama-sama dengan bentos alga atau pada
karang-karang yang mati

C. Lutjanus sp.
1. Pertanyaan
1.
2. Kesimpulan
3. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai