Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS OBAT, MAKANAN DAN


KOSMETIKA
“Identifikasi Borax Pada Sosis Dengan Curcumin (Kunyit) “

Dosen Pengampu:
Ririn Wirawati, S.Farm.,M.Sc.,Apt
Disusun oleh :
Lisniawati (1704101003)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2019/2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui cara identifikasi borax dengan metode sederhana
II. Dasar Teori
a. Pengertian Boraks
Boraks bahan kimia berbahaya lain yang sering digunakan pada produk olahan
pangan adalah boraks. Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O serta
asam borat yang tidak merupakan kategori bahan tambahan pangan food grade,
biasanya digunakan dalam industri nonpangan seperti industri kertas, gelas, keramik,
kayu, dan produk antiseptik toilet. Di industri farmasi, boraks digunakan sebagai
ramuan bahan baku obat seperti bedak, larutan kompres, obat oles mulut, semprot
hidung, salep dan pencuci mata. Bahan industri tersebut tidak boleh diminum karena
beracun (Winarno, 1997).
Asam boraks merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau
granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis. Baik boraks ataupun
asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep,
bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks
juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan
antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau klorida pada
boraks. Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata yang dikenal
sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung
dan salep luka kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada
bekas luka luas, karena beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno dan Rahayu, 1994)
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai
pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan
pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur
makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Vepriati,
2007).
Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam
dosis berlebihan. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak
serta berakibat buruk terhadap kesehatan, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi
sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya
mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan
ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, apatis, sianosis, tekanan
darah turun, anurina (tidak terbentuknya urin), kerusakan ginjal, pingsan, hingga
kematian.
b. Kunyit
Klasifikasi Kunyit
Subkingdom : Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa  L.

Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica  Val.),


adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara.
Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia,
Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia
umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu
masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan dinegara-
negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan
sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan, atau
sebagai pengawet.
Kunyit juga memiliki khasiat yang beragam, contohnya adalah sebagai anti
inflamasi dan anti bakteri.
a. Anti inflamasi : Anti-inflamasi adalah obat-obatan yang mengurangi gejala atau
tanda-tanda peradangan.
b. Anti bakteri : Antibakteri adalah zat yang membunuh bakteri atau menekan
pertumbuhan atau reproduksi mereka (bakteri
Kandungan kimia pada kunyit adalah Kunyit mengandung senyawa yang
berkhasiat obat yang disebut kurkuminoid. yang terdiri dari kurkumin,
desmetoksikumin  sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat-
zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari keton sesquiterpen,
turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%,  felandren , sabinen , borneol dan sineil.
Kunyit juga mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak
3%, Protein 30%,  Pati 8%, Vitamin C45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat
besi, fosfor, dan kalsium.
Pengujian kandungan boraks pada makanan dapat dilakukan dengan ekstrak
kunyit. Ekstrak kunyit dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak
kunyit tersebut mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi adanya
kandungan boraks pada makanan karena kurkumin mampu menguraikan ikatan-ikatan
boraks menjadi asam borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna rosa atau yang
biasa disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin kompleks. Maka, ketika
makanan yang mengandung boraks ketika ditetesi oleh ekstrak kunyit akan
mengalami perubahan warna menjadi merah kecoklatan.
c. Macam-macam Metode Uji Boraks
1. Uji Kualitatif
Beberapa uji kualitatif untuk boraks, antara lain: reaksi dengan H 2SO4 dan
metanol pada abu sampel; reaksi kertas tumerik dan amonia dengan penambahan
H2SO4 dan etanol; dan reaksi H2SO4 pada larutan sampel. Reaksi dengan H2SO4
(P) dan metanol pada sampel yang telah diabukan dalam tanur akan menghasilkan
nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin 1%
dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang bersifat asam
akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi hijau tua
kehitaman (Balai Besar POM, 2007).
Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan sampel yang bersifat asam. Jika
terdapat Na2B4O7 atau H3BO3, maka kertas berwarna merah akan berubah menjadi
hijau biru terang (Cahyadi, 2006). Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan
asam dari sampel menghasilkan coklat merah intensif ketika kertas mengering,
yang berubah menjadi hijau kehitaman jika diberi larutan amonia; reaksi dengan
penambahan H2SO4 dan etanol pada sampel, akan menghasilkan nyala hijau jika
dibakar (Clarke, 2004).
Reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada larutan sampel dalam akuades
bebas CO2 akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar; dan penambahan
phenolftalein ke dalam larutan sampel dalam akuades bebas CO2 menghasilkan
warna merah yang hilang dengan penambahan 5ml gliserol (British
Pharmacopoeia, 1988).
Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada sampel yang telah disentrifugasi
akan menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat
dan kurkumin 1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu
yang bersifat asam akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah
menjadi hijau tua kehitaman ( Modifikasi Balai Besar POM, 2007).
2. Uji Kuantitatif
Beberapa uji kuantitatif untuk boraks, yaitu: metode titrimetri; titrasi asam
basa; titrasi dengan penambahan manitol; dan metode spektrofotometri. Penetapan
kadar asam borat dalam pangan dengan metode titrimetri, yaitu dengan titrasi
menggunakan larutan standar NaOH dengan penambahan gliserol akan
menghasilkan warna merah muda yang mantap pada titik akhir titrasi (Helrich,
1990).
Penetapan kadar boraks dalam sampel berdasarkan titrasi asam basa dengan
menggunakan larutan standar HCl (USP, 1990). Penetapan Kadar boraks dalam
sampel dengan penambahan manitol dan indikator phenolftalein dititrasi
menggunakan larutan NaOH menghasilkan larutan merah muda pada titik akhir
titrasi (British Pharmacopoeia, 1988). Penetapan kadar boraks dengan
spektrofotometri, dengan mengukur serapan dari destilasi larutan sampel yang
diberi larutan kurkumin dan etanol menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimum 542 nm (Zulharmita, 1995).
d. Karakteristik sampel
Sosis Sosis adalah makanan yang dibuat dari daging (kadang-kadang dari
ikan) yang telah dicincang kemudian dihaluskan dan diberi bumbu-bumbu,
dimasukkan ke dalam pembungkus yang berbentuk bulat panjang yang berupa usus
hewan atau pembungku buatan, dengan atau tanpa dimasak, dengan atau tanpa asap
(Mayasari, 2007).
Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada
sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya
nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat. Sosis daging
sapi dapat mengandung air sampai 60% (Soeparno, 1994). Menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI ), sosis yang baik harus mengandung protein minimal
13%, lemak maksimal 25% dan karbohidrat maksimal 8%. 2. Bahan Tambahan
Pangan Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja
ke dalam makanan dalam jumlah kecil dengan tujuan untuk memperbaiki
penampakan, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan. Selain itu, juga
dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral, dan vitamin (Widyaningsih
dan Murtini, 2006).
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
 Mortir
 Stamper
 Tabung reaksi
 Baker gelas
 Pisau
 Kin flanel
 Kertas saring
 Gelas ukur
 Bunsen
 Spatula
 Pipet tetes
b. Bahan
 Kunyit
 Borax
 Aquadest
 Sampel berupa Sosis
IV. METODE PENELITIAN
Dalam Analisa boraks dalam Sosis metode yang digunakan adalah metode kualitatif
Yaitu dengan menggunakan metode Uji Tabung dan uji warna dengan kertas Tumerik.

V. PRODEDUR KERJA

a. Pembuatan Larutan stand

Ditimbang 1 gram borax, larutkan dalam 50 ml aquades

di pipet secukupnya, masukan kedalam tabung reaksi


Diberi label

b. Larutan Sampel
Ditimbang 1 gram sampel

Dihaluskan dengan mortir dan larutkan dalam air secukupnya

Didihkan larutan sampel

Disaring dan dimasukan larutan sampel kedalam tabung reaksi

c. Pembuatan Larutan Uji


Ditimbang 1 gram kurkumin

Dihaluskan dengan mortir

Dilarutkan dengan air secukupnya

Disaring

d. Identifikasi borax
Ditetesi setiap tabung reaksi dengan ekstrak kurkumin

Jika warna berubah menjadi merah kecoklatan, maka sampel mengandung borax atau
bandingkan perubahan warna pada sample dengan warna pada larutan standar

VI. HASIL
1. Identifikasi Boraks dengan uji Tabung

2. Identifikasi Boraks dengan Kertas Tumerik


VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Boraks sangat berbahaya bagi kesehatan, batas dosis tertinggi yaitu 10-20 gr/kg berat
badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak- anak akan menyebabkan
keracunan bahkan kematian.
2. Bahan makanan yang mengandung boraks mengalami perubahan warna pada tusuk
gigi yang telah direndam pada larutan kunyit yaitu warna merah.
3. Metode analisa kandungan boraks menggunakan kunyit merupakan metode yang
sederhana dan murah karena menggunakan bahan yang selalu tersedia dirumah.
4. Metode analisa kandungan boraks menggunakan kunyit bisa diaplikasikan pada
bahan makanan dengan tekstur lunak contohnya seperti sosis pada praktikum ini
identifikasi boraks pada sosis sama sekali tidak mengandung zat berbahaya yaitu
boraks jadi makanan ini aman untuk digunakan
IX. DAFTAR PUSTAKA
Yella shakti,2008. Uji Nyala Sampel Boraks, (online).
(Yellashakti.wordpress.com/2008/12/17/uji-nyala-sampel-boraks.html, diakses
tanggal 09 Maret 2016 )
Rachmitadewii,2013. Laporan Praktikum Uji Formalin dan Boraks pada Bakso, (online).
( Rachmitadewii.blogspot.co.id/2013/12/V-behaviorurldefaultvmlo_7617.html ,
diakses tanggal 09 Maret 2016 )
BP3Ksukahening,2015. Hati-hati Dampak Negatif Makanan Mengandung Boraks,
(online). ( sukaheningbp3k.blogspot.co.id/2015/06/hati-hati-dampak-negatif-
makanan.html , diakses tanggal 18 Maret 2016 )
Winarno F.G, Rahayu TS. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan.
Jakarta: Pustaka Sinar.
Khamid, 1993. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Kompas
Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.
Vepriati,N. 2007. Surveilans Bahan Berbahaya pada Makanan di Kabupaten Kulon
Progo. Kulon Progo : Dinkes Kulon Progo.
Balai Besar POM. 2007. Instruksi kerja : Identifikasi Boraks Dalam Makanan. Medan
Clarke, E. G. C., Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2004. Clarke’s Analysis of
Drugs and Poisons. London : Pharmaceutical Press.
British Pharmacopoeia. 1988. British Pharmacopoeia, Volume I & II. London:
Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). Page 4788.
Helrich, K.C., (ed), 1990, Official Methods of Analysis Association of Official Analytical
Chemist (AOAC) 15th Ed., 780-781, Association of Official Analytical Chemicts
Inc, USA
Zulharmita A. 1995. Kandungan Boraks pada Makanan Jenis Mie yang Beredar di
Kotamadya Padang : Cermin Dunia Kedokteran. Padang Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai