13DB277082 PDF
13DB277082 PDF
Oleh :
INTISARI
Tujun penyusun laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalamanya dalam
melaksnakannya asuhan kebidanan pada sisa plasenta dengan menggunakan
pendekatan proses menejmen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan sisa plasenta ini dilakukan 4 hari di BPM Hj Siti fatimah kota tasikmalaya.
Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu hamil
mengenai sisa plasenta.kesimpulan dari hasil pemeriksaan asuhan kebidanan
pada ibu nifas kasus dengan sisa plasenta di BPM Hj. Siti Fatimah kota
tasikmalaya dilaksanakan dengan baik.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
angka kematian ibu menunjukkan 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu ini jauh melonjak dibandingkan hasil SDKI tahun 2007 yang
mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Jawa Barat sebesar 109,2
per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2012). Angka
tersebut masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) yang
ke-4 yaitu meningkatkan kesehatan ibu. Target pencapaian MDG pada tahun
2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan
beberapa faktor seperti risiko tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu
mendapat perhatian.
60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
asuhan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
1
2
yang paling banyak terdapat angka kematian ibu adalah Jawa Barat
terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang diketahui sebelumnya, dua pertiga
kematian akibat perdarahan tersebut adalah dari jenis retensio plasenta, dan
tidak mungkin memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri
sebanyak lebih dari 500cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum,
primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan
postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu
Majene diperoleh hasil bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa umur dari
35 tahun memiliki resiko 3,1 kali lebih besar dari pada ibu yang berumur 20 –
35 tahun (95% Cl: 1,3 – 7,5). Paritas < 1 atau paritas > 3 memiliki resiko 6.1
kali lebih besar dibandingkan dengan paritas 2-3 (95% Cl : 1,6 – 22,,6).
Riwayat persalinan buruk memiliki resiko 3.1 kali lebih besar dibandingkan
3
dengan ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk (95% Cl : 1,6 –
22,6). Partus lama memiliki resiko 3.5 kali lebih besar dari pada ibu dengan
8,3). Ibu dengan anemia memilik resiko 2.9 kali lebih besar terhadap
lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari
adanya sisa plasenta tahap pertama bisa dilakukan eksplore digital (jika
servik terbuka) atau mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik
hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
(Sarwono, 2008).
yang disertai rasa sakit sebelum masa (minimal) itu, maka tidak dianggap
sebagai nifas. Namun jika sesudah masa minimal, maka ia tidak shalat dan
karena sisa plasenta di ruang 7 (nifas) pada tahun 2014 adalah sebanyak 80
kasus perdarahan karena sisa plasenta (3,31%) dari 2416 persalinan dan
plasenta (3,38%) dari 2933 persalinan serta tidak ada yang mengalami
komplikasi dari akibat sisa plasenta tersebut. Pada bulan Januari sampai
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin
dengan sisa plasenta di Bidan Praktek Mandiri Bd. Hj. Siti Fatimah Kota
Tasikmalaya”.
B. Rumusan Masalah
pada ibu bersalin dengan sisa plasenta di BPM. Bd. Hj. Siti Fatimah Kota
Tasikmalaya.
1. Tujuan Umum
kebidanan pada ibu bersalin dengan sisa plasenta di BPM. Bd. Hj. Siti
2. Tujuan Khusus
plasenta.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
sisa plasenta
2. Bagi Profesi
faktor resiko perdarahan sisa plasenta pada ibu nifas sehingga komplikasi
pada ibu nifas dapat ditangani dengan cepat dan tepat oleh petugas
kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Remote puerperium adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat
atau tahunan
1. Definisi
7
8
(Nugroho, 2012a).
selama masa nifas, termasuk periode 24 jam pertama setelah kala tiga
darah lebih dari 500 ml setelah persalian vaginal atau lebih dari 1000 ml
kurang dari 24 jam disebut sebagai perdarahan post partum primer, dan
adalah:
9
2012) :
dan traumatic akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu
4. Penilaian Klinik
Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap Uterus berkontraksi tetapi tinggi Retensi sisa plasenta
perdarahan segera fundus tidak berkurang
Uuterus tidak teraba lumen vagina terisi massa Neurogenik syok pucat dan limbung Inversion uteri
tampak tali pusat (bila plasenta belum lahir)
Sub-involusi uterus nyeri tekan perut bawah dan Anemia demam Endometritis atau
pada uterus perdarahan sekunder sisafragmen plasenta
(terinfeksi atau tidak
Sumber : Nugroho, (2012b)
membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik, perdarahan
diperbaiki, dapat diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahir dan retensi
sisa plasenta.
12
syok hipovolemik
postpartum.
7. Pencegahan
perdarahan postpartum.
(Nugroho, 2012b). :
c. Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi balik uterus ketika
1. Definisi
(Sujiyatini, 2011).
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar,
dan masih ada perarahan di ostium uteri eksternum pada saat kontraksi
rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu harus
(Prawihardjo, 2010).
telah ddiganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakan
wadah atau pispot di bokong pasien atau mengumpulkan darah bukan lah
cara yang efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan cerminan
asuhan sayang ibu, karena beraring diatas wadah atau pispot sangat
14
bayinya.
500 ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi
kehilngan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi pasien.
sebelumnya, maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. bila pasien
dari total jumlah darah (2000-2500 ml). penting untuk selalu memantau
keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah pasien selama kala
2. Etiologi
a. Paritas
1) Primipara
berikutnya.
2) Multipara
retensio plasenta.
3) Grandemultipara
melahirkan 5 orang anak atau lebih baik hidup ataupun mati akan
kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga)
Meurut Benson (2009) Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak
2010;323)
Hal ini disebabkan oleh pemijatan rahim yang tidak merata. Pijatan
1) Hal ini disebabkan karena tarikan pada tali pusat pada saat
2008).
lengkap.
4. Faktor Predisposisi
trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada
kehamilan.
postpartum karena atonia uteri dan plasenta rest, kala empat dapat
plasenta rest.
perdarahan postpartum.
22
kelebihan secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi ditandai
maternal pada dinding uterus akan tetap terbuka. Hal inilah yang
2010).
c. Hidramnion
banyak dari normal atau lebih dari dua liter.dimana normal air ketuban
2010)
implantasi plasenta yang agak luas. Uterus yang terlalu regang akan
d. Gameli
dua janin atau lebih.Tonus uterus yang buruk akibat distensi yang
24
5. Diagnosa
berkurang
D. Penatalaksanaan
1. Tindakan Penanganan
a. Pasang infus
uterus.
bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
26
kuretase
Bila kadar Hb > 8 gr/dL, berikan Sulfas Ferrous 600 mg/hari selama
10 hari.
secara hati-hati.
yaitu :
per oral
kuretase
Jika kadar Hb ≥8 gr% → Sulfas Ferrous 600 mg/hari per oral selama
10 hari.
besar.
kemungkinan koagulopati.
E. Manajemen Kebidanan
a. Definisi
2007) adalah
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
perkusi).
diagnosis.
Penanganannya
apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkai
kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien; agar dapat dilaksanakan
secara efektif.
f. Langkah VI : Implementasi
oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yag
SOAP.
meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan
klien, dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam satu
dengan evaluasi.
Alur pikir bidan Pencatatan dari asuhan kebidanan
Mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial Analisa data
Assessment atau
Mengidentifikasi dan diagnosis
menetapkan kebutuhan
yang memerlukan Penatalaksanan:
penanganan segera Konsul
Tes diagnostik/Lab
Merencanakan asuhan Rujukan
Pendidikan/
yang komprehensif atau Perencanaan Konseling
menyeluruh Follow up
Melaksanakan
perencanaan dan Pelaksanaan
pelaksanaan
Evaluasi Evaluasi
jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki
ibu bersalin dengan sisa plasenta ada beberapa asuhan yang harus
dan mengantuk, mengeluarkan darah dari jalan lahir serta 4-5 kali
ganti pembalut.
(Rukiyah dkk, 2013). Pada kasus ibu bersalin dengan sisa plasenta
kesadaran emosional.
e. Pasang infuse RL
2013). Menurut (Eni, 2009). Pada kasus ibu bersalin dengan sisa
plasenta :
mengerti).
d. Melakukan kateterisasi.
oksitosin 20 IU
35
Langkah ini merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai
suhu turun dengan pemberian antibiotik dan 3-4 hari kemudian rahim
b. Keluarkan sisa plasenta dengan cunam ovum atau kuret besar. Jaringan
c. Tindakan penanganan
1) Pasang infuse
uterus
36
bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilakukan oleh
kuretase
hari.
umum kota banjar sesuai dengan SOP yang dilakukan oleh bidan
ibu
4) Prosedur :
lengkap
perektal
1. Kewenangan normal:
memiliki dokter
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
38
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan
anak sekolah
hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk
pelayanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA