KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Misna

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Diposkan oleh Viliansyah Ners di Senin, Januari 19, 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkatan usia
seseorang,seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Bayi
mempunyai tingkat metabolisme air yang tinggi mengingat permukaan tubuh yang relative
luas dan persentasi air lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. 
Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan kedalam
sel,sisa metabolism,sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit,memelihara suhu
tubuh,mempermudah eliminasi,dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan
cairan,elektrolit (natrium,kalium,kalsium,klorida dan fosfat) sangat penting untuk menjaga
keseimbangan asam basa,konduksi saraf,kontraksi muscular dan osmolalitas.
Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit
dalam keadaan deimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan.
1.2    Rumusan Masalah 
1.      Apa itu kebutuhan cairan dan elektrolit  ?
2.      Apa sajakah sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
3.      Bagaimana cara perpindahan cairan tubuh ?
4.      Seperti apa kebutuhan cairan tubuh bagi manusia ?
5.      Bagaimana pengaturan volume cairan tubuh ?
6.      Apa sajakah jenis cairan itu ?
7.      Seperti apa kebutuhan elektrolit itu ?
8.      Bagaimana pengaturan elektrolit itu ?
9.      Apa sajakah jenis cairan elektrolit itu ?
10.  Seperti apa keseimbangan asam basa ?
11.  Apa sajakah jenis asam basa ?
12.  Apa sajakah factor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit ?
13.  Apa sajakah masalah-masalah kebutuhan cairan dan elektrolit ?
14.  Bagaimana proses Keperawatan : Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi urine,Etiologi
(patofisiologi) tiap masalah kebutuhan,pengkajian keperawatan (Anamnesa fokus tiap
masalah kebutuhan,pemeriksaan fisik fokus tiap masalah kebutuhan,prosedur diagnostik/data
penunjang tiap masalah kebutuhan),perencanaan keperawatan tiap DP,Tindakan keperawatan
tiap DP(cara menolong BAK dengan pispot/urinal,menggunakan kondom kateter,memasang
kateter urine pada wanita dan laki-laki),evaluasi keperawatan tiap DP.

1.3    Tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga
medis dapat memahami dan mengaplikasikannya
dilapangankhususnya mengenai materi kebutuhan cairan dan elektrolit. 

1.4    Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien. 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit.


Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya
yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya
dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya
lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.

2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal. 
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar.
Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang
sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit. 
Merupakan  bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,
konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas
ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh
yang panas.

3. Paru. 
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal. 
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam
system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system
endokrin, seperti: system hormonal contohnya:

a). ADH. 
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior,
yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron. 
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium dan system angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin. 
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan
gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid. 
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e.) Mekanisme rasa haus. 
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus
untuk rasa haus.

2.3 Cara perpindahan cairan tubuh.


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu : 
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :


Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka.
Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila
substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap
zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk
substansi tersebut.Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa
partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan substansi
melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi,
sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.

a). Difusi. 
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane.
Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler
yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,
konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak
lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan
dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi
yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih
cepat.

b). Osmosis. 
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih
pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven,
sedang garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan
ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan
satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam
tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya
dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan
seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan
NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan
isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur.
Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses
osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang
kepekatannya lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang
berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih
tinggi akan bertambah volumenya.

c). Transport aktif. 


Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting
untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan
dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
1. Tekanan cairan. 
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).
Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut
kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid
apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus
membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam
proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian
infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah.
Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan
intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding
konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan
tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul
protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit
menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul
larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan
cairan ekstra dan intrasel.

2. Membran semipermeable. 
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.

2.4 Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia.


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara
fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh,
sementara itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat
dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria
dewasa 57 % dari total BB, wanita dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB,
persentase Jumlah cairan tubuh berpariasi bergantung pada faktor  usia lemak dalam
lubuh,dan jenis kelamin jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :
Kbutuhan air
Umur Jumlah air dalam 24 jam Ml/kg berat badan
3 hari 250 -  300  80 – 100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 – 60
18 tahun 2200 – 2700 40 – 50
Dewasa 2400 – 2600 20 – 30

2.5 Pengaturan volume cairan tubuh.


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari
cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam kondisi normal
intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.Dalam rangka
mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses
penguapan ekspirasi penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.

1. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira1500 ml
per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per harisehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan
berat badan, perhatikan tabel di bawah :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam)
1 Hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20,0 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45,0 2200 – 2700
7 18 tahun(adult) 54,0 2200 – 2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi
angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi
haus walaupun kadang terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

2 .Output Cairan
 Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per
24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per
hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces : 
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). 

2.6 Jenis cairan.


1. Cairan nutrient
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya.
Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam cairan
nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:
a.       Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ levulose).
b.      Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
c.       Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
d.      Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh
darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai,
misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan
mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar
cairan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk
menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin
dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic,
sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

2.7 Kebutuhan elektrolit.


            Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion.
Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl
akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan
positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
            Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit
dalam plasma adalah:Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5
mEq/lt, Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an
Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh
atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan
zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.

2.8 Pengaturan elektrolit.


a) Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan
volume cairan tubuh.
b) Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit.Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium
dalam plasma (cairan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui
ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
c) Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
d) Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
e) Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada
cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
f) Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
g) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat
diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

2.9 Jenis cairan elektrolit.


Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik
dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.
Contoh cairan elektrolit:
1.      Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
2.      Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
3.      Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

2.10 Keseimbangan asam basa.


Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan
asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan
tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses
metabolism dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan
system regulasi (pengaturan di ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah
larutan bikarbonat, fosfat dan protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium
bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3).
Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan
CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan pH hingga kondisi standar (normal).
Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2.
Pembuangan melalui paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi
memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga
meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan
ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini
menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan
penurunan ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan
pCO2 menurunkan pH, sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi
alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat
mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan
konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi
ion H+ yang rendah disebut alkalosis.

2.11 Jenis asam basa.


Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di
sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium
(sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh
dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain
system pernapasan, ginjal juga berperan untuk  mempertahankan keseimbangan asam basa
yang sangat kompleks.
2.12 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
a.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada
luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan
5 L per hari.

c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.

h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

2.13 Masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit.


Maslah-masalah kebutuhan cairan :
1. Asidosis respiratorik,
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan system pernapasan dalam
membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
2. Asidosis metabolic
 Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.
3. Alkalosis respiratorik
 Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat menimbulkan
terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.
4. Alkalosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan
tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih
dari 7,45.
Masalah-masalah kebutuhan elektrolit :
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai
dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
2) Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya
mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan, lidah kering, dll.
3) Hipokalemia
M erupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat
terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare
berkepanjangan.
4) Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering
terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai
dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5)  Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan
adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien
yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan.
Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan
kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam
darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma,
gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur
dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45.
keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada
seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal).
Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan  bikarbonat, larutan buffer fosfat,
dan larutan buffer protein.

2.14 Proses keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit.


1. Pengkajian
a.Riwayat keperawatan
Berisi informasi mengenai masalah kesehatan klien dimasa lalu atau yang baru saja terjadi,
yang menyebabkan resiko terjadinya ketidak seimbangan
b. Pemeriksaan fisik
Karena gangguan cairan, elektrolit dan asam basa dapat mempengaruhi semua sistem, kita
harus mengidentifikasi secara sistematis setiap adanya abnormalitaspada tubuh. Seperti 
denyut nadi dan tekanan darah, sistem pernapasan, sistem gastrotestinal, sistem ginjal, sistem
neuromuscular, kulit

c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit
serum, hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine, dan kadar gas darah
arteri.
2. Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi natrium
6. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3. Perencanaan
Tujuan :
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk
mengembalikan status keseimbangan
Rencana tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan,
diantara waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral
yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama

4. Implementasi
a .Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
a. Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah
yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrotestinal.
Ketika mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang
adekuat
b. Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu
menelan  cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik, gastrostomi, atau
jejunostomi harus diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni
periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta meminum sejumlah
besar obat – obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul
23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a.       Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
1. Alat dan bahan
a.       Jarum yang sesuai
b.      Larutan yang benar
c.       Infuse set
d.      Standart infuse
e.       Papan penopang ( jika perlu )
f.       Handuk atau pengalas
g.      Alcohol dan swab pembersih
h.      turniket
i.        Kasa atau balutan transparan
j.        Plester
k.      Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c.       Pasang pengalas
d.      Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e.       Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem pen
ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f.       Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g.      Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat mengalir
dari bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi penghentian cairan setelah
selang terisi
h.      Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i.        Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j.        Pilih vena
k.      Pakai sarung tangan
l.        Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m.    Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n.      Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum
infus/abocath)
o.      Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p.      Buka tetesan
q.      Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r.        Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s.       Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
1.      Dewasa :

Tetesan / Menit = Jumlah Cairan yang Masuk


                              Lamanya infus (jam) x 3
                                   
2.      Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
                                                  Lamanya infus (1 jam)

b.      Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat
transfuse set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi
jaringan.

Alat dan Bahan :


1.      Standar infuse
2.      Tranfusi Sel
3.      NaCl 0.9 %
4.      Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5.      Jalan infuse / abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6.      Pengalas
7.      Tourniquet / pembendung
8.      Kapas alcohol 70 %
9.      Plester
10.  Gunting
11.  Kasa steril
12.  Betadine
13.  Sarung tangan

Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4.      Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya
keluar.
5.       Letakkan pengalas
6.      Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7.      Gunakan sarung tangan
8.      Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9.      Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10.  Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum
infuse/abocath)
11.  Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12.  Buka tetesan
13.  Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14.  Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15.  Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah
disiapkan
16.  Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan
darah, dan tanggal kedaluwarsa
17.  Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18.  Cuci tangan

5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara umunm dapat
dinilai dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau
tidak adanya edema dependen, turgor kulit baik dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
            Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya
yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya
dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya
lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.

3.2 Saran.
            Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar mahasiswa ataupun petugas
medis harus memahai kebutuhan eliminasi urin secara tepat dalam asuhan keperawatan
agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit maupun di masyarakat
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier,Erb,Berman,Snyder,2011.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2.
EGC: Jakarta
Mubarok,Chayatin,2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.EGC: Jakarta
http://pandyeffendy.blogspot.com/2013/10/cairan-dan-elektrolit.html
(Diakses tanggal 3 November 2014,Pukul 16.00 WIB).

Nurseviliansyah.blogspot.co.id/2015/01/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html#.WFVZXNJ971U

Anda mungkin juga menyukai