Panduan Praktis Peghematan Energi Di Hotel PDF
Panduan Praktis Peghematan Energi Di Hotel PDF
Penghematan Energi
di Hotel
TIM PENYUSUN
Tim Pengarah
Hanny Berchmans
Raymond Bona
Retno Soebagio
Tim Penulis
Bayuaji Kencana
Imas Agustina
Richard Panjaitan
Totok Sulistiyanto
Kontributor
Basri
Buang Sakti
Glenn Sianturi
Hariyanto
Katimin
Desain Grafis
Winne
Website: www.iced.or.id
Disclaimer:
Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini tidak mencerminkan pandangan dari
United States Agency for International Development atau Pemerintah Amerika Serikat
Ucapan Terima Kasih
Selain materi pelatihan dari para trainer, buku ini juga mencakup kontribusi
dari beberapa hotel yang memberikan catatan best practice implementasi
penghematan energi yang telah dan pernah dilakukan dan berhasil
menurunkan tingkat konsumsi energinya. Pola konsumsi energi di hotel
secara umum, serta nilai benchmark energi hotel yang berpartisipasi juga
ditampilkan dalam buku ini, yang merupakan hasil dari kegiatan audit energi
serta benchmark energi, sebagai bagian dari program ini.
Buku Panduan ini tersusun berkat kerjasama berbagai pihak, yang secara
langsung maupun tidak langsung berpartisipasi dalam Program ini. Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral; Direktorat Industri Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan
Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata; Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan
DI Yogyakarta; serta asosiasi terkait, meliputi Bali Hotel Association; Jakarta
International Hotel Association; PHRI DKI Jakarta; PHRI DI Yogyakarta; dan
Asosiasi Chief Engineer Bali. Semoga upaya kita akan memberikan manfaat
utamanya dalam mengurangi penggunaan energi di sektor perhotelan.
Daftar Isi 5
LAMPIRAN 100
LAMPIRAN A: Contoh Alat Pengukuran dalam Audit Energi 101
LAMPIRAN B: Contoh Alat yang Diperlukan dalam Sistem
Otomatisasi 102
LAMPIRAN C: Format Tabel Menghitung IKE 103
LAMPIRAN D: Format Tabel Menghitung Penghematan
Energi 105
LAMPIRAN E: Unit Konversi Dan Standar 107
LAMPIRAN F: Format Tabel Monitoring Penggunaan Energi 108
LAMPIRAN G: Jenis-Jenis Audit Energi 109
LAMPIRAN H: Frequently Asked Questions 110
Tentang Penghematan Energi
di Hotel
Bangunan, termasuk didalamnya bangunan hotel,
menggunakan 50% energi secara umum atau 70% listrik
dari total konsumsi di Indonesia, menjadikannya sebagai
pengguna energi terbesar bahkan melebihi sektor
industri dan transportasi. Besarnya konsumsi energi
pada bangunan ini berkontribusi terhadap tingginya
biaya operasional bangunan (sebesar 25-30%), selain
kontribusi yang cukup besar terhadap emisi gas rumah
kaca dan pemanasan global.
- 10 -
Siapa dan Bagaimana cara menggunakan
Buku ini?
Mulai dari jajaran manajemen hotel, chief dan staf
engineering, sampai pada karyawan hotel yang
berhadapan langsung dengan para tamu dapat
menerima manfaat dari buku ini. Namun utamanya,
muatan buku ini ditujukan untuk chief engineer dan
para stafnya, yang secara langsung bertanggung
jawab terhadap operasional sistem energi di hotel.
Buku ini merupakan salah satu output Program “Hotel, dalam beberapa kasus,
biaya energi mengambil alih
“Hotel Energy Benchmarking and Strategic Energy
biaya para pegawai.”
Management” di bawah kerjasama Pemerintah - Pieter de Vries, Contained
Indonesia dengan USAID (US Agency for International Energy dalam Seminar
Development) yang dilaksanakan selama September Penghematan Energi untuk
2013 hingga Desember 2014. Interaksi intensif dengan Hotel, 13 Juni 2008.
chief engineer hotel-hotel di Jakarta, Yogyakarta
dan Bali terkait dengan upaya-upaya penghematan
energi di hotel, ditambah dengan penjabaran singkat
prinsip dasar sistem manajemen energi dari ahli-ahli
energi nasional memberikan perspektif yang saling
melengkapi untuk melihat suatu permasalahan sistem
energi dan cara implementasi konsep penghematan
energi.
- 11 -
Beberapa pendekatan ditawarkan dalam buku ini:
- 12 -
Konsumsi Energi di Bangunan
Hotel
- 13 -
Sektor perhotelan termasuk dalam sektor komersial,
yang berkontribusi terhadap penggunaan energi
nasional sebesar 3% dengan laju pertumbuhan sebesar
8,6% per tahun. Sektor perhotelan sendiri berkembang
sangat pesat di Indonesia, dengan laju pertumbuhan
12,5% dari 2007 sampai 2011, sebagai respon terhadap
peningkatan jumlah wisatawan antara 9-13% pada kurun
waktu tersebut. 1
- 14 -
1. Data BPS, 2012
Pola Konsumsi Energi Bangunan Hotel
- 15 -
Kecenderungan Pola Penggunaan Energi di Bangunan Hotel
Per Wilayah di Indonesia Tahun 2013
Bali
Jakarta
Yogyakarta
- 16 -
Biaya Energi di Bangunan Hotel
- 17 -
Benchmark dan Standar Konsumsi Energi di
Bangunan Hotel
Konsumsi energi pada bangunan hotel dapat dinyatakan dalam:
- 18 -
3. Benchmark Score, menggunakan benchmarking tool3
3 Benchmarking tool ini dikembangkan oleh USAID ICED bekerjasama dengan EECDP dengan
mengacu kepada Energy Star yang telah umum digunakan di Amerika Serikat
- 19 -
Penghematan Energi
Melalui Penerapan Sistem
Manajemen Energi
- 20 -
Bisnis perhotelan merupakan sektor yang
berkembang sangat cepat terutama di
Indonesia yang merupakan salah satu tujuan
wisata dan bisnis terkemuka dunia. Dengan
demikian, konsumsi energi di sektor ini dapat
meningkat secara dramatis tanpa peran aktif Banyak ditemui hotel
pelaku usaha dalam meningkatkan efisiensi yang telah memiliki tim
penggunaan energinya. Perlu diingat bahwa pengelola energi serta
penghematan energi di hotel adalah program telah melaksanakan
yang mendukung tujuan utama bisnis program penghematan
energi, tetapi:
perhotelan yaitu tujuan finansial dengan fokus 1. cenderung bersifat
terhadap kepuasan dan kenyamanan para tamu sporadis,
hotel. 2. sangat bergantung
kepada staf tertentu
Inisiatif untuk mengembangkan program sehingga tidak
penghematan energi di hotel merupakan berkelanjutan, dan
3. sering ditemui
langkah awal terciptanya suatu “Sistem
masih terkendala
Manajemen Energi (SME)” yang memungkinkan karena tanpa
pihak manajemen hotel mengelola penggunaan dukungan dari Top
energi secara rasional dan meningkatkan manajemen
kinerjanya (efisiensi penggunaan energi)
tanpa mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pelayanan. Inisiatif tersebut dapat muncul dari
level Top Manajemen atau maupun dari Chief
Engineer yang bertanggung jawab langsung
terhadap penggunaan dan pengelolaan energi.
- 21 -
Apa Manfaat Penerapan Sistem Manajemen
Energi (SME)?
Tanpa implementasi SME, pelaksanaan program penghematan energi dapat
mengalami siklus seperti ditunjukkan pada Gambar A, sedangkan tujuan
penghematan energi justru dapat lebih tercapai dengan sistem yang lebih terarah,
seperti ditunjukkan pada Gambar B.
Penjelasan Gambar A:
Penjelasan Gambar B:
- 22 -
Bagaimana Langkah-Langkah untuk
Menerapkan Sistem Manajemen Energi?
- 23 -
2. Menyusun Kebijakan (Pemakaian dan Pengelolan) Energi
Tim manajemen Energi dapat terdiri dari perwakilan Tim Energi perlu mengikuti
pihak manajemen, diketuai oleh seorang manajer pelatihan/workshop secara
berkala guna meningkatkan
energi dan dibantu dengan anggota tim sejumlah
kapasitas dan keahliannnya,
2-5 orang staf. Jumlah Tim Manajemen Energi sangat serta dapat mengikuti
tergantung dari kompleksitas sistem yang ada di perkembangan teknologi
hotel itu sendiri. Pada praktek umumnya, peran hemat energi yang
seorang Manager Energi dipegang oleh seorang berkembang dengan cepat.
Chief Engineer.
Anggota Tim Manajemen Energi dapat disesuaikan dengan kapasitas/
kompleksitas Bangunan Hotel dan berasal dari beberapa perwakilan divisi/
departemen yang ada, misalnya: dari Bagian Teknis/Engineering, R & D,
Bagian Finansial/Accounting, Bagian Umum/komunikasi, front-line staff,
dll. Hal ini menjadi upaya memberikan ruang kontribusi bagi staf di semua
bagian untuk memastikan penghematan yang lebih besar dapat dicapai.
Tugas utama dari tim manajemen energi adalah sebagai penanggung jawab
penggunaan dan pengelolaan energi yang efisien di hotel. Keberadaan tim
ini dapat membantu mendorong dan meningkatkan motivasi pelaksanaan
penghematan energi di semua departemen yang terlibat.
- 24 -
Dukungan Manajemen Membuka Pintu Kreativitas dan Inovasi dalam Penerapan
Penghematan Energi di Hotel Bintang 5 di Jakarta.
Hotel Gran Mahakam merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada tahun 1996
dengan total luas bangunan sebesar 17.390 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki total 158 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
- 25 -
4. Perencanaan Penghematan Energi
- 26 -
dilakukan setiap tahun sekali di awal tahun untuk mengetahui status
pengunaan energinya, misalnya dengan menetapkan benchmarking
Intensitas Konsumsi Energi (IKE).
- 27 -
mengetahui faktor-faktor utama pendorong penggunaan energi,
sehingga dapat menentukan Energy Performance Indikators (EnPIs)
khusus bagi setiap SEUs.
Pada prakteknya beberapa hotel menemukan bahwa faktor pendorong
berupa suhu udara luar ruangan lebih mempengaruhi konsumsi
penggunaan energi mereka dibandingkan dengan jumlah tamu atau
tingkat okupansi, dan sebaliknya. Analisa ini dapat dilakukan secara
manual menggunakan penghitungan program Ms. Excel (analisa
regresi) maupun dengan program khusus analisa penggunaan energi
seperti program RETScreen Plus4 .
5. Menghitung Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dari hotel. IKE
merupakan indek yang dapat menjadi indikator status penggunaan
energi suatu bangunan hotel. IKE ini dihitung dalam unit kWh/m2 per
tahun. Formula penghitungan IKE sebagai berikut:
(konsumsi energi (kWh) dalam 1 tahun)
IKE= luas bangunan yang terkondisikan (m2)
Konsumsi energi dalam satuan konversi kWh merupakan total
penggunaan seluruh energi dalam satu tahun berupa penggunaan
listrik, gas, minyak diesel, dll. Cara penghitungan konversi gas
dan minyak diesel ke kWh terdapat dalam lampiran buku ini.
Luas bangunan yang terkondisikan merupakan luasan area yang
mendapatkan fasilitas pendinginan ruangan termasuk kamar, koridor,
lobby, restoran, dapur, dll.
Hitungan IKE yang didapatkan kemudian dapat dibandingkan dengan
benchmark standar yang dikeluarkan oleh Pemerintah (Kementerian
ESDM atau GBCI-green building council Indonesia), untuk mengetahui
apakah penggunaan dan kinerja energi hotel Anda lebih efisien atau
lebih boros dibandingkan dengan benchmark tersebut.
6. Menetapkan acuan-dasar atau baseline dari penggunaan energi
selama setahun yang akan digunakan sebagai pembanding dalam
pelaksanaan penghematan energi yang akan dilakukan. Baseline
penggunaan energi biasanya menggunakan data tahun sebelumnya
sebelum implementasi penghematan energi dilakukan.
4 RETScreen Plus merupakan program manajemen energi berbasis windows yang dapat mem
bantu melakukan pengawasan, verifikasi, analisa dan pelaporan projek efisiensi energi di
berbagai sektor, termasuk di sektor bangunan.
- 28 -
TIPS: Data apa saja yang perlu dikumpulkan dalam proses Review
Penggunaan Energi?
Empat jenis data dasar perlu dikumpulkan oleh tim energi hotel untuk
dapat mengetahui penggunaan dan kinerja energinya, yaitu data
konsumsi energi, data biaya energi, data karakteristik hotel, dan
data peralatan dengan konsumsi energi tinggi.
Upayakan untuk mencatat konsumsi energi dari semua jenis energi yang
digunakan, misalnya listrik, LPG, Diesel, dan sebagainya. Untuk listrik dari
PLN, detail pencatatan dengan membagi Waktu Beban Puncak (WBP)
dan Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dapat memberikan gambaran
penggunaan energi yang lebih baik. Selain itu, pencatatan konsumsi listrik
dapat dilakukan melalui cross-check data yang ditunjukkan pada panel
peralatan listrik di hotel Anda dengan data tagihan listrik dari PLN, guna
konsistensi data energi dan biaya yang dikeluarkan.
Lebih lanjut, pencatatan konsumsi energi untuk tiap ruangan di hotel Anda
akan memberikan informasi dasar yang lebih akurat sebagai pertimbangan
penyusunan program penghematan energi bertahap.
Data biaya energi perlu dicatat mengikuti detail jenis energi dan unit
yang digunakan dalam pencatatan. Misalnya, setiap jenis energi dicatat
pemakaiannya setiap bulan, maka pengeluaran tiap bulan untuk jenis energi
tertentu dicatat mengikuti format yang ada.
Dengan pencatatan ini, Anda dapat melihat profil beban energi hotel Anda,
serta dapat menentukan prioritas penghematan yang akan dilaksanakan.
- 29 -
Data Karakteristik Hotel
Untuk analisa lebih detail mengenai pola penggunaan energi di hotel Anda,
pencatatan mengenai karakteristik hotel tidak hanya terbatas pada data
luas bangunan hotel yang dikondisikan dengan pendingin udara-AC (untuk
menghitung IKE), tetapi juga dapat dilengkapi dengan data-data lainnya
seperti suhu udara luar, tingkat okupansi (kamar dan ruang pertemuan),
coverage harian atau bulanan, dan sebagainya.
Untuk itu, pencatatan daya dan spesifikasi peralatan di hotel, seperti boiler,
chiller, cooling tower, chilled water pump, lift, pompa air, AHU, kitchen hood
exhaust fan, dll sangatlah penting dalam proses audit energi. Hal ini juga
akan membantu proses monitoring berkala. Lihat Lampiran F sebagai acuan
pencatatan monitoring. Silahkan dimodifikasi sesuai dengan situasi dan
keadaan hotel Anda.
5 Direktorat Jendral Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) - Kementrian
ESDM di bawah Program Kemitraan Konservasi Energi memberikan fasilitas audit energi secara
cuma-cuma. Telp : (021) 319 24572 (ext. 824) atau Email: subdit_dka@yahoo.id
- 30 -
Audit energi dapat mencakup tiga tingkatan Hotel Anda tidak harus
kedalaman analisa, dimana tahap audit energi melalui ketiga tahapan audit
tersebut. Audit energi singkat
singkat meliputi kegiatan pengumpulan data
dapat dipilih jika hotel Anda
historis konsumsi energi, observasi lapangan, belum pernah melakukan
penghitungan IKE dan potensi penghematan audit energi, sehingga dapat
energi. Dalam audit energi awal, tingkatan memberikan gambaran
selanjutnya, pengukuran sesaat dilakukan peralatan mana yang perlu
untuk menghasilkan penghitungan IKE dan ditinjau ulang dalam audit
potensi penghematan yang lebih akurat. yang lebih rinci.
Lebih rinci lagi, dalam audit energi rinci, Audit energi rinci dapat
pengukuran dilakukan dengan lebih lengkap langsung dipilih jika tim
untuk menunjang keperluan analisa teknis dan Energi hotel Anda telah
finansial peralatan pengguna energi tertentu memiliki prioritas peralatan
(lihat lampiran G untuk detail jenis-jenis audit yang perlu diretrofit atau
energi). ditingkatkan efisiensinya.
- 31 -
Tahapan dalam perencanaan kegiatan penghematan energi dalam proses
audit energi adalah:
- 32 -
4.3. Penentuan Prioritas Kegiatan dan Rencana Aksi
Perlu diingat bahwa tidak hanya tim energi yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan kegiatan penghematan energi, tetapi melibatkan
seluruh lapisan pegawai yang terkait dengan hal-hal teknis, seperti
pegawai dapur untuk efisiensi penggunaan kitchen hood exhaust fan,
dan pegawai di bagian housekeeping untuk efisiensi pemanfaatan sinar
matahari dan lampu kamar tamu. Kerjasama yang baik dari seluruh
staf karyawan dapat ditingkatkan secara efektif melalui sosialisasi dan
capacity building yang dilakukan secara berkala.
- 33 -
Matrik prioritas penghematan energi dapat digunakan untuk membantu
memetakan opsi-opsi penghematan energi yang akan dilakukan. Lihat gambar
dibawah ini sebagai contoh. Di dalam matrik dibawah menggunakan parameter
tingkat investasi (sumbu y), tingkat resiko kesulitan teknis (sumbu x), dan tingkat
pengembalian investasi (dipresentasikan dengan bulatan semakin besar artinya
paling menarik dilihat dari sisi waktu dan besaran pengembalian modal investasi).
Jika hanya melihat sisi besaran investasi dan tingkat kesulitan teknis, maka
yang dapat dipilih adalah kotak matrik mulai dari nomor kotak 1, kotak 2,
kotak 3 dan kotak 4. Jika pilihan ditambah dengan parameter finansial yaitu
tingkat pengembalian modal maka yang dapat dipilih berdasarkan nomor
urutan di tiap lingkaran yang dimulai dari opsi penghematan energi no 1
hingga terakhir nomor 17. Kriteria seleksi dapat juga mempertimbangkan
hal-hal lainnya tergantung dari kapasitas dan kebijakan yang diambil di
setiap hotel.
- 34 -
5. Implementasi Kegiatan Penghematan Energi
- 35 -
7. Tahapan Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan
Proses evaluasi juga dapat dilakukan oleh pihak ketiga atau lembaga
sertifikasi tertentu untuk melakukan verifikasi terhadap pelaksanaan SME dan
hasil penghematan energi yang didapatkan.
Di akhir tahun atau secara berkala tiap setengah tahun, hotel dapat melakukan
Manajemen Review, yaitu sistem evaluasi yang melibatkan Pimpinan
Organisasi bersama dengan Tim Manajemen Energi yang dilakukan secara
rutin dan berkala untuk mengevaluasi pelaksanaan penghematan energi,
serta melakukan upaya perbaikan apabila ditemukan kekurangan selama
kurun waktu implementasi.
- 36 -
Peluang Penghematan
Energi di Bangunan Hotel
- 37 -
Peluang penghematan energi dapat diperoleh dari peningkatan
efisiensi tiap-tiap sistem pengguna energi terbesar pada bangunan
seperti disarikan dalam table berikut.
- 38 -
Sistem Selubung Bangunan
Desain selubung bangunan yang kurang baik pada Sistem selubung bangunan
suatu bangunan dapat menyebabkan panas dari yang baik dapat mengurangi
luar bangunan dengan mudahnya masuk melalui beban pendinginan hingga
dinding, jendela, pintu, dan ventilasi sehingga 54%
meningkatkan beban pendinginan gedung (HVAC –
Heating, Ventilation and Air Conditioning), seperti
pada skema berikut.
- 39 -
Beban pendinginan dari suatu bangunan gedung
terdiri dari:
1. Beban internal, yaitu beban yang ditimbulkan
oleh lampu, penghuni serta peralatan lain yang
menimbulkan panas;
2. Beban eksternal, yaitu panas yang masuk dalam
bangunan diakibatkan oleh radiasi matahari
melalui jendela atau bukaan lainnya, perpindahan
panas dengan cara konduksi pada dinding
bangunan, dan panas yang terbawa oleh udara
karena adanya ventilasi/infiltrasi pada dinding
dan selubung bangunan. Beban pendinginan
eksternal melalui selubung bangunan, misalnya
untuk gedung satu Iantai di Indonesia dapat
mencapai 40% sampai 50% dari beban pendingin
seluruhnya pada waktu terjadi beban puncak.
- 40 -
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya penghematan energi dengan cara
memperbaiki kinerja selubung gedung atau mengurangi masuknya panas
melalui selubung bangunan.
Pada prinsipnya, energi panas mengalir dari area udara panas ke area dengan
temperatur udara lebih rendah. Aliran ini selalu akan terjadi jika terdapat
perubahan atau perbedaan temperatur dalam ruangan, termasuk jika terdapat
kebocoran dalam ruangan yang tertutup. Kebocoran ini dapat diidentifikasi
melalui observasi.
Penjelasan Gambar:
- 41 -
Selain kebocoran/infiltrasi, jenis kaca (teknologi) yang digunakan untuk selubung
bangunan juga mempengaruhi beban pendinginan ruangan yang ditimbulkan.
- 42 -
• Penggunaan kaca gelas berlapis ganda untuk kaca jendela, atau melapisi
dengan kaca film
Kaca gelas umumnya bukanlah material penahan panas yang baik, sehingga
perpindahan panas cukup siginfikan terjadi melalui kaca gelas jendela.
Meminimalkan perpindahan panas melalui kaca gelas jendela dapat dilakukan
dengan menggunakan kaca gelas berlapis ganda (multiple layer glass). Kaca
gelas berlapis ganda umumnya mempunyai 3 (tiga) lapis kaca gelas yang
terpisah oleh udara atau gas inert/mulia.
Nilai koefisien perpindahan panas kaca gelas jendela (U) umumnya antara 2.8
sampai dengan 3.0 W/m2K. Dengan menggunakan kaca gelas berlapis ganda
nilai U dapat mencapai 0.6 hingga 1.4 W/m2K. Artinya dengan menggunakan
kaca gelas berlapis ganda kemampuan kaca jendela menahan masuknya
panas radiasi sinar matahari dapat ditingkatkan hingga menjadi 2 sampai
dengan 5 kali lipat. Atau pemborosan energi dapat diturunkan hingga
menjadi 50% sampai dengan 80%.
- 43 -
Penghematan Energi di Hotel Bintang 3 Melalui Peningkatan Insulasi Amplop/Fasad
Bangunan.
Santika Bogor, 2013. Terobosan dan inovasi untuk mengurangi konsumsi energi di hotel juga muncul
dari salah satu hotel bintang 3 di Bogor, yaitu Hotel Santika. Chief Engineer hotel yang dibangun
pada tahun 2008 ini menerima keluhan, tidak hanya dari para tamu pengguna ruang pertemuan,
namun juga dari chef hotel, terkait ketidaknyamanan suhu udara di area foyer ruang pertemuan.
Saat rehat, para tamu hotel merasakan suhu udara ruangan foyer tersebut relatif panas, sehingga
mengurangi kenyamanan. Terlebih lagi, suhu udara tersebut berdampak pada kondisi makanan dan
snack yang disediakan sehingga menurunkan kualitas layanan hotel secara umum.
Berdasarkan analisa, 2 unit AC split duct (@10PK) yang terpasang di area foyer ruang pertemuan
tidak mampu mencapai suhu ideal/yang diinginkan. Padahal AC tersebut diatur pada temperatur
15-16oC dan menyala selama 10 jam (dari jam 07.30 sampai 17.30). Hal ini disebabkan oleh panas
matahari yang masuk sepanjang hari melalui dinding kaca bangunan sebelah barat setinggi 3,865
meter. Mengingat penggunaan tirai dapat mengurangi estetika hotel, maka Glenn Sianturi, Chief
Engineer hotel ini, mengambil langkah untuk pemasangan kaca film seluas 72,70 m2 (22 bidang kaca)
di area tersebut. Spesifikasi kaca film yang dipilih adalah: 1) Visible Light Transmittance: 58%, 2)
Ultra Violet Rejection: 99%, 3) Infra Red Rejection: 96%, 4) Total Solar Energy Rejected: 59%.
Setelah pemasangan kaca film tersebut, suhu udara ideal dapat dicapai dengan operasional 2 unit
AC split duct (@10PK) selama 4 jam saja (11.00 sampai 15.00), pada pengaturan temperatur 16oC.
Selain itu, dengan waktu operasional AC yang lebih efisien, Hotel Bintang 3 ini dapat menghemat
sebesar 60% pemakaian listriknya dalam sehari (dari Rp. 212.976,00 menjadi Rp. 85.190,00).
Mempertimbangkan hotel ini sebagai hotel bisnis yang berlokasi di area strategis, saat puncak dengan
okupansi ruang pertemuan mencapai 90%, maka penghematan dalam 1 tahun dapat dicapai sebesar
lebih dari Rp. 27,5 juta.
Hotel Santika Bogor merupakan hotel berbintang 3 yang dibangun pada tahun 2008, dengan total
luas lantai bangunan adalah sebesar 12.610 m2. Saat pelaksanaan program, Hotel Santika Bogor
memiliki 153 kamar tamu dengan tingkat okupansi (2013) rata-rata sebesar 93%.
- 44 -
• Mengganti Material Kaca untuk menurunkan nilai OTTV (Overall Thermal
Transfer Value):
Kaca gelas yang rendah emisi (Low-E glass)
Efisiensi energi dan efek dekorasi aestetika/artistik adalah dua persyaratan
kunci dari arsitektur gedung yang menggunakan kaca gelas. Kaca gelas
yang rendah emisi adalah kaca gelas yang dilapisi beberapa lapisan logam
(termasuk juga lapisan logam perak) atau lapisan campuran logam. Kaca jenis
ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk meneruskan cahaya tampak
dan memantulkan radiasi panas infra merah. Karena itu kaca jenis ini dapat
berfungsi sebagai penahan radiasi panas yang sangat baik pada gedung yang
beriklim tropis maupun subtropis. Selain itu kaca jenis ini didesain dengan
berbagai warna sehingga dapat memenuhi persyaratan dekorasi aestetika/
artistik gedung. Karakteristik umum dari kaca rendah emisi adalah:
• Dekorasi Aestetika/Artistik
• Kekuatan dan keamanan yang tinggi
• Daya tahan termal
• Pola dan warna yang dapat disesuaikan deengan pesanan
• Stabilitas terhadap pengaruh asam dan daya tahan terhadap logam alkali
- 45 -
• Penggunaan material dinding luar bangunan yang mempunyai sifat penahan
panas atau isolasi termal yang lebih baik
Material konstruksi yang digunakan akan menentukan kapasitas penyerapan
panas dan penyimpanan dinding bangunan gedung. Penggunaan batu bata
yang modern dan berefisiensi energi tinggi adalah pilihan yang terbaik.
Disarankan untuk menggunakan batu bata jenis ini ketika melakukan pekerjaan
perbaikan dan renovasi gedung. Namun demikian sebelum melaksanakan
pekerjaan tersebut diskusikan tipe dan ketebalan material konstruksi dengan
pihak konsultan arsitek.
- 46 -
• Mengurangi infiltrasi udara/cahaya dengan memperbaiki isolasi dinding,
jendela dan pintu.
- Infiltrasi udara adalah penyebab dari kerugian energi yang terbesar.
- Ketika tekanan udara didalam ruangan lebih kecil daripada diluar
ruangan maka terjadi infiltrasi udara luar kedalam ruangan yang sehingga
mengakibatkan terjadinya peningkatan beban pendinginan sistem tata
udara.
• Mengganti warna cat warna dinding luar dari warna gelap ke warna yang
lebih terang, misalnya dengan mengganti warna cat dinding luar dari abu-
abu tua menjadi warna putih.
- 47 -
• Mengurangi rasio luas jendela luar dan luas dinding luar (modifikasi Window
Wall Ratio).
Contoh 1: Hasil dari simulasi menggunakan software Desain Builder
yang disajikan pada Gambar di bawah menunjukkan bahwa mengurangi
rasio jendela ke dinding (WWR) dari 70% menjadi 40% akan mengurangi
keseluruhan termal Transfer Nilai (OTTV) dari 83 W / m2 sampai 50 W / m2,
atau sama dengan pengurangan 40% dari keuntungan panas eksternal. Jika
keuntungan panas keseluruhan dari selubung bangunan adalah 63% dari
total beban pendinginan, modifikasi WWR ini akan mengurangi beban total
pendinginan sebesar 25%. Angka-angka ini dihitung sebagai dampak dari
memodifikasi WWR pada beban pendinginan.
Pengaruh rasio jendela ke dinding untuk total perolehan kalor eksternal untuk bangu-
nan kotak orientasi arah utara disimulasikan pada tanggal 22 Mei 20136
6 Building Envelope: Its impacts on cooling load by Jatmika Adi Suryabrata, PhD,
Date: 13 September, 2011
- 48 -
• Mengkombinasikan Pengaruh WWR dan SHGC (Solar Heat Gain Coefficient)
Pengaruh SHGC untuk total perolehan kalor eksternal untuk bangunan kotak orientasi
arah utara disimulasikan pada tanggal 22 Mei 20137.
7 Building Envelope: Its impacts on cooling load by Jatmika Adi Suryabrata, PhD,
Date: 13 September, 2011
- 49 -
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Selubung Bangunan
Medium
Cara Penghematan Energi No Cost Low Cost & High
Cost
Memperbaiki sistem damper x
Menutup jendela dan pintu apabila sedang tidak
x
digunakan
Memasang alat peneduh (shading) pada jendela
x
luar untuk meminimalkan radiasi matahari
Penggunaan kaca gelas berlapis ganda untuk kaca
x
jendela, atau kaca film
Mengganti Material Kaca untuk menurunkan nilai
x
OTTV (Overall Thermal Transfer Value):
Penggunaan material dinding luar bangunan yang
mempunyai sifat penahan panas atau isolasi ter- x
mal yang lebih baik
Penggunaan tanaman pada dinding atap sehingga
kemampuan isolasi termal dinding atap menjadi x
lebih baik
Mengurangi infiltrasi udara/cahaya dengan mem-
perbaiki isolasi dinding, jendela, sekat ruangan,
x
saluran pendinginan, lantai, tembok, pintu, dan
atap
Mengganti warna cat warna dinding luar dari
warna gelap ke warna yang lebih terang supaya x
memantulkan panas matahari
Mengurangi rasio luas jendela luar dan luas dind-
x
ing luar (modifikasi Window Wall Ratio)
Mengkombinaksikan Pengaruh WWR dan SHGC
x
(Solar Heat Gain Coefficient)
- 50 -
Sistem Tata Udara
Konfigurasi, kapasitas, dan jenis Sistem Tata Udara Sistem Tata Udara dalam
bangunan mengkonsumsi
pada gedung hotel sangat tergantung kepada luas
energi sebesar 65% dari total
gedung hotel tersebut. Untuk hotel yang besar penggunaan energi dalam
dengan jumlah kamar yang banyak dan dengan bangunan hotel.
gedung bertingkat maka diperlukan Sistem Tata
Udara sentral. Sedangkan untuk hotel yang kecil
umumnya hanya menggunakan beberapa unit AC
kecil saja. Namun demikian, dalam beberapa kasus
bisa saja gedung hotel yang besar menggunakan
Sistem Tata Udara sentral dengan didukung oleh unit
AC kecil.
8 SNI 6390: 2011 Konservasi energi sistem tata udara bangunan gedung
- 51 -
yang digerakkan oleh motor listrik. Mesin pendingin pada tipe ini umumnya
menggunakan refrijeran/fluida kerja sintetis yang biasa disebut ‘freon’. Beberapa
mesin menggunakan refrijeran R134a, R123a, R22, atau campurannya.
Energi yang digunakan untuk mendinginkan suhu udara tersebut dapat terbuang
melalui sistem ventilasi yang kurang baik, atau melalui jendela atau sekat yang
tebuka. Jika hal ini tersjadi, diperlukan udara tambahan untuk dimasukkan ke
dalam gedung dan didinginkan untuk menyediakan udara yang nyaman. Ini
disebut pemborosan energi. Untuk itu, mengurangi terbuangnya udara keluar
dapat mengurangi penggunaan konsumsi energi pada sistem tata udara.
Sistem tata udara terdiri dari beberapa komponen inti yang terkait satu sama
lain, yaitu mesin pendingin (chiller), unit pengolah udara atau Air Handling Units
(AHUs), unit koil kipas atau Fan Co il Units (FCUs), Pompa Air Dingin atau Chilled
Water Pumps, Pompa Air Pendingin atau Condenser Water Pumps, dan Menara
Pendingin atau Cooling Towers.
- 52 -
Berdasarkan jenis media pendinginnya, Sistem Tata
Udara sentral digolongkan menjadi dua jenis yaitu
Sistem Tata Udara sentral yang menggunakan air
sebagai media pendingin mesin pendingin (Water
Kapasitas Air-cooled: 0-500
Cooled Chiller Central Air Conditioning System) dan tons atau 0-1.759 kW
Sistem Tata Udara sentral yang menggunakan udara
sebagai media pendingin mesin pendingin (Air Cooled Kapasitas Water cooled:
Chiller Central Air Conditioning System). Umumnya 0-3.000 ton atau 0-10.551 kW
jenis Sistem Tata Udara sentral yang menggunakan
udara sebagai media pendingin berkapasitas lebih
kecil. Hal ini dikarenakan kemampuan udara untuk
mendinginkan chiller dibatasi oleh temperatur udara
luar dan kemampuan udara untuk menyerap energi
panas secara konveksi, seperti untuk unit AC kecil
seperti AC split, window, tower, dll.
- 53 -
Kemampuan pelepasan energi panas dari Sistem Tata Udara sentral dan Unit AC
kecil lainnya ke udara sekitarnya adalah sengat penting. Jika proses pelepasan
energi tersebut terganggu atau terhalang maka efektifitas sistem pendingin
tersebut akan menurun. Oleh karena itu sangat penting menjaga kemampuan
pelepasan energi panas sistem pendingin tetap efektif. Berikut rangkaian
pelepasan energi pada Sistem Tata Udara sentral yang berpendinginan air.
- 54 -
TIPS: Memahami Kapasitas Refrigerasi dan Kinerja
1 Ton Refrigeration (TR) adalah energi panas yang diserap oleh 1 ton (2000 lb) es pada suhu 0oC selama 24 jam.1 Ton
Refrigeration (TR) = 3.516 kW = 12000 BTU/hr = 200 BTU/min = 3024 kCal/hr.
Kapasitas Refrigerasi adalah ukuran kemampuan pendinginan efektif dari suatu mesin pendingin yang dinyatakan dalam satuan
BTU/jam atau TR atau Watts. Kapasitas Refrigerasi dalam TR dirumuskan sebagai berikut:
Kapasitas Refrigerasi = Q-Cp-(Ti - To)/3024
Dimana,
Q = laju alir refrijeran/media pendingin dalam kg/jam
Cp = koefisien panas spesifik refrijeran/media pendingin dalam kCal/kg.oC
Ti = temperatur refrijeran/media pendingin masuk kedalam evaporator mesin pendingin (chiller) dalam oC
To = temperatur refrijeran/media pendingin keluar evaporator mesi pendingin dalam oC
Koefisien Performansi atau Coefficient of Performance (COP) adalah rasio antara Efek Pendinginan (Cooling Effect) atau
Refrigerasi (W) dengan Daya Listrik yang diperlukan oleh motor kompressor (W),
Energy Efficiency Ratio (EER) adalah rasio antara Efek Pendinginan dalam BTU/jam dengan Daya Listrik yang diperlukan oleh
motor kompressor dalam Watts (W). Karakteristik kinerja yang juga umum dipakai dalam menilai kinerja mesin pendingin adalah
kW/TR. kW/TR adalah perbandingan antara Daya Listrik yang diperlukan motor kompressor dalam kW dengan Efek Pendinginan
dalam Ton Refrigeration (TR). Dengan demikian hubungan antara EER, kW/TR dan COP adalah:
kW/TR =3.516/COP
EER * kW/TR = 12
EER umumnya digunakan untuk rating efisiensi untuk unit AC. Sedangkan unutk Sistem Tata Udara sentral
digunakan rating efisiensi Seasonal Energy Efficiency Ratio (SEER).
Integrated Part Load Value (IPLV) adalah nilai kinerja/efisiensi beban sebagian mesin pendingin yang dihitung
dengan menggunakan standar rating kondisi ARI (American Refrigerant Institute) yang kini berubah nama menjadi
ACHRI (Air Conditioning, Heating and Refrigeration Institute). Sedangkan Non-Standard Part Load Value (NPLV)
adalah nilai kinerja/efisiensi beban sebagian mesin pendingin yang dihitung tidak dengan menggunakan standar
rating kondisi ARI. Nilai COP dan EER pada IPLV dinyatakan sebagai berikut:
Dimana:
A = COP atau EER atau kW/TR pada beban 100%
B = COP atau EER atau kW/TR pada beban 75%
C = COP atau EER atau kW/TR pada beban 50%
D = COP atau EER atau kW/TR pada beban 25%
Kinerja AC sentral dipengaruhi oleh kinerja masing-masing komponen sistem tata udara di atas. Kinerja AC sentral
yang tinggi/baik hanya dapat diperoleh dengan memastikan kinerja masing-masing komponen tersebut terjaga
dengan baik.
- 55 -
Apakah Kinerja Sistem Tata Udara Pada Hotel Anda Sudah Efisien?
Untuk menentukan kinerja efisiensi sistem tata udara, perlu terlebih dahulu
ditentukan total area yang akan dikondisikan dalam meter persegi (m2). Kemudian
total area dibagi 55 untuk mendapatkan kebutuhan minimal (tonnage). Setelah
didapatkan kebutuhan minimal, perlu juga ditambahkan beberapa faktor yang
akan mempengaruhi kapasitas pendinginan ruangan tersebut. Faktor-faktor
tersebut adalah:
Rumus sederhana yang bisa dimanfaatkan dalam mencermati kebutuhan AC berikut ini:
Dimana:
L = Panjang Ruang (dalam feet)
W = Lebar Ruang (dalam feet)
I = Nilai 10 jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan ruang
lain).Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).
H = Tinggi Ruang (dalam feet)
E = Nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap timur; Nilai
18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.
Ruangan berukuran 5mx 3m atau (16 kakix 10 kaki), tidak berinsulasi, dinding menghadap ke barat.
Kebutuhan BTU = (16X10X18X10X20)/60 = 9600 BTU.
Ruang berukuran 3mx 3m atau (10 kakix 10 kaki), vertilasi minim, berinsulasi, dinding menghadap
utara. Kebutuhan BTU= (10X10X10X10X16)/60 = 26666,6 BTU
- 56 -
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kinerja sebuah
AC, yaitu dengan menentukan:
2. Rasio efisiensi energy (EER). Semakin besar nilai ERR, semakin efisien
kinerja AC. EER adalah rasio antara kapasitas panas yang digunakan untuk
mendinginkan (dalam BTU) per jam dan konsumsi energi (dalam watt).
3. Perawatan yang teratur/berkala terhadap tiap komponen sistem tata udara
akan sangat mempengaruhi tingkat efisiensi konsumsi energi.
- 57 -
Beberapa checklist observasi dapat digunakan seperti di bawah ini:
- 58 -
Alternatif Penghematan energi pada Sistem Tata Udara
1. Mengoptimasi proses perpindahan panas
Kompressor chiller yang dirancang dan dioperasikan dengan tingkat keamanan
yang tinggi mengindikasikan adanya kerugian energi yang cukup besar. Oleh
karena itu langkah-langkah praktis yang dapat diterapkan untuk memperbaiki
efisiensi chiller adalah dengan:
• Penyesuaian luasan perpindahan panas penukar panas pada kondensor dan
evaporator. Koefisien perpindahan panas pada sisi refrijeran adlah sekitar
1400 sampai dengan 2800 Watt/m2.K. Sedangkan luasan perpindahan
panas pada sisi refrijeran adalah lebih besar dari 0.5 m2/TR.
• Optimasi perbedaan temperatur refrijeran pada kondensor (Tc) dan
evaporator (Te). Peningkatan 1 oC pada Te akan memperoleh penghematan
energi 3%. Table 3 dan Table 4 dibawah menunjukkan besarnya peningkatan
efisiensi yang terjadi pada chiller dengan kompresor tipe reciprocating
dengan refrijeran R-22.
• Pemilihan jenis kondensor yang tepat. Pemilihan jenis kondensor tentu
disesuaikan dengan kapasitas chiller yang akan digunakan. Terdapat tiga
jenis kondensor yang umum yaitu kondensor berpendingin udara biasa,
kondensor berpendingin udara yang dilengkapi dengan water spray, dan
kondensor berpendingin air jenis shell & tube. Kondensor berpendingin
air jenis shell & tube mempunyai kelebihan yaitu tekanan discharge yang
relatif rendah, kapasitas refrigerasi TR yang lebih tinggi dan konsumsi
listrik yang lebih rendah
Peningkatan kW/TR dengan menurunkan temperatur evaporator pada temperatur kondensor 40 oC.
Condensing Refrigeration Capac- Specific Power Con-
Increase kW/TR (%)
Temperature (0C) ity (TR) sumption (kW /TR)
26.7 31.5 11.7 -
35.0 21.4 12.7 8.5
40.0 20.0 11.4 20.5
Peningkatan kW/TR dengan meningkatkan temperatur kondensor pada temperatur evaporator -10
o
C.
Condensing Refrigeration Capacity Specific Power Con-
Increase kW/TR (%)
Temperature (0C) (TR) sumption (kW /TR)
5.0 67.58 0.81 -
0.0 56.07 0.94 16.0
-10.0 45.98 1.08 33.0
-15.0 37.20 1.25 54.0
-20.0 23.12 1.67 106.0
- 59 -
2. Memperbaiki dan memelihara permukaan perpindahan panas pada
evaporator dan kondensor.
Pemeliharaan yang kurang baik pada permukaan perpindahan panas pada
evaporator dan kondensor akan mengakibatkan efektivitas perpindahan panas
komponen tersebut menurun. Penurunan ini disebabkan oleh adanya endapan
yang menempel dipermukaan permukaan perpindahan panas. Sehingga
konsumsi energi listrik menjadi meningkat untuk setiap unit pendinginan
yang sama. Endapan terbentuk paa bagian dalam pipa air kondensor karena
penggunaan bahan kimia pada air pendingin dan adanya kotoran dalam air
pendingin. Beberapa cara untuk memelihara kondensor dan evaporator:
• Pemisahan minyak pelumas dengan refrijeran
• Defrost koil perpindahan panas secara berkala
• Tingkatkan kecepatan laju alir pendingin sekunder
• Memelihara menara pendingin. Penurunan 0.5 oC air pendingin yang keluar
menara pendingin dapat menurunkan pemakaian energi listrik mencapai
3%.
• Gunakan perangkat pembersih pipa kondenser otomatis.
- 60 -
Aplikasi Elektrostatis tanpa Biaya Investasi Awal untuk Peningkatan Kinerja
Chiller di Hotel Bintang 4, Jakarta.
Kartika Chandra, Agustus 2014. Walaupun telah mengganti chiller berumur 24 tahun
dengan chiller baru pada tahun 2010, Haryanto, Chief Engineer hotel ini terus berupaya
untuk mengoptimalkan kinerja chiller dengan meningkatkan efisiensinya. Menyadari
bahwa munculnya kerak-kerak dalam pipa tubing condenser pada mesin chiller dapat
menghambat kinerja chiller karena mengganggu proses penghantaran energinya, dengan
kondisi yang ada dan setelah beberapa kali berdiskusi dengan supplyer maka diputuskan
untuk memasang alat guna mengubah ion dan partikel pada air menjadi positif (statis)
dengan menggunakan gelombang elektro, yang sering disebut (elektrostatis), alat tersebut
dipasang pada pipa supply dari cooling tower ke condenser. Alat ini berfungsi mengubah
ion-ion air menjadi positif, sehingga air cukup bersih dari lumut dan partikel lainnya,
disamping itu lama kelamaan akan melapisi dinding pipa, sehingga tidak ada lagi kerak
silica yang akan menempel pada dinding pipa. Dengan demikian trasnfer panas dalam
proses pendingin Freon menjadi lebih cepat, kinerja chiller menjadi maksimal dan power
listrik menjadi rendah.
Dua bulan setelah pemasangan elektrostatis tersebut, kinerja chiller terbukti lebih efisien
dengan penurunan power listrik antara 10 % - 15 %. Dari sisi investasi, langkah ini
menjadi menarik bagi general manager dan pemilik Hotel Kartika Chandra karena biaya
investasi pada awal pemasangan tidak dibebankan kepada mereka, melainkan ditanggung
oleh salah satu vendor D-Scaling System yang berlokasi di daerah Pejaten Barat, Pasar
Minggu. Namun keuntungan dari penghematan biaya energinya dapat dirasakan secara
langsung oleh pihak hotel, dengan skema pembagian keuntungan antara investor dengan
pemilik hotel sebesar 60% - 40%, selama 3 tahun, tahun berikutnya komposisi pembagian
keuntungan akan berubah 50% - 50 %.
Setelah masa kontrak tersebut, maka penghematan biaya energi menjadi tambahan
keuntungan bagi pemilik hotel atau dapat dipergunakan untuk biaya operasional
lainnya. Selain penghematan secara langsung, pemasangan sistem ini juga menyumbang
penghematan yang diperoleh dari pengurangan biaya maintenance chiller serta
pengurangan biaya de-scaling yang biasanya dilakukan setiap 4 bulan atau 3 kali dalam 1
tahun untuk membersihkan kerak yang menempel pada dinding pipa condenser.
Hotel Kartika Chandra merupakan hotel berbintang 4 yang dibangun pada tahun 1971
dengan total luas bangunan sebesar 32.000 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki 276 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
- 61 -
3. Penerapan Sistem Multi-Staging
Penerapan cara ini hanya sesuai untuk mesin pendingin yang bekerja pada
temperatur rendah, dengan tekanan kerja kompressor yang tinggi dan dengan
temperatur kerja pendinginan yang lebih besar. Penerapan dengan cara ini
dibedakan berdasarkan tipe kompressornya.
• Kompressor tipe Compound.
• Umumnya menggunakan satu jenis refrijeran. Kompressor tingkat
pertama dioperasikan untuk memenuhi beban pendinginan, sedangkan
kompressor tingkat kedua dioperasikan dioperasikan untuk memenuhi
beban evaporator dan flash gas.
• Kompressor tipe Cascade.
• Sistem ini lebih disukai jika bekerja pada daerah temperatur antara -46 oC
sampai dengan -101 oC. Kompressor cascade dapat bekerja dengan dua
refrijeran yang berbeda.
- 62 -
5. Kontrol Kapasitas pada kompressor mesin pendingin (chiller)
Sebagian besar Sistem Tata Udara sentral dirancang untuk memenuhi beban
pendinginan puncak dari gedung. Namun demikian telah dijelaskan diatas
bahwa beban pendinginan gedung tidaklah konstan dan bervariasi dengan
waktu. Pada siang hari, beban pendinginan gedung mencapai maksimumnya
yaitu sekitar tiga kali lipat dari beban pendinginan di malam hari. Adanya
variasi beban ini mensyaratkan pentingnya kontrol kapasitas pada kompressor
dari chiller di Sistem Tata Udara sentral suatu gedung. Beberapa metode yang
disarankan dalam mengatur kapasitas kompressor chiller adalah dengan
memperhatikan jenis kompressor dan menyesuaikan sistem kontrol kapasitas
yang terpasang, diataranya adalah dengan:
• Pelepasan beban kompressor:
a. Untuk kompressor jenis reciprocating adalah dengan mematikan satu
persatu masing-masing kompressor
b. Untuk kompressor jenis sentrifugal adalah dengan modulasi terus
menerus melalui pengaturan sudu-sudu (vane) kompressor
c. Pada kompressor jenis ulir (screw) adalah dengan mengatur katup geser.
Penggunaan chiller dengan kompressor ulir sangat efisien jika beban
pendinginan suatu gedung sangat bervariasi.
• Kontrol putaran:
a. Pada kompressor jenis reciprocating: pastikan pelumasan sistem tidak
terpengaruh
b. Untuk kompressor jenis sentrifugal adalah dengan menjaga kapasitas
selalu diatas 50%
• Monitoring Temperatur:
a. Pada kompressor jenis reciprocating: temperatur air dingin (chilled
water) yang kembali ke chiller ( jika beban bervariasi), temperatur air yang
meninggalkan chiller ( jika beban konstan)
b. Untuk kompressor jenis sentrifugal: temperatur air yang meninggalkan
chiller pada semua kondisi beban operasi
- 63 -
• Gunakan chiller dengan kapasitas yang lebih kecil untuk memenuhi
kebutuhan beban puncak
• Gunakan unit AC berkapasitas kecil daripada menggunakan Sistem Tata
Udara sentral untuk menangani beban pendinginan yang kecil. Dengan
cara ini keuntungan yang diperoleh adalah:
a. Aplikasi yang beragam dengan daerah temperatur kerja yang lebih lebar
dan jarak yang lebih jauh
b. Lebih ekonomis, fleksibel dan handal
• Pengaturan suplai air dingin (chilled water) atau udara dingin dengan cara:
a. Pengaturan laju air
b. Pengoperasian dengan aliran normal dengan periode shut-off
- 64 -
Konfigurasi dan pengoperasian chiller yang menggunakan tangki
penyimpan air dingin
Source: http://www.regenesys.com.au/thermal-storage-systems
Source: http://www.regenesys.com.au/thermal-storage-systems
- 65 -
Perubahan SOP Dasar (Standard Operational Procedure) dapat Menghemat
Energi Tanpa Biaya Investasi.
Gran Mahakam, November 2013. Relatif tingginya biaya investasi pemasangan peralatan
yang hemat energi tidak mengurungkan niat Basri, Director Of Engineering Hotel Gran
Mahakam untuk menyusun program hemat energinya. Perubahan SOP Dasar adalah
pendekatan yang dipilih untuk program jangka pendek, mengingat keunggulannya yang
tidak memerlukan biaya. Berdasarkan audit energi internal yang dilakukan, ditemukan
beberapa peluang penghematan seperti:
1. fresh air fan yang menyala setiap hari tanpa hasil yang signifikan,
2. Central chiller yang bekerja penuh selama 24 jam dan di malam hari selalu running
dengan 2 unit compressor.
3. penggunaan air yang lebih banyak terjadi saat beban puncak dan mencari peluang
penghematan dengan menampung air di main tank di luar beban puncak.
4. inventarisasi peralatan dapur yang menggunakan GAS
Hotel Gran Mahakam merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada tahun 1996
dengan total luas bangunan sebesar 17.390 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki total 158 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
- 66 -
Menghemat Energi sekaligus Mengatasi Keluhan Tamu terkait Rendahnya
Pengaturan Temperatur Kamar
Gran Mahakam, Oktober 2013. Timbulnya keluhan dari tamu terkait pengaturan
temperatur udara untuk kamar tamu yang terlalu dingin dan mendorong tim
Engineering untuk memberikan solusi, sekaligus mengajak tamu hotelnya berpartisipasi
dalam program penghematan energi. Penggantian motorized valve untuk FCU dipilih
oleh Basri, Director Of Engineer hotel ini, adalah solusinya untuk memberikan fungsi
kontrol temperatur udara kamar tamu agar dapat memenuhi kenyamanan. Saat ini,
84 kamar tamu yang bermasalah dengan temperature dari 158 kamar yang ada, telah
dilakukan penggantian thermostat yang diatur dengan jangkauan temperatur dari
18 sampai 22 oC. Dimana sebelumnya, temperatur kamar tamu tidak dapat di atur
temperatur 18 oC. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, jangkauan temperatur
tersebut dapat mengakomodasi kenyamanan tiap tamu hotel yang berbeda serta mencegah
penggunaan energi berlebihan.
Hotel Gran Mahakam merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada tahun 1996
dengan total luas bangunan sebesar 17.390 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki total 158 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
- 67 -
efisien, tidak hanya dalam kondisi peak loads namn juga dalam kondisi part-
load.
Beberapa manfaat:
- Tidak lagi memerlukan minyak pelumas (lubrication/oil)
- Efisiensi tinggi
- Perawatan yang mudah
- Magnet permanen pada motor sinkron, memberikan perbaikan faktor
daya; yaitu dengan jalan memberi penguatan lebih pada motor tersebut
3. Aplikasi sistem chiller dengan heat recovery atau heat pump, dijabarkan
pada sub bab Sistem Air Panas.
- 68 -
Magnetic Bearing Chiller memberikan penghematan lebih dari 50% pada biaya
operasional hotel Bintang 4 di Jakarta.
Menara peninsula, 2013. Memiliki mesin chiller berumur 25 tahun untuk mendukung
operasional hotelnya, baik tim engineering maupun jajaran manajemen Hotel Menara
Peninsula menyadari dampaknya terhadap konsumsi dan biaya energi yang tinggi.
Pencarian alternatif solusi secara nyata ditunjukkan melalui komitmen manajemen
dan pemilik hotel, yang pro-aktif mencari teknologi chiller terbaru di pasaran, dan
menjatuhkan pilihan pada mesin chiller dengan teknologi magnetig bearing.
Teknologi ini memberikan dampak perbaikan kinerja terhadap sistem tata udara, meliputi
kehandalannya dalam proses pendinginan yang relative cepat, serta fitur kontrol terhadap
posisi dan getaran. Teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi chiller karena meringankan
beban compressor sehingga chiller dapat mencapai efisiensi sekitar 0,55 kW/TR. Angka
ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan mesin
chiller yang lama. Hal ini secara tidak langsung mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dari pemakaian listrik.
Tidak dipungkiri, biaya investasi untuk penggantian chiller ini tidak sedikit. Ditambah
dengan ketidakstabilan sistem jika mendapatkan perawatan yang kurang tepat,
menyebabkan potensi penghematan yang tinggi menimbulkan resiko yang tidak sedikit
pula. Sebagai solusinya, penggantian mesin chiller ini menerapkan skema energy saving
performance contract, dimana investasi mesin tersebut dibayarkan secara bertahap
melalui penghematan biaya operasional chiller. Hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun,
kewajiban pembayaran tersebut terpenuhi, dan hingga saat ini, hotel Menara Peninsula
dapat menghemat biaya energinya sebesar lebih dari 50% dengan teknologi chiller
magnetig bearing.
Hotel Menara Peninsula merupakan hotel berbintang 4 yang dibangun pada tahun 1998,
dengan luas lantai bangunan yang dikondisikan dengan pendingin udara adalah sebesar
30,372 m2. Saat pelaksanaan program, Hotel Menara Peninsula memiliki 349 kamar tamu
dengan tingkat okupansi (2013) rata-rata sebesar 65%.
- 69 -
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Tata Udara
- 70 -
Sistem Tata Cahaya
Sistem tata cahaya dalam bangunan hotel merupakan salah satu elemen dasar
yang harus disediakan dengan tujuan untuk: 1) penerangan dalam ruangan, 2)
komponen desain interior dan estetika, 3) kesehatan dan keselamatan, serta
4) penerangan luar ruangan dan navigasi (signage). Prinsip penataan dan
manajemen sistem tata cahaya di bangunan hotel perlu mengedepankan tata
cahaya yang menarik namun efektif dan efisien untuk memenuhi ke-empat
tujuan tersebut. Dengan penerapan sistem kontrol pencahayaan dan teknologi
yang baik, penggunaan energi untuk sistem tata cahaya dapat dihemat hingga
50% dari kondisi umum yang ditemui di mayoritas hotel di Indonesia saat ini.
- 71 -
Jenis lampu menjadi faktor kedua yang mempengaruhi tingkat pemakaian energi,
dengan parameter penting diantaranya tingkat efisiensi, ketahanan/umur lampu,
kandungan merkuri, warna lampu, dan lain lain.
1. Lampu Pijar.
Ini adalah jenis lampu yang sangat umum digunakan, karena harganya yang
murah. Efisiensi dari lampu ini sangat rendah dan hampir 85 % daya yang
digunakan oleh lampu ini diubah menjadi panas. Selain itu umur dari lampu
ini juga rendah berkisar antara 750 - 2000 jam.
4. Halogen.
Lampu ini serupa dengan lampu pijar, namun dengan umur pakai yang lebih
lama, hingga 3,000 jam. Lampu ini menghasilkan warna khusus dan umumnya
digunakan di tempat yang membutuhkan pencahayaan yang lebih terang
dengan warna khusus.
6. LED.
Ini adalah jenis lampu yang paling efisien yang tersedia di pasaran, dengan
umur hingga 50,000 jam. Lampu ini sangat direkomendasikan untuk
digunakan di hotel-hotel.
- 72 -
Jenis Lampu Efisiensi (Lm/Watt) Umur Lampu (Jam) Contoh Gambar
Lampu Pijar 8-18 750-2.000
Pengukuran dan observasi menjadi cara yang paling ideal untuk menilai tingkat
efisiensi sistem tata cahaya di bangunan hotel.
1. Tingkat cahaya dapat diukur dengan alat Luxmeter, dengan posisi pengukuran
pada bidang kerja dengan ketinggian 75 – 90 cm dari atas permukaan tanah,
atau diletakan diatas permukaan meja sesuai dengan fungsi ruangan tersebut.
Dalam melakukan pengukuran tingkat cahaya, operator harus menggunakan
baju yang berwarna gelap dan tidak bersifat reflektif untuk mengurangi
kesalahan dalam pengukuran cahaya.
- 73 -
2. Observasi terhadap jenis dan jumlah lampu yang ada dapat memberikan
gambaran potensi penghematan jika dilakukan penggantian lampu tersebut
dengan jenis teknologi terkini yang lebih efisien, misalnya lampu LED untuk
saat ini.
- 74 -
2. Pemeliharaan Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan sangat penting untuk menciptakan suasana yang nyaman
bagi tamu, maka menjadi sangat penting untuk melakukan pemeliharaan kaca,
lubang cahaya dan rumah lampu agar tetap bersih. Tanpa pemeliharaan yang
baik, tingkat penerangan lampu bisa turun hingga 30% dalam 2-3 tahun.
Staf hotel juga harus melaporkan dan melakukan penggantian apabila ada
lampu yang mati dan bermasalah. Ini akan membantu memelihara tingkat
cahaya, standar kenyamanan, kesehatan dan keamanan bagi tamu dan staf
hotel. Dalam pemeliharaan juga harus dilakukan pengecekan terhadap sensor-
sensor pada sistem pencahayaan.
Nusa Dua Beach Hotel, Juli 2014. Program penggantian seluruh lampu pijar
di semua area di hotel berbintang 5 di Bali ini mengusung skema Energy
Performance Contract dengan supplier lampu hemat energi. Berdasarkan audit
yang dilakukan oleh supplier dan tim engineering (Bapak Agung Udayana),
kegiatan tersebut berpotensi menurunkan penggunaan energi listrik sebesar
1,877,589 kWh atau berkontribusi terhadap penghematan biaya energi sebesar Rp.
1,999,217,703 per tahun. Beberapa tips dalam pelaksanaan retrofit lampu hemat
energi adalah:
1. Pastikan supplier memberikan garansi lampu dalam waktu panjang
(minimal 5 tahun)
2. Pastikan bahwa spesifikasi lampu hemat energi yang ditawarkan
menyerupai spesifikasi lampu awal (warna, lux, dll), dengan daya yang lebih
rendah
3. Pastikan proses penggantian lampu secara bertahap tidak akan mengganggu
aktifitas perhotelan
Hotel Nusa Dua Beach, Bali, merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada
tahun 1983 dengan total luas bangunan yang dikondisikan dengan pendingin
udara sebesar 35.887 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel tersebut
memiliki total 353 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 63%.
- 75 -
Beberapa manfaat penggunaan lampu LED (lampu dengan teknologi paling
efisien saat ini):
1. Umur yang panjang
2. Kebutuhan daya lebih rendah untuk tingkat pencahayaan yang sama
dibandingkan lampu jenis lain (pijar, CFL, dll)
3. Tanpa mengandung merkuri
4. Fleksibel desain
5. Dapat digunakan pada kondisi temperatur ekstrim
Berikut ini adalah jenis-jenis sensor yang dapat dipasangkan pada sistem
pencahayaan:
- 76 -
Pertimbangkan untuk melakukan pemasangan sensor okupansi yang terhubung
dengan sistem control yang terintegrasi. Pada beberapa sistem, pengontrolan
sistem dapat dilakukan dari front desk yang memungkinkan sistem menyala
ketika tamu tiba. Sistem lain juga dapat diaktifkan pada kunci akses kamar
yang aktif pada saat tamu memasuki ruangan kamar.
Medium
Cara Penghematan Energi No Cost Low Cost & High
Cost
1. Mematikan lampu apabila sedang tidak diperlukan
X
dan pada area yang masih terkena cahaya alami.
2. Menjaga kebersihan lampu. X
3. Hindari penerangan suatu area secara berlebihan. X
4. Pilih lampu dengan umur yang lebih panjang,
X
untuk mengurangi biaya pemeliharaan.
5. Promosi Penghematan Pemakaian Lampu
X
(misalnya: switch off policy)
6. Pemeliharaan Sistem Pencahayaan X
7. Pemasangan Lampu Hemat Energi X
8. Penggantian Balas Konvensional (Magnetic)
X
dengan Balas Elektronik
9. Pemasangan sensor pencahayaan X
10. Pengaturan control pemakaian lampu
menggunakan key-tag (kombinasi dengan sistem X
tata udara)
- 77 -
Sistem Air Panas
2. Watertube.
Pada jenis ini, air dialirkan melalui susunan pipa
yang terdapat didalam gas panas yang dihasilkan
dari pembakaran. Pada boiler watertube, air panas
tidak berubah menjadi uap, sehingga bias langsung
digunakan untuk berbagai keperluan seperti air
panas di kamar-kamar, binatu, dan untuk keperluan
mencuci piring. Jenis ini lebih banyak digunakan di
Indonesia.
- 78 -
Kaitan Sistem Air Panas dengan Pemakaian Energi
Ada beberapa macam satuan yang digunakan boiler, namun satuan dasar yang
umum digunakan adalah the British Thermal Unit (BTU). Untuk penggunaan
berskala seperti rumah tangga dan hotel, kapasitas yang digunakan berkisar
antara 67.000 hingga 3,4 juta BTU. Sementara untuk penggunaan berskala besar
seperti industri, kapasitasnya berkisar antara 10 juta hingga 33,5 juta BTU.
Sistem air panas terdiri dari beberapa komponen yang kesemuanya mempengaruhi
penggunaan energi secara keseluruhan, yaitu steam piping, steam trap, Calorifier,
deaerator, dan condensate return pipe. Kebocoran energi dapat terjadi di beberapa
tahapan proses pemanasan air dalam boiler, antara lain:
• Proses pembakaran
Besarnya kehilangan dalam proses ini dipengaruhi oleh rasio pencampuran
udara dan bahan bakar.
• Panas dalam flue gas.
Proses ini dipengaruhi oleh banyaknya kelebihan udara pembakaran dan
keefektifan proses pemindahan panas.
• Blow-down
Proses pelepasan air panas dari boiler untuk mengontrol penumpukan
partikel-partikel.
• Skin loss
Panas yang terlepas dari selubung boiler.
- 79 -
Apakah Kinerja Sistem Air Panas di Hotel Anda Sudah Efisien?
Sebuah boiler dapat menghabiskan sekitar 25 sampai 30% dari total energi yang
digunakan (tidak diubah menjadi panas). Proses transfer panas yang maksimum
dari pembakaran ke air adalah hal yang penting untuk menjaga efisiensi
boiler. Masalah umum yang dapat menurunkan efisiensi boiler adalah friksi
yang sebenarnya dapat dengan mudah diatasi dengan menambahkan bahan
kimia anti kerak ke dalam system dan melakukan pembersihan secara rutin.
Pembersihan secara rutin juga dapat mencegah penyumbatan yang diakibatkan
oleh penumpukan partikel-partikel di bagian penahan uap yang dapat berpotensi
mengurangi efisiensi boiler.
- 80 -
Alternatif Penghematan Energi pada Sistem Air Panas
- 81 -
13. Untuk boiler bertekanan atmospheric, periksa dan sesuaikan tekanan gas
didalam pipa.
14. Pada forced draft boiler yang melebihi daya muat, periksa dan sesuaikan
udara dan tingkat aliran gas.
15. Untuk mengurangi pemakaian Uap/Air panas di laundry, dan kitchen, dapat
dilakukan dengan:
• Keran yang dapat mematikan aliran air secara otomatis
• Penggunaan keran dengan sensor pengendali
• Flush otomatis dengan sensor pengendali
• Peralatan dengan teknologi aliran air yang lebih efisien
- 82 -
Penggunaan chiller dengan sistem heat recovery di hotel Bintang 4 dapat
mengurangi konsumsi solar menjadi 1,4%-nya saja
Kartika Chandra, 2010. Berdasarkan analisis terhadap kinerja chiller yang ada, yaitu
chiller centrifugal dengan kapasitas 400 TR yang telah berumur 14 tahun, ternyata chiller
tersebut sudah tidak efisien karena hanya mampu bekerja sebesar 50% dari kapasitasnya.
Hariyanto, Chief Engineer hotel yang sempat mempertimbangkan opsi penggantian chiller
dengan sistem heat recovery atau heat pump, pada akhirnya memilih opsi pertama dengan
pertimbangan penghematan dalam investasi.
Proposal tersebut diajukan oleh Chief Engineer ke pihak manajemen. Sistem heat recovery
secara teknis memproduksi air dingin, dan air panas sebagai bonusnya, dimana hanya
memerlukan investasi untuk 1 mesin chiller. Opsi kedua secara teknis menghasilkan air
panas dengan bonus air dingin, sehingga dibutuhkan kombinasi 2 jenis mesin chiller
yang menghasilkan air dingin dan air panas, selain kebutuhan lokasi yang cukup luas.
Pemilihan jenis produk tersebut juga mempertimbangkan kemampuan sistem untuk
menghasilkan air panas pada +/- 70 oC, sehingga tidak perlu lagi mengoperasionalkan
water heater yang bahan bakarnya adalah solar industry. Dengan perhitungan ROI
(return of investment) dicapai hanya dalam kurun waktu 2 tahun, program tersebut
disetujui oleh general manager pada saat itu.
Sebesar 98,6% penghematan konsumsi solar (216.000 liter pada 2010 menjadi 3.050 liter
pada tahun 2011) atau penghematan sebesar Rp. 1.428.213.000,00 dapat dicapai setelah
penggantian chiller tersebut. Biaya solar yang mencapai 28% dari biaya listrik pada tahun
2010, menurun hingga 2,1% pada tahun 2011.
Hotel Kartika Chandra merupakan hotel berbintang 4 yang dibangun pada tahun 1971
dengan total luas bangunan sebesar 32.000 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
tersebut memiliki 276 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%.
- 83 -
Investasi Program Penghematan Energi Sistem Air Panas
Medium
Cara Penghematan Energi No Cost Low Cost & High
Cost
1. Lakukan perawatan berkala tahunan. X
2. Menggunakan peralatan pengendalian otomatis
untuk mengoperasikan boiler sehingga pemanas X
dapat dikontrol dengan baik.
3. Pemeriksaan sistem pengendalian pada saat pros-
es perawatan. Proses pengoperasian yang tidak te- X
pat dapat menurunkan efisiensi boiler hinga 20%.
4. Memastikan bahan-bahan yang digunakan untuk
pipa panas, saluran dan penutup telah diinsulasi
X
dengan baik. Seluruh system air panas harus diin-
sulasi dengan baik.
5. Gunakan tangki ekspansi yang diinsulasi dan alat
X
penukar panas.
6. Cegah pembentukan akumulasi kerak di tabung
pemanas yang menghalangi aliran dan perpinda-
han udara, dengan merawat system pengolahan X
air umpan. Hal ini juga akan mengurangi potensi
kerusakan boiler.
7. Lakukan pemeriksaan system distribusi uap. Ke-
bocoran, kerusakan pada valve, steam trap, dan X
peralatan lainnya akan menurunkan kinerja sistem.
8. Bersihkan saringan aliran hulu dan steam traps
X
secara rutin untuk mencegah akumulasi partikel.
9. Cegah kelebihan udara untuk pembakaran dengan
menyesuaikan kipas, damper, seal dan meningkat- X
kan pengawasan terhadap over-draft api.
10. Menurunkan suhu udara pada boiler sesuai den-
gan tingkat kebutuhan untuk mengurangi kehil-
angan panas siklus pendek, kenvektif dan radiant. X
Pengaturan air panas untuk kamar tamu biasanya
cukup pada suhu kurang lebih 50oC.
11. Pertimbangkan untuk mengganti boiler yang
sudah berusia diatas 25 tahun. Boiler baru yang
X
didesain dengan teknologi lebih baik memiliki
efisiensi yang tinggi.
12. Untuk boiler bertekanan atmospheric, periksa dan
X
sesuaikan tekanan gas didalam pipa.
13. Pada forced draft boiler yang melebihi daya muat,
X
periksa dan sesuaikan udara dan tingkat aliran gas.
- 84 -
Sistem Kelistrikan dan Transportasi Gedung
Sistem kelistrikan adalah seluruh sistem dalam bangunan yang terkait dengan
peralatan elektronik (komputer, LCD, modem, printer, dll), transformer, motor
listrik, sistem kabel dan alat monitoring penggunaan energi. Sistem transportasi
gedung juga terkait dengan sistem kelistrikan, mengingat operasional alat
transportasi gedung dijalankan menggunakan energi listrik. Walaupun sistem
kelistrikan dan transportasi hanya menggunakan 3% dari total energi yang
digunakan dalam gedung, namun desain, pengaturan dan perawatan yang baik
dapat mempengaruhi konsistensi efisiensi energi secara total.
Salah satunya dengan pengawasan rutin terhadap beban listrik (electrical load)
dalam 24 jam, yang dapat memberikan gambaran mengenai pola konsumsi
listrik pada waktu-waktu beban puncak dan luar beban puncak. Tujuannya adalah
untuk mengurangi permintaan puncak tenaga listrik sehingga dapat mengurangi
biaya listrik. Tingkat penggunaan listrik pada WBP (Waktu Beban Puncak) dapat
diperoleh dari rata-rata rasio persentasi (%) konsumsi listrik WBP dengan LWBP
(Luar Waktu Beban Puncak).
- 85 -
1. Faktor kebutuhan (Demand factor)
Faktor Kebutuhan adalah rasio antara kebutuhan listrik maksimum pada system
pembangkit listrik dan distribusi sistem listrik dengan total distribusi beban yang
terpasang, biasanya dituliskan dalam bentuk persentase (%) sebagai berikut:
Angka ini menunjukkan apakah daya yang didapatkan dari PLN sudah digunakan
secara efisien dan apa bila angka yang didapat terlalu rendah, ada kemungkinan
daya yang disewa dari PLN terlalu tinggi dan bisa dikurangi untuk mendekati
kondisi ideal. Usaha ini dapat mengurangi biaya berlangganan bulanan. Faktor
kebutuhan yang ideal adalah antara 60-80%.
Angka yang didapat menunjukkan fluktuasi beban listrik pada periode waktu
tertentu. Semakin rendah nilai faktor beban, maka semakin besar fluktuasi
penggunaan listrik. Dengan adanya penerapan tarif listrik yang berbeda oleh PLN
untuk waktu WBP LWBP, maka sebaiknya faktor beban diatur untuk menghindari
beban yang tinggi pada jam WBP. Persentase faktor beban yang baik berada pada
kisaran 80 – 90%.
- 86 -
4. Kualitas daya (Power quality)
Kualitas daya adalah frekuensi dan besarnya deviasi daya yang masuk ke
peralatan listrik. Walaupun komputer bukan merupakan main activity dalam
hotel, namun rendahnya kualitas listrik dapat mempengaruhi kualitas layanan
sehingga mengurangi kenyamanan dan kepuasan tamu. Parameter yang paling
penting adalah harmonics. Emisi harmonics terjadi pada saat penggunaan daya
semikonduktor seperti TV, lampu dengan balas elektronik Variable Speed Drive
(VSD), dll. Voltase dan arus harmonic terjadi pada frekuensi yang bekerja lebih
tinggi dari frekuensi dasar sehingga bisa menyebabkab ganguan pada peralatan
lain seperti kapasitor bank, relay dan switch. Nilai kualitas listrik yang ideal adalah
dibawah 3%.
Alat ini dapat merekam penggunaan/pembebanan listrik setiap menit, jam, dan
hari secara detail. Dengan melihat data pembebanan listrik, dapat diupayakan
manajemen energi untuk mengurangi beban puncak sehingga dapat menurunkan
biaya pemakaian
6. Grounding
Untuk grounding, batasan limit kabel ground adalah 0 A.
- 87 -
Beberapa checklist observasi dapat digunakan seperti di bawah ini:
- 88 -
Alternatif Penghematan Energi pada Sistem Kelistrikan dan Transportasi Bangunan
Gedung
- 89 -
• Pertimbangkan biaya selama pemakaian saat membeli peralatan listrik, bukan
hanya harga beli produk. Selalu pertimbangkan harga beli, ditambahkan
dengan biaya perawatan dan tagihan listrik selama masa pemakaian peralatan,
karena peralatan dengan harga beli yang tinggi terkadang memiliki biaya
perawatan dan tagihan listrik yang lebih rendah, dengan total biaya di akhir
masa pemakaian lebih rendah dibandingkan peralatan sejenis lainnya.
• Re-schedule penggunaan peralatan utama pengguna listrik yang signifikan
(misalnya vacuum cleaner, dan peralatan lainnya) untuk beroperasi pada
waktu-waktu luar beban puncak.
• Re-schedule jam opeasional unit AC (sistem tata udara) pada waktu-waktu
luar beban puncak dan gunakan cool thermal storage.
Medium
Cara Penghematan Energi No Cost Low Cost & High
Cost
1. Efisiensi pada travo dan motor listrik X
2. Efisiensi pada sistem kabel listrik X
3. Efisiensi pada peralatan listrik X
4. Efisiensi pada sistem transportasi X
- 90 -
Building Automation System, On-
line Monitoring, and Sub-metering
Sistem otomatisasi akan membantu mengontrol, Sebesar 8% energi terbuang
memonitor, dan mengelola sistem energi dalam tiap tahunnya tanpa program
pengawasan dan pemeliharan.
bangunan secara otomatis dan memberikan informasi
real-time atau dapat tersambung secara online. Sebesar 12% energi terbuang
Informasi real-time dapat membantu staf teknis tiap tahunnya tanpa sistem
untuk memberikan respon yang lebih cepat terhadap pengaturan dan kontrol.
kebutuhan perbaikan atau pemeriksaan yang
lebih detail di lapangan sehingga dapat mencegah
kebocoran energi yang lebih lama. Sedangkan
informasi dan pengaturan online dapat membantu
staf teknis hotel anda untuk tetap memiliki akses
kontrol terhadap sistem energi di hotel tanpa harus
berada di dekat lokasi peralatan atau hotel.
- 91 -
BAS dapat digunakan untuk
mengontrol:
HVAC
Chiller
Boiler
Air Handling Unit (AHU)
Fan Coil Unit (FCU)
Heat Pump Unit (HPU)
Variable Air Volume box (VAV)
Lighting
Power monitoring
Security
CCTV
Fire alarm system
Elevator/escalator
Plumbing and water monitoring
- 92 -
Bagaimana cara kerja sistem otomatisasi dalam
bangunan gedung?
- 93 -
Komponen apa saja yang diperlukan dalam sistem
otomatisasi? Konsultasikanlah kebutuhan
sistem otomatisasi Hotel Anda
kepada konsultan atau kepada
supplier yang akan membantu
Anda.
- 94 -
Alternatif Penghematan Energi dengan Aplikasi Sistem BAS/BEMS
Saat ini, sebagian besar hotel di Indonesia (terutama 30 hotel partner program
Hotel Energy Benchmarking and Strategic Energy Management), belum
memiliki sistem BAS/BEMS, sehingga kontrol dan monitoring terhadap seluruh
sistem pengguna energinya dilakukan secara manual. Pertimbangan untuk
menggunakan atau mengefisienkan sistem ini dapat dilakukan:
- 95 -
teknologi yang sebelumnya sudah tidak beredar lagi di pasaran.
• Pastikan bahwa supplier memberikan training kepada tim engineering
yang bertanggung jawab melakukan monitoring dan kontrol dengan
menggunakan sistem BAS/BEMS yang sudah ada
• Periksa kembali apakah sistem yang terpasang dapat digunakan
untuk sistem kontrol atau hanya sistem monitoring. Jika sistem dapat
digunakan untuk sistem kontrol, tetapi penggunaan saat ini masih
terbatas pada sistem monitoring, konsultasikan kembali kepada
supplier untuk mengaktivasi dan menggunakan fungsi kontrol
tersebut sehingga efisiensi penggunaan energi dapat diperoleh
secara maksimal.
Hubungi supplier sistem ini untuk melakukan survei dan analisa kebutuhan
sistem yang sesuai dengan arsitektur sistem yang telah ada di hotel Anda. Kisaran
investasi dapat berbeda-beda tergantung sistem hotel Anda, namun untuk sistem
chiller sendiri diperkirakan investasi sebesar Rp 1,5 – 2 milyar.
- 96 -
Contoh Aplikasi BAS
- 97 -
Instalasi Building Automation System (BAS) Memberi Kemudahan dalam
Monitoring Kinerja Peralatan.
Mandarin Oriental, 2007-2009. Salah satu hotel Bintang 5 di Jakarta, yang mulai
beroperasi sejak tahun 1978 ini sempat menutup operasinya selama 2 tahun (2007-2009)
untuk keperluan renovasi total. Renovasi tersebut mencakup renovasi peralatan s.d.
interior kamar dan public area dengan menggunakan peralatan ter-up-to-date dengan
memperhatikan dampak lingkungan. Dalam renovasi tersebut, salah satu inovasi yang
diterapkan dan terkait dengan penggunaan energi adalah dipasangnya sistem otomatisasi
gedung (BAS-Building Automation System).
1. Feature umum: Schedule start / stop, Variable Speed Drive (VSD) control, Motorize
Valve Position, Temperature chilled water / duct supply/return. Kelengkapan lain yang
disajikan pada sistem ini adalah tersedianya informasi tentang:
a. O2/ O2 sensor (PPM). Feature ini menyediakan data tentang tekanan (Pascal) dan
kondisi masing-masing sensor (PPM) –(9,10)
b. Pengaturan jumlah fresh air yang masuk ke dalam sistem tata udara gedung (6)
c. Kondisi filter coil AHU/FCU sehingga operator dapat mengambil tindakan akan
kondisi tsb (7)
d. Mismatch Alarm : alarm yang menginformasikan tentang kondisi tidak normal pada
unit AHU/FCU misalnya : V-belt tidak normal (kencang) karena adanya perbedaan
pressure static antara sisi suction dan discharge yang terlalu rendah.
2. Data Monitoring Power meter, yaitu pencatatan data konsumsi listrik, gas, dan air
pada setiap panel di public area (restaurant, kitchen, laundry, power plant, heat pump)
- 98 -
3. Signal informasi, yaitu data signal yang meninformasikan tentang kondisi level air pada
tangki raw water, roof tank, fire tank, hot water tank, genset status.
Hotel Mandarin Oriental merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada tahun 1977,
yang telah direnovasi pada tahun 2007-2009, dan beroperasi kembali pada tahun 2009.
Total luas lantai bangunan yang terkondisikan dengan sistem tata udara adalah sebesar
36.737 m2. Saat ini, Hotel Mandarin Oriental memiliki 272 kamar tamu dengan tingkat
okupansi (2013) rata-rata sebesar 55,5%.
- 99 -
LAMPIRAN
- 100 -
LAMPIRAN A: Contoh Alat Pengukuran dalam
Audit Energi Alat untuk mengamati pola panas
pada saat komponen sistem beroperasi
tanpa kontak secara fisik dengan alat.
Alat untuk mengukur kecepatan aliran, Kerusakan atau gangguan dapat
volume, aliran masa dari cairan atau dilokalisir dan keparahannya dapat
gas dengan cara di ikat ke pipa yang langsung dievaluasi.
akan diukur flownya. http://www.news.tridinamika.com/2638/
http://www.wiratama.web.id/_ penjelasan-fungsi-dan-kegunaan-dari-
item?item_id=251002 thermography
- 101 -
LAMPIRAN B: : Contoh Alat yang Diperlukan
dalam Sistem Otomatisasi
1. Field Devices
2. Controllers
- 102 -
LAMPIRAN C: Format Tabel Menghitung IKE
- 103 -
- 104 -
LAMPIRAN D: Format Tabel Menghitung
Penghematan Energi
- 105 -
- 106 -
LAMPIRAN E: Unit Konversi Dan Standar
- 107 -
LAMPIRAN F: Format Tabel Monitoring
Penggunaan Energi
Engineering Department
Date: ........................................................... Inspection Kitchen Equipment
No Location Equipment 23:00 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 Remarks
1 Western Kitchen Gas Stove 4 Burner (Left)
Gas Stove 4 Burner (Right)
Deep Frier
Salamander
Gridle
- 108 -
LAMPIRAN G: Jenis-Jenis Audit Energi
- 109 -
LAMPIRAN G: Frequently asked questions
(Index):
- 110 -
hotel mungkin memiliki faktor yang berbeda dengan yang lain, bergantung pada
besaran dan jenis fasilitas yang dimiliki.
Rekomendasi: --melakukan review energi regular dan lanjutan dengan data-data
hotel
6. Hotel saya sudah menerapkan pencatatan data energi dan telah memonitor
penurunan konsumsi energi tiap bulannya. Apa hal lain yang dapat saya
lakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan data-data tersebut terkait
penghematan energi?
Situasi Umum: Pencatatan yang baik dan regular sudah banyak ditemui di
beberapa hotel di Indonesia. Namun, data-data tersebut kurang dimanfaatkan
lebih lanjut untuk mengetahui secara detail karakteristik penggunaan dan kinerja
energi di hotel tersebut. Dengan melakukan analisis lebih jauh, data-data tersebut
dapat memberikan karakteristik berupa: pola dan kecenderungan serta faktor
pendorong yang bermanfaat dalam proses pengendalian penggunaan energi.
Lakukan review energi secara berkala
- 111 -