Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 9 :

Pramidia Karina Putri ( 122011133061 )


Fayza Achsina Salsabila ( 122011133062 )

Pemikiran Bourdieu : Seni dan Sastra Sebagai Praktik Sosial

● Biografi Pierre Bourdieu

Pierre Bourdieu adalah seorang filsuf dari Prancis yang hendak memahami
struktur sosial masyarakat, sekaligus perubahan dan perkembangan yang terjadi di
dalamnya. Baginya, analisis sosial selalu bertujuan untuk membongkar struktur-
struktur dominasi ekonomi maupun simbolik dari masyarakat, yang selalu menutupi
ketidakadilan di dalamnya. Untuk itu, ia mengembangkan beberapa konsep yang
diperolehnya dari analisis data sosiologis, sekaligus pemikiran-pemikiran filsafat yang
ia pelajari.
Pierre Bourdieu lahir pada 1 Agustus 1930 di Denguin, Prancis. Ia meninggal
pada 23 Januari 2002 di Paris, Prancis. Konsep-konsep yang ia kembangkan amat
berpengaruh di dalam analisis-analisis sosial maupun filsafat di abad 21. Sebelum
meninggal, ia mengajar di lycée di Moulins (1955–58), University of Algiers (1958–
60), University of Paris (1960–64), École des Hautes Études en Sciences Sociales
(dari 1964), dan Collège de France (1982).
Di Prancis, ia mendirikan Centre for the Sociology of Education and Culture.
Beliau sudah menulis beberapa buku, antara lain Sociologie de l’Algérie (1958; The
Algerians, 1962), La Distinction (1979; Distinction, 1984), Le Sens pratique (1980;
The Logic of Practice, 1990), La Noblesse d’état (1989; The State Nobility, 1996),
and Sur la télévision (1996; On Television, 1998). Tema-tema buku tersebut berkisar
kritik terhadap konsep sekaligus praktek ekonomi neoliberal, globalisasi, elitisme
intelektual, dan televisi. Bourdieu juga menjadi editor untuk jurnal Actes de la
recherche en sciences sociales. Pada 1989, ia mendirikan Liber, sebuah review atas
karya-karya ilmiah di Eropa.
Pada 2001 lalu, untuk menghormati karya-karyanya, dipublikasikan sebuah
film dokumenter tentangnya. Judul film itu adalah Sociology is a Combat Sport. Film
tersebut disambut dengan baik di Prancis. Berbicara mengenai perkembangan teori
kritik tentu kita telah mengenal beberapa orang filsuf atau ilmuwan yang konsern di
bidang teori kritik seperti Karl Marx, Hegell, Jurgen Habermas, Adorno, Derrida, dan
Pierre Bourdieu. Banyak ide – ide atau gagasan kecil dari para tokoh tersebut yang
secara ringan maupun ekstrem mengkritisi suatu hal, terutama modernisme,
kapitalisme, globalisasi dan lainnya.

● Kontribusi Pemikiran Bourdieu terhadap Seni dan Sastra

Pierre Bourdieu lebih dikenal sebagai seorang sosiolog pendidikan. Bourdieu


mengkaji berbagai struktur kuasa dalam pengajaran. Sekolah dinilai telah
mereproduksi pembagian kultural masyarakat dengan berbagai cara yang kelihatan
dan tidak, di samping netralitasnya yang tampak”. Sekolah menurut Bourdieu
merupakan penggunaan kekerasan simbol untuk melegitimasi tatanan sosial yang
berlaku atau absah’. Jika tatanan sosial di luar kendali, maka akan terjadi kekerasan di
masyarakat kita. Dalam teorinya Bourdieu menyatakan bahwa tindakan sosial
merupakan struktur tindakan itu sendiri keduanya dapat dipertukarkan (ed. Harker,
1990: x).
Kunci pemikiran Bourdieu adalah habitus dan ranah (field) dan gagasannya
diperluas pada modal ke dalam berbagai kategori, seperti modal sosial, modal budaya.
Bagi Bourdieu posisi individu berada pada ruang sosial (social space) yang tidak
didefinisikan oleh kelas, tetapi oleh modal dengan berbagai jenisnya dan oleh jumlah
modal sosial, ekonomi, dan budaya yang dipertanggungjawabkan. .... Seluruh
tindakan manusia terjadi dalam ranah sosial yang merupakan arena bagi perjuangan
sumber daya (ed. Harker, 1990: xi). Individu, institusi, dan lainnya mencoba untuk
membedakan dirinya dari yang lain dan mendapatkan modal yang berharga dan
berguna di arena tersebut.
Arena sastra adalah sebuah semesta sosial independen yang mempunyai
hukum-hukumnya sendiri terkait dengan keberfungsian anggota-anggotanya,
Hubungan-hubungan kekuasaan yang spesifik, yang mendominasi dan yang
didominasi dan seterusnya. Dengan kata lain membahas ‘arena sastra’ berarti
mengamati karya sastra yang diproduksi oleh suatu semesta sosial tertentu yang
memiliki institusi-institusi tertentu dan yang mematuhi hukum-hukum tertentu. Ini
berlawanan dengan tradisi pembacaan internal, yang hanya memandang karya sastra/
seni dalam dirinya sendiri, lepas dari kondisi-kondisi historis tempat mereka
direproduksi, dan tradisi penjelasan eksternal—biasanya dihubung-hubungkan dengan
sosiologi—yang langsung mengaitkan suatu karya dengan kondisi ekonomi dan sosial
suatu momen (Bourdieu, 2012: 214-215).
Menurut Bourdieu (2012: xxiv) nilai estetis yang dibentuk secara sosial amat
bergantung kepada perubahan konstan dan kompleks dari seperangkat situasi yang
melibatkan berbagai faktor sosial dan kelembagaan. Sastra, seni dan para produsennya
tidak terlepas dari kompleksitas kerangka institusional yang mengorganisasi,
memungkinkan memberdayakan dan melegitimasi mereka. konsep arena sendiri
menyediakan suatu cara untuk melampaui analisis internal (formalisme atau
hermeneutik) maupun penjelasan eksternal, yang kedua-duanya dilihat Bourdieu tidak
tepat dan reduktif. Keberatan Bourdieu terhadap analisis internal: 1) Berasal dari
filsafat Kantian tentang bentuk-bentuk simbolis dan dari tradisi-tradisi yang mencari
struktur ahistoris universal sebagai basis konstruksi susastra atau puitis dunia. 2)
Strukturalisme yang dipandang lebih kuat lantaran memiliki kadar keilmiahan dalam
upaya analitisnya. 3) Kritik sastra merentang dari berbagai cabang formalisme hingga
kritisisme Anglo Amerika, explication de textes Prancis dan pembaca strukturalisme
dan dekonstruktualis terhadap teks (analisis yang mencari penjelasan final dalam teks
itu sendiri) bukanya mencari dalam jaringan kompleks relasi-relasi sosial yang
melahirkan eksistensi teks tersebut.
Menurut Bourdieu agar karya sastra bisa dipahami sepenuhnya maka harus
disisipkan kembali ke dalam sistem relasi-relasi yang menopangnya. Dengan kata lain
tidak hanya menekankan pada ciri-ciri estetis atau formalnya tetapi juga posisi ciriciri
itu harus terkait dengan semesta tempat mereka berada. Di dalam semesta
kepercayaan kita harus mempertimbangkan ‘bukan hanya produksi material tetapi
juga produksi simbol sebuah karya, yaitu produksi nilai atau kepercayaan pada nilai
karya”.
Pandangan Bourdieu tidak hanya difokuskan pada perkembangan ilmu
sosiologi dan atropologi tetapi ia juga mengritik dan melihat pada bidang seni, sastra,
jurnalistik, dan juga politik. Dalam bidang sastra Bourdieu mengritik cara analisis
internal (yang hanya melihat karya sastra atau teksnya saja) dan eksernal pada karya
sastra (yang hanya melihat biografi pengarangnya). Bourdieu menerapkan
pemikirannya dalam menganalisis karya sastra, melalui karya Flaubeert.
● Daftar Pustaka

Fashri, Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropreasi Refleksi Pemikiran


Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Juxtapose.

Jenkins, Richard. 2004. Membaca Pemikiran Pierre Bourdieu. Penerjemah. Nurhadi.


Bantul: Kreasi Wacana.

Wuriyani, Elly Prihasti. “Mengenalkan Pemikiran Bourdieu untuk Sastra.”(2017) : 7-


9. Jurnal-unimed.ac.id. Web. 18 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai