Anda di halaman 1dari 14

Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No.

1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

PERILAKU NELAYAN RAWAI DI DESA KAHYAPU SEBAGAI TOLAK


UKUR TINGKAT KERAMAHAN LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN
PERIKANAN TANGKAP YANG BERTANGGUNGJAWAB

Ully Wulandari1*, Domu Simbolon2 dan Ronny I Wahju2


1
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Dr Soetomo, Jl
Semolowaru No. 84 Surabaya
2
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, Jl Lingkar Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680.

Email Corresponding Author: ulegbulu@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian terhadap Perilaku Nelayan Rawai sebagai Tolak Ukur Tingkat


Keramahan Lingkungan dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap yang
Bertanggungjawab dilakukan di Desa Kahyapu, Pulau Enggano. Analisis yang
digunakan adalah analisis terhadap empat aspek perilaku dan kebiasaan nelayan rawai
di Desa Kahyapu saat melakukan operasi penangkapan ikan di Perairan Pulau Enggano.
Hasil dari penenitian menunjukkan bahwa keramah-lingkungan nelayan rawai di Desa
Kahyapu berdasarkan karakteristik dan komposisi hasil tangkapan didominasi oleh
ikan-ikan yang sudah layak tangkap, kerusakan fisik habitat terumbu karang akibat
pengoperasian armada dan alat tangkap rawai terjadi sebesar 26%, pencemaran
lingkungan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan dilakukan sebesar 21%, dan
perilaku nelayan dalam memelihara serta melengkapi sarana keselamatan kerja diatas
kapal adalah sebesar 69%. Berdasarkan data yang telah dianalisis, hasil penelitian
menyimpulkan bahwa perilaku nelayan yang bertanggung jawab adalah mendominasi,
yaitu sebesar 73%.
Kata kunci : perilaku nelayan rawai, keramahan lingkungan, pengelolaan perikanan
tangkap

36
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

ABSTRACT

The research of rawai fishermens behavior as a benchmark level of


enviromtmental friendliness to management of capture fisheries was conducted at
Kahyapu village in Enggano Island. The analysis was done by four aspects of the
behavior of rawai fishermen during fishing. The results show the
environmental friendliness of a fishing village of rawai Kahyapubased on the
characteristics and composition of the catch was dominated by fish that is
already worth catching, physical damage coral habitats resulting from the operation
of the fleet and rawai are happened amounted to 26%, environmental pollution by
fishermen in a fishing operation was conducted amounted to 21%, and the behavior
of rawai fishermen in maintaining as well as complement the
above shipsafety facility is amounting to 69%. Based on the data that has been analyzed,
the results of the study concluded that the behaviour of a
responsible fishing was dominating, that amounted to 73%.

Keywords: rawai fisherman behavior, environmental friendliness, fisheries management

37
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

PENDAHULUAN Kabupaten Lombok Timur, Nusa


Enggano sebagai salah satu Tenggara Barat. Penelitian ini bertujuan
Pulau Terdepan di Provinsi Bengkulu untuk melihat bagaimana perilaku
memiliki terumbu karang yang tersebar nelayan dapat menentukan tingkat
luas hampir disekeliling Pulau Enggano. keramahan lingkungan dari suatu alat
Selain hasil perkebunan Pisang, tangkap sehingga dapat menjaga
perekonomian di Enggano juga kelestarian lingkungan pesisir terutama
digerakkan oleh hasil perikanan tangkap terumbu karang.
yang sebagian besar adalah ikan karang.
Desa Kahyapu sebagai salah satu sentra METODE PENELITIAN
perikanan di Pulau Enggano umumnya Penelitian dilakukan pada bulan
menggunakan alat tangkap rawai dan Agustus-September 2016 di Desa
gillnet. Wulandari (2017) menyatakan Kahyapu, Pulau Enggano. Bahan yang
bahwa alat tangkap rawai yang digunakan dalam penelitian ini berupa
digunakan oleh nelayan Kahyapu Kuisioner terhadap aspek perilaku
merupakan alat tangkap yang tepat guna nelayan. Pengumpulan data penelitian
dan ramah lingkungan. ini dilakukan dengan metode survei dan
Penelitian terhadap perilaku pengamatan secara langsung terhadap
nelayan di Desa Kahyapu Pulau nelayan rawai dengan mengikuti proses
Enggano dilakukan untuk mengetahui penangkapan ikan yang dilakukan. Data
sejauh apa pengaruh perilaku nelayan yang telah diperoleh ditampilkan dalam
terhadap keramahan lingkungan dari bentuk diagram dan dianalisis secara
alat tangkap yang digunakan. deskriptif terhadap setiap hasil
Sebelumnya, Damayanti (2005) juga pengamatan pada aspek perilaku
melakukan penelitian Keramahan nelayan yang mempengaruhi tingkat
Lingkungan Unit Penangkapan Ikan keramahan lingkungan alat tangkap
Karang Menggunakan Rawai Dasar Di rawai, yaitu:
No Jenis data Cara pengambilan data
1 Data umum Pengamatan secara langsung dengan
a. Metode Penangkapan mengikuti trip operasi penangkapan
b. Daerah Penangkapan Memploting titik koordinat daerah
penangkapan menggunakan GPS
dari pengamatan secara langsung
saat mengikuti trip operasi
penangkapan

38
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

2 Data Keramah-lingkungan
1. Karakteristik dan komposisi hasil Pengamatan dan pengukuran secara
tangkapan: langsung terhadap hasil tangkapan
a. Ukuran panjang ikan hasil nelayan rawai dengan mengikuti trip
tangkapan operasi penangkapan
2. Kerusakan fisik habitat terumbu Pengamatan secara langsung dengan
karang akibat pengoperasian armada mengikuti trip operasi penangkapan
dan alat tangkap rawai:
a. Penurunan jangkar di habitat
terumbu karang
b. Pemasangan pancing rawai yang
menyangkut pada terumbu karang
c. Mengemudikan kapal di daerah
dangkal tanpa memperhatikan
terumbu karang
3. Pencemaran lingkungan oleh nelayan Pengamatan secara langsung dengan
dalam operasi penangkapan ikan mengikuti trip operasi penangkapan
a. Sampah kemasan perbekalan dan pengamatan terhadap label
b. Bahan bakar bahan (komposisi) dari jenis cat
c. Cat perahu yang digunakan oleh nelayan untuk
pembuatan kapal penangkap ikan.
4. Sarana keselamatan kerja diatas kapal Pengamatan secara langsung dengan
a. Pelampung penolong (Life Buoy) mengikuti trip operasi penangkapan
b. Jaket penolong (Life Jacket)
c. Lampu cerlang (Flashlight)
d. Tali ikat ke kapal (Rope
connected to the vessel)
e. Dayung (Paddle)
f. Kompas (Compass)
g. Bucket with rope
ikan untuk memakan umpan. Tali yang
HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan adalah jenis tali kasar 1000.
Metode Pengoperasian Pengoperasian rawai, dilakukan
Nelayan rawai di Desa Kahyapu sebanyak 3 kali dalam satu trip
Pulau Enggano mengoperasikan jenis penangkapan.
rawai dasar dengan ukuran mata Nelayan melakukan setting pada
pancing nomor 4 sepanjang 3 kilometer. sore hingga malam hari. Satu kali
Rawai dioperasikan secara pasif, setting dilakukan kurang lebih 12 jam
sehingga ikan hasil tangkapan hingga keesokan harinya proses hauling
tergantung terhadap umpan yang baru akan dilakukan. Hasil tangkapan
digunakan (Barata dkk., 2011). Hal dimasukkan ke dalam box fiber yang
tersebut berkaitan dengan tertariknya berisi es batu. Kapal

39
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

yang digunakan oleh nelayan mendinginkan, menangani, mengolah,


rawai di Desa Kahyapu adalah kapal dan/atau mengawetkannya (UU Nomor
berukuran 1GT dengan panjang 31, 2004). Sehingga dari definisi
berikisar 3-5 meter dan lebar 1,5-2 tersebut daerah penangkapan ikan
meter. Kapal yang digunakan di adalah suatu daerah yang dapat
gerakkan oleh mesin motor tempel yang dimanfaatkan untuk kegiatan
kekuatannya 5-5,5 PK. penangkapan ikan. Nelayan lokal di
Desa Kahyapu melakukan operasi
Daerah Penangkapan Ikan
penangkapan ikan di perairan Pulau
Penangkapan Ikan adalah
Satu, Pulau Dua, Teluk Labuho, dan di
kegiatan untuk memperoleh ikan di
Tanjung Labuho (Gambar 1). Hasil
perairan yang tidak dalam keadaan
tangkapan pada DPI tersebut didominasi
dibudidayakan dengan alat atau cara apa
oleh ikan-ikan karang, seperti jenis
pun, termasuk kegiatan yang
Kerapu, Kakap, Baronang dan beberapa
menggunakan kapal untuk memuat,
jenis lainnya.
mengangkut, menyimpan,

Gambar 1 Peta Daerah Penangkapan Ikan nelayan Rawai di Desa Kahyapu, Pulau
Enggano

40
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

Keramahan lingkungan nelayan (Plectorhinchus vittatus). Hasil


rawai pengukuran panjang total ikan yang
Analisis terhadap keramah- dibandingkan dengan ukuran Lm setiap
lingkungan nelayan rawai di Desa jenis ikan ditampilkan pada gambar 2.
Kahyapu yang pertama dilihat dari Ikan yang tertangkap didominasi oleh
karakteristik dan komposisi hasil ikan-ikan yang berukuran lebih besar
tangkapan nelayan menunjukkan bahwa dari ukuran Lm, artinya hasil tangkapan
ikan-ikan yang tertangkap didominasi didominasi oleh ikan berukuran layak
oleh ikan yang berukuran sudah layak tangkap. Ikan yang berukuran lebih
tangkap. Menurut Wudji et al, (2013) kecil dari Lm atau tidak layak tangkap
ikan yang sudah layak tangkap adalah adalah ikan kakap merah (Lutjanus
ikan yang berukuran lebih besar dari argentimaculatus) yang ditangkap di
ukuran pertama kali matang gonad Teluk Labuho.
(length at first maturity/LM). Habitat
yang menjadi primadona untuk
perikanan tangkap skala kecil seperti di
Desa Kahyapu adalah habitat pada
ekosistem terumbu karang.
Jenis ikan yang tertangkap
adalah lencam (Lethrinus nebulosus),
kuwe (Caranx ignobilis), kakap sirip
kuning (Lutjanus rivulatus), dan kuwe
sirip biru (Caranx melampygus),
baronang susu (Siganus canaliculatus),
baronang batik (Siganus vermilucatus),
kakap merah (Lutjanus
argentimaculatus), kaka tua (Chlorurus
sordidus), kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus), kerapu tikus
(Cromileptes altivelis) dan ikan jenihin

41
Frekuensi (ekor)

40
30
20
10
0
Frekuensi (ekor)
60
50
40
30
20
10
0
20,0-23,9
24,0-27,9
20,0-23,9
28,0-31,9
24,0-27,9
32,0-35,9
36,0-39,9 28,0-31,9
40,0-43,9 32,0-35,9
44,0-47,9 36,0-39,9
48,0-51,9 40,0-43,9

Panjang total (cm)


52,0-55,9
Panjang total (cm)
44,0-47,9
60,0-80,9

(c) Kuwe Sirip Biru


81,0-90,9 48,0-51,9
91,0-100,9 52,0-55,9
101,0-120,9

42
Frekuensi (ekor)

100

50
Frekuensi (ekor)

0
40

20

20,0-23,9
24,0-27,9
28,0-31,9
32,0-35,9
36,0-39,9
40,0-43,9

Panjang total (cm)


Kaka Tua
Panjang total (cm)

(d) Baronang Susu


44,0-47,9
48,0-51,9
(a) Baronang Batik

52,0-55,9
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

(b)
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

Frekuensi (ekor)
40
30
20
10
0

Panjang total (cm)

30
Frekuensi (ekor)

20

10

0
101,0-…
20,0-23,9
24,0-27,9
28,0-31,9
32,0-35,9
36,0-39,9
40,0-43,9
44,0-47,9
48,0-51,9
52,0-55,9
60,0-80,9
81,0-90,9
91,0-100,9

Panjang total (cm)

(e) Kakap Merah (f) Lencam


Frekuensi (ekor)

Frekuansi (ekor)

15 8
10 6
4
5 2
0 0

Panjang total (cm) Panjang total (cm)

(g) Kerapu Macan (h) Kerapu Tikus

43
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

Frekuansi (ekor)
30 30

Frekuensi (ekor)
20
10 20
0
10

81,0-90,9
20,0-23,9
28,0-31,9
36,0-39,9
44,0-47,9
52,0-55,9

101,0-120,9
131,0-140,9
0

Panjang total (cm)

Panjang total (cm)

(i) Kuwe Sirip Putih (j) Bibir Kuning


Frekuensi (ekor)

40
30
20
10
0
40,0-43,9
44,0-47,9
20,0-23,9
24,0-27,9
28,0-31,9
32,0-35,9
36,0-39,9

48,0-51,9
52,0-55,9
60,0-80,9
81,0-90,9
91,0-100,9
101,0-120,9

Panjang total (cm)

(k) Kakap Kuning


Gambar 2 Ukuran ikan hasil tangkapan nelayan rawai di Desa Kahyapu pada bulan Juli-
Agustus 2016
Mengingat jarak tempuh yang tempat tinggal dari ikan-ikan karang
dapat dijangkau oleh armada nelayan yang harganya mahal (ekonomis tinggi),
adalah perairan pinggir pantai. Hal ini biodiversity, dan perlindungan pantai
yang kemudian membuka peluang (Sukmara, 2001).
terjadinya kerusakan fisik terumbu
Ekosistem terumbu karang
karang, sehingga aspek kedua yang
mendapat tekanan akibat berbagai
diperhatikan adalah penyebab
aktivitas yang dilakukan oleh manusia,
kerusakan fisik terumbu karang.
baik secara langsung maupun tidak
Terumbu karang menjadi penting
langsung. Beberapa aktivitas yang
karena memiliki beberapa fungsi
secara langsung menyebabkan
seperti: pariwisata, perikanan yaitu

44
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

kerusakan terumbu karang diantaranya Desa Kahyapu memperhatikan terumbu


adalah menangkap ikan dengan karang dalam mengemudikan kapal
menggunakan bom dan racun sianida (Gambar 3). Namun demikian, masih
(potas), pembuangan jangkar, berjalan ada beberapa nelayan yang berperilaku
di atas terumbu, penggunaan alat merusak ekosistem terumbu karang
tangkap muroami, penambangan batu dengan menurunkan jangkar dan
karang, penambangan pasir, dan memasang alat tangkap pada ekosistem
sebagainya. Hasil dari penelitian ini terumbu karang.
menunjukkan bahwa 70% nelayan di

Mengemudikan kapal di daerah dangkal


tanpa memperhatikan terumbu karang

Pemasangan pancing rawai yang


menyangkut pada terumbu karang

Penurunan jangkar di habitat terumbu


karang

0% 20% 40% 60% 80% 100%

ada tidak ada

Gambar 3. Keramahan lingkungan alat tangkap rawai berdasarkan perilaku nelayan


rawai di Desa Kahyapu berdasarkan aspek penyebab kerusakan fisik
terumbu karang
Pengamatan terhadap prilaku Masyarakat, dan pihak-pihak terkait
nelayan lokal di Desa Kahyapu ini yang ada dalam masyarakat yang
hendaknya dapat dijadikan landasan bekerja sama dalam mengelola kawasan
pacu dalam pengambilan keputusan terumbu karang yang sudah
untuk pengelolaan terumbu karang ditetapkan/disepakati bersama.
berbasis masyarakat. Pengelolaan Sehingga dari hasil penelitian
terumbu karang berbasis-masyarakat menunjukkan bahwa pada dasarnya
adalah pengelolaan secara kolaboratif kesadaran masyarakat untuk menjaga
antara masyarakat, pemerintah dan melestarikan terumbu karang sudah
setempat, Lembaga Swadaya cukup tinggi, hanya perlu

45
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

pendampingan lebih dari pemerintah dan pemangku kebijakan setempat.


Kesadaran masyarakat akan limbah yang mengandung racun juga
pentingnya ekosistem perairan dalam karena adanya bahan-bahan yang
keberlanjutan usaha perikanan tangkap tergolong sulit untuk terurai (termasuk
di Desa Kahyapu juga diperlihatkan sisa alat tangkap yang ditinggalkan atau
dalam perilaku nelayan saat melakukan hilang) di perairan.
operasi penangkapan. Aspek ketiga Perilaku nelayan yang
yang diperhatikan dalam penelitian ini membuang sampah plastik maupun
adalah pencemaran lingkungan perairan. sampah bekas perbekalan di Perairan
Perilaku nelayan yang sifatnya berhati- Desa Kahyapu 60% tidak dilakukan
hati saat mengoperasikan alat tangkap oleh nelayan rawai di Desa Kahyapu.
dapat mengurangi polusi perairan Namun sepenuhnya seluruh nelayan
sehingga tingkat pencemaran air laut tersebut telah menggunakan bahan cat
juga berkurang. Dalam penelitian yang yang tidak mengandung zat-zat kimia
dilakukan oleh GESAMP (1991), polusi berbahaya, sehingga tidak mencemari
perairan terjadi karena pembuangan air laut.

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sampah kemasan Bahan bakar Cat perahu
perbekalan

ada tidak ada

Gambar 4 Keramahan lingkungan alat tangkap rawai berdasarkan perilaku nelayan


rawai di Desa Kahyapu berdasarkan aspek penyebab pencemaran lingkungan
perairan
Perilaku nelayan dalam melakukan operasi penangkapan menunjukkan bahwa
selama melakukan trip penangkapan para nelayan tidak pernah menggunakan kompas
sebagai penunjuk arah. Nelayan setempat cenderung mengarahkan armada penangkapan

46
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

dengan feeling (pengalaman) Secara keseluruhan berdasarkan


selama bertahun-tahun. Tidak ada aspek terakhir, yaitu perilaku nelayan
petunjuk khusus yang digunakan untuk rawai di Desa Kahyapu berdasarkan
menentukan dan mengarahkan posisi aspek keselamatan kerja adalah
kapal menuju fishing ground sebagai mendekati kriteria yang baik. Armada
alat navigasi pelayaran kapal ikan. kapal penangkapan yang dijadikan
Sejatinya, menurut FAO (2000) profesi sampel semuanya terdata memiliki
dengan persentase resiko tertinggi dayung, tali ikat ke kapal, dan lampu
adalah profesi pelaut kapal cerlang. Namun beberapa kapal di
penangkapan ikan yang berkarakteristik lokasi penelitian ditemukan tidak
“3D” yaitu membahayakan memiliki life jacket dan bucket with
(dangerous), kotor (dirty) dan sulit rope yang merupakan bagian penting
(difficult), hal ini disampaikan kembali dalam suatu kapal perikanan. Hasil
dalam tulisan Suwardjo (2017). analisis disajikan pada gambar 5.

Bucket with rope

Kompas (Compass)

Dayung (Paddle)
Tali ikat ke kapal (Rope connected to the
vessel)
Lampu cerlang (Flashlight)

Jaket penolong (Life Jacket)

Pelampung penolong (Life Buoy)

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Ada Tidak ada

Gambar 5. Keramahlingkungan alat tangkap rawai berdasarkan perilaku nelayan rawai


di Desa Kahyapu dalam aspek sarana keselamatan kerja
Keselamatan kerja merupakan maka akan mencemari perairan.
salah satu indikator yang diperhatikan Setidaknya akan ada tumpahan dari
dalam menilai keramah-lingkungan bahan bakar yang dibawa oleh nelayan
suatu alat tangkap, karena apabila dalam trip penangkapan. Pencemaran
terjadi kecelakaan kapal ikan di laut yang ditimbulkan akibat kecelakaan

47
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

kapal perikanan tersebut memberikan Dari ke-empat aspek keramahan


dampak yang cukup mengganggu biota- lingkungan yang telah dianalisis, 73%
biota laut, meskipun skala kecil namun nelayan rawai di Desa Kahyapu
apabila terus diabaikan dan berlanjut bersikap ramah lingkungan dalam
dapat memberikan dampak yang menjaga perikanan tangkap yang
semakin negatif. bertanggungjawab dan berkelanjutan
(Gambar 6).

menjaga tidak menjaga

27%

73%

Gambar 6 Perilaku nelayan rawai di Desa Kahyapu berdasarkan empat aspek


keramahan
lingkungan tuna di Samudera Hindia. Jurnal
Penelitian Perikanan
Indonesia, 17(2), 133-138.
KESIMPULAN
Dari analisis yang telah Damayanti AA. 2005. Keramahan
Lingkungan Unit Penangkapan
dilakukan, 73% perilaku nelayan rawai
Ikan Karang Menggunakan
di Desa Kahyapu Pulau Enggano sudah Rawai Dasar Di Kabupaten
memenuhi kriteria dalam keramahan Lombok Timur, Nusa Tenggara
lingkungan pengoperasian alat tangkap Barat. [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
ikan.
GESAMP. 1991. The State of The
DAFTAR PUSTAKA Marine Environment. London:
Blackwell Science Ltd.
Barata, A., Bahtiar, A., & Hartaty, H.
(2011). Pengaruh perbedaan
Santara AG. 2013. Peralatan
umpan dan waktu setting rawai
Keselamatan Kerja pada Perahu
tuna terhadap hasil tangkapan

48
Jurnal TECHNO-FISH Vol. 2 No. 1, Juli 2018, ISSN : 2581-1592, E-ISSN : 2581-1665

Slerek di PPN Pengambengan, Keselamatan Kapal Penangkap


Kabupaten Jembrana, Bali. Ikan, Tinjauan dari Aspek
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Regulasi Nasional dan
Pertanian Bogor. Internasional. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan, 1(2), 1-
Sukmara, A., Siahainenia, A. J., & 13.
Rotinsulu, C. (2001). Panduan
Pemantauan Terumbu Karang UU Nomor 31. (2004). Tentang
Berbasis Masyarakat Dengan Perikanan. Jakarta (ID)
Metoda Manta Tow. Proyek
Pesisir–CRMP Indonesia. Wulandari U. 2017. Seleksi Unit
Jakarta, 48. Penangkapan Ikan Tepat Guna di
Desa Kahyapu Pulau Enggano,
Suwardjo, D., Haluan, J., Jaya, I., & Bengkulu Utara. Jurnal
Soen'an, H. P. (2017). Albacore, 1(1):

49

Anda mungkin juga menyukai