Anda di halaman 1dari 7

KEUANGAN DESA

Pengembang: Dr. Ike Wanusmawatie, S,Sos., M.AP


ikew@ub.ac.id
Jika mengacu pada prinsip sumber keuangan lokal maka
sumber-sumber keuangan dibagi menjadi 3 yaitu
pendapatan asli, pendapatan transfer, dan pinjaman
(Humes IV (1991: 236-237), seperti dalam bagan berikut
ini :
Pemetaan Desentralisasi Fiskal

1. Locally raised
Local Revenue revenue
2. Transfer income
3. Loans

FISCAL
DECENTRALIZATI
ON

Local Expenditure 1. Current


expenditure
2. Capital
expenditure
Sumber: MR.Khairul Muluk. Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. ITS Press. Surabaya .2009.hal 142
Local Revenue (Penerimaan Lokal)

Lokal revenue atau penerimaan lokal menjadi dasar untuk dapat menjelaskan
tentang sumber-sumber keuangan desa.
Adapun sumber-sumber keuangan tersebut sebagai berikut:

1. Locally raised revenue, adapun yang dimaksud dengan locally raised


revenue adalah pendapatan asli desa. Pendapapatan asli desa adalah
pendapatan yang dihasilkan dari kekayaan desa, dapat berupa tanah
bengkok, pemanfatan tanah ulayat, gotong royong, partisipasi masyarakat
atau penerimaan lainnya seperti hasil dari penyewaan gedung serbaguna di
desa, dan lainnya.
2. Transfer income, yang dimaksud dengan transfer income adalah penerimaan
yang diterima karena transfer atau pemberian dari pemerintah supra desa
seperti halnya pemerintah pusat, provinsi maupun kabupten/kota. Fakta
menunjukkan bahwa desa menerima dana perimbangan berupa dana alokasi
desa dan dana desa yang berasal dari pemkab/kota dan pempus, serta bagi
hasil pajak dan retribusi.
3. Loan atau grant, ini adalah berupa pinjaman datau hibah sumbangan pihak
ketiga. Dalam hal ini tidak ada pinjaman yang diberikan kepada desa.
Jadi pada prinsipnya, pemerintah desa menerima desentralisasi fiskal,
tetapi tidak diikuti oleh transfer otoritas fiskal di desa. Dengan demikian
desa tidak memiliki hak untuk memungut pajak, tetapi memiliki
kewajiban untuk membayar dan menarik pajak tanah dan bangunan
yang merupakan tugas pembantuan dari pemkab/kota di desa. Desa
hanya diizinkan untuk menarik retribusi yang belum dimiliki oleh
daerah. Dengan demikian ketergantungan sangat tinggi kepada
pemerintah supradesa dalam hal pembiayaan pelaksanaan pemerintah
dan pembangunan desa tidak dapat dielakkan lagi. Meskipun UU
berubah berkali-kali namun, ketergantungan fiskal kepada pemerintah
supradesa akan tetap tinggi (Wanusmawatie, 2018)
Daftar Pustaka

1. Humes IV, S. 1991. Local Governance and National Power: A worlwide


comparison of tradition and change in local government. London: Harvester
Wheat Sheaf.
2. Muluk, Khairul. MR.2009. Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan
Daerah. ITS Press bekerjasama dengan Lembaga Penerbitan dan
Dokumentasi FIA Universitas Brawijaya.
3. Wanusmawatie, Ike. 2018. Complexity of Village Government System
Based on Systems Thinking. Dissertation. Doctoral Program of Public
Administration Science. Faculty of Administrative Science. Brawijaya
University. Malang. Unpublished.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai