Anda di halaman 1dari 16

SIFAT TERPUJI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Materi dan Pembelajaran Aqidah
Akhlak DosenPembimbing:Nilam Sari Rahmah,M.Pd

Oleh:

Kelompok 5

Muhammad Pahmi (2018150063)

Nor Halimah ( 2018150065 )

SEKOLAHTINGGIAGAMAISLAM(STAI)

DARULULUMKANDANGAN

PRODIPENDIDIKANGURUMADRASAHIBTIDAIYAH

2020
KATAPENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT yang berkuasa atas seluruh
alam semesta,karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya jualah penyusunan makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah Materi dan Pembelajaran Aqidah Akhlak dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Secarakhusus,kami sebagai penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu


Nilam Sari Rahmah,M.Pd selaku dosen pengasuh dalam mata kuliah ini.Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu,kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata,kami mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.Amiin.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikumWr.Wb

Nagara,22 Oktober2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

A. Pengertian sifat terpuji........................................................................................2

B. Macam - macam sifat terpuji..............................................................................2

BAB III PENUTUP.....................................................................................................12

A. Kesimpulan.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pergaulan sehari-hari antara kita sesama manusia, agar hubungan ini berjalan dengan baik
tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam tata cara bergaul tersebut telah diatur
dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW yang sering kita sebut dengan sifat terpuji atau akhlak
terpuji.

Dalam pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, bahwa kami akan mengemukakan
diantara bentuk-bentuk dari akhlak terpuji tersebut mulai dari pengertian sampai cara mengamalkannya
dari akhlak terpuji tersebut.

Hal ini kami susun dalam bentuk makalah, disamping untuk menambah wawasan kami sebagai
pemakalah mengenai pembahasan ini agar kami dan segenap pembaca lainnya mampu menjadikan ilmu
ini sebagai salah satu rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian juga
pembahasan ini kami buat sebagai bentuk tugas dari mata kuliah Materi dan pembelajaran Akidah Akhlak
di STAI Darul ulum Kandangan dalam tugas kelompok yang disajikan dalam bentuk makalah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian sifat terpuji

2. Apa saja sifat-sifat terpuji dan pengertiannya?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa arti sifat terpuji.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sifat-sifat terpuji.

BAB II
PEMBAHASAN

A. pengertian sifat terpuji

Perilaku terpuji adalah perbuatan yang baik dilakukan seseorang kepada orang lain karena
memberikan dampak yang positif kepada orang lain, sehingga patut dicontoh dan diamalkan pada
keseharian kita. Sedangkan perbuatan yang tidak terpuji adalah perbuatan yang tidak baik kita lakukan
kepada orang lain karena memberikan efek yang negatif kepada orang lain, sehingga sangat tidak layak
untuk ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

B. Macam-macam Sifat Terpuji

1. Az-Zuhd

Secara umum zuhd dapat diartikan suatu sikap melepaskan diri dari ketergantungan terhadap
duniawi dengan mengutamakan kehidupan akhirat. Sementara itu menurut K.H. Ahmad rifa’i zuhd dalam
terjemahan bahasa jawa adalah bertapa di dunia, menurut syara’ adalah bersiap-siap di dalam hati untuk
beribadah memenuhi kewajiban yang luhur sebatas kemampuan menghindar dari dunia haram lahir dan
batin menuju kepada Allah dengan mengharap kepada Allah untuk memperoleh surga-Nya. Maka dapat
kita pahami dari uraian di atas bahwa zuhd merupakan kesediaan hati untuk melaksanakan ibadah dalam
rangka memenuhi kewajiban-kewajiban syariat, meninggalkan dunia yang haram, dan secara lahir batin
hanya mengharap rida Allah Swt. Zuhd bukan berarti mengosongkan tangan dari harta, tetapi
mengosongkan hati dari ketergantungan pada harta.

Menurut Ibnu Taimiyah, zuhd ada dua macam, yaitu :

a. Zuhd yang sesuai dengan syariat, adalah meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat di akhirat.

b. Zuhd yang tidak sesuai dengan syariat, adalah meninggalkan segala sesuatu yang dapat menolong
seorang hamba untuk taat beribadah kepada Allah.

Tanda-tanda orang yang telah memiliki sifat zuhd adalah:

a. Senantiasa melakukan amal saleh.

b. Jika bertambah ilmunya, maka harus bertambah pula sifat.

c. Tidak tergiur dengan keduniawian, karena keduniawian merupakan tipu daya, godaan dan fitnah.
d. Senantiasa berbuat untuk kepentingan akhirat, karena Allah berjanji akan memberikan kecukupan
untuk kepentingan dunia dan agamanya.

e. Tidak merasa tentram dan tenang jika ketika melihat yang wujud di dunia ini hatinya tidak hadir di
hadapan Allah.

f. Jika dipuji oleh manusia, maka hatinya menjadi susah karena khawatir kalau-kalau amal
kebajikannya berubah menjadi riya’ dan haram.

Adapun keutamaan orang yang melakukan zuhd adalah :

1) Pahala amal ibadah yang dilakukan oleh seseorang zahid dilipat gandakan oleh Allah Swt.

2) Seorang zahid akan memperoleh ilmu dan petunjuk langsung dari Allah tanpa belajar.

2. Al-Qona’ah

Secara bahasa qona’ah artinya cukup. Sedangkan secara istilah qana’ah berarti merasa cukup
dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan. Qona’ah
menurut K.H. Ahmad Rifa’i adalah hatinya tenang memilih rida Allah mengambil keduniawian sekedar
hajat yang diperkirakan dapat menolong untuk memenuhi kewajiban (syariat) menjauhkan maksiat. Sifat
qona’ah ini K.H. Ahmad Rifa’i mengaitkan dengan kefakiran (kemiskinan).

Keutamaan orang fakir yang memiliki sifat qona’ah sebagai berikut:

a. Derajatnya lebih tinggi di hadapan Allah dibandingkan dengan orang kaya yang tidak memiliki sifat
qona’ah.

b. Lebih dulu masuk surga dibandingkan dengan orang kaya yang tidak memiliki sifat qona’ah
meskipun sama-sama beribadah.

c. Orang fakir sedikit memberi sedekah akan memperoleh pahala yang lebih besar dari pada orang
kaya yang secara lahiriah banyak melakukan amal ibadah dan banyak sedekah, karena orang fakir itu
memiliki sifat qona’ah artinya telah rida untuk berpaling dari keduniawian.

3. As-shabr ( sabar )
Shabr adalah salah satu sikap sufi yang fundamental bagi para sufi dalam usahanya untuk
mencapai tujuan. Menurut K.H. Ahmad Rifa’, Shabr secara bahasa adalah menanggung kesulitan,
menurut istilah berarti melaksanakan tiga perkara yang pertama menanggung kesulitan ibadah memenuhi
kewajiban dengan penuh ketaatan, yang kedua menanggung kesulitan taubat yang benar menjauhi
perbuatan maksiat lahir batin sebatas kemampuan, yang ketiga menanggung kesulitan hati ketika tertimpa
musibah di dunia kosong dari keluhan yang tidak benar.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa sabar merupakan kemampuan diri dalam menghadapi
berbagai macam kesulitan, antara lain:

a) Kemampuan untuk menghadapi kesulitan dalam melaksanakan ibadah dan menunaikan kewajiban-
kewajiban syariat dengan sungguh-sungguh.

b) Kemampuan untuk menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat yang disertai dengan taubat baik secara
lahir maupun batin.

c) Kemampuan untuk menghadapi kesulitan ketika tertimpa musibah tanpa berkeluh kesah.

Orang mukmin yang sabar dalam menghadapi berbagai macam kesulitan akan memperoleh pahala
yang tak terhingga dari sisi Allah Swt sesuai janji Allah dalam Q.S al-Zumar ayat 10 yang artinya:

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang
berbuat baik di dunia Ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya Hanya
orang-orang yang Bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

4. Al-Tawakal

K.H. Ahmad Rifa’i mendenifisikan tawakal sebagai berikut, tawakal bukan berarti hanya pasrah
kepada Allah tanpa melakukan ikhtiar dan meninggalkan usaha mencari rizki sekedarnya melainkan
sebatas kemampuan tidak boleh tidak harus berusaha memerangi hawa nafsu lainnya yang mengajak
kepada kerakusan terhadap dunia karena hal ini (rakus terhadap dunia) menjadi pasukan hawa nafsu
sendiri juga menjadi fitnah yang sangat buruk dan tidak hilang tawakal seseorang yang berusaha mencari
obat untuk menyembuhkan sakitnya juga wajib menolak maksiat mencari rizki untuk menolong ibadah.

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa tawakal bukan berarti hanya pasrah menunggu ketentuan
Allah tanpa melakukan ikhtiar serta meninggalkan usaha mencari rizki secara total. Tetapi tawakal adalah
berserah diri kepada Allah yang disertai dengan ikhtiar dan usaha mencari rizki seperlunya untuk
keperluan ibadah kepada Allah, serta memerangi hawa nafsu yang mengajak kepada kesesatan dan
ketamakan terhadap keduniawian, karena hal tersebut merupakan fitnah yang sangat buruk dan dapat
membawa kesengsaraan manusia.

Oleh karena itu seseorang yang tertimpa musibah sakit, ia tidak boleh hanya berdiam diri
menunggu ketentuan Allah, melainkan harus berusaha mencari obat terlebih dahulu, baru kemudian
sepenuhnya kepada ketentuan Allah.

5. Al-Mujahadah

Mujahadah secara bahasa artinya bersungguh-sungguh terhadap suatu perbuatan yang dituju.
Menurut istilah berarti bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah-perintah Allah memenuhi
kewajiban dan meninggalkan kemaksiatan sekuat tenaga, baik secara lahir maupun batin.

Dengan kata lain, mujahadah berarti bekerja keras dan berjuang melawan keinginan hawa nafsu,
berjuang melawan bujukan setan, dan berjuang menundukkan diri agar tetap di dalam batas-batas syara’
untuk menaati perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya.

Mujahadah juga tidak terbatas hanya memerangi musuh batiniah (hawa nafsu), akan tetapi juga
mencakup bersungguh-sungguh dalam memerangi musuh lahiriah, yakni orang-orang kafir yang nyata-
nyata hendak menghancurkan Islam. Memerangi orang kafir semacam ini merupakan kewajiban bagi
setiap orang Islam.

6. Al-Rida

Rida menurut bahasa adalah menerima kenyataan dengan suka hati, sedangkan menurut istilah
adalah menerima segala pemberian Allah dan menerima hukum Allah, yakni syariat wajib dilaksanakan
dengan ikhlas dan taat dan menjauhi kejahatan maksiat dan menerima terhadap berbagai macam cobaan
yang datang dari Allah dan yang ditentukan-Nya.

Dari ungkapan di atas dapat dipahami bahwa rida berarti menerima dengan tulus segala pemberian
Allah, hukum-Nya (syariat), berbagai macam cobaan yang ditakdirkan-Nya, serta melaksanakan semua
perintah dan meninggalkan semua larangan-Nya dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, baik secara lahir
maupun batin.
7. Al-Syukr

Syukur secara bahasa adalah senang hatinya, sedangkan menurut istilah adalah mengetahui
nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah yakni nikmat iman dan taat yang maha luhur memuji Allah,
Tuhan yang sebenarnya yang memberikan sandang dan pangan kemudian nikmat yang diberikan oleh
Allah itu digunakan untuk berbakti kepada-Nya sekurang-kurangnya memenuhi kewajiban dan
meninggalkan maksiat secara lahir dan batin sebatas kemampuan.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa inti syukr adalah mengetahui dan menghayati
kenikmatan yang diberikan oleh Allah yang Maha Luhur. Oleh karena itu manusia wajib menghayati dan
mensyukuri nikmat Allah, karena orang yang mensyukuri nikmat Allah, maka akan ditambah nikmatnya.

Adapun untuk mensyukuri nikmat ada tiga cara:

a) Mengucapkan pujian kepada Allah dengan ucapan alhamdulillah.

b) Segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya harus dipergunakan untuk
berbakti (beribadah) kepada Allah.

c) Menunaikan perintah-perintah syara’ minimal ibadah wajib dan meninggalkan maksiat dengan
ikhlas lahir dan batin.

8. Al-Ikhlas

Ikhlas menurut bahasa artinya bersih, sedangkan menurut istilah berarti membersihkan hati agar ia
menuju kepada Allah semata dalam melaksanakan ibadah, hati tidak boleh menuju selain Allah.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ikhlas menunjukkan kesucian hati untuk menuju
kepada Allah semata. Dalam beribadah, hati tidak boleh menuju kepada selain Allah, karena Allah tidak
akan menerima ibadah seorang hamba kecuali dengan niat ikhlas karena Allah semata dan perbuatan
ibadah itu harus sah dan benar menurut sara’. Rukun ikhlas dalam beribadah ada dua macam. Pertama,
perbuatan hati harus dipusatkan menuju kepada Allah semata dengan penuh ketaatan. Kedua, perbuatan
lahiriah harus benar sesuai dengan pedoman fikih.

K.H. Ahmad Rifa’i menggolongkan sifat ikhlas menjadi tiga tingkatan:


a) Ikhlas ‘awwam, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah karena didorong oleh rasa
takut menghadapi siksaan-Nya yang amat pedih, dan didorong pula oleh adanya harapan untuk
mendapatkan pahala dari-Nya.

b) Ikhlas khawwash, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah karena didorong oleh
adanya harapan ingin dekat dengan Allah dan karena didorong oleh adanya harapan untuk mendapatkan
sesuatu dan kedekatannya kepada Allah.

c) Ikhlas khawwash al-khauwash, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah yang semata-
mata didorong oleh kesadaran yang mendalam untuk meng-Esakan Allah dan meyakini bahwa Allah
adalah Tuhan sebenarnya, serta batin mengekalkan puji syukur kepada Allah.

9. Istiqomah

Istiqomah adalah teguh pendirian atau keteguhan berpegang teguh kepada sesuatu yang diyakini
kebenarannya, dan ia tidak mau merubah keyakinan itu dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam
keadaan susah maupun senang, dalam keadaan sendiri atau beramai-ramai dengan orang lain. Sikap
istiqomah ini akan memberikan ciri khas kepada pribadi yang melakukannya dan menyebabkan orang lain
segan dan menaruh hormat. Sikap istiqomah tercermin dalam firman Allah Swt QS. Fushshilat ayat 30
yang artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah
dijanjikan Allah kepadamu".

Ayat tersebut menyatakan bahwa orang yang teguh dalam pendiriannya mengakui hanya Allah
sebagai Tuhannya, akan mendapat jaminan ketenangan hidup, hilang rasa takut, sedih, putus asa dan lain
sebaginya. Mereka yakin bahwa segala sesuatu di dunia ini hanya akan terjadi apabila ada izin Allah Swt.

10. Tasamuh

Secara bahasa tasamuh berarti toleransi, tenggang rasa atau saling menghargai, sedangkan secara
istilah tasamuh adalah suatu sikap yang senantiasa saling menghargai antar sesama manusia. Sebagai
makhluk sosial kita semua saling membutuhkan satu sama lain, karena masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dengan demikian perlu ditumbuhkan sikap
toleran dan tenggang rasa agar senantiasa tergerak untuk saling menutupi kekurangan masing-masing.
Dari sikap inilah akan terpancar rasa saling menghargai, berbaik sangka dan terhindar dari sikap saling
menuduh antar teman.

Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat : 12-13 yang artinya:

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ayat di atas juga menjelaskan bahwa sikap toleransi tidak memandang suku dan ras. Karena
mereka terpaut dalam satu keyakinan sebagai makhluk Allah di muka bumi. Di hadapan Allah semuanya
memiliki hak dan kewajiban yang sama. Adapun yang membedakan mereka di hadapan Allah adalah
prestasi taqwa.

Toleransi terdiri dari dua macam yaitu toleransi terhadap sesama muslim dan toleransi terhadap
selain muslim. Toleransi terhadap sesama muslim merupakan suatu kewajiban, karena di samping sebagai
tuntutan sosial juga merupakan wujud persaudaraan yang terikat oleh tali aqidah yang sama. Adapun
toleransi terhadap non muslim mempunyai batasan-batasan tertentu selama mereka mau menghargai kita,
tidak menyerang dan tidak mengusir kita dari kampung halaman. Mereka pun harus kita hargai karena
pada dasarnya sama sebagai makhluk Allah SWT. Bersikap tasamuh bukan berarti kita toleran terhadap
sesuatu secara membabi buta tanpa memiliki pendirian, tetapi harus dibarengi dengan suatu prinsip yang
adil dan membela kebenaran. Kita tetap harus tegas dan adil jika dihadapkan pada suatu masalah baik
menyangkut diri sendiri, keluarga ataupun orang lain.

11.Kesucian Hati (al-ifafah).


Kesucian hati atau hati yang suci merupakan sifat dasar dan utama yang harus dimiliki oleh
seorang muslim, karena hati yang suci menjadi dasar bagi sifat-sifat baik yang lainnya. Artinya, tanpa
hati yang suci tidak mungkin tumbuh sifat-sifat baik pada diri manusia. Jika hati manusia kotor maka
akan tumbuh sifat-sifat tercela. Karena itu Islam memerintahkan setiap muslim untuk memelihara
kesucian hatinya[2]. Firman Allah dalam Surah As-Syams ayat 9:

‫قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن َز َّكاهَا‬

Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu”

12. Benar (ash-shidqah).

Adalah sifat yang baik dan terpuji menurut Islam dan sifat ini akan menentukan status dan derajat
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, karena sifat benar ini akan mendatangkan kebaikan di
tengah-tengah masyarakat. Yang dimaksud dengan benar ialah jujur dalam perkataan maupun
perbuatan[3]. Seperti Firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 119:

َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar”.

13. Amanah.

Amanah ialah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati, dan jujur dalam melaksanakan sesuatu
yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia, maupun tugas kewajiban. Pelaksanaan
Amanah dengan baik disebut al-Amin yang berarti ‘yang dapat dipercaya, yang jujur, yang setia, yang
aman.’ Sifat Amanah merupakan sifat sangat terpuji dalam ajaran Islam[4]. Karena itu islam dengan
tegas memerintahkan setiap orang muslim harga bersikap amanah sepatu terdapat dalam Surah An-Nisa
ayat 58.
14. Malu (al-haya’)

Yang dimaksud dengan Malu ialah malu terhadap Allah dan malu kepada Diri sendiri dikala akan
melanggar Peraturan-peraturan Allah dan Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam suatu
komunitas. Sifat dan perasaan malu ini merupakan suatu sifat yang terpuji di dalam Islam, karena
dengan sifat malu seseorang akan terjaga dari perbuatan-perbuatan buruk atau yang melanggar
peraturan. Dengan sifat malu pula seseorang akan terdorong untuk terbimbing kepada perbuatan-
perbuatan yang baik dan benar[5].

15. Adil (al-adl)

Adil dapat diartikan sebagai suatu sikap dan tindakan memberi hak kepada yang berhak. Sifat adil
ini pada dasarnya hanya dituntut kepada mereka yang berada dalam posisi sedang berkuasa atau orang
yang sedang dalam posisi menentukan sesuatu. Sifat adil merupakan suatu sifat yang sangat mulia
dalam Islam[6]. Karena itu Allah menyuruhkan Muslim yang sedang berkuasa untuk dapat bersikap adil
dalam Qur’an surah An- Nahl ayat 90:

َ‫َر َو ْالبَ ْغ ِي ۚ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬ ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس‬
ِ ‫ء َو ْال ُم ْنك‬tِ ‫ان َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ شَا‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

16. Berani (as-syaja’ah)

Yang dimaksud dengan Berani adalah suatu sikap mental dimana seseorang dapat menguasai
jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Jadi Berani bukanlah dimaksudkan semata-mata dalam
perkelahian ataupun dalam peperangan. Orang yang dapat menguasai jiwanya dan hawa nafsunya itulah
yang disebut Berani[7].
17. Rendah Hati (at-tawadlu).

Merupakan sifat yang baik dan terpuji. Dengan sifat ini seseorang akan disenangi oleh orang lain.
Orang yang memiliki sifat rendah hati tidak menunjukkan sikap merasa lebih hebat dari orang lain
sekalipun dalam kenyataannya dia lebih mampu dari orang lain orang lain. Yang memiliki sifat rendah
hati tidak akan berlaku sombong dan tidak merendahkan orang lain yang keadaannya di bawahnya[8].

18. Optimis

Merupakan wujud dari keadaan jiwa yang kuat dan penuh harapan akan mendapatkan keadaan
yang lebih baik. Sifat optimis ini merupakan sifat yang terpuji karena dengan sifat ini akan tumbuh
semangat untuk merubah keadaan diri. Karena itu sifat optimis ini haruslah dipelihara dan dibina dalam
setiap pribadi muslim sehingga meningkatkan kekuatan jiwanya untuk melakukan kebaikan. Peningkatan
sifat optimis ini dilakukan dengan berbagai cara seperti memperbanyak berfikir positif, memperbanyak
amal sholeh, dan melalui doa[9]. Firman Allah dalam Q.S. Al-Imran ayat 139:

َ‫َواَل تَ ِهنُوا َواَل تَحْ َزنُوا َوأَ ْنتُ ُم اأْل َ ْعلَوْ نَ إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬

Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

19. Kasih Sayang (ar-rahmah).

Kasih sayang ar-rahmah merupakan sifat yang sangat terpuji karena sifat ini adalah perwujudan dari sifat
ar-rahman Allah kepada semua makhluknya karena itu allah menyuruh setiap manusia memiliki sifat
kasih sayang dan memelihara yang sudah diberikan oleh Allah dalam dirinya. Sifat Kasih saying meliputi,
Pemurah, Tolong-menolong, Pemaaf, Damai, Persaudaraan, dan Menghubungkan tali kekeluargaan
(Silaturahim)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjabaran yang telah diuarikan dalam materi diatas, dapat kita berikan kesimpulan bahwa
macam-macam sifat terpujin itu ada beberapa bagian diantaranya yaitu: Az-Zuhd,Al-Qona’ah,Al-
Shabr,Al-Tawakal, AlMujahadah, Al-Ridha, Al-Syukur, Al-Ikhlas,Istiqomah, Tasamuh , Kesucian Hati
(al-ifafah), Benar (ash-shidqah),Amanah, ( dapat dipercaya ), Malu (al-haya’), Adil (al-adl), berani (as-
syaja’ah), Rendah Hati (at-tawadlu) ,Optimis , Kasih Sayang (ar-rahmah)
Macam-macam sifat terpuji tersebut memiliki sifat positif dari pergaulan yang kita lakukan, baik
dalam melakukan hubungan yang bersifat horizontal atau dalam melakukan hubungan dengan Allah SWT
atau dalam melakukan hubungan atau bergaul antar sesama manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nur, Akhlak Tasawuf, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.

Tim Musyawarah Guru Bina PAI Madrasah Aliyah, Modul Hikmah Aqidah Akhlak, Sragen: CV. Akik
Pustaka, 2011.

Anda mungkin juga menyukai