Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia ini tidak ada dua individu yang sama persis, baik dari segi

fisik maupun psikisnya. Hal ini merupakan salah satu bukti keagungan

Allah SWT atas segala ciptaan-Nya dan agar kita semua berbakti kepada-

Nya. Adanya perbedaan individual, tentu akan turut serta menentukan

berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya, sehingga akan berakibat pula adanya perbedaan prestasi

kerja maupun prestasi belajarnya. Maka perlu diciptakannya alat untuk

mendiagnosis atau mengukur keadaan individu, agar dapat mengetahui

adanya perbedaan antar individu tersebut.

Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa

dengan memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar

tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes

objektif,

Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting

dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut

merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana

pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi 

penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan

langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang

dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk

1
Proses terakhir dalam kegiatan Belajar dan Pembelajaran adalah

penilaian atau evaluasi. evaluasi adalah kegiatan penilaian dan pengukuran

yang berupa kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi tentang

bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk

menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk

langkah berikutnya.

Menurut PP No. 19 Tahun 2005 Tentang standar Nasional

Pendidikan, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil

dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian ini digunakan untuk:

menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan

kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran.

Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik

melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinalia

dengan alat non tes atau bukan tes. Alat –alat bukan tes yang sering

digunakan antara lain ialah kuesioner dan wawancara, unjuk kerja, skala

(penilaian, sikap, minat), observasi atau pengamatan, study kasus, dan

sosiometri. Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar

masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan menggunakan alat melalui

tes dalam meniali hasil dan proses belajar. Para guru pada umumnya lebih

banyak menggunakan tes daripada non tes, mengingat alatnya mudah

dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang dinalai terbatas pada aspek

2
kognitif berdasarkan hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan

pengalaman belajarnya.

Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan

evaluasi. Salah satunya adalah tes. Tes banyak digunakan untuk mengukur

prestasi belajar peserta didik dalam bidang kognitif, seperti: pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu, dalam

makalah ini kita akan mencoba untuk mengulas sedikit tentang konstruksi

instrumen evaluasi yang meliputi tes dan bentuknya.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian penilaian serta fungsi dan tujuan

penilaian.

2. Untuk mengetahui Pengertian Instrumen Penilaian dalam Pendidikan.

3. Untuk mengetahui Macam-macam Instrumen Penilaian dalam

pendidikan.

4. Untuk mengetahui Syarat-syarat alat ukur yang baik.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Penilaian

Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi

(angka atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil

keputusan. Sedangkan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan

dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar

peserta didik. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan

sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam hal ini, keputusan

berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam

mencapai suatu kompetensi. Jadi, penilaian merupakan salah satu pilar

dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

berbasis kompetensi.

Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, Norman E. Gronlund

(1976) merumuskan pengertian evaluasi adalah :"Evaluation ... A

systematic process of determining the extent to which instructional

objectives are achieved by pupils". (Evaluasi adalah suatu proses yang

sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampa sejauh mana

tujusan-tujuan telah dicapai oleh siswa). Sedangkan, Wrightstone dan

kawan-kawan mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan sebagai

berikut: "Educational evaluation is the estimation of the growth and

progress of pupils toward objectives or value in the curriculum". (Evaluasi

pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa

4
ke arah tujuan-tujuan atau nilai - nilai yang telah ditetapkan didalam

kurikulum.

Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-

langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi

melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta

didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta

didik. Penilaian dilaksanakan melalui berbagai bentuk antara lain: penilaian

unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and

pencil test), penilaian proyek, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya

peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.

Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam

suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik

menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar

seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta

didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut

sebelumnya.  Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh

guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.

B. Fungsi dan Tujuan Penilain

Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi

dalam sistem pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa

tujuan atau fungsi penilaian ada beberapa hal:

5
a. Penilaian bersifat selektif

Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk

mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu

sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:

1)      Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.


2)      Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat
berikutnya.
3)      Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapatkan beasiswa.

4)      Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah,


dan sebagainya.

b.      Penilaian berfungsi diagnostik

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi

persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui

kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula sebab-sebab

kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru

mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan

kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan

lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.

c.       Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat,

adalah sistem belajar sendir. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan

cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul

maupun paket belajar yang lai. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini

adalah adnya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual.

6
Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri

sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan

pembawaan yag ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan

sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang

sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani

perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk

dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus

ditempatkan, gunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang

mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok

yang sama dalam belajar.

d.      Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor

guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi.

C. Pengertian Instrumen Penilaian dalam Pendidikan


Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam

rangka pengumpulan data. Misalnya timbangan adalah instrumen alat ukur

yang digunakan untuk mengumpulkan data berat dengan cara melakukan

penimbangan.

Dalam pendidikan Instrumen alat ukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data dapat berupa tes atau nontes. Tes atau penilaian

merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta

7
memberikan penampilan maksimal.sedangkan Instruman nonotes

merupakan alat ukur yang mendorong peserta untuk memberikan

penampilan tipikal, yaitu melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan

respons secara jujur sesuai dengan pikiran dan perasaannya.

Sebagai sebuah penilaian, Tes Hasil Belajar (THB) merupakan salah

satu alat ukur yang mengukur penampilan maksimal. Dalam pengukuran

siswa peserta tes di dorong mengeluarakan segenap kemampuan yang

dimilkinya untuk menyelesaikan soal yang diberika dalam THB. Hasil

belajar siswa dapat diketahui dengan mencatat skor atas jawaban yang telah

diberikan masing-masing siswa.

THB mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang di ajarakan

oleh guru dan di pelajari oleh siswa. Penguasaan hasil belajar

mencerminkan perubahan perilaku yang di capai siswa setelah mengikuti

proses belajar mengajar. Mengajar adalah usaha siswa yang menimbulkan

aktivitas belajar siswa sedangkan Belajar adalah usaha siswa yang

menimbulkan perubahan perilaku dalam dirinya.

Pengukuran dalam Pendidikan melibatkan objek-objek yang

terdapat dalam proses pendidikan. Objek-objek dalam pengukuran

pendidikan secara teknis dikenal sebagai responden. Data dikumpulkan

dalam keadaan tertentu yang di kenal sebagai variabel. Responden dalam

pengukuran pendidikan dapat berupa manusia pelaku pendidikan atau hasil

karya manusia pelaku pendidikan. Manusia pelaku pendidikan dapat brupa

siswa, guru, kepala sekolah, karyawan, pengurus karyawan, pengawas,

8
komite sekolah, pengguna lulusan dan sebagainya. Dari siswa misalnya

dapat diukur dalam variabel: usia, jenis kelamin, jumlah saudara, minat

belajar, prestasi belajar, kecerdasan, kreativitas, konsep diri, dan

sebagainya. Hasil karya manusia pelaku pendidikan dapat berupa;

kurikulum, buku tes, sistem evaluasi, buku harian, laporan administrasi,

persiapan pengajaran, anggaran pendapatan belanja sekolah, laporan kerja

kepala sekolah, laporan keuangan, tugas ngarang, media pembelajaran,

metode mengajar dan sebagainya. Misalnya dari objek berupa buku tes

dapat di ukur variabel: jumlah lembar, penampilan, kualitas bahan,

penataan, kesesuaian dengan kurikulum, kesesuaian dengan kebudayaan

siswa, kejelasan pembahasan dan sebagainya.

D. Bentuk-Bentuk Instrumen Penilaian


Instrumen penilaian terdiri dari instrument penilaian tes dan

instrument penilaian non tes.

1. Tes
a. Pengertian tes
Tes merupakan alat untuk menaksir kemampuan seseorang

secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap

stimulus. Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno,

yaitu “testum” dengan arti: “piring yang digunakan untuk menyisihkan

atau memilih logam-logam mulia dari benda-benda lain”, seperti pasir,

batu, tanah, dan sebagainya.Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test

yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau

“percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan (‫)إمتحان‬. Secara istilah test

9
adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran

dan penilaian. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul

Psychological Testing (tes) adalah alat pengukur yang mempunyai

standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta

dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan

keadaan psikis atau tingkah laku individu.

Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of

Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis

untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedang

menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas

yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan

maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang

lain.

Sax (1980: 13) mendefinisikan tes sebagai suatu tugas atau

serangkaian tugas yang digunakan untuk mendapatkan umpan balik

sistematis yang dianggap mencerminkan trait atau atribut pendidikan

atau psikologi. Selanjutnya bahwa Sax juga menekankan bahwa tes,

berisi tugas-tugas yang disusun untuk menghasilkan pengamatan

sistematis mengenai suat sifat (trait).

Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam

rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat

berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus

10
dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek

perilaku peserta didik.

b. Langkah-langkah Penyusunan Tes dan Pengembangan Instrumen

Penilaian

Dalam penyusunan tes diperlukan langkah-langkah yang harus

diikuti secara sistematis, sehingga dapat diperoleh tes yang lebih

efektif. Langkah-langkah tersebut, sebagai berikut:

1) Menentukan atau merumuskan tujuan tes.

2) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar yang akan diukur dengan tes.

3) Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik, yang

merupakan tingkah laku yang dapat diamati dan sesuai dengan

Tujuan Instruksional Khusus (TIK).

4) Merinci bahan atau mata pelajaran yang akan diukur dengan tes.

5) Menyiapkan tabel spesifikasi.

c. Fungsi Tes
Kita mengenal bermacam-macam fungsi tes sesuai dengan tujuannya

masing-masing, yaitu:

1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini

tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang

telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses

belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

11
2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab

melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh

program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

2. Jenis-jenis tes

a. Tes Objektif
Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari

butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih

salah satu atau lebih jawaban di antara beberapa kemungkinan jawaban

yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan

menuliskan (mengisikan) jawaban berupa kata-kata atau simbol-simbol

tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir item

yang bersangkutan. Tes objektif dapat dibedakan menjadi beberapa

golongan yaitu :

1)      Tes objektif bentuk benar salah

Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa

pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan

jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang

berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan

apakah pernyataan tersebut benar atau salah.

Contoh salah satu tes bentuk uraian adalah :

B S : Ibukota Peru berjumlah lima buah.

B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara

12
2)      Tes objektif bentuk menjodohkan

Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban,

setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa

ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap

pertanyaan mempunyai jawaban yang benar.

3)      Tes objektif bentuk isian

Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik).

Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan

pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan

yang benar. Contoh:

1.   Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah …..

2.    Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak

berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa,

tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang

berperan ada beda pendapat. Aliran ……………….. beranggapan

bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari

rasio (akal). Aliran ……………, sebaliknya, meyakini pengalamanlah

sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi.

4)      Tes objektif bentuk pilihan ganda

Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/

pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus

memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah

disiapkan. Contoh :

13
Di pulau Sumatra terdapat beberapa buah danau. Salah satu danau

tersebut mempunyai ciri fisik yang berbeda dari danau lain, karena

ditengahnya terdapat daratan luas berupa pulau. Danau manakah yang

dimaksud?

a. Danau Ranau

b. Danau Maninjau

c. Danau Singkarak

d. Danau Toba

Kelebihan dan kelemahan Tes Objektif


1)   Kelebihan
a)   Penilaiannya yang sangat objektif: Sebuah jawaban hanya mempunyai dua

kemungkinan, benar atau salah.

b)    Toleransi di antara salah dan benar tidak diberikan karena tingkat

kebenarannya bersifat mutlak.

c)    Soal objektif memiliki reliabilitas yang tinggi, siapapun yang menilai dan

kapanpun dinilai, hasilnya akan tetap sama.

d)   Butir soal yang banyak memungkinkan untuk mencakup semua daerah

prestasi yang hendak diukur (representatif).

e)    Lebih mudah dan cepat karena pemeriksaannya menggunakan kunci.

f)     Dapat digunakan untuk menilai kelompok yang besar

g)    Menghindari kemungkinan siswa berspekulasi dalam mempelajari bahan

pelajaran.

h)    Tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

14
i)     Dalam satu kali ujian dapat menanyakan banyak materi yang telah

diajarkan dalam proses pembelajaran.

j)     Validitas isi tes dapat dipertanggungjawabkan.

k)      Jika dikonstruksi dengan baik tes objektif dapat mengukur semua jenjang

proses berpikir dari yang sederhana (ingatan) sampai dengan yang

kompleks (evaluasi).

2)    Kelemahan
a)    Tes objektif diragukan kemampuannya untuk mengukur hasil belajar yang

kompleks dan tinggi.

b) Peluang melakukan tebakan (guessing) sangat tinggi.

c)    Penyusunan tes sukar dan memerlukan waktu yang cukup banyak.

d)    Kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyatakan

kemampuan ilmiahnya.

e)    Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

f)    Kerjasama antar siswa dalam mengerjakan soal lebih terbuka.

g)   Menggunakan bahan (kertas) yang lebih banyak.

b.       Tes Subjektif (Tes Esay)


Tes Subjektif adalah Suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau

suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif

panjang. Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur-unsur

yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri

oleh pengambil tes. Peserta tes harus menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-

kalimat dalam merumuskan jawabannya. Butir soal mengandung pertanyaan

15
atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan

cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Zainul dan Nasoetion, 1996 : 33).

Tes Uraian dapat dibedakan menjadi :


1)      Tes uraian terbuka
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

dalam: menghasilkan, mengorganisasi, mengekspresikan ide,

mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang, membuat desain

eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide. Pada test uraian bentuk terbuka,

jawaban yang dikehendaki muncul dari teste sepenuhnya diserahkan kepada

teste itu sendiri. Artinya teste mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya

dalam merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam

bentuk uraian.

2)      Tes uraian terbatas (Restricted respons question).


batas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam:

menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori

a) Pengaturan tempat

b) Pejabat dan undangan yang hadir

c) Acara peringatan

d) Atraksi yang disuguhkan

e) Hidangan yang diberikan

Kelebihan dan kelemahan Tes Uraian


1)    Kelebihan
a)    Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan

melibatkan level kognitif yang tinggi.

16
b)    Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan

jalan pikirannya sendiri.

c)    Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan

mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan mudah

membuatnya.

2)    Kelemahan
a)    Terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda

atau situasi yang berbeda.

b)    Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak

memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak (soal menjadi tidak

representatif).

c)     Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam

menentukan nilai.

d)    Sering terjadi hallo effect, carry over effect, dan order effect.

2.    Non Test
a. Pengertian

Penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes

dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan

tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa

menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil

belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan

apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang

diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan

17
dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses

mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan Panca indera (Widiyoko,

2009)

   b. Jenis-jenis teknik non tes

Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara

menyeluruh meliputi:

1.      Pengamatan (observation)

Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-

bahan keterangan  (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang

dijadikan sasaran pengamatan.

Obsevasi adalah pengamatan terhadap perilaku siswa dapat

mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu siswa

dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung,

dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat

diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan,

saat tindakan diimplementasikan, dan seusai tindakan.

a.       Tujuan utama observasi antara lain :

1)      Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang

berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya

maupun dalam situasi buatan

18
2)      Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik),

interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat

diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill)

3)      Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi

sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai

proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi,

mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan

untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan

sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta  didik, hubungan guru dengan

peserta didik, dan perilaku sosial lainnya

b.      Karakteristik Observasi

1) Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.

2) Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan

rasional.

3) Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.

4) Praktis penggunaannya.

2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara

adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan

pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-

bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan

19
secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah

ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi

langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai.

3. Skala sikap
Skala sikap berguna untuk menilai sikap seseorang terhadap objek tertentu.
4.   Daftar cek

Daftar cek berguna untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu

unsur, komponen, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas,

atau satu kesatuan yang kompleks. Selain itu daftar cek berguna untuk

mengukur hasil belajar, baik yang berupa produk maupun proses yang dapat

diperinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisikan

secara operasional dan sangat spesifik.

5.   Catatan anekdotal

Catatan anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di

dalam kelas atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran.

Catatan anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam

bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat deskripsi rinci dan lugas

peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi

tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas.

6. Kuesioner
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi

oleh orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket

atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh

data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam

20
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan

oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu

rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan

maksud untuk mendapatkan data.

Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa

data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa

dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang

tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan

untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam

bentuk pilihan ganda atau skala sikap.

7. Riwayat Hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi

seseorang sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat

hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang

kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.

Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan

belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau

diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen,

misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto

biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama

yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga

dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen

yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang

21
lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu

penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009).

Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan

lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat

diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi

hasil belajar terhadap peserta

E. Syarat-syarat alat ukur yang baik


Pengukuran adalah membandingkan objek yang di ukur dengan alat

ukurnya, kemudian mencatat angka kepada objek yang di ukur menurut aturan

tertentu. Alat ukur yang digunakan dalam ilmu alam merupakan contoh yang

baik bagi Instrumen pengkuran dalam ilmu sosial. Berbagai variabel dalam

ilmu alam seperti berat, jarak, waktu, suhu, kecepatan, dan sebagainya

dikumpulkan datanya dengan cara melakukan pengukuran. Alat ukur apapun

yang akan digunakan untuk mengukur data harus memenuhi syarat sebagai alat

ukur yang baik. Sebelum alat ukur digunakan untuk mengukur dan

mengumpulkan data, alat ukur terlebih dahulu dibakukan dalam sebuah proses

uji coba sehingga alat ukur mempunyai ciri tertentu untuk menghasilkan data

yang akurat dan handal.

Instrumen juga harus memenuhi syarat reliabilitas. Reliabilitas

berhubungan dengan dapat dipercayanya instrumen. Instrumen dapat dipercaya

apabila memberikan hasil pengukuran yang relatif stabil dan konsisten.

Semakin tinggi akurasi dan presisi hasil pengukuran, maka semakin rendah

22
tingkat kekeliruan dalam melakukan pengukuran. Dan semakin rendah

kekeliruan maka akan menghasilkan pengukuran dengan hasil yang konsisten.

BAB III
PENUTUP

23
A. Kesimpulan
Tes merupakan salah satu jenis Instrumen, di samping nontes. Tes

sebagai instrumen berhubungan dengan fungsinya untuk mengukur

penampilan maksimal. Dalam kegiatan pengukurannya, tes dapat dibagi

menjadi dua yaitu tes yang menguku penguasaan dan tes yang mengukur

kemampuan.tes penguasaan mengukur apa yang telah dikuasai oleh siswa

dari materi yang telah di pelajari. Dengan kata lain, tes penguasaan

mengukur apa yang diperoleh, sedangakan tes kemampuan mengukur apa

yang dimiliki.

Tes Hasil Belajar (THB) merupakan salah satu jenis tes yang

mengukur penguasaan. Menurut macamnya THB terdiri atas tes formatif,

tes sumatif, tes diagnostik, dan tes penetapan. Menurut bentuknya THB

dapat berbentuk esai dan objektif. Kompenen THB terdiri atas perangkat,

petunjuk pengerjaan, butir soal, pilihan, kunci jawaban, dan pengecoh.

Dalam pelaksanaanya, THB dapat di lakukan dengan pengamatan, lisan,

tulis, atau analisis dokumen karya. 

Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting

dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi yang berhubungan

dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata

pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya.

Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai

alat pengikutnya.Bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes  seperti

wawancara (interview), pengamatan (observation), angket (questionere),

studi kasus, dan pemeriksaan dokumen  (documentary

24
B. Saran

Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami bahwa

terdapat berbagai instrument penilaian dengan cara tes maupun non tes

evaluasi non tes juga sangat penting  disamping evaluasi tes. Karena dapat

dinilai sikap, afektif dan psikomotorik dari mahasiswa sehingga dapat

dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas kependidikan.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat menjadi

tambahan ilmu pengetahuan tentang instrumen evaluasi yang meliputi tes

dan bentuk-bentuknya. Kami sarankan agar pembaca mencari referensi lain

untuk menambah wawasan Anda. Kami mohon maaf apabila dalam

makalah kami terdapat kesalahan baik dalam segi tulisan, tanda baca,

maupun kesalahan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ziddu.com/download/6548103/pp_19_2005SNPENDKN.pdf.html,

Diakses pada 24 Mei 2017

25
http://bangsies.blogspot.com/2012/02/pengertian-penilaian.html, 24 Mei 2017

http://gurupkn.wordpress.com/2008/01/17/evaluasi-pembelajaran/

http://mukhyar.blogspot.com/2007/11/resensi-evaluasi-pendidikan.html

Penulis Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Garut (UNIGA) . Diposkan oleh

Alimudin S.Pd.I di 20:21. http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/

http://blog.tp.ac.id/teknik-asesmen-penilaian-tertulis#ixzz1nARrqXjj

26

Anda mungkin juga menyukai