Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ASFIKSIA

Oleh :

EDWIN BAYU SURYANATA,S.Kep


NIM. 141490135270048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2015
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ASFIKSIA

A. PENGERTIAN
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan
atau segera lahir.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas secara
spontan dan adekuat.
Asfiksia Neonatotum adalah keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai
dengan keadaan dimana hipoksia dan hiperkapneu serta sering berakhir dengan asidosis.
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi bayi dengan asfiksia.
B. ETIOLOGI
Menurut pedoman Depkes RI, ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi terjadinya
asfiksiaa, antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat` pemberian analgetika atau
anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak karena pendarahan,
hipertensi karena eklamsia, penyakit jantung dan lain-lain.
2. Faktor Placenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa, plasenta
tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan kongenital dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :
1. Pernafasan terganggu
2. Detik jantung berkurang
3. Reflek / respon bayi melemah
4. Tonus otot menurun
5. Warna kulit biru atau pucat
D. PATOFISIOLOGIS
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas
oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO 2 keluar dari tubuh janin.
Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli janin berisi cairan yang
diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi
darah dalam paru saat ini sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi
darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam
arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali (menangis), pada saat
ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara akan
masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap.
Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru
akan meningkat secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup
bersamaan dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung
kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam Aorta akan mulai
memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole paru yang mulai mengembang
DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi extrauterin akan dipertahankan.
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan diperlukan untuk
membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan alveoli mengembang untuk
pertama kali. Pada kenyataannya memang beberapa tarikan nafas yang pertama sangat
diperlukan untuk mengawali dan menjamin keberhasilan pernafasan bayi selanjutnya.
Proses persalinan normal (pervaginam) mempunyai peran yang sangat penting untuk
mempercepat proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang perivaskuler
dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada pernafasan pada keadaan
ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan sempurna (memadai) pada beberapa
tarikan nafas yang pertama. Apnea saat lahir, pada keadaan ini bayi tidak mampu menarik
nafas yang pertama setelah lahir oleh karena alveoli tidak mampu mengembang atau
alveoli masih berisi cairan dan gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini janin
mampu menarik nafas yang pertama akan tetapi sangat dangkal dan tidak efektif untuk
memenuhi kebutuhan O2 tubuh. keadaan tersebut bisa terjadi pada bayi kurang bulan,
asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh obat-obat
anesthesi pada operasi sesar.
Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli dan masuknya udara kedalam
alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni sirkulasi dalam paru yang
berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut antara lain vasokonstriksi pembuluh
darah paru yang berakibat menurunkan perfusi paru. Pada bayi asfiksia penurunan perfusi
paru seringkali disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah paru, sehingga oksigen
akan menurun dan terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteriol akan tetap tertutup dan
Duktus Arteriosus akan tetap terbuka dan pertukaran gas dalam paru tidak terjadi.
Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan tubuh tidak
mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari
berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau menetap, sehingga
menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun kematian penderita. Pada
tingkat permulaan, gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO2 tubuh ini mungkin
hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus,
maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik
yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini akan mengganggu fungsi organ tubuh,
sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskular yang ditandai oleh
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa pada penderita asfiksia akan terlihat tahapan proses kejadian yaitu menurunnya
kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2, menurunnya pH darah dipakainya sumber glikogen
tubuh dan gangguan sirkulasi darah. Perubahan inilah yang biasanya menimbulkan
masalah dan menyebabkan terjadinya gangguan pada bayi saat lahir atau mungkin
berakibat lanjut pada masa neonatus dan masa pasca neonatus.
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan penurunan
perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya akan terjadi konstriksi Arteriol
pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga penyediaan Oksigen untuk organ vital seperti
jantung dan otak akan meningkat. Apabila askfisia berlanjut maka terjadi gangguan pada
fungsi miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen pada
organ vital dan saat ini akan mulai terjadi suatu “Hypoxic Ischemic Enchephalopathy
(HIE) yang akan memberikan gangguan yang menetap pada bayi sampai dengan
kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi baru lahir akan terjadi secara cepat dalam
waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara cepat dan tepat (Aliyah Anna, 1997).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia janin.
Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukan tanda-tanda
gawat janin untuk menentukan bayi yang akan dilahirkan terjadi asfiksia, maka ada
beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatikan.
1. Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit, selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensinya turun sampai dibawah 100/menit, dan lebih-lebih jika tidak
teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekanisme Dalam Air Ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
prosentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan terus timbul
kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada prosentase kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan
mudah.
3. Pemeriksaan PH Pada Janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun
sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Dengan penilaian pH
darah janin dapat ditemukan derajat asfiksia yaitu :
Tabel 2.1. Penilaian pH Darah Janin
NO Hasil Sikor Apgar Derajat Asfiksiaa Nilai pH
1. 0–3 Berat < 7,2
2. 4–6 Sedang 7,1 – 7,2
3. 7 – 10 Ringan > 7,2

4. Dengan Menilai Apgar Skor


Cara yang digunakan untuk menentukan derajat asfiksiaa yaitu dengan
penilaian APGAR. Apgar mengambil batas waktu 1 menit karena dari hasil
penyelidikan sebagian besar bayi baru lahir mempunyai apgar terendah pada umur
tersebut dan perlu dipertimbangkan untuk melakukan tindakan resusitasi aktif.
Sedangkan nilai apgar lima menit untuk menentukan prognosa dan berhubungan
dengan kemungkinan terjadinya gangguan neurologik di kemudian hari. Ada lima
tanda (sign) yang dinilai oleh Apgar, yaitu :
Tabel 2.2 Penilaian Apgar
Tanda-tanda Vital Nilai = 0 Nilai = 1 Nilai = 2

1. Appearance Seluruh tubuh Badan merah, Seluruh tubuh


(warna kulit) biru atau putih kaki biru kemerah-merahan
2. Pulse Tidak ada Kurang dari
(bunyi jantung) 100 x/ menit Lebih dari
150 x/ menit
3. Grimance Tidak ada Menyeringai
(reflek) Batuk dan bersin
Lunglai Fleksi ekstremitas
4. Activity
(tonus otot) Fleksi kuat, gerak
Tidak ada aktif
5. Respirotary Lambat atau
effort tidak ada Menangis kuat
(usaha bernafas) atau keras
Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena peninggian
frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan akan memburuk bila
frekuensi tidak bertambah atau melemah walaupun paru-paru telah berkembang.
Dalam hal ini pijatan jantung harus dilakukan. Usaha nafas adalah nomor dua. Bila
apnea berlangsung lama dan ventilasi yang dilakukan tidak berhasil maka bayi
menderita depresi hebat yang diikuti asidosis metabolik yang hebat. Sedang ketiga
tanda lain tergantung dari dua tanda penting tersebut.
Ada 3 derajat Asfiksiaa dari hasil Apgar diatas yaitu :
1. Nilai Apgar 7-10, Vigorous baby atau asfiksia ringan.
Bayi dalam keadaan baik sekali. Tonus otot baik, seluruh tubuh kemerah-merahan.
Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Nilai Apgar 4-6 Mild Moderat atau asfiksia sedang.
Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali permenit,
tonus otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Nilai Apgar 0-3, asfiksia Berat
Pada pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit,
tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada.
F. PENATALAKSANAAN
Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara cepat supaya
bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak. Tindakan ini merupakan
langkah awal resusitas bayi baru lahir. Tujuannya supaya intervensi yang diberikan bisa
dilaksanakan secara tepat dan cepat (tidak terlambat).
1. Membuka Jalan Nafas
Tujuan : Untuk memastikan terbuka tidaknya jalan nafas.
Metode :
a. Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
Letakkan bayi secara terlentang atau miring dengan leher agak eksentensi/
tengadah. Perhatikan leher bayi agar tidak mengalami ekstensi yang berlebihan
atau kurang. Ekstensi karena keduanya akan menyebabkan udara yang masuk ke
paru-paru terhalangi.
Letakkan selimut atau handuk yang digulug dibawah bahu sehingga terangkat 2-3
cm diatas matras.
Apabila cairan/lendir terdapat bar dalam mulut, sebaiknya kepala bayi
dimiringkan supaya lendir berkumpul di mulut (tidak berkumpul di farings bagian
belakang) sehingga mudah disingkirkan.
b. Membersihkan Jalan Nafas
Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium hisap cairan dari mulut dan
hidung, mulut dilakukan terlebih dahulu kemudian hidung.
Apabila air ketuban tercampur mekonium, hanya hisap cairan dari trakea,
sebaiknya menggunakan alat pipa endotrakel (pipa ET).
Urutan kedua metode membuka jalan nafas ini bisa dibalik, penghisapan terlebih
dahulu baru meletakkan bayi dalam posisi yang benar, pembersihan jalan nafas
pada semua bayi yang sudah mengeluarkan mekoneum, segera setelah lahir
(sebelum baru dilahirkan) dilakukan dengan menggunakan keteter penghisap no
10 F atau lebih. Cara pembersihannya dengan menghisap mulut, farings dan
hidung.
2. Mencegah Kehilangan Suhu Tubuh / Panas
Tujuan : Mencegah komplikasi metabolisme akibat kehilangan panas.
Metode :
a. Meletakkan bayi terlentang dibawah pemancar panas (Infant warmer) dengan
temperatur untuk bayi aterm 34°C, untuk bayi preterm 35°C.
b. Tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan selimut
hangat, keuntungannya bayi bersih dari air ketuban, mencegah kehilangan suhu
tubuh melalui evaporosi serta dapat pula sebagai pemberian rangsangan taktik
yang dapat menimbulkan atau mempertahankan pernafasan.
c. Untuk bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau apabila suhu
ruangan sangat dingin dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik tipis yang
tembus pandang.
3. Pemberian Tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
Tujuan : untuk membantu bayi baru lahir memulai pernafasan.
Metode :
a. Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.
b. Agar VTP efektif kecepatan memompa (Kecepatan Ventilasi dan tekanan ventilasi
harus sesuai, kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60 kail/menit.
c. Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut :
1) Nafas pertama setelah lahir membutuhkan 30-40 cm H2O.
2) Setelah nafas pertama membutuhkan 15-20 cm H2O.
d. Bayi dengan kondisi / penyakit paru-paru yang berakibat turunnya compliance
membutuhkan 20-40 cm H2O.
e. Tekanan ventilasi hanya dapat diukur apabila digunakan balon yang mempunyai
pengukur tekanan.
f. Observasi gerak dada bayi
Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa sungkup terpasang
dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti menarik nafas dangkal.
Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik nafas panjang,
menunjukkan paru-paru terlalu mengembang, yang berarti tekanan diberikan
terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pneumotorax.
g. Observasi gerak perut bayi
Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif. Gerak
perut mungkin disebabkan masuknya udara kedalam lambung.
h. Penilaian suara nafas bilateral
Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas di
kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar.
i. Observasi pengembangan dada bayi
Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi meremas
balon. Apabila dada kurang berkembang, mungkin disebabkan oleh salah satu
sebab berikut :
1) Perlekatan sungkup kurang sempurna.
2) Arus udara terhambat.
3) Tidak cukup tekanan
4. Pemberian Obat-Obatan Penunjang
Obat-obatan diperlukan apabila frekuensi jantung bayi tetap 80 per menit walaupun
telah dilakukan ventilasi adekuat (dengan oksigen 100%) dan kompresi dada untuk
paling sedikit 30 detik atau frekuensi jantung nol.
Obat-obatan yang diperlukan pada bayi asfiksiaa :
a. Beri adrenalin (larutan 1 : 10.000) dengan dosis 0,1-0,3 ml/kg berat badan, apabila
bayi mengalami bradikardia menetap diberikan sublingual atau diberikan
intravena, sementara NaHCO3 tetap diberikan, disertai pernafasan buatan.
b. Natrium bicarbonat (NaHCO3) diberikan dengan dosis 2 ml/kg berat badan (cairan
7,5%) dilarutkan dengan Dextrose 10% dalam perbandingan 1 : 1 disuntikkan
perlahan-lahan kedalam Vena umbilikus dalam waktu 5 menit.
c. Infus NaCL 0,9% atau Ringer laktat 10 ml/kg berat badan.
5. Sedangkan Untuk Penatalaksanaan Berdasarkan Penilaian Apgar Skor Adalah Sebagai
Berikut :
a. Apgar skor menit I : 0-3
Jaga agar bayi tidak kedinginan, sebab dapat menimbulkan hipotermis dengan
segala akibatnya. Jangan diberi rangsangan taktil, jangan diberi obat perangsang
nafas lekukan resusitasi.
Lakukan segera intubasi dan lakukan mouth ke tube atau pulmanator to tube
ventilasi. Bila intubasi tidak dapat, lakukan mouth to mouth respiration kemudian
dibawa ke ICU.
Ventilasi Biokemial
Dengan melakukan pemeriksaan blood gas, kalau perlu dikoreksi dengan Natrium
Bicarbonat. Bila fasilitas Blood gas tidak ada, berikan Natrium Bicarbonat pada
asfiksia berat dengan dosis 2-4 mcg/kg BB, maksimum 8 meg/kg BB / 24 jam.
Ventilasi tetap dilakukan. Pada detik jantung kurang dari 100/menit lakukan pijat
jantung 120/menit, ventilasi diteruskan 40 x menit. Cara 3-4 x pijat jantung
disusul 1 x ventilasi (Lab./UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994 : 167).
b. Apgar skor menit I : 4-6\
Seperti yang diatas, jangan dimandikan, keringkan seperti diatas.
Beri rangsangan taktil dengan tepukan pada telapak kaki, maksimum 15-30 detik.
Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong (lebih baik O2 yang
dihangatkan).
Skor apgar 4-6 dengan detik jantung kurang dari 100 kali permenit lakukan bag
dan mask ventilation dan pijat jantung.
c. Apgar skor menit I : 7-10
Bersihkan jalan nafas dengan kateter dari lubang hidung dahulu (karena bayi
adalah bernafas dengan hidung) sambil melihat adakah atresia choane, kemudian
mulut, jangan terlalu dalam hanya sampai fasofaring. Kecuali pada bayi asfiksia
dengan ketuban mengandung mekonium, suction dilakukan dari mulut kemudian
hidung karena untuk menghindari aspirasi paru.
d. Bayi dibersihkan (boleh dimandikan) kemudian dikeringkan, termasuk rambut
kepala, karena kehilangan panas paling besar terutama daerah kepala.
Observasi tanda vital sampai stabil, biasanya 2 jam sampai 4 jam.
G. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan.
DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
asfiksia berat yaitu :
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital, riwayat persalinan
preterm.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur
dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
e. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate
atau preterm).
2. Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
a. Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik solusio
plasenta maupun plasenta previa.
b. Kala II : persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan, persalinan
dengan tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi).
c. Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan.
d. Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
3. Riwayat post natal, yang perlu dikaji antara lain :
a. Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia
berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lGahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram).
Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram lingkar kepala kurang atau
lebih dari normal (34-36 cm).
c. Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
d. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis
metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
1. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar,
tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh <
36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu
normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur.
3. Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan
kesehatan pasien.
4. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanogo dan verniks.
5. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
6. Mata, Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
7. Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
8. Mulut :Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
9. Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
10. Leher : Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
11. Thorax : Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
12. Abdomen : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
13. Umbilikus : Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
14. Genitalia : Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia
minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
15. Anus : Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeses.
16. Ekstremitas : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
17. Refleks : Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang.
DATA PENUNJANG
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa
atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang
diperlukan adalah :
1. Darah, nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun
karena O2 dalam darah sedikit.
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi
preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena sering
terjadi hipoglikemi.
2. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
b. PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik
sering terjadi hiperapnea.
c. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun
karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
3. Urine
a. Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
b. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
c. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
d. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
4. Photo thorax , Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
H. Pathway

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Kerusakan pertukaran gas
3. Resiko kerusakan perfusi jaringan : otak
4. Resiko cidera
5. Hipretermia
J. FOKUS RENCANA INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan :
a. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
b. Saturasi O2 dalam batas normal (90-99%)
Intervensi
a. Kaji status pernapasan pasien
b. Berikan O2 ……l/mnt,
c. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
d. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
e. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
f. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
g. Berikan bronkodilator :
h. Monitor status hemodinamik
i. Berikan antibiotik :
j. Monitor respirasi dan status O2
2. Gangguan Pertukaran gas
Tujuan :
a. Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
b. Tanda tanda vital dalam rentang normal
c. AGD dalam batas normal
Intervensi :
a. posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
c. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
d. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
e. Monitor respirasi dan status O2
f. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi
otot supraclavicular dan intercostal
g. Monitor suara nafas, seperti dengkur
h. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
i. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan
j. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
k. Observasi sianosis khususnya membrane mukosa
3. Pola nafas tidak efektif
Tujuan :
a. Menunjukkan jalan nafas yang paten
b. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi :
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Pasang mayo bila perlu
c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
f. Berikan bronkodilator
g. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
h. Monitor respirasi dan status O2
i. Bersihkan mulut, hidung dan secret Trakea
j. Pertahankan jalan nafas yang paten
k. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
l. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
m. Monitor vital sign
n. Monitor pola nafas
4. Resiko kerusakan perfusi jaringan : otak
Tujuan : Bebas dari aktivitas kejang
Intervensi :
a. Monitor TTV
b. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi
c. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala
d. Monitor level kebingungan dan orientasi
e. Monitor tonus otot pergerakan
f. Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis
g. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus
h. Monitor status cairan
i. Pertahankan parameter hemodinamik
j. Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada konsisi pasien dan order medis
5. Resiko cidera
Tujuan : Klien terbebas dari cedera
Intervensi :
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
c. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
d. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
e. Membatasi pengunjung
f. Memberikan penerangan yang cukup
g. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
h. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
i. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
6. Hipertermia
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria hasil: Suhu 36,5 – 37,5 oC
Intervensi :
a. Monitor suhu sesering mungkin
b. Monitor warna dan suhu kulit
c. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
e. Monitor WBC, Hb, dan Hct
f. Monitor intake dan output
g. Berikan anti piretik:
h. Kelola Antibiotik:………………………..
i. Selimuti pasien
j. Berikan cairan intravena
k. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
l. Tingkatkan sirkulasi udara
m. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
n. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
o. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
p. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)

Anda mungkin juga menyukai