Materi Inti 2perencanaan KPPDalam Pemberdayaan Keluarga
Materi Inti 2perencanaan KPPDalam Pemberdayaan Keluarga
Materi Inti 2
PERENCANAAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA
I. Deskripsi singkat
Pemberdayaan keluarga merupakan upaya kesehatan yang dilakukan puskesmas dalam
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan serta meningkatkan kemampuan
individu, keluarga dan masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat. Hal ini sesuai dengan
amanat Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 11 ditetapkan bahwa
setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. Selanjutnya, dalam Rencana Strategis
Pembangunan Kesehatan Tahun 2015-2019, juga ditetapkan bahwa tujuan pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan masyarakat, dengan salah satu indikator
keberhasilannya adalah meningkatnya perilaku hidup sehat di masyarakat.
Perilaku Hidup Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga mampu menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Puskesmas
sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan No.
75, Tahun 2014 tentang Puskesmas), berkewajiban melakukan pemberdayaan keluarga.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan proses pemberian informasi secara terus-menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar
sasaran tersebut berubah dari belum tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). Proses perubahan perilaku di masyarakat dapat terjadi jika ada
komunikasi yang strategis didasarkan pada segmentasi khalayak sasaran, pesan-pesan yang
disesuaikan, pendekatan yang berbeda, baik saluran antarpribadi, saluran masyarakat, atau
saluran media massa. Strategi komunikasi memengaruhi perubahan perilaku individu, keluarga
dan masyarakat termasuk, membangun norma-norma masyarakat yang baru dan setelah
beberapa waktu akan mendukung kebijakan dan program yang lenih kuat dan efektif. Merancang
komunikasi perubahan perilaku (KPP) sangatlah penting untuk memberdayakan individu, keluarga
dan masyarakat berperilaku hidup sehat.
KPP dalam pemberdayaan keluarga merupakan pendekatan strategis dan komprehensif untuk
menyampaikan pesan dengan menggunakan berbagai saluran (media), berdasarkan segmentasi
khalayak sasaran serta kondisi sosial budaya setempat, sebagai upaya intervensi meningkatkan
perilaku sehat dalam lingkungan keluarga/masyarakat. Untuk itu tenaga promosi kesehatan
puskesmas harus memiliki kemampuan untuk melakukan KPP dalam Pemberdayaan Keluarga.
Perencanaan KPP merupakan langkah awal dalam pengelolaan kegiatan (terintegrasi dengan
fungsi manajemen puskesmas) yang dapat menentukan keberhasilan tujuan yang akan dicapai.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 59
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
Perencanaan pada dasarnya merupakan proses penetapan tujuan, sasaran, strategi serta cara
pencapaian tujuan tersebut dalam jangka waktu tertentu.
Pada pokok bahasan ini, ruang lingkup yang akan dibahas adalah perencanaan KPP Pemberdayaan
Keluarga Sehat, meliputi : konsep dasar perencanaan KPP dalam pemberdayaan keluarga, analisis
masalah kesehatan keluarga serta merencanakan KPP dalam pemberdayaan keluarga di
puskesmas.
IV. Metode
a. Ceramah tanya jawab
b. Curah pendapat
c. Diskusi kelompok
d. Latihan
B. Langkah 2
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan tentang konsep dasar perencanaan KPP
Pemberdayaan Keluarga Sehat (60 menit)
Langkah Pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang konsep dasar perencanaan. Ada
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 61
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
beberapa pertanyaan yang diajukan kepada peserta tentang konsep dasar perencanaan
yaitu : 1) pengertian. ; 2) tujuan; 3) manfaat serta 4) ciri-ciri perencanaan yang baik.
2. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta dikertas flipchart. Selanjutnya merangkum
dan menyampaikan paparan materi konsep dasar perencanaan KPP Pemberdayaan
Keluarga Sehat, meliputi pengertian, tujuan, manfaat, ciri-ciri perencanaan yang baik
serta jenis perencanaan sesuai urutan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan
tayang.
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
4. Fasilitator mereview kembali tentang ruang lingkup jenis kegiatan KPP Pemberdayaan
Keluarga di Puskesmas yang telah dibahas pada Materi Inti 1; KPP dalam Pemberdayaan
Keluarga. Selanjutnya, fasilitator menyampaikan penjelasan materi tentang langkah-
langkah menyusun perencanaan KPP Pemberdayaan Keluarga Sehat yang mengacu pada
ruang lingkup jenis kegiatan KPP tersebut, dengan menggunakan bahan tayang.
5. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
C. Langkah 3
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan tentang analisis masalah kesehatan
keluarga dengan Sub Pokok Bahasan (75 menit)
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan penjelasan tentang analisis masalah kesehatan keluarga pada
kegiatan KPP Pemberdayaan Keluarga, dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
3. Fasilitator melakukan praktek dikelas tentang analisis masalah kesehatan keluarga yang
diawali dengan penjelasan secara singkat tentang analisis Data Keluarga Sehat dan data
perilaku terkait Indikator Keluarga Sehat (12 indikator) yang bersumber dari Puskesmas
tempat PKL yang disampaikan oleh Puskesmas sebelum analisis data. Selanjutnya,
peserta dibagi dalam 3 kelompok dan menugaskan agar setiap kelompok menetapkan
satu prioritas masalah kesehatan di tingkat desa wilayah kerja Puskesmas, kemudian
dipresentasikan.
4. Fasilitator menyampaikan penjelasan kegiatan analisis selanjutnya yaitu melakukan
Kajian Formatif untuk mengidentifikasi perilaku saat ini dan perilaku yang diharapkan
sebagai faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan keluarga .
5. Fasilitator menugaskan kepada setiap kelompok untuk melakukan kajian formatif
masalah kesehatan prioritas pertama, dengan menggunakan Lembar kerja 1. Hasil kajian
formatif yang dikerjakan oleh setiap kelompok tersebut, ditulis pada kertas flipchart.
Setelah itu, setiap kelompok diminta untuk menyajikan hasil kajian formatif tersebut di
depan kelas. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap hasil penyajian setiap
kelompok tersebut dan memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 62
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
D. Langkah 4
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan tentang penyusunan perencanaan KPP
dalam pemberdayaan keluarga dengan Sub Pokok Bahasan; Komponen Strategi KPP (80
menit)
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan penjelasan singkat tentang langkah-langkah penyusunan
perencanaan KPP Pemberdayaan Keluarga Sehat, yang diawali dengan pengenalan
komponen strategi KPP, penyusunan strategi KPP dan penyusunan rencana aksi kegiatan
KPP Pemberdayaan Keluarga, dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi tentang hal-hal yang kurang dipahami, kemudian fasilitator menyampaikan
jawaban atau tanggapan yang sesuai.
3. Fasilitator meminta peserta tetap berada dalam 3 kelompok. Fasilitator menjelaskan
pedoman diskusi tentang memahami pentingnya komponen strategi KPP untuk menjadi
dasar penyusunan strategi KPP dalam Pemberdayaan Keluarga. Diskusi menggunakan
Lembar Kerja 1 A
4. Fasilitator menugaskan setiap kelompok untuk melakukan diskusi kelompok untuk
menjabarkan komponen Strategi KPP berdasarkan hasil Kajian Formatif, kemudian
menjelaskan pedoman diskusi dan menggunakan Lembar kerja 2.
E. Langkah 5
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan tentang penyusunan perencanaan KPP
dalam pemberdayaan keluarga dengan Sub Pokok Bahasan (90 menit)
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menjelaskan kegunaan hasil dari Kajian Formatif yang akan dijabarkan ke
dalam komponen strategi KPP untuk kemudian diterapkan pada penyusunan strategi KPP
dan penyusunan rencana aksi kegiatan KPP Pemberdayaan Keluarga, dengan
menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi tentang hal-hal yang kurang dipahami, kemudian fasilitator menyampaikan
jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 63
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
F. Langkah 6
Penyampaian rangkuman tentang perencanaan KPP dalam Pemberdayaan Keluarga Sehat
di puskesmas (10 menit).
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator mengajak peserta untuk mengungkapkan kembali beberapa hal penting
tentang perencanaan KPP Pemberdayaan Keluarga Sehat di puskesmas yang telah
dibahas pada sesi ini, mengacu pada tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator menutup proses pembelajaran pada sesi ini, dengan mengucapkan terima
kasih serta memberikan apresiasi kepada semua peserta yang telah berpartisipasi aktif
sehingga tujuan pembelajaran pada sesi ini dapat tercapai.
POKOK BAHASAN 1
KONSEP PERENCANAAN KPP DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA
A. Pengertian
Perencanaan menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14) merupakan suatu cara bagaimana mencapai
tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien
dan efektif. Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui dalam
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 64
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengarahkan sumberdaya yang ada untuk melakukan upaya pemberdayaan keluarga dalam
mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya, serta meningkatkan status/indeks
kesehatan keluarga melalui upaya promotif dan preventif.
b. Tujuan khusus
1) Adanya masalah kesehatan prioritas yang perlu diintervensi melalui kegiatan KPP dalam
pemberdayaan keluarga.
2) Adanya hasil kajian formatif sebagai dasar pengembangan strategi KPP Pemberdayaan
Keluarga.
3) Tersusunnya strategi KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di puskesmas.
4) Tersusunnya rencana aksi kegiatan KPP Pemberdayaan Keluarga Sehat di puskesmas.
C. Manfaat
a. Kegiatan KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas, dikembangkan sesuai dengan
kondisi atau data kesehatan keluarga yang riil.
b. Rencana aksi kegiatan KPP Pemberdayaan Keluarga Sehat di Puskesmas dapat disusun lebih
realistik untuk diimplementasikan.
c. Mengurangi resiko ketidak pastian terhadap proses pelaksanaan kegiatan KPP dalam
Pemberdayaan Keluarga yang harus dilakukan di Puskesmas .
d. Mencegah pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pemberdayaan keluarga yang ingin dicapai.
e. Kegiatan KPP Pemberdayaan Keluarga Sehat dapat terorganisir dengan baik
f. Menjadi dasar bagi pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan penilaian upaya KPP
Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 65
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
E. Jenis Perencanaan
Ada beberapa jenis KPP Pemberdayaan Keluarga, yaitu:
a. Perencanaan berdasarkan alokasi waktu (jangka pendek, menengah dan panjang).
b. Perencanaan KPP Pemberdayaan Keluarga berdasarkan kondisi wilayah garapan (masalah
kesehatan prioritas, geografi, sosial budaya serta ketersediaan sumberdaya/ potensi
masyarakat yang ada di wilayah garapan tersebut.
c. Perencanaan berdasarkan target cakupan program kesehatan yang ada di puskesmas dan
mendukung tercapainya indikator SPM kabupaten/kota.
d. Perencanaan dalam menghadapi keadaan darurat.
3) Menyiapkan data rekam medik /data pasien yang ada di puskesmas, terutama data pasien
yang mempunyai masalah kesehatan bersifat sensitif yang perlu dijaga kerahasiaannya,
diantaranya adalah: TB, dan Gangguan Jiwa, dll. Data ini, sangat penting dalam pelaksanaan
kegiatan KPP Pemberdayaan Keluarga Sehat, karena keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan yang sensitif ini, akan mendapat perlakuan intervensi khusus dari tenaga promosi
kesehatan puskesmas.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 67
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
2) Pengorganisasian Tim KPP, yaitu menetapkan seksi-seksi beserta uraian tugasnya dalam
mendukung kegiatan KPP, misalnya: Ketua, Sekretaris, Seksi Pendataan, Seksi Informasi, Seksi
Pembuatan Media KIE, Seksi Penyuluhan, dll. Tim KPP ini, sebaiknya ditetapkan dalam Camat,
dalam bentuk SK Tim KPP. Hal ini dimaksudkan ada kejelasan peran dan tanggung jawab
anggota Tim KPP dalam mendukung kegiatan KPP di Kecamatan. Demikian pula, Tim KPP di
tingkat Desa/Kelurahan yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah dalam bentuk Surat
Keputusan.
3) Peningkatan kapasitas Tim KPP, melalui forum komunikasi, pertemuan orientasi, pelatihan,
lokakarya, dll. Tujuannya adalah agar Tim KPP memahami jenis kegiatan KPP serta mau dan
mampu terlibat dalam kegiatan KPP yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 68
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
POKOK BAHASAN 2
ANALISIS MASALAH KESEHATAN KELUARGA
A. Identifikasi Masalah
1. Tujuan identifikasi masalah kesehatan keluarga adalah untuk mengetahui:
a. Gambaran permasalahan kesehatan yang ada pada setiap keluarga.
b. Indikator keluarga sehat setiap keluarga/rumah tangga.
c. Gambaran permasalahan kesehatan yang ada pada tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan
/Kecamatan/Puskesmas.
d. Indikator Keluarga Sehat (IKS) tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan/Kecamatan /Puskesmas.
e. Masalah kesehatan prioritas yang ada di tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan/Kecamatan
/Puskesmas
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 69
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
C. Kajian Formatif
Kajian formatif merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi perilaku setiap segmentasi sasaran,
baik individu dan keluarga, sasaran pelaksana serta sasaran pedukung program KPP
pemberdayaan keluarga yang berkaitan dengan terjadinya masalah kesehatan prioritas. Melalui
kajian formatif dapat diketahui adanya kesejangan antara perilaku sasaran saat ini dengan
perilaku yang diharapkan agar masalah tersebut dapat diatasi atau dicegah. Selain itu, melalui
kajian formatif juga diperoleh informasi tentang hambatan dan motivasi setiap segmentasi
sasaran tersebut dalam melakukan perilaku sehat.
a. Tujuan kajian formatif
Tujuan melakukan kajian formatif adalah untuk mengetahui:
1) Adanya kesenjangan antara perilaku sasaran saat ini dengan perilaku yang diharapkan
untuk mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang ada.
2) Hambatan sasaran dalam melakukan perilaku hidup sehat untuk mencegah atau
mengatasi masalah kesehatan prioritas
3) Motivasi sasaran dalam melakukan perilaku hidup sehat.
Kajian formatif dapat dilakukan melalui teknik kajian formatif secara kuantitatif maupun
kualitatif. Teknik melakukan kajian formatif secara kuantitatif merupakan kajian formatif yang
bertujuan untuk menjawab pertanyaan seberapa banyak atau seberapa sering tingkat
kejadian. Pengumpulan data dapat diperoleh melalui kunjungan rumah dan mendapatkan
informasi dari responden dengan jalan melakukan:
1) Wawancara secara formal, dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan, beserta
alternatif jawaban (bentuk kuesioner tertutup) atau bisa juga disertai ruang jawaban
terbuka berupa penjelasan singkat atau alasan yang dikemukakan oleh responden
tentang suatu topik tertentu dan ditujukan kepada satu orang responden serta jawaban
dicatat secara rinci.
2) Pengamatan atau observasi secara terbuka, untuk melengkapi informasi yang
disampaikan oleh responden.
Teknik melakukan kajian secara kualitatif merupakan kajian formatif yang bertujuan untuk
mengungkap mengapa dan bagaimana suatu kelompok sasaran berpikir dan berperilaku.
Dengan kata lain bisa lebih memahami perilaku kelompok sasaran, karena metode ini lebih
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 71
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
mampu menyikap motivasi dan berbagai aspek terkait lainnya dibalik perilaku kelompok
sasaran. Pengumpulan data dapat diperoleh melalui informan dengan jalan melakukan:
1) Wawancara mendalam secara formal, dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan, tertulis, membahas topik spesifik, ditujukan kepada satu orang informan
kunci serta jawaban dicatat secara rinci.
2) Wawancara mendalam secara informal (terbuka), dilakukan dengan tidak menggunakan
daftar pertanyaan yang lengkap, mungkin hanya pokok-pokok informasi penting saja
yang ditulis, membahas topik tertentu dan dapat berkembang, ditujukan kepada satu
orang informan kunci dan hasil jawaban tidak perlu dicatat secara rinci pada saat itu
(ditulis secara lengkap nanti seusai wawancara selesai).
3) Pengamatan atau observasi secara terbuka, dimana petugas membuka identitasnya
secara jelas, melakukan pengamatan perilaku masyarakat secara terang-terangan,
petugas tidak merahasiakan proses pengamatannya dan menyampaikan hasil
pengamatannya apa adanya. Kelemahan teknik ini, perilaku masyarakat saat itu dapat
direkayasa.
4) Pengamatan atau observasi secara tertutup, dimana petugas melakukan pengamatan
perilaku masyarakat senyatanya secara diam-diam, tidak membuka identitasnya dan hasil
pengamatannya akan lebih konkrit atau realistis.
5) Pengamatan atau observasi secara terlibat yaitu merupakan kombinasi antara teknik
pengamatan terbuka dengan tertutup, dimana petugas juga melibatkan masyarakat
untuk melakukakan pengamatan perilaku masyarakat di wilayahnya, disamping itu
petugas sendiri melakukan pengamatan secara diam-diam.
6) Diskusi kelompok terarah (DKT) adalah diskusi yg dilakukan dalam kelompok kecil (antara
6-10 orang) yang mempunyai karakteristik homogen/mirip (misalnya kelompok ibu-ibu
yang punya anak balita atau kelompok kader posyandu). Diskusi dipandu oleh petugas
selaku moderator, dan di dampingi oleh seorang penulis atau pencatat. DKT bagus sekali
untuk menggali norma sosial, pandangan dan berbagai perilaku masyarakat serta
dipergunakan untuk memverifikasi kesimpulan, rekomendasi atau penerimaan kelompok
terhadap perilaku tertentu. Kelemahan, DKT adalah kurang cocok bila difokuskan pada
tujuan untuk mengidentifikasi perilaku individu. Kelamahan lainnya adalah kualitas hasil
DKT sangat ditentukan oleh kemampuan moderator dalam menggali informasi dan
mengendalikan proses diskusi serta kemampuan pencatat dalam menulis hasil diskusi.
Hasil kajian formatif akan diolah dan dianalisa dengan menggunakan lembar kerja untuk
mengetahui kesenjangan antara perilaku yang diharapkan dan perilaku saat ini, serta
hambatan dan motivasi untuk melakukan perilaku yang diharapkan tersebut.
3) Identifikasi motivasi dan hambatan yang terkait dengan upaya mengatasi masalah
kesehatan prioritas.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 73
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
rumah
tangga
lain
3 Menggunakan masker Tidak/belum V - V 2 Agar Tidak/ blm
jika bersama menggunakan masker tidak punya
penderita/anggota sesuai situasi dan menula masker
keluarga lain di rumah kondisi rkan karena
maupun di tempat kepada merasa
umum anggot bukan
a kebutuhan
keluarg utama
a
maupu
n
orang
lainnya
diluar
rumah
4 Membuka jendela/ Jarang membuka - - V 1 Agar Malas dan
lubang angin/ jendela/ lubang angin/ sinar merepotkan
ventilasi rumah agar ventilasi udara di matah jika harus
sinar matahari masuk rumah ari rutin
untuk sirkulasi udara masuk membuka
dalam membantu dan dan
mengurangi dapat menutup
perpindahan kuman memb sumber
TB unuh ventilasi di
kuman rumah
TB
serta
udara
luar
dapat
masuk
ke
ruanga
n
tempat
tinggal
pender
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 74
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
ita/
anggot
a
keluarg
a lain.
5 Menutup mulut jika Tidak menutup mulut V V V 3 Agar Tidak peduli
batuk/bersin jika batuk/bersin tidak dengan
dimanapun berada dimanapun berada menjad kesehatan
agar tdk menebarkan i orang lain
kuman TB penula sehingga
r malas/tdk
penyak mau
it TB menutup
karena mulut saat
meneb batuk/bersin
arkan
kuman
TB
melalui
batuk
dan
bersin
Sasaran sekunder/pelaksana program: petugas promkes, bidan, kader, toma, dll
6 Kader tidak/belum rutin Kader rutin V V V 3 Mencega Belum
melaksanakan PMO melakukan PMO h /tidak ada
(pengawasan minum kekambu pengorgan
obat) han isasian
penyakit kegiatan
TB PMO
dengan
keluarga/
masyaraka
t lain
Sasaran tertier/pendukung-penguat program : Ketua RT, RW, Kades, dll
7 Kepala Desa membuat Tidak ada SK untuk V V V 3 Agar Belum/kur
SK pengorganisasian melakukan kegiatan penderita ang peduli
kegiatan pengendalian yang terstruktur dan sembuh terhadap
dan penularan TB di terorganisiir dalam total dan pengendal
Desa, menunjukan pengendalian TB tidak ian
komitmen yang tinggi menjadi penyakit
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 75
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
penular TB yg
lagi sangat
sehingga mudah
tidak menular
muncul dan dpt
kasus mematika
baru n
Contoh : Kajian formatif untuk mengatasi masalah penderita hipertensi yang tidak berobat
secara teratur (secara kualitatif). Kajian dilakukan melalui diskusi kelompok.
Lembar Kerja Kajian Formatif Peningkatan Perilaku Hidup Sehat Bagi Penderita
Hipertensi di Puskesmas A, Tahun 2016
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 76
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 77
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 78
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
pengendalian pemberdayaan
hipertensi di keluarga dalam
wilayah pengendalian
kerjanya. hipertensi di
wilayah
kerjanya.
Ketua RT Belum Mengajak pihak Jumlah Mengatasi
melakukan puskesmas / penderita peningkatan
upaya poskesdes hipertensi dan kasus DBD di
pengendalian melakukan stroke RT menjadi
hipertensi di penyuluhan dan meningkat prioritas
wilayah pengobatan
kerjanya. bagi penderita
hipertensi di RT.
Membuat surat
edaran adanya
pengobatan
gratis bagi
penderita
hipertensi di RT
Ketua RW Belum Mengajak pihak Jumlah Pengendalian
melakukan puskesmas / penderita hipertensi
upaya poskesdes hipertensi dan belum menjadi
pengendalian melakukan stroke program
hipertensi di penyuluhan dan meningkat prioritas
wilayah pengobatan Karena saat ini
kerjanya. bagi penderita sibuk dengan
hipertensi di kegiatan
RW. penilaian lomba
posyandu
Membuat surat
edaran adanya
pengobatan
gratis bagi
penderita
hipertensi di RW
Kepala Desa Belum menjadi Pengendalian Jumlah Jumlah kasus
program hipertensi penderita hipertensi tidak
prioritas Desa menjadi hipertensi dan meresahkan
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 79
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
Hasil kajian formatif digunakan sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan KPP dalam
Pemberdayaan Keluarga, meliputi penyusunan atau pengembangan strategi KPP serta
penyusunan perencanaan kegiatan KPP Pemberdayaan Keluarga tersebut.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 80
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
POKOK BAHASAN 3
PERENCANAAN KPP DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA
Contoh: Lembar kerja penyusunan segmentasi khalayak sasaran; Pemberian ASI Eksklusif 0-6
bulan
Khalayak Khalayak Perkiraan Sikap thd perubahan Cara Dari mana khalayak
berpengaruh sasaran tingkat perilaku mempengaru sasaran potensial
yang potensial utama yg pengaruh hi/ saluran mendapatkan
dipengaruhi informasi
Kader, petugas Ibu, ayah Kuat Bisa menerima Konseling Pelatihan Konselor
kesehatan,Tom ortu/mertu manfaat ASI eksklusif menyusui
a/ Toga a/ nenek bagi bayi 0-6 bulan, Jaringan sosial
perlu diyakinkan Media massa Poster/leaflet/spand
hanya ASI yang uk, Radio/TV, media
cocok bg nutrisi bayi Mobilisasi sosial (Face Book,
0-6 bulan, mudah masyarakat twitter, Instagram,
didapat/memberikan dll)
nya dan murah
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 81
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
b. Posisioning
Komunikator perubahan perilaku menggunakan posisioning untuk menentukan pendekatan
terbaik yang berupa rumusan pesan dalam memotivasi setiap segmentasi khalayak sasaran
agar mengubah atau mengadopsi perilaku tertentu/yang diharapkan. Posisioning juga
merupakan upaya memenangkan pemikiran atau keyakinan sasaran dengan jalan membangun
kesan yang mempunyai value/nilai di benak sasaran bahwa perilaku yang dianjurkan sesuai dan
layak dipercaya dalam mengatasi masalah. Merupakan citra promosi yang dengan sengaja
dikomunikasikan kepada khalayak sasaran. Contoh KB “Pilihan hidup”. KB bukan hanya program
kesehatan yang mengurangi kehamilan tapi juga dipandang sebagai alat bantu yang
memungkinkan khalayak sasaran mencapai tujuan hidup pribadinya.
Posisioning berarti memberikan tanda-tanda yang bisa diingat oleh khalayak sasaran dan
menjadi acuan bagi penyusunan diferensiasi dan merupakan landasan membangun merek
(branding). Contoh Posisioning: Berdasarkan atribut/manfaat: manfaat apa yang ditawarkan
dan dianggap bermanfaat oelh khalayak sasaran? Lingkaran Biru, pelayanan kesehatan
reproduski berkualitas termasuk pelayanan KB.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 82
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
c. Diferensiasi
Merupakan upaya untuk menciptakan perbedaan dalam rangka memberikan value/nilai terbaik
kepada setiap segmentasi khalayak sasaran. Nilai sasaran individu dan keluarga akan berbeda
dengan sasaran pelaksana dan pendukung program KPP dalam pemberdayaan keluarga di
wilayah kerja puskesmas.
d. Branding
Branding merupakan nama, istilah, merek, lambang, atau rancangan (atau kombinasi dari
semuanya) yang diberikan kepada suatu produk (bisa barang, jasa, perilaku, ide, dan bahkan
manusia) agar menjadi pembeda dari produk sejenis lainnya. Penetapan branding pada kegiatan
KPP dalam pemberdayaan keluarga akan lebih mudah “dijual” jika diberi brand /merek.
Pemberian merek pada setiap segmentasi khalayak sasaran sesuai dengan nilai mereka.
Misalnya: suami yang setia pada isterinya yang sedang hamil di sebut “suami siaga” yang dapat
digambarkan dalam logo dalam bentuk gambar siluet suami dan isteri yang segang hamil, ada
juga merek untuk kader/bidan, misalnya:“Kader Sahabat Keluarga”, “Bidan Sahabat Keluarga”,
ada juga merek untuk pejabat “Kepala Desa Dambaan Keluarga”, dll. Brand tersebut
diformulasikan dengan baik dan sesuai dengan nilai setiap segmentasi khalayak sasaran dan
menjadi fokus pesan media KPP. Pengembangan strategi KPP dalam pemberdayaan keluarga,
diarahkan pada upaya intervensi strategis dalam melakukan proses perubahan perilaku sasaran
saat ini menjadi perilaku sehat yang diharapkan.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 83
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 84
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
e. Penetapan jenis media KPP yang digunakan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
setiap jenis kegiatan KPP pemberdayaan keluarga.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 85
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
VIII. Referensi
1. Kemenkes, Pedoman Promosi Kesehatan di Puskesmas, Kemkes, 2006.
2. Kemenkes, Modul Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku, Jakarta 2009
3. Revitalisasi Puskesmas, Adnan Mahmoed, 2011,
4. Nutbeam, Don. Health Promotion Glossary. Geneve: World Health Organization, 1998
5. Gede, Munnjaya, Manajemen Kesehatan, Jakarta, 2004.
6. Kemenkes, Bina Kesehatan Masyarakat , Pedoman Perencanaan Tingkat Puskemas, Jakarta,
2006.
7. Trihono, Manajemen Puskemas Berbasis Paradigma Sehat, Jakarta, 2006
8. Kemenkes, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Promosi Kesehatan di Puskesmas,
Jarkarta, 2006.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 86
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
Lampiran :
1. Pedoman diskusi kelompok tentang Kajian Formatif
a. Peserta tetap berada dalam tiga kelompok yang sama
b. Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan kajian formatif melalui diskusi kelompok.
Kajian formatif mengacu pada masalah kesehatan keluarga prioritas. Setiap kelompok diminta
untuk menggunakan lembar kerja 3 -kajian formatif.
c. Hasil diskusi ditulis pada kertas flipchart atau dalam bentuk file
d. Setiap kelompok diminta untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas
e. Waktu diskusi 15 menit.
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 87
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
1 A.2. Posisioning
Pernyataan Posisioning untuk (perilaku yang ditawarkan/dijual/yang diharapkan)
Jelaskan sesuai masalah prioritas dan intervensi produk perilaku yang ditawarkan atau
pelayanan kesehatan yang “dijual”, mahal atau murah dstnya………
5. Lembar kerja 2 :
Lembar Kerja Penyusunan Strategi KPP Pemberdayaan Keluarga Sehat
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 88
Materi Inti 2
Perencanaan KPP Dalam Pemberdayaan Keluarga
6. Lembar kerja 3 :
Rencana Kegiatan KPP Pemberdayaan Keluarga Sehat Di Puskesmas .........
Nama program prioritas: ............................
Jenis Tujuan Sasaran Saluran Media Petugas Dana Waktu
kegiatan komunikasi/ pelaksana
cara
1. Sasaran utama kegiatan KPP
Modul Pelatihan Pengelola KPP dalam Pemberdayaan Keluarga di Puskesmas Tahun 2017 89