Anda di halaman 1dari 6

Davina Dwi Angelica

1306620007

FISIKA A

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Buatlah paper (5 halaman) tentang perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan


di Indonesia!
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting diterapkan dalam dunia pendidikan,
khususnya di perguruan tinggi. Dimana pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan yang
strategis dalam mempersiapkan warga Negara yang cerdas, bertanggung jawab dan beradab.
Berdasarkan rumusan “Civic International” (1995), disepakati bahwa pendidikan demokrasi
penting untuk pertumbuhan civic culture, untuk keberhasilan pengembangan dan
pemeliharaan pemerintahan demokrasi (Mansoer 2005).
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional serta surat keputusan Direktur Jenderal Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional No 43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian di perguruan tinggi terdiri atas mata kuliah pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan dan bahasa Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian tersebut wajib diberikan di semua fakultas
dan jurusan diseluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Pada Hakekatnya pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar danterencana
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan
moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
Dengan adanya penyempurnaan kurikulum, mata kuliah pengembangankepribadian
tersebut maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma baru yaitu pendidikan
kewarganegaraan berbasis pancasila. Dengan demikian pendidikan kewarganegaraan di
perguruan tinggi saat ini dapat dijadikan sebagai sintesis antara “civic education”,
“democracy education”, serta “citizenship eduation” yang berlandaskan filsafat pancasila
serta mengandung muatan identitas nasional Indonesia, serta muatan makna dari pendidikan
pendahuluan bela Negara (Mansoer 2005).
Hal ini berdasarkan kenyataan diseluruh Negara di dunia, bahwa
kesadarandemokrasi serta implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan basis
filsafat bangsa, identitas nasional kenyataan dan pengalaman sejarah bangsa tersebut , serta
dasar-dasar kemanusiaan dan keberadaban. Oleh karena itu, dengan pendidikan
kewarganegaraan diharapkan para intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai
warga negara yangdemokratis, religius, berkemanusiaan dan beradab.

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

• Sebelum Proklamasi Kemerdekaan

Pada jaman Hindia Belanda di kenal dengan nama “Burgerkunde”. Pada


waktu itu ada 2 buku resmi yang digunakan, yaitu :
a. Indische Burerschapkunde, yang di bicarakan dalam buku tersebut, masalah masyarakat
pribumi. Pengaruh barat, bidang sosial, ekonomi, hukum, ketatanegaraan dan kebudayaan,
masalah pertanian, masalah perburuhan. Kaum menengah dalam industri dan
perdagangan, terbentuknya dewan rakyat, masalah pendidikan, kesehatan masyarakat,
pajak, tentara dan angkatan laut.

b.Rech en Plich (Bambang Daroeso, 1986: 8-9) karangan J.B. Vortman yang dibicarakan
dalam buku tersebut yaitu :Badan pribadi yang mengutarakan masyarakat dimana kita
hidup, obyek hukum dimana dib icarakan eigondom eropah dan hak-hak atas tanah.
Masalah kedaulatan raja terhadap kewajibankewajiban warga negara dalam perinta Hindia
Belanda. Masalah UndangUndang, sejarah alat pembayaran dan kesejahteraaan

Adapun tujuan dari buku tersebut, yakni: agar rakyat jajahan lebih memahami hak
dan kewajibannya terhadap pemerintah Hindia Belanda, sehingga diharapkan tidak
menganggap pemerintah belanda sebagai musuh tetapi justru memberikan dukungan dengan
penuh kesadaran dalam jangka waktu yang panjang.
Pada tahun 1932 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan yang disetujui
Volksraad, bahwa setiap ugru harus memiliki izin. Dalam pertimbangannya adalah banyak
guru sekolah partikelir bukanlah lulusan sekolah guru, dan yang berhak mengajar hanyalah
lulusan sekolah guru. Sedangkan lewat pendidikan non-formal terutama dilakukan oleh para
tokoh pergerakan nasional yakni bung Karno dan Bung Hatta. Pelaksanaan pendidikan politik
baik yang dilakukan oleh guru-guru sekolah partikelir maupun yang dilakukan para tokoh
pergerakan nasional, pada prinsipnya dapat di nyatakan sebagai “cikal bakal” pendidikan
politik atau PKn di Jaman Indonesia merdeka.

• Sesudah Proklamasi kemerdekaan

Gambaran Nu’man Somantri (1976: 34-35), yakni :

a.Kewarganegaraan (1957) Isi pelajaran kewarganegaraan adalah membahas cara


memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan.

b. Civics (1961) Isi civics banyak membahas tentang sejarah kebangkitan nasional . Uud,
pidato -pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk “nation and character
building” Bangsa Indonesia seperti pada waktu pelaksanaan civics di America pada tahun-
tahun setelah declaration of Independence Amerika

c.Pendidikan Kewargaan Negara (1968) Diberlakukannya kurikulum 1975, PKn pada


prinsipnya merupakan unsur dari PMP. Lahirnya UU no.2 Tahun 1989 tentang SPN
(Sistem Pendidikan Nasional). menunjuk pasal 39 ayat 2, yang menentukan bahwa PKn
bersama dengan pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama harus di muat dalam
kurikulum semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan maka PKn akan mengalami
perkembangan lagi.

Menurut Ali Emran (1976: 4) isi PKn meliputi : 1) 2)

1) Untuk SD : pengetahuan Kewargaan negara, sejarah Indonesia, ilmu Bumi.


2) Untuk SMP : Sejarah kebangsaan, kejadian setelah kemerdekaan, UUD 1945,
Pancasila, Ketetapan MPRs.
3) Untuk SMA : Uraian pasal-pasal dari UUD 1945 yang dihubungkan dengan
tatanegara, sejarah, ilmu bumi dan ekonomi.

Tahun 1970 PKn difusikan ke dalam mata pelajaran IPS. Tahun 1972, dalam
seminar di Tawangmangu Surakarta, menetapkan istlah ilmu kewargaan Negara (IKN)
sebagai pengganti CIVICS, dan pendidikan Kewargaan Negara (PKn) sebagai istilah civic
Education.
Dengan demikian, IKN lebih bersifat teoritis dan PKn lebih bersifat praktis antara
keduanya merupakan kesatuan tak terpisahkan, karna perkembangan PKn sangat tergantung
pada perkembangan IKN.

d. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) Menurut Kurikulum 1994.


Kurikulum 1994 mengintegrasikan antara pengajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dengan nama mata pelajaran PPKn.

Perkembangan PKn pada masa transisi Demokrasi

Perkembangan PKn pada era Orde Baru, ternyata lebih ditentukan faktor
kepentingan untuk membangun negara (state Building) ketimbang untuk membangun bangsa
(Nation Building). Hal tersebut di sebabkan karena :

1) Kemerosotan nilai estetika dan moral para penyelenggara negara yang sudah
kehilangan semangat pengabdian, pengorbanan kejujuran dan keikhlasan.
2) Hukum lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat keadilan dan kebenaran.
3) Fandalisme, paternalisme dan absolutisme
4) Posisi dan peran ABRI lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat negara
untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat.

Kondisi di atas berpengaruh pada perubahan kurikulum PPKn dan pelaksanaan


pengajarannya di lapangan yang lebih menekankan untuk mendukung status quo atau
legitimasi dan pembenaran (justifikasi) berbagai kebijakan rezim orba dari pada untuk
meningkatkan pemberdayaan warga Negara dalam berhubungan dengan negara. Dalam era
reformasi, tantangan PPKn semakin berat. P4 dipermasalahkan substansinya, karena tidak
memberikan gambaran yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai satu kesatuan. Dengan
adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah dengan UU No. 2 tahun 2003 tidak
dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila, sehingga tinggal Pendidikan
Kewarganegaraan. Begitu pula kurikulum 2004 memperkenalkan istilah Pengganti PPKn
dengan kewarganegaraan / pendidikan kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti
dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan
moral.

Secara umum, berikut ini disebutkan secara kronologis sejarah timbulnya pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia. Dalam tatanan kurikulum pendidikan nasional terdapat mata
pelajaran yang secara khusus mengembanisasi demokrasi diIndonesia, yakni :

1. Pendidikan kemasyarakatan yang merupakan integrasi negara , ilmu bumi, dan


kewarganegaraan ( 1954 )

2. Civics ( 1957/1962 )

3. Ditingkat perguruan tingi pernah ada mata kuliah Manipol dan USDEK, Pancasila dan
UUD 1945 ( 1960-an)

4. Filsafat Pancasila ( 1970- sampai sekarang )

5. Pendidikan kewarganegaraan civics dan hukum ( 1973 )

6. Pendidikan moral atau PMP ( 1975 /1984 )

7. Pendidikan kewiraan ( 1989-1990-an)

8. Dan pendidikan kewarganegaraan ( 2000-sekarang)


Ada lagi Perkembangan ilmu Pendidikan Kewarganegaraan menurut sumber lain,
yaitu :

a. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program kurikuler dimulai dengan


diintroduksikannya mata pelajaran Civics dalam kurikulum SMA (1962) yang berisikan
materi tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (Dept.
P&K: 1962).

b. Dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 istilah Civics dan pendidikan kewargaan negara
digunakan secara bertukar-pakai (interchangeably).

 Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara Di


dalamnya tercakup sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan Civics
(diterjemahkan sebagai pengetahuan kewargaan negara).
 Kurikulum SMP 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewarganegaraan Negara
Berisikan sejarah Indonesia dan Konstitusi termasuk UUD 1945.
 Kurikulum SMA 1968 terdapat mata pelajaran Kewargaan Negara yang berisikan
materi, terutama yang berkenaan dengan UUD 1945.
 Kurikulum SPG 1969 mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang isinya
terutama berkenaan dengan sejarah Indonesia, konstitusi, pengetahuan
kemasyarakatan dan asasi manusia.

c. Pada kurikulum 1975 istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi Pendidikan
Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan dalam
pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila atau P4.

d. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan


Nasional kemudian diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan atau PPKn.

e. Tahun 1975/1976 muncul mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang visi dan
misinya berorientasi pada value inculcationdengan muatan nilainilai Pancasila dan UUD
1945. Berubahnya Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) menjadi Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) baik menurut Kurikulum tahun 1975/1976 maupun Kurikulum tahun
1984 antara lain karena belum berkembangnya paradigma civic aducation yang melandasi
dan memadu pengembangan kurikulum.

f. Kemudian Kurikulum PMP 1984 menjadi Kurikulum Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan (PPKn) tahun 1994, akan tetapinuansa paradigmatik civic education-
nya juga belum terasa. Sepertinya pendidikan moral Pancasila yang disampaikan melalui
PPKn di sekolah dan penataran P-4 di berbagai lapisan masyarakat nyaris tanpa bekas dan
tanpa makna (meaningless).

g. Dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah dengan UU No. 2 tahun
2003 tidak dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila, sehingga tinggal Pendidikan
Kewarganegaraan. Begitu pula kurikulum 2004 memperkenalkan istilah Pengganti PPKn
dengan kewarganegaraan atau pendidikan kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga
diikuti dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik,
hukum dan moral.

h. Pasal 37 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


dinyatakan bahwa “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat ..
pendidikan kewarganegaraan . .... Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat ...
pendidikan kewarganegaraan

i. Penjelasan atas pasal 37 yaitu pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk


membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air.

j. Pasal 9 Undang-undang No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menyatakan ...”


Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), diselenggarakan melalui ... pendidikan kewarganegaraan”

k. Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa ... “Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945 ..”

l. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional


Republik Lndonesia Nomor: 43/Dikti/Kep/2006 Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan
Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian Di Perguruan Tinggi menyatakan
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan termasuk matakuliah pengembangan kepribadian
yang memiliki kompetensi dasar agar mahasiswa menjadi ilmuwan dan profesional yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, menjadi warga
negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.

Manfaat yang bisa diperoleh dari mempelajari Civic Education adalah :

1. Civic Education tidak hanya sekadar melayani kebutuhan-kebutuhan warga dalam


memahami masalah-masalah sosial politik yang terjadi , tetapi lebih dari itu. Ia pun
memberikan informasi dan wawasan tentang berbagai hal menyangkut cara-cara
penyelesaian masalah . dalam kontek ini, civic education juga menjanjikan civic
knowledge yang tidak saja menawarkan solusi alternatif, tetapi juga sangat terbuka dengan
kritik (kontruktif).

2. Kedua, Civic education dirasakan sebagai sebuah kebutuhan mendesak karena merupakan
sebuah proses yang mempersiapkan partisipasi rakyat untuk terlibat secara aktif dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis. Pendidikan yang bersifat
demokratis, harus memiliki tujuan menghasilkan lulusan yang mampu berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan
kebijakan publik. Dengan kata lain,pendidikan harus mampu menanamkan kesadaran dan
membekali pengetahuana akan peran warga dalam masyarakat demokratis. Guna
membangun masyarakat yang demokratis diperlukan pendidikan agar warganya dapat
mengkritisi dan memahami permasalahan yang ada.

Kompetensi Dasar dan Tujuan Civic Education Dalam pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan, kompetensi dasar atau

yang sering disebut kompetensi minimal terdiri dari tiga jenis, yaitu :

1. Kecakapan dan kemampuan penguasaan pengetahuan kewarganegaraan ( Civic


Knowledge) yang terkait dengan materi inti Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education) antara lain demokrasi, hak asasi manusia dan masyarakat madani (Civil
Society )

2. Kecakapan dan kemampuan sikap kewarganegaraan ( Civic Dispositions) antara lain


pengakuan kesetaraan, toleransi, kebersamaan, pengakuan keragaman, kepekaan terhadap
masalah warga negara antara lain masalah demokrasi dan hak asasi manusia; dan

3. Kecakapan dan kemampuan mengartikulasikan keterampilan kewarganegaraan ( Civil


Skills) seperti kemampuan berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan publik,
kemampuan melakukan kontrol terhadap penyelenggara negara dan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai