Anda di halaman 1dari 10

Sabda, Volume Q, Tahun 2013; 73-82 ISSN 1410 -7910

PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI


PENANGKAPAN IKAN PADA MASYARAKAT NELAYAN Studi Kasus Di
Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aeeh
Teuku Muhammad Faisal Program Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas

Diponegoro

Abstract
In fishing communities, fishing activities are strongly influenced by local culture. The communities use
{heir hiowledge of local, social, cultural, religious system to labor at seas. The knowledge involves the
use of technology, including charts and fishing boats which have been used for generations to survive
households from poverty and vulnerability.

Keywords '.fishing communities, social and cultural system, Pidie Jaya


I. Pendahuluaa alat tangkap atau buruh yang berusaha
semata-mata pada sektor perikanan tanpa
Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di memiliki usaha yang lain.
tepi-tepi laut terutama di kawasm pesisir pantai b. Nelayan Sambilan, yaitu nelayan yang
barat Sumatera bermata pencaharian sebagai memiliki alat penangkapan atau juga sebagai
nelayan. Sebagian besar menggunakan teknologi buruh pada saat tertentu melakukan kegiatan
penangkapan ikan yang masih bersifat trdisional pada sektor perikanan di samping usaha lainnya.
dan sebagian kecil memiliki alat penangkapan
yang modem. Secara garis besar nelayan Secara sosial budayadikemukakan bahwa
berdasarkan alat penangkapan ikan dapat masyarakat nelayan memiliki ciri - ciri yang
dibedakan atas dua golongan, yaitu: saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
1. Berdasarkan kepemilikan alat penangkapan, Alasannya adalah (1) terdapat interaksi sosial
nelayan terbagi atas: yang intensif antara warga masyarakat, yang
a. Nelayan pemilih yaitu nelayan yang ditandai dengan efektifnya komunikasi tatap
mempunyai alat penangkapan baik yang muka sehingga terjadi hubungan yang sangat
langsung turun ke laut maupun yang langsung erat antara satu dengan yang lainnya Dengan
menyewakan alat tangkapan kepada orang lain. demikian hal tersebut dapat membangun
b. Nelayan Buruh atau nelayan penggarap, yaitu terjalinnya hubungan kekeluargaan yang
nelayan yang tidak memiliki alat penangkap, didasarkan pada simpati dan bukan berdasarkan
tetapi mereka menyewa alat tangkap dari orang kepada pertimbangan rasional yang berorientasi
lain atau mereka yang menjadi buruh atau kepada untung rugi. (2) bahwa dalam mencari
pekerja pada orang yang mempunyai alat nafkah mereka menonjolkan sifat gotong royong
penangkapan. dan saling membantu. Hal tersebut dapat diamati
2. Berdasarkan sifat kerja nelayan, dapat pada mekanisme menangkap ikan baik dalam
dibedakan atas: cara penangkapan maupun dalam penentuan
a. Nelayan penuh atau nelayan asli, yaitu nelayan daerah operasi (Dirjen Kebudayaan Depdikbud,
baik yang mempunyai

PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI 73


Sabda, Volume 8, Tahun 2013:73-82
1997). Masyarakat nelayan Aceh, khususnya
Artikel ini membahas ten tang pemanfaatan budaya nelayan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya
lokal terhadap teknologi penangkapan ikan pada mengenal beberapa teknik penangkapan ikan
masyarakat nelayan di Kabupaten Pidie Jaya, di laut dan teknik ini diatur dalam Hukum
Provinsi Aceh dan sejauh mana perkembangan Adat Laot, seperti Palong, Pukat Longgm,
budaya lokal yang direspon oleh masyarakat PukatAceh, Perahoe, Jalo, Jeue, Jareng,
nelayan terhadap teknologi penangkapan ikan Ruleue, Kawego, Kawetieh Geurungom,
sehingga para nelayan dapat memanfaatkan Bube, Sawold Sareng, Jang, Jeureumai
teknologi tersebut dengan mengikuti perkembangan danNyap.
zaman moderen. Palong adalah alat tangkap sejenis jaring
berbentuk persegi panjang yang
2. Pembahasan dibentangkan secara horisontal dengan kayu
atau bambu sebagai kerangkanya. Palong
2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Pidie
dibangun di atas perahu atau didirikan di
Jaya
tengah laut. Di Aceh Selatan disebut Bagan.
Kabupaten Pidie Jaya terletak pada koordinat Jenis-jenis ikan yang ditangkap antara lan:
60"10'-50°30' Lintang Utara dan 450097"-96fl35' hileh t>u (ten nasi), suree (tongkol), noh
Bujur Timur mempakan pemekaran dari Kabupaten (axri-cumi).
Pidie dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 Pukat (beach seine) dioperasikan di daerah
mencapai 139.779 jiwa yang terdiri dari laki-laki pantai atau sekitar muara. Pukat digunakan
65.117 jiwa atau 46,59% dan perempuan 74.662 j dalam dua cara: 1) laboh darat:
iwa atau 53,41 %. menggiring dan menarik pukat yang
Luas wilayah Kabupaten Pidie Jaya secara direntangkan di laut ke arah pantai. Pukat ini
keseluruhan mencapai 1.162,84 km2 atau 116,284 hanya bisa digunakan pada pantai tak
hektar, dengan batas-batasnyasebagai berikut: berkarang dan hanya boleh dilakukan di
1. Sebelah Utara dengan Selat Malaka; lokasi-lokasi tertentu yang telah ditetapkan
2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pidie; oleh Panglima Laot, yang disebut Iheun; dan
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Bireuen; dan 2) laboh loot melabuh pukat di tengah laut
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Pidie. atau biasa disebut meupayang. Seringkai
dilakukan pada saat musim ombak besar
Kota Meureudu merupakan ibukota Kabupaten Pidie
sehingga suiit melabuh pukat di pantai.
Jaya. Kota ini terletak di pesisir timur Kabupaten Pidie
Seringkali pula dilakukan pada saat musim
Jaya. Sektor perikanan laut dan budidaya sangat bagus di
ikan pelagis
Pidie Jaya untuk dikembangkan (Dishubkominfo Provinsi
('http://panglimalaotaceh.org/artikel/. 2011).
Aceh,2009), ^3
Kegiatan nelayan di Kabupaten Pidie Jaya
2.2 Tradisi dengan Teknologi Menangkap umumnya dilakukan secara berkelompok
(Meupayang) Masyarakat Nelayan di Pidie Jaya tetapi ada juga yang melakukannya secara
yang Dipengaruhi oteh Budaya Lokal perorangan. Kegiatan tersebut sebagian besar
dilakukan oleh laki laki yang berumur di atas
15 tahun.

Musim dan Cuaca


Pengetahuan nelayan terhadap kondisi cuaca
sangat penting untuk keberhasilan mereka
dalam menangkap

74 PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI


Sabda, Volume 8, Tahun 2013 : 73-82
ikan dan untuk keselamatan mereka dalam Angin timur dan angin selatan tidak begitu
mencari ikan di taut. Seorang pawang mengganggu atau menyulitkan nelayan
mempunyai pengetahuan yang lebih karena angin ini hanya berhembus
mengenai kondisi cuaca sebagai pedoman perlahan-lahan.
bagi para nelayan untuk turun kelaut. Apabila bulan baru muncul maka arus air
Pada masyarakat nelayan Piidie Jaya, akan bergelombang atau arus air berjalan di
kondisi cuaca yang baik untuk pergi melaut dalam laut sedangkan kalau bulan akan
adalah apabila langit di laut cerah dan terbenam maka arus air akan tenang dan
bersih, tetapi apabila di laut gelap maka biasanya arus air itu selalu berlawanan
nelayan tidak akan perg ke laut dikarenakan dengan arah angin.
diperkirakan akan turun hujan dan terjadi Selain hal tersebut di atas, letak awaa yang
badai sehingga dapat membahayakan berbedapun akan mempengaruhi datangnya
keselamatan nelayan itu sendiri. badai. Apabila awan terletak di arah selatan
Selain itu juga dengan melihat bintang pada matahari terbit menandakan badai akan
malam hari. Apabila bintang banyak dan bertiup dari selatan, sebaliknya bila awan
ada diantaranya yang masuk ke dalam terletak di bagian barat matahari maka badai
lingkaran bulan maka diperkirakan hari juga akan datang dari arah barat. Bila awan
tersebut baik untuk pergi melaut. berada tepat di atas matahari Juga akan
Menurut hasil wawancara diketahui bahwa menandakan akan datangnya badai. Tetapi
apabila bintang kalo yaitu rasi bintang yang tidak semua awan yang berada di dekat
berbentuk kalajengking yang letaknya matahari akan mendatangkan badai dan
berdekatan dengan bulan muncul maka cuaca buruk, seperti awan yang tergantung
sebagai pertanda kondisi cuaca akan buruk dekat di atas matahari yang akan tenggelam.
atau badai akan datang. Hal ini menandakan kondisi cuaca akan
Selain itu gejala akan terjadinyabadai baik karena angin yang sedang berhembus
adalah langit tertutup awan hitam, akan reda. Kemudian dari letak bintang
gelombang air laut tinggi dan angin bertiup apabila muncul bintang timur akan
sangat kencang, Terjadinya pergeseran menandakan kondisi cuaca yang baik.
bulan dan bintang yang seakan-akan sal ing Musim ikan biasanya tidak sepanjang tahun.
bertabrakan menandakan juga akan Dalam satu tahun sekitar bulan April
terjadinya cuaca yang buruk. sampai dengan bulan Agustus menandakan
Selain bintang, pertanda lainnya untuk bahwa produksi ikan melimpah yang
dapat melaksanakan kegiatan melaut adalah diperoleh oleh nelayan. Untuk bulan lainnya
perputaran angin yang lebih dikenal dengan biasanya perolehan ikan sulit didapat.
angin utara dan angin barat. Angin ini Pertanda akan musim ikan berlimpah adalah
muncul pada malam hari yang berhembus bergerombolnya awan besar di atas
dari utara atau barat dengan kecepatan yang permukaan laut dengan berbagai ikan
sangat tinggi yang mengakibatkan cuaca seperti ikan tongkol dan tuna Selain itu
akan berubah menjadi buruk sehingga adanya gerombolan elang laut yang sedang
mengakibatkan ombak yang sangat tinggi berputar-putar di atas permukaan laut
serta arus air akan kencang sehingga akan menandakan bahwa di sekitar atau di bawah
mempengaruhi proses penangkapan ikan. permukaan laut terdapat banyak jenis ikan
seperti ikan-ikan kecil (ikan teri).
Untuk menghindari terjadinya cuaca

PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI 75


$abda, Volume 8, Tahun 2013 : 73-82
yang buruk ketika melaut maka tungganai bagan tidak berputar apabila ada angin
biasanya menyuruh kepada awak kapal supaya yang berhembus atau ada gelombang yang
berlabuh ke pulau terdekat dan kalau tidak besar.
sempat maka terpaksa mencari pengamanan Jangkar ini dilengkapi dengan tali yang
sendiri dengan cara memakai pelampung atau berguna untuk menurunkan dan menaikkan
jerigen untuk berenang. yang terbuat dari benang nilon. Peralatan
lainnya yang sangat penting adalah Iampu
2.4 Teknologi Penangkapan Ikan TL neon. Lampu TL neon ini berbentuk
Dalam menangkap ikan dengan palong (bagan) bulat sebanyak 1 GO-ISO buah. Nelayan
banyak peralatan yang dibutuhkan nelayan untuk menggunakan Iampu TL neon ini karena
dapat memperoleh hasil tangkapan yang banyak. sewaktu ikan sudah berada di atas waring
Peralatan dalam membagan tidak hanya membagi dan lampu dimatikan satu persatu ikan
peralatan intinya saja seperti waring sebagai alat tersebut tidak terkejut dan tidak akan lari
utama dalam penangkapan ikan, tetapi juga ada sebab dengan memakai Iampu bulat tersebut
peralatan pendukung lainnya yang memiliki apabila dimatikan jarak antara Iampu yang
peran penting dalam penangkapan ikan. Peralatan satu dengan Iampu lainnya tidak terlalu
waring berbentuk segi empat bujur sangkar yang jauh. Lampu TL neon ini berjumlah sekitar
ukurannya berkisar 18-20 m. 100-150 buah yang disesuaikan dengan
Waring berbentuk segi empat bujur sangkar besarnya cagak atau kayu yang
dikarenakan harus disesuaikan dengan bentuk dipergunakan untuk meletakkan lampuTI
dan ukuran lengan bagan atau palong (dalam neon tersebut.
bahasa aceh) yang sekaligus dijadikan sebagai Lampu neon ini mempunyai kekuatan 32
cadik dan ukuran cadik tersebut berbentuk bujur watt yang disesuaikan dengan besarnya
sangkar, sedangkan ukuran waring disesuaikan ember atau kuali yang dipergunakan untuk
dengan besarnya bagan. Kalau bagannya besar meletakkan Iampu TL neon tersebut.
misal panjangnya 20 m dan lebamya 4 m maka Lampu TL neon ini ditempetkan pada ember
biasanya waringnya berukuran 20 x20 m dan atau kuali dengan cara mengikatkannya dan
kalau bagannya berukuran panjang 12 m dan kemudian turo diikatkan pada cagak atau
lebar 2 m maka ukuran watingnya. 18x18 m, kayuyangtelahdisediakan.
sedangkan panjang ke bawahnya tidak Peralatan yang paling penting lainnya
ditentukan. Hal tersebut tergantung kemauan adalah Jaring. Jaring yang diperguakan
orang yang mempunyai waring. untuk menangkap ikan ini panjangnya lebih
Peralatan lainnya adalah jangkar, iampu TL neon. kurang 800-1000 m, 400 in di sebelah kiri
Jangkar tersebut terbuat dari besi yang memiliki dan 400 m di sebelah kanan. Panjang jaring
dua buah ujung yang berbentuk sebuah kail. ini disesuaikan dengan kemampuan orang
Jangkar berbentuk kail agar kalau jangkar yang memiliki jaring tersebut Jaring ini
dijatuhkan ke dasar laut maka akan tersangkut di bentuknya seperti celana panjang yang
batu karang. Jangkar ini berfungsi untuk mempunyai dua buah kaki dan di
menahan bagan supaya tetap di tempat dan tengah-tengahnya dibuat seperti pinggang
jangkar ini diletakkan atau diikatkan di kepala celana supaya ikan akan terkumpul di
bagan supaya dalamnya dan pada waktu menariknya ikan
ini tidak akan keluar.
Menangkap ikan dengan memukat
menggunakan peralatan yaitu jaring dan
sebuah perahu kecil. Jaring yang
dipergunakan panjangnya lebih kurang

76 PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI


Sabda, Volume 8. Tahun 2013: 73-82
300 m. Panjang jaring tidak ditentukan matanya memiliki panjang 25-20 cm dan
secara pasti, di mana hal tersebut tergantung lebamya kira-kira 5 cm, sedangkan jaring yang
kepada orang yang mempunyai jaring jahitannya kasar ukuran matanya memiliki
tersebut. Pada masyarakat Pidie Jaya jaring panjang 50-60 cm dan lebar 10cm. Untuk jahitan
yang dipergunakan oleh nelayan untuk yang kasar adalah untuk menangkap ikan yang
menangkap ikan rata-rata panjangnya 300m besar-besar sepeni ikan suree (tongkol), noh
(DKPPidie Jaya, 2010). (cumi-cumi), sedangkan jahitan yang halus atau
Jaring ini biasanya ditambah lagi dengan rapat adalah untuk menangkap ikan yang
tali yang panjangnya 200 m dan tali ini kecil-kecil seperti udeung sabee (rebon), hileh
adalah sebagai penarik jaring ke tepi laut bu (teri nasi).
yang panjangnya 100 m di sebelah kiri dan Penangkapan ikan dengan menjaring
100 m di sebelah kanan. Tali ini sama mempergunakan sebuah perahu yang panjangya
panjang dikarenakan ketika akan menarik lebih kurang 4 m dan lebamya 1 m. Perahu yang
jaring ke tepi harus sama serentak antara banyak digunakan oleh masyarakat nelayan
orang yang menarik di sebelah kiri dengan Pidie Jaya saat ini sudah banyak memakai mesin
onmg yang disebelah kanan dari orang yang perahu/mesin tempel. Sebelum memakai mesin
memberikan aba-abaditengahlaut. tempel, masyarakat nelayan Pidie Jayadalam
Peralatan lain yang diperlukan adalah menjalankan perahu memakai mesin untuk
sebuah perahu yang didayung, Perahu ini pengukur kelapa yang diengkol atau ditarik
panjangnya 5 m dan lebar 1 m. Perahu ini (DKP Pidie Jaya 2010).
berfungsi untuk membawa jaring ke tengah
laut dan kemudian dengan perahu tersebut, 2.5 Sistem Kepercayaan pantangao dalam
nelayan akan kembali ke tengah laut untuk Masyarakat Nelayan
memberikan aba-aba kepada orang yang
Dalam melaksanakan akti vitas penangkapan
berada di tepi pantai untuk menarik jaring
tersebut, Orang yang berada di tengah laut ikan masyarakat nelayan Pidie Jaya menganut
memberikan aba-aba dengan menggunakan kepercayaan dan pantangan yang tidak boleh
dilakukan oleh para nelayan. Seperti hari Jumat,
dayung yaitu apabila tarikan orang yang di
ada empat alasan mengapa hari Jumat ditetapkan
tepi pantai yang di sebelah kanan perahu
sebagai hari pantang melaut bagi nelayan Aceh
cepat maka la akan mengangkat dayungnya
khuzusnya nelayan di Pidie Jaya. Pertama karena
dengan tangan kanan. Hal tersebut sebagai
pertanda bagi orang yang di sebelah kiri tepi alasan religius- Bagi nelayan yang muslim, hari
pantai untuk mempercepat tarikannya, libur melaut itu mereka manfaatkan untuk
menunaikan kewajiban shalat Jumat berjamaah.
sehingga penarikan jaring akan sama lagi
Kalau nelayan tetap melaut hampir tak mungkin
dan begitujuga sebaliknya sampai jaring
bagi mereka menunaikan shalat Jumat secara
terbawa seluruhnya ke tepi pantai.
berjamaah tepat wdktu (Abdullah, 2010).
Teknologi pada penangkapan ikan
menjaring menggunakan peralatan jaring Alasan kedua karena pertimbangan. ekologis.
dan perahu. Jaring yang selalu Dihampirkan dalam seminggu harus ada satu
hari di mana seluruh biota laut hidup tenang
dipergunakan oleh masyarakat nelayan
tanpa diusik oleh para
Pidie Jaya adalah yang berukuran 100-200
m. Jaring ini ada yang jahitannya halus dan
kasar. Jaring yang halus ukuran

PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI 77


Sabda, Volume 8, Tahun 2013: 73-82
nelayan, sehingga memungkinkan ikan, udang tetapi disimpan di kas yang dipegang oleh toke.
dan lainnya berpijah- Masa tenang itu ditetapkan Pembagian hasil tangkapan secara kesehiruhan
hari Jumat Ketiga, karena alasan reparasi. Hari dilakukan pada hari berikutnya setelah ikannya
tidakmelaut itu, bisa digunakan para nelayan dibeli semua oleh agen atau pembeli. Sebelum
untuk memperbaiki jala, jaing, pukal perahu atau hasil dibagikan, terlebih dahulu potong
boatnya sehingga ketika turun rnelaut lagi biaya-biaya yang sebelumnya seperti biaya BBM,
kondisi alat-alat tangkapnya dalam keadaan makanan dan minum dan perbaikan-perbaikan
prima. lainnya. Setelah semua biaya yang terpakai
Pada masa mereparasi alat tangkap itu biasanya terpotong; maka uang yang tersisa dibagi dua,
terjalin pula nilai-mlai komunal (kerja sama atau setengah untuk pemilik bagan atau te kryi
kegotong-royongan), sebab pekerjaan (pemilik modal) dan setengah lagi untuk anggota
memperbaiki alat tangkap itu biasanya dilakukan bagan. Hasil keseluruhan dibagi dua dulu karena
bersama-sama oleh kelompok nelayan sebeldm yang menyediakan semua peralatan dan makanan
waktu shatat Jumat tiba. Inilah alaSBrt keempat. adalah toke taped kemudian dari separuh untuk
mengapa Jumat ditetapk&fl sebagai hari pantang anggota tersebut dibagi sama rata.
meiaul hagi •»eluruh nclinan •\celi unuiniin.i Untuk pembagian hasi! tangkapan ikan nieliilui
Jan diharapkJn iuga hahwa dengan adanva hari akiivitas penangkupan ikan memikut i.tiin
lihur ini memungkinkan para nelayan dapat nicn|arin^ hia,san\ii ikan-ikiin Jnii<t,sukkan kc
berkumpul kembali dengan keluarganya. setelah dalani ember alau keraniang dan hid^amu sudah
hari-hari melaut (Abdullah, 2010). ada agen-agen kei-il >ang menunggu untuk
membelinya langsung. Setelah ikan di jual maka
2.6 Huhungan Teknologi dan Budaya hasilnya langsung dibagi sama rata.
Penangkapan ikan dengan Pemasaran Ikan
Dalam Peningkatan TarafHidup Ekonomi 2.6.2 Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan
Masyarakat (TPI)
2.6.1 Pembagian hasil ikan Umumnya masyarakat nelayan di Pidie Jaya
memasarkan ikan langsung ke TPI (Tempat
Hasil tangkapan ikan yang diperoleh langsung Pelelangan Ikan), namun ada juga pembeli
dibawa ke tempat pendaratan ikan tradisional (konsumen) yang membeli ikan ke Pasar Ikan
dan di sana sudah ada agen atau pembeli yang yang ada di Kota Kecamatan yang sudah dibeli
menanti. Biasanya agen-agen tersebut telah oleh penjual ikan dari agen di TPI (Tempat
ditentukan oleh toice (pemilik modal). Alasan Pelelangan Ikan).
lain nelayan menjual ikan di tempat pendaratan
ikan tradisional karena semua jenis ikan dapat 2.6.3 Pen garuh Budaya Lokal Setempat
diterima baik besar maupun kecil, begitu juga Terhadap Usaha Pemberdayaan
dengan jenis-jenisnya. Setelah ikan diberikan
kepada agen kemudian kapal (bagan/palong) Dengan asumsi tiap rumah tangga nelayan
dibawa kembali ke tepi pantai Kabupaten Pidie memiliki 6 jiwa maka sekurang-kurangnya
Jaya. Setelah tiba di tepi lalu diikatkan dan terdapat 12 juta jiwa yang menggantungkan
kemudim dibersihkan karena setelah menangkap hidupnya sehari-hari pada sumber daya laut
ikan perahunya bau anyir. termasuk pesisir tentunya. Mereka pada umumnya
Ikan yang telah dijual dari setiap kali membagan mendiami daerah kepulauan, sepanjang pesisir
uangnya tidak langsung dibagikan termasuk danau dan sepanjang aliran sungai.
Penduduk tersebut tidak seluruhnya
menggantungkan hidupnya dari kegiatan
menangkap ikan akan tetapi

78 PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI


Sabda, Volume 8, Tahun 2013 : 73-82
iTiasib ada bidang bidang lain seperti usaha kelautan dan pesisir. Masalah pembangunan
pariwisata bahari, pengangkutan antar pulau nelayan adalah masalah manajemen
danau dan penyeberangan, pedagang pengembangan masyarakat pesisir yang meliputi
perantara/eceran hasil tangkapan nelayan, penjaga tiga masalah yaitu: masalah sosial ekonomi
keamanan laut, penambangan lepas pantai dan rumah tangga nelayan, masalah kenapa mereka
usaha-usaha lainnya yang berhubungan dengan miskin dan selanjutnya bentuk intervensi yang
laut dan pesisir (Zamzami,2007). bagaimana diperlukan. Selanjutnya jika
Sudah sejak dari dahulu sampai sekarang nelayan didasarkan pada dimensi waktu maka kebijakan
hidup dalarn suatu organisasi kerja secara turun pembangunan rumah tangga nelayan dibagi
temurun tidak mengalami perubahan yang berarti. menjadi tiga dimensi waktu yaiu kebijakan
Kelas pemilik sebagai juragan kesejahteraannya jangka panjang, jangka menengah dan jangka
relatif lebih baik karena menguasai faktor pendek
produksi seperti kapa], mesin alat tangkap Masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang
maupun faktor pendukungnya seperti es. garam merupakan wilayah baru dari hasil pemekaran
dan lainnya. Kelas lainnva yang merupakan kabupaten Pidie ini sebagian besar hekerfa
niayoritas .idalah pekerjaataupenerima upahdari sebagai netayan dikarenakan mereka tinggal di
pemilik taklor produksi dan kaiaupun mereka daerah yang paling Jekal dengan lepi panliii. Dari
mengusahakan sendiri faktor/alat produksinya sumber data nelayan DKP Pidie Jaya (2010) yang
masih sangat konvensional, sehingga diperoleh oleh penults. diketahui bahwa
produktivitasnya tidak berkembang. Kelompok masyarakat yang bekerja, sebagai nelayan
inilah yang terus berhadapan dan digeluti oleh disebabkan daerah ini dekat dengan pantai dan
kemiskinan (Kusnadi, 2005). mereka tidak mempunyai keahlian daiam bidang
Zamzami(2007) juga menyebutkan bahwa rumah lainnya. Nelayan yang sudah tua pun banyak
tangga nelayan pada umunnya memiliki yang masih melaut dikarenakan sudah tidak ada
persoalan yang lebih kompiek dibandingkan pekerjaan yang lain yang dapat mereka lakukan
dengan rumah tangga pertanian. Rumah tangga dan masih mempunyai kemampuanpergi kelaut.
nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan
wilayah pesisir dan lautan common properti 2.6.4 Peran Istri Nelayan dalam Menuiiiang
sebagai faktor produksi, jam kerja yang harus Ekononii Rumeh Tangga di Kabupaten Pidie
mengikuti siklus bulan yaitu dalam 30 hari satu Jaya
bulan yang dapat dimanfaatkan untuk melaut
Perempuan nelayan adalah suatu istilah untuk
hanya 20 hari sisanya mereka relatif menganggur.
perempuan yang hidup di lingkungan keluarga
Selain daripada itu pekerjaan menangkap ikan
nelayan, baik sebagai istri maupun anak dari
adalah merupakan pekerjaan yang penuh resiko
nelayan pria. Kaum perempuan di keluarga
dan umumnya karena itu hanya dapat dikerjakan
nelayan umumnya terlibat dengan aktif mencari
oleh lelaki. Hal ini mengandung arti keluarga
nafkah untuk keluarganya. Selama ini perempuan
yang lain tidak dapat membantu secara penuh.
nelayan bekerja menjadi pengumpul
Dengan persoalan yang demikian tentunya harus
kerang-kerangan, pengolah hasil ikan, pembersih
dipahami bahwa rumah tangga nelayan
perahu yang baru mendarat, pengumpul nener,
memerlukan perhatian yang multi dimensi.
membuat/memperbaiki jaring, pedagang ikan dan
Tantangan yang terbesar adalah bagaimana
membuka warung. Namun peran perempuan di
membangun sektor ini agar dapat mengangkat
lingkungan nelayan ini belum dianggap berarti,
harkat dan martabat kehidupan masyarakat
sebagai penghasil pendapatan keluarga pun
nelayan maupun masyarakat lainnya yang terkait
dianggap income tambahan. Selain itu perempuan
dengan sumber daya
nelayan pun menanggung resiko tinggi akibat

PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI 79


Sabda, Volume Q, Tahun 2013 : 73-82
tingginya kecelakaan kerja di usaha penangkapan nonformal. Formal seperti LSM Yayasan Citra.
ikan laut ini (Zamzami,2007). Desa Indonesia (YCDI), namun tidak begitu
Pengalaman menunjukan bahwa pemberdayaan berpengaruh kepada masyarakat tersebut, di mana
wanita nelayan dalam pembangunan kelautan dan lebih aktif organisasi yang terbentuk secara
perikanan sulit dikembangkan, hal ini disebabkan swadaya atau disebut kelompok sosial. Kelompok
karena kurangnya IPTEK dan kemiskinan yang sosial ini yang mengkoordinir apabila ada terjadi
selalu mendera mereka. Beberapa masalah dalam kecelakaan atau terjadi keterlambatan neiayan
integrasi perempuan nelayan dalam pembangunan untuk pulang dari Jadwal yang sudah ada maka
kelautan dan perikanan antara lain : pendidikan nelayan-nelayan lain dengan sukarela membantu
yang umumya sangat rendah, tenaga perempuan untuk mencari nelayan tersebut. Wadah ini terjadi
sering tidak dinilai, masih adanya nilai-nilai dengan sendirinya tanpa ada yang mendirikan.
sosial budaya masyarakat sebagai penghambat Selain itu juga terdapat tradisional ntuk
berperan sertanya perempuan nelayan secara membantu nelayan lain.
aktif. sedangkan beban kerja perempuan dalam
keluarga cukup tinggi. 3. Simpulan
Dalam masyarakat nelayan Kabupaten pidie Jaya
terutama istri para nelayan berinisiatif bekerja Dari uraian E dapat dilihat bahwa sebagian besar
menambah pendapatan keluarga dipicu oleh masyarakat Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh
kondisi buruk yang selalu dihadapi nelayan bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini
seperti peagumpul kerang-kerangan, pengolah disebabkan oleh faktor geografis di mana wilayah
fosil ikan, pembersih perahu yang harus Kabupaten Pidie Jaya terutama ibu kotanya, kota
mendarat, pengumpul nener, membuat Meureudu yang terletak di Pesisir pantai utara
memperbiki jaring, dagang ikan dan memjangka Aceh yang berhubungan tangsung dengan Selat
warung. Tidak pemah harga ikan hasil tangkapan Malaka dan hampir sebagian besar letak
suami mereka stabil. Selain itu faktor naik geografisnya memanjang di pinggiran pantai yang
turunnya harga ikan, masa-masa paceklik yang merupakan salah satu faktor yang terus
tidak dapat dihindari, maupun tekanan kenaikan dipergunakan untuk kelangsungan hidup
harga-harga kebutuhan pokok, di antaranya harga masyarakat yang ada di Kabupaten Pidie Jaya.
bahan bakar kapal, membuat kehidupan nelayan Nelayan dalam memperoleh hasil tangkapan ikan
tak pernah jauh dari kemiskinan. Dengan modal di laut memiliki budaya dan teknologi
yang terbatas, usaha yang dijalani masih dalam penangkapan ikan yang telah ada sejak nenek
skala rumah tangga. moyangnya yang diwariskan secara turun
Urn urn ny a mereka juga masih berpandangan temurun dari generasi ke generasi dan juga
yang penting adalah sikius hidup dapat dijalani. diperoleh dengan cara mempelajari
Kepasrahan pada keadaan memangmenjadi ciri pengalaman-pengalaman dari orang sebelumnya
khas perempuan nelayan, terlebih di waktu serta nilai-nilai yang beriaku dalam masyarakat
sekarang di mana perolehan ikan suami makin yang tidak terlepas dari budaya lokal yang
berkurang, kualitas ikan kurang baik, sehingga mereka miliki.
perempuan nelayan terpaksa turut andi I berusaha Kapal/boat sebagai salah satu teknologi ikan yang
mencari tambahan penghasilan hanya sekadar dipergunakan oleh nelayan yang ada di
untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Kabupaten Pidie Jaya hampir sebagian besar
Pada masyarakat nelayan Pidie Jaya terdqpat kapal/boat bantuan dari Pemerintah dan
organisasi sosial baik formal maupun NGO-Asing pasca Tsunami 2004. Dengan
adanya boat bantuan ini, maka akan meringankan
nelayan-nelayan yang ada di kabupaten Pidie

80 PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI


Sabda, Volume 8, Tahun 2013 : 73-82
Jaya. pendaratan ikan. Umumnya kondisi ini
Masyarakat Nelayan Kabupaten Pidie Jaya sendiri didapatkan di pantai Lueng Putu Pante Raja,
memiliki sistem pengetahuan terhadap hal yang Trienggadeng dan Meureudu. Sampai saat ini
berhubungan dengan aktivitas penangkapan ikan peran Tempat Pelelangan Ikan Tradisional (TPIT)
di laut. Sistem pengetahuan tersebut berupa sudah mampu meningkatkan perekonomian
informasi mengenai banyaknya produksl ikan di masyarakat nelayan.
beberapa lokasi yang menyebabkan para nelayan Adapun peran dari istri-istri nelayan balk secara
memperoleh hasil ikan yang maksimal, yaitu di swadaya maupun individual dalam berbagai
dekat tubi atau pinggir batu karang yang didiami aktivitas juga memberikan dampak positif dalam
oleh ikan - ikan keel. Untuk ikan besar biasanya mendukung kelangsungan hidup untuk memenuhi
berada di tengah laut. Selain itu, pengetahuan akan kebutuhan sehari-hari. Adanya inisiatif untuk
kondisi cuaca dan musim "•angat mempengaruhi mencari tambahan penghasilan seperti membuka
aktivitas penangkapan kan di laut. Pengetahuan warung makan, membantu usaha suami dalam
tentang kapan waktu •i.urun ke laut dan kembali budidaya laut dan sebagai pengolah ikan.
ke darat juga aempengaruhi aktivitas penangkapan
ikan ^lelayandi Kabupaten Pidie Jaya. DaftarPustaka
Masyarakat nelayan di Kabupaten Pidie Jaya,
secara umum memiliki cara tersendiri dalam Abdullah, A. 2010. Melaut Hari Jumat dalam
tradisi menangkap ikan. Masyarakat nelayan Aceh Lembaga Adat Laot Aceh (Panglima Laot).
mengenat beberapa teknik penangkapan ikan di BandaAceh.
laut dan teknik ini diatur dalam Hukum Adat Laut,
DKP Pidie Jaya. 2010. Data Statistik Produktivitas
seperti Palong, Pukat langgar, Pukat Aceh,
Nelayan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2010. 120
Perahoe, Jalo, Jeue, Jareng Ruleue, Kawego,
halaman. Meureudu.
Kawetieh Geunengom, Bube e, SawoldSmeng,
Jang, Jeureumai, dan Nyap.
Dirjen Kebudayaan Depdikbud. 1997. Budaya
Pelaksanaan aktivitas penangkapan ikan pada
Kerja Nelayan Indonesia di Jawa Timur. Jakarta:
masyarakat Kabupaten Pidie Jaya banyak
CVBuparaNugraha.
dipengaruhi oleh adanya
kepercayaan-kepercayaan dan Dishubkominfo Provinsi Aceh. 2009. Data Profit
pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan Kabupaten/ Kota dalam Provinsi Aceh Tahun
oleh para nelayan seperti larangan melaut di hari 2009. Seksi Bank Data, Bidang Manajemen
Jum'at. Apabila hal tersebut dilakukan maka akan Database, Pelayanan Media dan Informasi.
menimbulkan f.uaca buruk atau badai dan juga BandaAceh.
akan menghalangi rezeki atau tidak akan
inendapatkan ikan. Larangan tersebut berdasarkan Kusnadi. 2005. Akar Kemiskinan Nelayan.
kepercayaan secara religi dan ketetapan dari Yogyakarta:LkiS.
lembaga adat laot yang ada di Aceh yaitu
Panglima Laot. Zamzami, L, dkk. 2007. "Pengaruh Budaya Lokal
Hasil tangkapan ikan yang diperoleh langsung terhadap Teknologi Penangkapan Ikan pada
dibawa ke tempat pelelangan ikan tradisional yang Nelayan di Pasar Laban Kelurahan Bungus
ada di seputaran pantai Kabupaten Pidie Jaya atau Selatan, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota
dipasarkan langsung ke pasar ikan yang ada di Padang". Artikel IlmiahAntropologi. Padang.
kota kecamatan. Namun ada juga pembeli
(konsumen) yang membeli ikan langsung ke kapal http ://pangl imalaotaceh.org/arti ke 1/Peran dan
saat

PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI 81


Sabda, Volume 8, Tahun 2013:73-82

Fungsi Kelembagaan Adat PangHma Laot dalam Pengelolaan


SumberdayaKelautan dan Perikanan. Diakses Senin, 30 Mei
2011pukul20:35wib.

82 PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL TERHADAP TEKNOLOGI

Anda mungkin juga menyukai