STEP 1
1. Floating jaw : rahang yang mengalami pergerakan karena defek pada maxilla.
Pergeseran/ perpisahan antara proc. Alveolaris dan palatum durum
2. Sucking chest wound : udara yang masuk ke rongga pleura dari uadara bebas melalui
lubang pada dinding dada, didapatkan pada pneumothorax. Udara bisa masuk karena
adanya perbedaan tekanan dalam pleura dan atmosfer
3. Somnolen : kesadaran menurun, respon psikomotor terlambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang. Sadar bila dibangunkan, mampu
memberikan jawaban verbal
STEP 2
1. Mengapa didapatkan pasien dalam keadaan somnolen?
2. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada scenario?
3. Mengapa pada pasien didaptkan oedem regio nasal, nafas cuping hidung, mulut tidak
bisa menutup?
4. Mengapa pada pasien terdapat nyeri tekan lepas pada sebelah kanan dan bising usus
melemah pada sebelah kanan?
5. Mengapa pada RT ditemukan feses dan darah?
6. Apa saja primary survey yang dilakukan pada scenario?
7. Bagaimana tatalaksana dari scenario?
8. Apa pemeriksaan penunjang dari kasus di scenario?
9. Apa komplikasi yang bisa terjadi dari scenario?
10. Mengapa ditemukan akral dingin pada pasien?
STEP 3
1. Mengapa didapatkan pasien dalam keadaan somnolen?
Luka sekujur tubuh, luka tubuh pada dinding dada kanan perdarahan syok
hipovolemik perunuran cardiac filling Penurunan cardiac output penurunan
TD penurunan kadar O2 ke otak lemah, somnolen
Macam-macam syok :
a. Syok hipovolemik : saat organ vital kekurangan asupan darah, O2 organ tidak
berfungsi normal. Dipicu oleh kehilangan darah akibat trauma
b. Syok kardiogenik : jantung mengalami kerusakan, missal denyut jantung tidak
beraturan, kerusakan otot jantung
c. Syok anafilaktik : akibat reaksi alergi
d. Syok septik : akibat sepsis, infeksi yang sudah masuk ke aliran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh
e. Syok distributive : saat pembuluh darah tidak mampu mengalirkan darah dengan
baik
f. Syok obstruktif : saat darah tidak bisa beredar ke daerah tertentu, akibat emboli,
penumpukan udara/ cairan
Syok kardiogenik
Syok hipovolemik
Syok distributive : syok septik, syok anafilaktik, syok neurogenic (cedera
syaraf)
3. Mengapa pada pasien didaptkan oedem regio nasal, nafas cuping hidung, mulut tidak
bisa menutup?
Mulut tidak bisa menutup
Premature kontak gigi rahang atas dan gigi rahang bawah
Pergeseran/ perpisahan antara proc. Alveolaris dan palatum durum
4. Mengapa pada pasien terdapat nyeri tekan lepas pada abdomen sebelah kanan dan
bising usus melemah pada sebelah kanan?
Nyeri tekan
Mengenai hepar nyeri visceral nyeri tidak terlokalisir
Luka tusuk sela iga 10 mengenai hepar perdarahan mengenai peritoneum
peritonitis nyeri tekan lepas
Pada thoraks ada luka tusuk karna benda tajam yang menembus paru2 dpt merusak
jaringan paru dan pembuluh darah di sekitar paru pd membran dilewati pembuluh
darah sehingga darah masuk ke rongga pleura menyebabkan penumpukan darah di
rongga pleura volume intravaskular turun hipovolemia tidak adekuat
pengangkuat oksigen ke jaringan hipoksia jaringan. Terjadi hipoperfusi oksigen
pada otak penurunan kesadaran
Elisa Purnama. 2018. Gambaran Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RS Santa
Elisabeth Medan.
3. Mengapa pada pasien didaptkan oedem regio nasal, nafas cuping hidung, mulut
tidak bisa menutup?
4. Mengapa pada pasien terdapat nyeri tekan lepas pada abdomen sebelah kanan dan
bising usus melemah pada sebelah kanan?
Apakah termasuk tanda akut abdomen? Apabila tidak, apakah tanda akut abdomen
yang lain?
Pukulan langsung, seperti kontak dengan tepi bawah roda kemudi, setang sepeda atau
sepeda motor, atau pintu yang masuk saat kecelakaan kendaraan bermotor, dan
perkelahian dapat menyebabkan kompresi dan cedera remuk pada perut bagian dalam
dan tulang panggul. Kekuatan tersebut merusak organ padat dan berongga dan dapat
menyebabkan ruptur dengan perdarahan sekunder dan kontaminasi oleh isi viseral,
yang menyebabkan peritonitis terkait.
Pada pasien yang mengalami trauma tumpul, tujuan pemeriksaan rektal adalah untuk
menilai tonus sfingter dan integritas mukosa rektal dan untuk mengidentifikasi fraktur
pelvis yang teraba. Palpasi kelenjar prostat bukanlah tanda yang dapat diandalkan dari
cedera uretra. Pada pasien dengan luka tembus, pemeriksaan rektal digunakan untuk
menilai tonus sfingter dan mencari darah kotor, yang mungkin mengindikasikan
perforasi usus.
b. BREATHING(PERNAPASAN)
Mcdonagh (2014), Pemeriksaan umum: Periksa pernapasan dengan mencari gerakan
dada, letakkan pipi anda di atas mulut pasien, dan dengarkan dan rasakan gerakan
udara. Periksa bibir dan wajah untuk sianosis.adalah napas pasien pendek.Beberapa
pernapasan yang diperiksa:Normal (16-24 kali/menit), Cepat (Takipnea>24
kali/menit), Lambat (Bradypnea <8 kali/menit), Tidak teraba.
c. CIRCULATION
Mcdonagh (2014), Tujuan utama evaluasi ini adalah memastikan adanya sirkulasi
yang efektif dan memadai sirkulasi. Perdarahan: adanya kelainan pada ekstremitas
dan batang tubuh harus mengingatkan seseorang kemungkinan pendarahan yang
cukup besar. Jika pendarahan terbuka ditemukan, kepala luka harus dikompres secara
manual. Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang
tadinya berhenti atau terganggutujuan: agar sirkulasi darah kembali berfungsi
normalgangguan sirkulasi ditandai dengan: Tingkat kesadaranbila volume darah
menurun, perfungsi otak berkurang yang akan menyebabkan penurunan kesadaran,
tetapi penderita yang sadar belum tentu warna kulitdapat membantu diagnosisi
hipovolemi. Pasien tampak pucat, eksternitas dingin, berkeringat dingin capillary
refill time lebih dari 2 detik. Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda dari
hipovolemi.
d. DISIBILITY(KETIDAKMAMPUAN)
Sebagian pemeriksaan neurologis yang dideteksi dapat memakan waktu selama 30
menit untuk dilakukan lebih banyak lagi, pemeriksaan sistem neurologis harus cepat
namun akurat mencerminkan status neurologis pasien
e. EXPOSURE(PAPARAN)
Paparan digunakan untuk menunjukkan paparan, sebuah pengingat kepada pemeriksa
untuk mengekspos pasien untuk memeriksa luka serius yang tidak terlihat, cacat
bentuk patah tulang. Pasien harus benar-benar buka pakaian, biasanya dengan
memotong pakaian. Kita harus menutupi pasien dengan selimut hangat untuk
mencegah hipotermia. Cairan infus harus dihangatkan dan lingkungan yang hangat
dipertahankan (Krisanty, dkk, 2016).
Elisa Purnama. 2018. Gambaran Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RS Santa
Elisabeth Medan.
•Hematothorax
•Hematothorax diklasifikasikan atas jumlah darah yang keluar, yaitu
•Minimal / ringan 350 ml
•Sedang 350 ml-1500 ml
•Masif terjadi bila perdarahan di atas 1.500 cc.
•Hemotoraks dapat terjadi pada cedera thorax yang jelas. Mungkin
akan terjadi penurunan suara saat bernafas dan harus segera
dilakukan ronsen dada. Di tangan dokter yang berpengalaman,
ultrasound dapat mendiagnosa pneumotoraks dan hemotoraks,
namun teknik ini jarang dilakukan sekarang ini. Tuba torakstomi
harus dipasang secara hati-hati untuk semua jenis hemathorax dan
pnemuothorak. Dalam 85%, tube toraktomi adalah satu-satunya
metode yang dapat dilakukan. Jika pendarahan terus terjadi maka
lebih baik dari sistemik daripada arteri pulmonary.
•Biasanya hematothorax ini terjadi pada luka tusuk dengan sobeknya
pembuluh darah hilus atau sistemik.
•Pada umumnya pembuluh darah intercostal dan mamaria interna
terluka.
•Setiap hemithorax dapat menampung hingga 3 liter darah.
•Vena pada leher dapat menjadi datar karena hipovolemia atau
menjadi tegang karena efek mekanis dari darah di dalam thorax.
•Robeknya pembuluh darah hilus atau pembuluh darah besar dapat
mengakibatkan shock.
Luka pada dinding thoraks yg
diameter 2/3 diameter trakea
13. Manakah trauma yg paling urgent pada pasien yg harus ditatalaksana terlebih
dahulu?