Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

VI KIMIA ANALISIS
“PENENTUAN KADAR KLORIDA DENGAN CARA
ARGENTOMETRI”

Disusun Oleh:

Citra Fatima Marsidi

19101105020

Farmasi A

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANAD
O 2020
PENENTUAN KADAR KLORIDA DENGAN CARA ARGENTOMETRI

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami prinsip dasar titrasi argentometri
2. Menentukan kadar klorida dalam injeksi ringer laktat / injeksi natrium klorida
majemuk

B. DASAR TEORI
Penentuan klorida dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah metode
argentometri and metode spketrofotometer. Pengunaan metode titrasi argentometri nerupakan
metode yang klaisk untuk menganalisis kadar klorida yang dilakukan dengan mempergunakan
AgNO3 dan indicator K2Cr2O4, kelebihan dari analisis klorida dengan cara ini yaitu
pelaksanaan yang mudah dan cepat, memiliki ketelitian dan keakuratan yang tinggi dan dapat
digunakan untung menetukan kadar yang memiliki sifat yang berbeda beda (Titis, U A. 2009).
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-)
atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan
membentuk endapan dengan perak halida (AgX) (Cecep, 2011).
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentums, yang berarti perak. Jadi,
argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag +. Salah satu
cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri. Dasar
titrasi argentometri adalah reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat yang hendak
ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO3.
Berdasarkan indikator yang digunakan, titrasi argentometri dibedakan menjadi 3 metode,
yaitu:
1. Metode Mohr. Pembentukan dari sebuah endapan berwarna.
Persis seperti sistem asam-basa bisa digunakan sebagai indikator untuk sebuah titrasi
asam-basa, pembentukan satu endapan dapat digunakan untuk mengindikasikan
selesainya sebuah titrasi pengendapan. Contohnya titrasi Mohr klorida dengan ion
perak, dimana ion kromat digunakan sebagai indikator.
2. Metode Volhard. Pembentukan kompleks berwarna.
Metode Volhard didasasri oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam larutan asam
nitrit, dengan ion besi (III) digunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat.
Metode ini digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan standar tiosianat
atau untuk titrasi tidak langsung dengan ion-ion klorida, bromida, dan iodida.
3. Metode Fajans. Penggunaan indikator adsorpsi.

2
Adsorpsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan sebuah endapan
dapat menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul yang mengubah warnanya.
Fenomena ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik-titik akhir dari titrasi
pengendapan garam-garam perak. Senyawa organik yang digunakan untuk hal ini
diacu sebagai indikator adsorpsi (Underwood, 2002).

Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO 3 yaitu indikator,
argentometri, dan indikator kimia. Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial
elektrode perak yang dicelupkan ke dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan
penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit.
Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia biasanya terdiri dari perubahan
warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi
pengendapan analog dengan titrasi netralisasi, yaitu perubahan warna harus terjadi terbatas
dalam range pada p-function dari reagen/analit (Skoog, 1996).
Pembentukan dari sebuah endapan berwarna menggunakan metoda Mohr. Persis
seperti sistem asam-basa, pembentukan satu endapan lain dapat dipergunakan untuk
mengindikasikan selesainya sebuah titrasi pengendapan. Contoh yang paling terkenal dari
kasus semacam ini adalah yang disebut titrasi Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion
kromat dipergunakan sebagai indikator. Kemunculan awal endapan perak kromat berwarna
kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir dari titrasi.
Tentu saja penting bahwa pengendapan indicator terjadi pada titik eqivalen atau
didekat titik eqivalen dari titrasi tersebut. Perak kromat lebih mudah larut (sekitar 8,4 x 10-5
mol /liter) daripada perak klorida (sekitar 1x10-5 mol/ liter). Jika ion ion perak ditambah
kedalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsetrasi besar dengan ion
kromat dengan konsentrasi kecil, perak klorida akan mengandap terlebih dahulu: perak
kromat tidak terbentuk sebelum konsentrasi ion perak meningkat sampai kenilai yang cukup
besar untuk melebihi Ksp dari perak kromat. (R.A. DAY, JR. & A.L. UNDERWOOD. 2002).
Metode analisis pada sampel hasil olahan; Pemeriksaan sampel meliputi pengukuran
konsentrasi klorida dengan menggunakan Metode Mohr-Volumetri. Prinsip pengukuran
metode ini adalah melakukan titrasi terhadap sampel dengan menggunakan larutan perak
nitrat (AgNO3) sehingga terbentuk endapan AgCl berwarna putih. Pendeteksian endapan
AgCl dilakukan dengan penambahan indikator kalium kromat (K2CrO4) yang akan
menghasilkan endapan Ag2CrO4 berwarna merah bata (Dewa Gde Bagus dan James Nobelia
I. 2010).
Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan
larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan
perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator
digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan
membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator
yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko
indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti
endapan AgCl (Arifin Oputu, 2013).
Pengendapan mungkin adalah metode yang paling sering dipakai dalam praktik
analisis kualitatif. Timbulnya endapan sebagai suatu hasil reagensia tertentu dapat dipakai
sebagai uji terhadap suatu ion tetentu. Namun pengendapan dapat juga digunakan untuk
pemisahan. Untuk melakukan hal ini suatu reagensia yang sesuai ditambahkan, yang
membentuk endapan (endapan-endapan) dengan hanya satu atau beberapa ion yang ada dalam
larutan. Setelah penambahan reagensia dalam jumlah yang sesuai endapan disaring dan
dicuci. Kemudahan suatu endapana disaring dan dicuci tergantung sebagian besar struktur
morfologi endapan yaitu pada bentuk dan ukuran kristal-kristalnya. (VOGEL, 1985)

C. URAIAN BAHAN
 AgNO3 (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Argenti Nitras
Nama lain : Perak (II) nitrat
BM/RM : AgNO3 / 169,73
Pemerian : Hablur transparan/ serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau,
menjadi gelap jika terkena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol 95%.
Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titran

D. ALAT DAN BAHAN


1. Pipet volume 10 mL dan pipet ukur 10 mL
2. Buret
3. Labu ukur 100 dan 250 mL
4. Statif dan klem
5. Erlenmeyer
6. Bekerglass 250 mL
7. Larutan AgNO3
8. Injeksi ringer laktat / injeksi natrium klorida majemuk
9. Diklorofluoresein LP

E. CARA KERJA
1. Pembuatan perak nitrat 0,1 N LV
Larutkan lebih kurang 17,5 mg perak nitrat P dalam 1000 ml air
2. Pembakuan perak nitrat 0,1 N
a. Timbang saksama 100 mg NaOH P yang sebelumnya telah dikeringkan
pada suhu 1100C selama 2 jam dalam gelas piala
b. Larutkan dalam 5 ml air
c. Tambahkan 5 ml asam asetat P, 50 ml methanol P, dan 3 tetes eosin Y LP
d. Aduk dengan pengaduk magnetic
e. Titrasi dengan perak nitrat
3. Penetapan kadar injeksi ringer laktat / injeksi NaCl majemuk
a. Pipet 10 ml injeksi ringer laktat
b. Tambahkan 140 ml air dan diklorofluoresein LP dan campurkan
c. Titrasi dengan perak nitrat hingga perak klorida menggumpal dan
campuran berubah menjadi warna merah muda lemah
F. HASIL
1. Membuat Larutan AgNO3 0,1 N
Dik: N AgNO3 = 0,1 N
V AgNO3 = 1000 ml = 1 L
BM AgNO3 = 170 g/mol
n AgNO3 = 1
g = N x V x BE
g = 0,1 x 1 x 170
g = 17 gram

2. Pembakuan Larutan AgNO3 0,1 N


Dik: g NaOH = 100 mg = 0,1 gram
BM NaOH = 40 g/mol
n NaOH = 1
V NaOH = 5 ml = 0,005 L
V AgNO3 = 20 ml
Dit: N AgNO3 = ?
Penyelesaian:
N NaOH =

N NaOH =

N NaOH = 0,5 N

VAgNO3 NAgNO3 = VNaOH NNaOH


20 NAgNO3 = 5 0,5

NAgNO3 =

NAgNO3 = 0,125 N

Rx:
2NaOH + 2AgNO3 2NaNO3 + Ag2O + H2O

3. Penetapan kadar injeksi ringer laktat/injeksi NaCl majemuk


Dik: V NaCl = 10 ml
BM NaCl = 58,5 g/mol
n NaCl = 1
BE NaCl =

V AgNO3 = 20 ml
N AgNO3 = 0,1 N
Dit: Kadar NaCl = ?
Penyelesaian:

Kadar (% b/v)

(% b/v)
(% b/v)

(% b/v)
(% b/v)

Rx :
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
G. PEMBAHASAN

Praktikum dimulai dengan mempersiapkan perlengkapan keamanan seperti jas lab,


masker, dan sarung tangan. Kemudian dilanjutkan dengan menyiapkan alat serta bahan seperti
pipet volume 10 ml, pipet ukur 10 ml, buret, labu ukur 100 dan 250 ml, statif dan klem,
Erlenmeyer, bekerglass 250 ml, larutan agno3, injeksi ringer laktat / injeksi natrium klorida
majemuk dan diklorofluoresein lp.
Hal yang pertama dilakukan adalah dengan, membuat larutan perak nitrat 0,1 1 N LV
yang mana dilakukan dengan melarutkan lebih kurang 17,5 mg perak nitrat P kedalam 1000
ml air.
Percobaan dilanjutkan dengan pembakuan larutan perak nitrat 0,1 N . Pembakuan
dilakukan dengan cara menimbang dengan saksama 100 mg NaOH p yang sebelumnya telah
dikeringkan pada suhu 1100c selama 2 jam dalam gelas piala, selanjutnya naoh tersebut
dilarutkan dalam 5 ml air, kemudian ditambahkan 5 ml asam asetat p, 50 ml methanol P, dan
3 tetes eosin Y LP kedalam larutan tersebut lalu larutan diaduk dengan pengaduk magnetic
hingga homogen atau tercampur merata, kemudian larutan dititrasi dengan perak nitrat.
Selanjutnya dilakukan penetapan kadar injeksi ringer laktat / injeksi NaCl majemuk.
Penetapan ini diawali dengan memipet 10 ml injeksi ringer laktat. Selanjutnya ditambahkan
140 ml air dan diklorofluoresein lp dan campurkan. Kemudian dititrasi dengan perak nitrat
hingga perak klorida menggumpal dan campuran berubah menjadi warna merah muda lemah.
Untuk kadar injeksi ringer laktat / injeksi NaCl majemuk ialah sebesar (% b/v)
, yang mana hasil ini diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus:

kadar (% b/v) , dengan reaksinya :


NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
H. KESIMPULAN
Dari percobaan penetapan kadar Penetapan kadar injeksi ringer laktat / injeksi NaCl
majemuk didapatkan hasil (% b/v) .
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Dewa Gde dan Nobelia I, James .2010.Penentuan Waktu Detensi Optimum Dalam
Proses Penyisihan Klorida Pada Reaktor Kontinu Electro Gravitational Desalination.
Diakses dari
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/rekayasa_air_dan_limbah_cair/wpcontent/uploads/2010/11
/ pi-ws4-dewa-gde-bagus-15305071.pdf .
Cecep. 2011. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara
Oputu, Arifin .2013. Laporan - Titrasi Argentometri (Menentukan kadar Cl- dalam air laut).
Diakses dari http://www.finop.tk/2013/06/laporan-titrasi-argentometrimenentukan.html
Skoog, D.A. 1996. Fundamentals of Analytical Chemistry. Brooke: Thompson Learning Inc.
Titis U A. 2009. Analisis Kadar Khlorida Pada Air Dan Air Limbah Dengan
Metode Argentometri. diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13905/1/09E02375.
Underwood A.L, JR. R.A. DAY. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.Jakarta:
Erlangga.
Vogel.1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima.Jakarta: PT.
Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai