net/publication/298125022
CITATIONS READS
0 4,673
3 authors, including:
Febby J Polnaya
Pattimura University
33 PUBLICATIONS 77 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG BERAS KETAN TERHADAP MUTU DODOL PALA View project
PENGEMBANGAN KINERJA WIRAUSAHA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK PANGAN LOKAL SAGU DAN UBI KAYU UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEBERLANJUTAN
AGROINDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DI PROVINSI MALUKU View project
All content following this page was uploaded by Febby J Polnaya on 24 May 2016.
Effect of the Concentration of Waxy Rice Flour on the Quality of Dodol Papaya
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat konsentrasi tepung beras ketan yang terbaik terhadap
mutu dodol pepaya. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan perlakuan
konsentarasi tepung beras ketan yang terdiri dari lima taraf perlakuan yaitu: konsentrasi beras ketan 0
(kontrol), 10, 20, 30, dan 40%. Peubah-peubah yang diamati adalah sifat kimia (kadar air, kadar abu, vitamin
C, gula reduksi) dan uji organoleptik (kekenyalan, rasa, warna, aroma, dan tingkat kesukaan). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi tepung beras ketan mempengaruhi peubah-peubah
yang diamati. Konsentrasi tepung beras ketan 10% menghasilkan mutu dodol pepaya yang terbaik.
Kata kunci: Tepung beras ketan, dodol pepaya, komposisi kimia, uji organoleptik.
ABSTRACT
The objective of this research was to determine the best level of concentration of waxy rice flour on the
quality of “dodol” papaya. A completely randomized experimental design having of five levels of treatment,
namely: control, waxy rice concentration of 0, 10, 20, 30, and 40% were applied in this research. Variables
measured on the product including the chemical composition (moisture, ash, vitamin C, and reducing sugar
content) and the products were also subjected to organoleptic test for springiness, taste, color, odor, and
preference level. The results showed that the different waxy rice flour concentrations had significant effects
over variables measured. The waxy rice flour with the concentrations of 10% produce the “dodol” papaya
with the best quality.
Keywords: Waxy rice flour, dodol papaya, chemical composition, organoleptic test.
19
AGRITEKNO, Jurnal Teknologi Pertanian
Volume 4, No. 1, April 2015
ISSN: 2302-9218
makanan, buah pepaya sering menjadi bahan baku kalium iodide, amonium molibdat, dan glukosa
pembuatan (pencampur) saus tomat yakni untuk standar.
penambah cita rasa, warna dan kadar vitamin
(Ashari, 1995). Selain jenis olahan tersebut, jenis Prosedur Penelitian
olahan lainnya dapat dibuat adalah dodol pepaya.
Salah satu industri rumah tangga yang Prosedur pembuatan dodol buah pepaya
menghasilkan dodol pepaya, terdapat di Jawa adalah sebagai berikut: buah pepaya dikupas
Timur (Sadimun, 2012). kulitnya terlebih dahulu kemudian dicuci dan
Dodol yang diolah dari buah-buahan tanpa ditiriskan. Setelah buah pepaya ditiriskan
penambahan tepung beras ketan antara lain dodol kemudian dihancurkan dengan mengunakan
durian, dodol nangka, dodol sirsak dan dodol salak blender sampai menjadi bubur buah pepaya. Bubur
(Satuhu & Sunarmani, 2002). Sedangkan dodol pepaya ditimbang sesuai perlakuan (konsentrasi
buah dengan penambahan tepung beras ketan beras ketan 10, 20, 30, dan 40%), gula pasir
seperti dodol apel, dodol stroberi, dodol dan ditimbang sebanyak 100 g dan tepung beras ketan
sebagainya (Satuhu, 1996). Dodol lebih dikenal sesuai perlakuan penelitian dimasukan dalam
dengan nama daerah asalnya seperti dodol garut, santan 500 mL kemudian diaduk secara merata.
dodol kudus atau jenang kudus, gelamai Sumatera Setelah itu dilakukan pemasakan selama 2 jam dan
Barat dan Kalimantan. sambil diaduk dalam wajan hingga dodol kalis.
Dodol merupakan suatu olahan pangan yang Setelah terbentuk dodol, dibiarkan mendingin
dibuat dari campuran tepung beras ketan, gula kemudian dodol dicetak. Setelah dicetak dodol
pasir, dan santan kelapa, yang didihkan hingga disimpan pada suhu 4C, sampai dengan dilakukan
menjadi kental, berminyak, dan tidak lengket. analisa kimia dan pengujian organoleptik.
Apabila didinginkan pasta akan menjadi padat,
kenyal dan dapat diiris. Jenis dodol sangat Parameter Pengamatan
beragam tergantung keragaman campuran
tambahan dan juga cara pembuatannya (Haryadi, Parameter yang diamati meliputi kadar air
2006). dengan metode gravimetric (AOAC, 1990), kadar
Menurut Haryadi (2006), tepung ketan abu, vitamin C, dan gula reduksi dengan
adalah komponen utama dalam proses pembuatan spektrofotometri (AOAC, 1990). Uji organoleptik
dodol. Pada saat pemanasan dengan keberadaan meliputi kekenyalan, rasa, warna, aroma dan
cukup banyak air, pati yang terkandung dalam tingkat kesukaan.
tepung menyerap air dan membentuk pasta yang
kental, dan pada saat dingin pati membentuk Analisis Statistik
massa yang kenyal, lenting dan liat. Tepung ketan
merupakan bahan pokok pembuatan kue-kue di Penelitian ini menggunakan rancangan acak
Indonesia yang banyak digunakan sebagai bahan lengkap satu faktor dengan tiga kali ulangan. Jika
pengikat. Tepung ketan juga merupakan salah satu berbeda nyata atau sangat nyata dilanjut dengan uji
faktor yang sangat mempengaruhi rasa, warna, beda nyata jujur (BNJ0,05). Data hasil organoleptik
tesktur, serta sifat kimia dari dodol (Satuhu & diuji secara statistik dengan mengunakan uji
Sunarmani, 2002). Kruskal-Walis (α = 0,05).
Penelitian ini menentukan tingkat
konsentrasi tepung beras ketan yang terbaik HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap mutu dodol pepaya.
Analisa Kimia Dodol Pepaya
METODE PENELITIAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa
Bahan perlakuan konsentrasi tepung beras ketan
menghasilkan kisaran kadar air dodol pepaya
Bahan yang digunakan adalah buah pepaya sebesar 32,08-39,83%. Kadar air tersebut relatif
matang, tepung ketan, santan kelapa tua, gula sama dengan hasil penelitian Bremer dkk. (2010),
pasir. Bahan untuk analisa kimia berasal dari yang menunjukkan bahwa kadar air dodol pala
Merck meliputi: larutan iodium, pati, akuades, adalah 32,38-36,60. Tetapi apabila dibandingkan
asam sulfat, kuprisulfat, natrium tiosulfat, dan dengan SNI dodol (SNI, 1990) yaitu maksial 30%,
20
AGRITEKNO, Jurnal Teknologi Pertanian
Volume 4, No. 1, April 2015
ISSN: 2302-9218
sehingga kadar air dodol pepaya adalah lebih amilopektin dari suatu bahan makanan maka
tinggi dari SNI. Hal ini mungkin disebabkan kemampuan mengikat air semakin meningkat pula.
karena bahan baku yaitu pepaya memiliki kadar air Sehingga semakin tinggi konsentrasi beras ketan
tertinggi yaitu 92,64%, serta penambahan bahan maka semakin banyak jumlah pati yang
tambahan lain, sehingga memberikan pengaruh ditambahkan yang berakibat pada meningkatnya
secara langsung terhadap kadar air dodol pepaya. kemampuan mengikat air. Seperti juga yang
Dodol pada umumnya berkadar air 10-40% dikemukakan oleh Haryadi (2006) bahwa tepung
(Musaddad & Hartuti, 2003; Susilorini & beras ketan pada pemanasan dengan keberadaan
Errysamitri, 2006) dan sangat tergantung dari cukup banyak air, menyebabkan pati yang
bahan bakunya. terkandung dalam tepung akan menyerap air dan
Hasil analisis keragaman menunjukkan membentuk pasta yang kental.
bahwa perlakuan konsentrasi tepung beras ketan Hasil analisis menunjukkan bahwa
sangat berpengaruh nyata terhadap kadar air dodol perlakuan konsentrasi tepung beras ketan
pepaya (P < 0,05). Berdasarkan uji BNJ0,05, menghasilkan kisaran kadar abu dodol pepaya
perlakuan konsentrasi tepung beras ketan 40% sebesar 0,07-0,36%. Tetapi apabila dibandingkan
memberikan nilai rata-rata kadar air dodol pepaya dengan SNI untuk dodol (SNI, 1990) yaitu
tertinggi (39,83%) dan tidak berbeda nyata dengan maksimal 1,5%, menunjukkan bahwa kadar abu
perlakuan 30% dan 20%, tetapi berbeda nyata dodol pepaya adalah lebih rendah, sehingga
dengan perlakuan 10% (Gambar 1). memenuhi syarat mutu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi beras ketan maka
semakin tinggi kadar air dodol pepaya. Hal ini
disebabkan karena kemampuan pati beras ketan
untuk mengikat air.
21
AGRITEKNO, Jurnal Teknologi Pertanian
Volume 4, No. 1, April 2015
ISSN: 2302-9218
oleh bubur pepaya dibandingkan tepung beras nilai rata-rata vitamin C tertinggi (1,04%) dan
ketan. Hal ini ditunjukkan oleh kadar abu bubur berbeda nyata dengan konsentrasi perlakuan
pepaya relatif sama dengan kadar abu dodol lainnya, sedangkan perlakuan 20% (0,49%) tidak
pepaya dengan konsentrasi tepung beras ketan berbeda nyata perlakuan 30% (0,36%), demikian
10%. Sehingga, semakin rendah konsentrasi bubur halnya juga perlakuan 30% dan perlakuan 40%
pepaya pada adonan dodol, menyebabkan (0,23%) (Gambar 3).
menurunnya kadar abu. Selain itu, perubahan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kandungan mineral bahan sangat dipengaruhi oleh semakin tinggi konsentrasi beras ketan makan
proses pengolahan. Apabila kandungan mineral semakin rendah kadar vitamin C dodol pepaya.
bahan berkurang selama proses maka secara Jika dibandingkan antara proporsi bubur pepaya
signifikan dapat menurunkan kadar abu bahan. dan tepung beras ketan, maka bubur pepaya lebih
Menurut Gaman & Sherington (1994), bahwa pada mempengaruhi kadar vitamin C. Semakin
pemasakan kecil saja dapat mempengaruhi menurun konsentrasi bubur pepaya atau semakin
kalsium yang ada pada makanan sedangkan besi meningkat konsentrasi tepung beras ketan pada
mudah larut dalam air. Kedua komponen tersebut adonan dodol, menyebabkan menurunnya kadar
merupakan mineral yang berhubungan dengan vitamin C dodol.
pengukuran kadar abu bahan. Perlakuan konsentrasi tepung beras ketan
Hasil analisis menunjukkan bahwa mengahsilkan kisaran kadar gula reduksi adalah
perlakuan konsentrasi tepung beras ketan 0,06-0,12%. Hasil analisis keragaman
menghasilkan kisaran kadar vitamin C dodol menunjukkan bahwa perlakuan kosentrasi tepung
pepaya sebesar 1,04-0,23%. Jika dibandingkan beras ketan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap
dengan kadar vitamin C buah pepaya (1,56%), kadar gula reduksi dodol pepaya. Berdasarkan uji
maka kadar vitamin C dodol pepaya adalah lebih BNJ0,05 perlakuan tepung beras ketan 10%
rendah. Hal ini dapat disebabkan karena kerusakan menunjukan nilai rata-rata gula reduksi terendah
vitamin C selama pengolahan. Winarno (2002) (0,06%) dan tidak berbeda nyata dengan
mengemukakan bahwa vitamin C merupakan konsentrasi perlakuan 20% (0,08%) dan 30%
vitamin yang paling mudah rusak dibandingkan (0,09%) tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi
dengan jenis vitamin lainnya. Menurut 40% (0,12%) (Gambar 4).
Simorangkir (1994), vitamin C larut dalam air dan
vitamin C sangat peka dan mudah rusak jika
terkena panas, udara dan oksigen.
22
AGRITEKNO, Jurnal Teknologi Pertanian
Volume 4, No. 1, April 2015
ISSN: 2302-9218
dan meningkatkan gula reduksi (Gaman & adonan dodol, menyebabkan menurunnya rasa
Sherrington, 1994). dodol pepaya. Hasil yang relatif sama juga
dikemukakan oleh Murtiningrum & Silamba
Pengujian Organoleptik (2010), bahwa semakin meningkat konsentrasi
tepung beras ketan maka terjadi penurunan tingkat
Hasil pengujian Kruskal-Wallis untuk kesukaan terhadap dodol buah merah.
kekenyalan dodol pepaya adalah berbeda nyata (P Hasil pengujian Kruskal-Wallis untuk warna
< 0,05) antara tiap rataan perlakuan dengan dodol pepaya adalah berbeda nyata (P < 0,05)
kisaran nilai rataan adalah 2,0-2,8 (Gambar 5). antara taraf perlakuan. Rata-rata nilai warna dodol
Penilaian terhadap kekenyalan tertinggi pepaya adalah 1,4-2,7 (Gambar 5) yang dimulai dari
ditunjukkan oleh perlakuan penambahan 10% warna tidak coklat sampai coklat. Warna dodol pepaya
tepung beras ketan yaitu sebesar 2,8 dan diikuti tergantung pada penambahan tepung beras ketan.
oleh perlakuan 20% tepung beras ketan yaitu 2,6. Penilaian terhadap warna tertinggi ditunjukkan
Kedua taraf perlakuan tersebut menunjukkan oleh perlakuan penambahan tepung beras ketan
tingkat kekenyalan yang kenyal. Sedangkan pada 10% yaitu sebesar 2,7 yang menunjukkan warna
penambahan tepung beras ketan 30% (2,5) dan coklat, sedangkan pada perlakuan penambahan
40% (2,0) menunjukkan tingkat kekenyalan agak tepung beras ketan 20% yaitu sebesar 2,0;
kenyal. perlakuan 30% yaitu sebesar 1,8 dan perlakuan
40% sebesar 1,4 menunjukkan agak warna tidak
coklat. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
konsentrasi beras ketan maka semakin rendah
warna dodol pepaya. Warna dodol pepaya lebih
dipengaruhi oleh bubur pepaya dibandingkan
tepung beras ketan. Hal ini ditunjukkan oleh warna
dodol pepaya pada perlakuan 10% dan 20% lebih
coklat dari perlakuan yang lain. Sehingga semakin
rendah konsentrasi bubur pepaya pada adonan
dodol, menyebabkan menurunnya warna dodol
pepaya. Hasil yang relatif sama juga dikemukakan
oleh Murtiningrum & Silamba (2010), bahwa
semakin meningkat konsentrasi tepung beras
Gambar 5. Spider Web Hasil Uji Sensoris Dodol ketan, maka warna dodol buah merah menjadi
Pepaya dengan Penambahan Beberapa pudar, yaitu dari merah gelap menjadi coklat.
Konsentrasi Beras Ketan Hasil pengujian Kruskal-Wallis untuk
aroma dodol pepaya adalah tidak berbeda nyata
Hasil pengujian Kruskal-Wallis untuk rasa antara taraf perlakuan. Kisaran rata-rata nilai
dodol pepaya adalah tidak berbeda nyata antara aroma dodol pepaya adalah sebesar 1,9-2,4
taraf perlakuan. Kisaran rata-rata nilai rasa dodol (Gambar 5). Penilaian terhadap aroma tertinggi
pepaya adalah 1,9-2,3 (Gambar 5). Penilaian ditunjukkan oleh perlakuan penambahan 10%
terhadap rasa tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan tepung beras ketan yaitu sebesar 2,4 dan diikuti
penambahan 10% tepung beras ketan yaitu sebesar oleh perlakuan 20% tepung beras ketan yaitu 2,2.
2,3 dan diikuti oleh perlakuan tepung beras ketan Sedangkan pada penambahan 30% sebesar 2,0 dan
20% yaitu 2,0, perlakuan 30% sebesar 2,1 dan 40% tepung beras ketan sebesar 1,9 menunjukkan
perlakuan 40% sebesar 1,9, yang mana semua taraf agak beraroma dodol pepaya. Hal ini disebakan
perlakuan tersebut menunjukkan agak rasa pepaya. karena semakin tinggi konsentrasi beras ketan
Hal ini disebabkan karena semakin tinggi maka semakin rendah aroma dodol pepaya. Aroma
konsentrasi beras ketan maka semakin rendah rasa dodol pepaya lebih dipengaruhi oleh bubur pepaya
pepaya pada dodol pepaya. Rasa dodol pepaya dibandingkan tepung beras ketan. Hal ini
lebih dipengaruhi oleh bubur pepaya dibandingkan ditunjukkan oleh perlakuan 10% yang lebih
tepung beras ketan. Hal ini ditunjukkan oleh rasa beraroma pepaya, sehingga semakin rendah
dodol pepaya pada perlakuan 10% lebih berasa konsentrasi bubur pepaya pada adonan dodol,
pepaya dari perlakuan yang lain. Sehingga menyebabkan menurunnya aroma dodol pepaya.
semakin rendah konsentrasi bubur pepaya pada Hasil yang relatif sama juga dikemukakan oleh
23
AGRITEKNO, Jurnal Teknologi Pertanian
Volume 4, No. 1, April 2015
ISSN: 2302-9218
Murtiningrum & Silamba (2010), bahwa semakin Departemen Pertanian. 2008. Data Produksi dan
meningkat konsentrasi tepung beras ketan maka Luas Panen Tahun 2006. Direktorat
terjadi penurunan aroma dodol pasta buah merah. Budidaya Tanaman Buah. Direktorat
Hasil pengujian Kruskal-Wallis untuk Jendral Hortikultura.
tingkat kesukaan dodol pepaya adalah berbeda Gaman, P.M. & K.B. Sherington. 1994. Pengantar
nyata (P < 0,05) antara taraf perlakuan. Kisaran Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.
nilai rata-rata dodol pepaya adalah 2,1-3,0 (Gambar Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
5). Penilaian terhadap tingkat kesukaan tertinggi Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras.
ditunjukkan oleh perlakuan penambahan 10% Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
tepung beras ketan yaitu sebesar 3,0. Sedangkan Murtiningrum & I. Silamba. 2010. Pemanfaatan
pada perlakuan penambahan tepung beras 20% pasta buah merah sebagai bahan substitusi
sebesar 2,4; pada penambahan 30% sebesar 2,4 tepung beras ketan dalam pembuatan dodol.
dan 40% tepung beras ketan sebesar 2,1 Jurnal Agrotek 4: 1-7.
menunjukkan agak suka. Musaddad, D. & Hartuti. 2003. Produk Olahan
Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.
KESIMPULAN Sadimun, H. 2012. Membuat Dodol Buah.
Pelatihan Teknologi Pengolahan Buah-
Penambahan tepung beras ketan 10%, buahan berbasis GMP Bagi KWT, UPT
menghasilkan dodol pepaya dengan kadar air Pendidikan dan Pelatihan Pertanian,
(32,08 %), kadar abu (0,36 %), vitamin C (1,04%), Balonggebang Nganjuk.
dan gula reduksi (0,06%). Berdasarkan uji Satuhu, S. 1996. Penanganan dan Pengolahan
organoleptik maka konsentrasi tepung beras ketan Buah. Penerbar Swadaya, Jakarta.
10% menghasilkan dodol pepaya dengan Satuhu, S. & Sunarmani. 2002. Membuat Aneka
kekenyalan 2,8 (kenyal), rasa pepaya 2,3 (agak Dodol Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
rasa pepaya), warna 2,7 (coklat), beraroma pepaya Simorangkir, A. 1994. Terapi Gizi untuk Penyakit
2,4% (agak aroma pepaya), dan tingkat kesukaan Cardiovaskular. Universal Offset. Bandung.
(suka) dengan nilai 3,0. Berdasarkan sifat Siswoputranto, L.D. 1989. Teknologi Pasca Panen
fisikokimia dan uji organoleptik maka dodol Kentang. Liberty, Yogyakarta.
pepaya dengan perlakuan kosentrasi tepung beras SNI. 1990. Dodol. SNI No. 1616-85-1990. Pusat
ketan 10% dapat menghasikan dodol pepaya yang Standarisasi. Departemen Perindustrian.
bermutu. Jakarta.
Susilorini, T. & M. Errysamitri. 2006. Aneka
DAFTAR PUSTAKA Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya.
Jakarta.
AOAC. 1990. Official Methods of Analysis of the Suyanti, S. 2008. Pengaruh cara pengeringan dan
Association Analytical Chemistry. Inc. lama penyimpanan terhadap daya terima
Washington DC. manisan pepaya Semangka Paris dan
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Bangkok. Jurnal Agritek 17: 82-87.
Press. Jakarta. Verheij, E.M.W. & R.E. Coronel. 1997. Sumber
Badan Pusat Statistik. 2014. Maluku dalam Angka. Daya Nabati Asia Tenggara, Buah-buahan
Badan Pusat Statistik, Maluku. yang Dapat Dimakan. Terjemahan S.
Bremeer, R., F.J. Polnaya, & C. Rumahrupute. Somaatmadja. Gramedia Pustaka Utama.
2010. Pengaruh konsentrasi tepung beras Jakarta.
ketan terhadap mutu dodol pala. Jurnal Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Nutrisi.
Budidaya Pertanian 6: 17-20. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
24