Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PENYAKIT PINK EYE”

NAMA : LILIS JUNIARTI


NIM : C031181001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
makalah yang berjudul “Penyakit Pink Eye” dapat terselesaikan.

Terima kasih kepada yang telah membantu dan membimbing kami dalam
menyelesaikan laporan ini. Kepada teman-teman yang telah mendukung dan
membantu kami sehingga dapat bersama-sama menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan


laporan ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk menjadi acuan bagi penyusun untuk menjadi lebih baik lagi.

Semoga laporan kegiatan ini dapat menambah wawasan para pembaca dan
dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Peneki, 19 September 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………………… i

Daftar Isi……………………………………………………………………. ii

BAB I Pendahuluan………………………………………………………… 1

a. Latar Belakang……………………………………………………... 1
b. Rumusan Masalah………………………………………………….. 1
c. Tujuan……………………………………………………………… 2

BAB II Tinjauan Pustaka…………………………………………………... 3

a. Gambaran Penyakit………………………………………………… 3
b. Etiologi dan Gejala…………………………………………………. 4
c. Cara Pemeriksaan Organ…………………………………………… 5
d. Cara Diagnosa……………………………………………………… 5
e. Cara Kerja Alat yang Dipakai……………………………………… 6
f. Penularan…………………………………………………………....
g. Gejala Klinis………………………………………………………...
h. Pengobatan………………………………………………………….

BAB III Penutup…………………………………………………………….

a. Kesimpulan………………………………………………………….
b. Saran………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

lAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konjungtivitis virus adalah penyakit mata yang umum ditemukan baik di
Indonesia maupun di seluruh dunia. Karena begitu umum dan banyak kasus yang
tidak dibawa ke perhatian medis, statistik yang akurat pada frekuensi penyakit
tidak tersedia. Konjungtivitis adalah radang konjungtiva disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi atau reaksi alergi yang ditandai dengan
mata merah, terasa nyeri, berair, gatal, keluar kotoran dan pandangan kabur.
Konjungtivitis virus adalah umum ditemukan yang penyebabnya adalah
adenovirus. Konjungtivitis (pink eye) adalah radang konjungtiva yang dapat
disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi atau reaksi alergi
(Lovensia, 2014)
Konjungtiva yang sehat diperlukan pemeliharaan kornea yang sehat dan
dengan demikian ketajaman visual mata. Konjungtiva berkontribusi pada bagian
air mata yang memiliki tiga lapisan: (Inner) mucous - kepatuhan pada kornea (dari
konjungtiva) (Tengah) aqueous - wetting agent (dari kelenjar lakrimal) (Luar)
minyak - pencegahan penguapan (Kelenjar Meibomian dan Zeis) Infeksi
konjungtiva bisa menyebar ke kornea dan dapat menyebabkan perforasi, misalnya,
infeksi gonokokus. Konjungtivitis alergi atau penyakit selesema limbal dapat
menyebar di atas kornea. Bentuk 'Batu Batuan' di bawah tutup konjungtiva tarsal,
dandapat menyebabkan ulkus kornea. Cedera kimia pada daerah limbal dapat
merusak sel induk yang bertanggung jawab untuk re-epitelisasi kornea.
Kekeringan akan merusak permukaan kornea (Papendorf, 1999).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran penyakit pink eye ?
2. Bagaimana etiologi dan gejala penyakit pink eye?
3. Bagaimana cara pemeriksaan penyakit pink eye ?
4. Bagaimana cara diagnosa penyakit pink eye ?
5. Bagaimana cara kerja alat yang digunakan dalam pemeriksaan pink eye ?
6. Bagaimana penularan penyakit pink eye?
7. Bagaimana tanda klinis penyakit pink eye ?

1
8. Bagaimana pengobatan penyakit pink eye?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran penyakit pink eye ?
2. Untuk mengetahui etiologi dan gejala penyakit pink eye?
3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan penyakit pink eye ?
4. Untuk mengetahui cara diagnosa penyakit pink eye ?
5. Untuk mengetahui cara kerja alat yang digunakan dalam pemeriksaan
pink eye ?
6. Untuk mengetahui penularan penyakit pink eye?
7. Untuk mengetahui tanda klinis penyakit pink eye ?
8. Untuk mengetahui pengobatan penyakit pink eye?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Penyakit
Pink Eye Disebut juga mata belekan (Rialdi et all., 2018). Pink eyes
merupakan penyakit yang menyerang mata kambing. Penyakit Pink eyes
disebabkan oleh mikroorganisme termasuk virus atau bakteri (Orisa et all., 2014).
Konjungtivitis (Pink eye) adalah inflamasi jaringan konjungtiva yang dapat
disebabkan oleh invasi mikroorganisme, reaksi hipersensitivitas atau perubahan
degeneratif di konjungtiva. Konjungtiva adalah membran mukosa tipis transparan
yang melapisi bagian anterior bola mata dan bagian dalam palpebral (Sitompul,
2017).

Pinkeye, juga dikenal sebagai infectious bovine keratoconjunctivitis (IBK),


adalah salah satu penyakit yang paling umum pada sapi. Ini adalah penyakit yang
sangat menular, menyebabkan radang kornea (bening lapisan luar) dan
konjungtiva (selaput merah muda yang melapisi kelopak mata) mata. Ini juga
akan menyebabkan maag, yang terlihat seperti lubang atau cekungan di kornea.
Itu insiden mata kelingking meningkat di musim semi, puncaknya di musim
panas, dan menurun di musim gugur. Pinkeye menghasilkan penyakit ringan
sampai berat dan, pada sekitar 2 persen dari kasus tersebut, akan menyebabkan
kebutaan. Pinkeye adalah kondisi paling umum yang mempengaruhi sapi dara
umur kawin, dan yang kedua penyakit yang paling umum pada anak sapi
menyusui lebih dari tiga minggu (Whittier et all., 2009).

Konjungtiva berfungsi sebagai salah satu komponen sistem perlindungan


mata dari peradangan dan infeksi. Peradangan konjungtiva disebut konjungtivitis
dan infeksi virus merupakan etiologi peradangan akut tersering pada konjungtiva.
Virus yang menyebabkan konjungtivitis adalah adenovirus, herpes simpleks,
herpes zoster, pox virus, myxovirus, paramyxovirus, dan arbovirus. Konjungtivitis
sering terjadi bersama atau sesudah infeksi saluran napas dan umumnya terdapat
riwayat kontak dengan pasien konjungtivitis viral. Gejala konjungtivitis viral
berupa mata merah, sekret mata berair dan dapat disertai pembesaran kelenjar
limfe. Gejala konjungtivitis viral biasanya ringan, dapat sembuh sendiri dan tidak

3
disertai penurunan tajam penglihatan sehingga dapat ditatalaksana di pelayanan
kesehatan primer (Sitompul, 2017).
B. Etiologi dan Penyebab
Pink eye biasanya disebabkan iritasi akibat tertusuk benda seperti: duri, kayu,
ujung rambut bahkan debu dari konsentrat. Tapi terkadang bisa juga disebabkan
oleh bakteri, virus atau parasit. Gejala klinis yang terlihat biasanya mata kambing
sering berkedip, mengeluarkan air dan mata berwarna kemerah–kemerahan.
Selanjutnya mata akan keruh dan timbul borok hingga mengalami pembengkakan
Sapu setan (Witches’ Broom) (Rialdi et all., 2018). Konjungtivitis adalah
peradangan pada konjungtiva yang umumnya ditandai dengan iritasi, gatal,
sensasi benda asing, dan berair atau secret pada mata. Konjungtivitis adalah
proses inflamasi akibat infeksi atau non-infeksi pada konjungtiva yang ditandai
dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi. Konjungtivitis yang
disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran
keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara (Ramadhanisa, 2014).

Agen infeksius utama untuk pinkeye adalah bakteri Moraxella bovis. Bakteri
ini ditemukan di mata dari banyak ternak yang pulih dan tampaknya normal.
Pinkeye adalah penyakit multifaktorial yang artinya ada banyak faktor yang
mempengaruhi dan berkontribusi pada perkembangan penyakit. Iritasi mata
diperlukan untuk perkembangan penyakit. Wajah lalat, yang terlihat seperti lalat
rumah besar, pakan di sekitar mata dan lubang hidung sapi, menyebabkan iritasi
mekanis pada mata dan menyebarkan penyakit dari satu hewan ke hewan lainnya.
Bakteri tersebut dapat bertahan hidup di lalat hingga empat hari, begitu banyak
hewan mungkin terinfeksi oleh satu lalat (Whittier et all., 2009).

Sumber iritasi mata lainnya adalah gulma yang tinggi dan rumput menggosok
mata saat ternak berjalan dan merumput, dan pakan dan debu saat ternak makan
dari tempat pakan di atas kepala atau bagian tengah bal bundar. Debu di hari-hari
berangin, dan paparan sinar matahari UV yang berlebihan juga meningkatkan
kemungkinan perkembangan penyakit. Keturunan yang kurang pigmen di kelopak
mata mereka (Herefords, Hereford crosses, Charolais, dan beberapa Holsteins)
lebih rentan terhadap pinkeye karena kepekaannya yang meningkat terhadap sinar

4
matahari dan penurunan respons kekebalan di mata. Ini juga merupakan alasan
mereka lebih rentan terhadap “kanker mata."

C. Cara Pemeriksaan Organ


Diperlukan anamnesis dan pemeriksaan mata yang teliti untuk menentukan
tata laksana gangguan mata termasuk konjungtivitis. Infeksi virus biasanya
menyerang satu mata lalu ke mata lain beberapa hari kemudian disertai
pembesaran kelenjar limfe dan edema palpebra (Sitompul, 2017).
Pemeriksaan berdasarkan gejala klinis pada penderita pink eye akan
menunjukan gejala seperti mata merah, kelopak mata bengkak dan lakrimasi yang
meningkat. Pada kasus yang akut kornea mata keruh dan terjadinya pengapuran
pada kornea mata (Sitompul, 2017).
D. Bagaimana Cara Diagnosa
Gejala klinis konjungtivitis dapat menyerupai penyakit mata lain sehingga
penting untuk membedakan konjungtivitis dengan penyakit lain yang berpotensi
mengganggu penglihatan. Diperlukan anamnesis dan pemeriksaan mata yang teliti
untuk menentukan tata laksana gangguan mata termasuk konjungtivitis. Infeksi
virus biasanya menyerang satu mata lalu ke mata lain beberapa hari kemudian
disertai pembesaran kelenjar limfe dan edema palpebra (Sitompul, 2017).
Cara diagnosa pink eye dapat dilakukan berdasarkan etiologi, epidemiologi
dan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan berdasarkan gejala klinis pada
penderita pink eye akan menunjukan gejala seperti mata merah, kelopak mata
bengkak dan lakrimasi yang meningkat. Pada kasus yang akut kornea mata keruh
dan terjadinya pengapuran pada kornea mata (Sitompul, 2017).
Pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosis konjungtivitis viral
memiliki sensitivitas 89% dan spesifisitas 94% untuk adenovirus. Tes tersebut
dapat mendeteksi virus penyebab konjungtivitis dan mencegah pemberian
antibiotik yang tidak diperlukan. Deteksi antigen dapat mencegah lebih dari satu
juta kasus penyalahgunaan antibiotik dan menghemat sampai 429 USD setiap
tahunnya. Akurasi diagnosis konjungtivitis viral tanpa pemeriksaan laboratorium
kurang dari 50% dan banyak terjadi salah diagnosis sebagai konjungtivitis bakteri.
Meskipun demikian, pemeriksaan laboratorium sangat jarang dilakukan karena
deteksi antigen belum tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Sementara

5
itu, kultur dari sekret konjungtiva memerlukan waktu tiga hari sehingga menunda
terapi (Sitompul, 2017).
Pendekatan algoritmik menggunakan riwayat perjalanan penyakit dan
pemeriksaan sederhana dengan penlight dan loupe dapat untuk mengarahkan
diagnosis dan memilih terapi. Terapi yang diberikan untuk mengobati ternak yang
terinfeksi pinkeye adalah Beberapa jenis antibiotik yang sering digunakan dalam
pengobatan pink eye seperti tetracycline, oxytetracycline yang diberikan 2-3 kali
sehari. Konjungtivitis dan penyakit mata lain dapat menyebabkan mata merah,
sehingga diferensial diagnosis dan karakteristik tiap penyakit penting untuk
diketahui. Penamaan diagnosis konjungtivitis virus bervariasi, tetapi umumnya
menggambarkan gejala klinis khas lain yang menyertai konjungtivitis dan dari
gambaran klinis khas tersebut dapat diduga virus penyebabnya (Sitompul, 2017).
E. Cara Kerja Alat yang Digunakan
F. Penularan
Penularan terjadi ketika hewan yang tidak terinfeksi dating kontak dengan
sekresi yang terinfeksi M. bovis. Ini mungkin kontak langsung, melalui lalat
wajah, atau kontak dengan benda mati yang menampung organisme. Lalat wajah
adalah vektor utama penyebaran bakteri dan penyakit. Sekresi dari mata, hidung,
atau vagina bisa terinfeksi (Whittier et all., 2009).

Hewan pembawa adalah hewan yang tidak menunjukkan tanda-tanda


penyakit klinis, tetapi melepaskan bakteri dalam sekretnya. Hewan pembawa
dapat melepaskan organisme dalam waktu lama waktu sehingga mereka
merupakan faktor penting dalam penyebaran penyakit dan kelangsungan hidupnya
selama musim dingin. Ketika mata hewan pembawa teriritasi, produksi air
matanya meningkat, mempromosikan pelepasan M. bovis (Whittier et all., 2009).

G. Tanda Klinis
Ada empat tahap penyakit mata kelingking. Penyakitnya bisa sembuh pada
salah satu tahap ini sementara, tanpa pengobatan, paling banyak kasus yang parah
akan berkembang melalui keempat tahap (Whittier et all., 2009) :
Stadium I: Sapi mengalami robekan yang berlebihan dan bertambah kepekaan
terhadap cahaya. Mereka akan sering berkedip dan disana adalah kemerahan di
sepanjang kelopak mata. Sapi akan sering mencari tempat teduh, yang akan

6
mengurangi waktu penggembalaan mereka. Sakit terkait dengan pinkeye juga
menurunkan asupan pakan mereka. Tahap I akan berkembang menjadi ulkus kecil
di tengah kornea yang muncul sebagai bintik putih kecil. Kornea mengembangkan
tampilan abu-abu yang agak keruh karena peradangan. Satu atau kedua mata
mungkin terpengaruh.
Tahap II: Tanda klinis yang dijelaskan dalam Tahap I berlanjut, tetapi ulkus
menyebar ke seluruh kornea. Semakin banyak peradangan terjadi, kornea menjadi
semakin keruh. Pada titik ini, sebagian warna gelap iris masih bias dilihat.
Pembuluh darah dari bagian luar kornea mulai tumbuh di seluruh kornea untuk
membantu penyembuhan. Pembuluh darah ini membuat kornea tampak merah
muda, begitulah penyakit itu menerima namanya.
Stadium III: Ulkus menutupi sebagian besar kornea dan peradangan terus
menyebar ke bagian dalam di mata. Saat ini terjadi, bagian dalam mata terisi
dengan fibrin, yaitu zat seperti nanah yang memberi mata berpenampilan kuning
versus cokelat khas penampilan.
Tahap IV: Ulkus meluas sepenuhnya melalui kornea, dan iris mungkin menonjol
melalui ulkus. Itu iris akan tersangkut di kornea bahkan setelah penyembuhan.
Hal ini dapat menyebabkan glaukoma atau pembengkakan yang terus-menerus
mata. Mata ini akan buta sebagian atau seluruhnya. Mata tersebut bisa pecah
sepenuhnya, dan akan mengembangkan penampilan menyusut atau membesar jika
glaukoma (meningkat tekanan mata). Mata ini akan permanen buta.
H. Pengobatan
Perawatan dini pada sapi dengan penyakit mata yang menular itu penting,
bukan hanya untuk hasil yang sukses dari hewan individu terpengaruh, tetapi juga
untuk menghentikan penumpahan bakteri menurunkan risiko penularan ke sapi
lain (Whittier et all., 2009) :
Tahap I: Tetrasiklin kerja panjang (Biomycin 200®, LA200®, atau padanan
generiknya) efektif pada tahap infeksi ini. Dosis yang dianjurkan adalah 4,5 cc per
100 pon berat badan secara subkutan (SQ). Sebuah suntikan kedua yang diberikan
48 sampai 72 jam kemudian bisa meningkat persentase ternak yang merespons
pengobatan. Pilihan lainnya adalah menyuntikkan penisilin dan deksametason ke
konjungtiva bulbar. Konjungtiva bulbar adalah selaput tipis yang menutupi bagian

7
putih (atau sklera) mata. Jika penyuntikan dilakukan dengan benar, konjungtiva
akan membengkak dan seharusnya membengkak terlihat di daerah ini. Seorang
dokter hewan, atau seseorang yang telah dilatih secara khusus oleh dokter hewan,
harus lakukan prosedur ini. Suntikan ditempatkan di tempat yang salah area
tersebut tidak efektif dalam mengobati penyakit mata dan dapat merusak mata.
Stadium II: Tetrasiklin dan konjungtiva bulbar injeksi diberikan dengan dosis di
atas.
Tahap III: Tetrasiklin dan injeksi konjungtiva bulbar diberikan bersama dengan
salah satu mata patch, menjahit kelopak mata ketiga di atas mata, atau menjahit
kelopak mata tertutup. Ini membuat mata lebih nyaman, mengurangi iritasi lebih
lanjut, dan, oleh karena itu, mengurangi merobek dan melepaskan bakteri.
Menjahit kelopak mata ketiga menutupi mata dan menutup kelopak mata juga
memiliki keuntungan dalam menopang kornea yang rapuh untuk membantu
mencegah pecahnya kornea. Sekali lagi, prosedur ini harus dilakukan oleh dokter
hewan atau seseorang yang memiliki pelatihan secara memadai.
Stadium IV: Perawatan yang sama seperti Stadium III. Catatan: Semprotan dan
salep hanya efektif jika digunakan tiga sampai empat kali sehari, yang umumnya
tidak memungkinkan untuk sebagian besar produsen. Juga banyak yang komersial
salep yang tersedia ilegal untuk digunakan pada sapi atau memiliki waktu
penarikan yang sangat lama. Berikan semua suntikan SQ di leher atau di depan
bahu. Jika merawat beberapa hewan, Anda mungkin ingin mencuci tangan atau
berubah sarung tangan antar hewan agar tidak menyebar lebih jauh bakteri ini.
Jangan pernah menggunakan bedak atau semprotan yang mengandung
nitrofuracin, karena penggunaannya pada sapi telah ilegal sejak saat itu Mei 2002.
Seorang dokter hewan harus dikonsultasikan sebelumnya menggunakan obat lain.

BAB III

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pink Eye Disebut juga mata belekan. Pinkeye, juga dikenal sebagai
infectious bovine keratoconjunctivitis (IBK), adalah salah satu penyakit yang
paling umum pada sapi. Ini adalah penyakit yang sangat menular, menyebabkan
radang kornea (bening lapisan luar) dan konjungtiva (selaput merah muda yang
melapisi kelopak mata) mata. Ini juga akan menyebabkan maag, yang terlihat
seperti lubang atau cekungan di kornea. Konjungtivitis (Pink eye) adalah
inflamasi jaringan konjungtiva yang dapat disebabkan oleh invasi
mikroorganisme, reaksi hipersensitivitas atau perubahan degeneratif di
konjungtiva.
Pink eye biasanya disebabkan iritasi akibat tertusuk benda seperti: duri, kayu,
ujung rambut bahkan debu dari konsentrat. Tapi terkadang bisa juga disebabkan
oleh bakteri, virus atau parasit. Konjungtivitis adalah peradangan pada
konjungtiva yang umumnya ditandai dengan iritasi, gatal, sensasi benda asing,
dan berair atau secret pada mata. Konjungtivitis adalah proses inflamasi akibat
infeksi atau non-infeksi pada konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular,
infiltrasi seluler, dan eksudasi.
Cara diagnosa pink eye dapat dilakukan berdasarkan etiologi, epidemiologi
dan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan berdasarkan gejala klinis pada
penderita pink eye akan menunjukan gejala seperti mata merah, kelopak mata
bengkak dan lakrimasi yang meningkat. Pada kasus yang akut kornea mata keruh
dan terjadinya pengapuran pada kornea mata.
Pemeriksaan berdasarkan gejala klinis pada penderita pink eye akan
menunjukan gejala seperti mata merah, kelopak mata bengkak dan lakrimasi yang
meningkat. Pada kasus yang akut kornea mata keruh dan terjadinya pengapuran
pada kornea mata.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena

9
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Lovensia. 2014. Oculi Dextra Conjunctivitis ec. Suspect Viral. Jurnal Medula
Unila. Vol. 3(1) hal : 168-173.

( https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/439 )

Orisa, Mira, Purnomo Budi Santoso dan Onny Setyawati. 2014. Sistem Pakar
Diagnosis Penyakit Kambing Berbasis Web Menggunakan Metode Certainty
Factor. Jurnal EECCIS. Vol. 8(2) hal : 151-156.

( https://media.neliti.com/media/publications/69324-ID-sistem-pakar-diagnosis-
penyakit-kambing.pdf )

Papendorf. Adrienne. 1999. Conjuntivitis : Diagnosis and Management.


Community eye healt. Vol. 12(30) hal : 19-20.

( https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1706007/ )

Ramadhanisa, Aqsha. 2014. Conjunctivitis bakterial treatment in kota karang


village. J Medula Unila. Vol. 3(2) hal : 1-7.

( https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/446/447 )

Rialdi, Basuki Rahmat, Nurul Hidayat dan Suprapto. 2018. Identifikasi Penyakit
Pada Kambing Menggunakan Metode Fuzzy KNearest Neighbor (F-KNN ).
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. Vol. 2(10)
hal : 4312-4317.

( http://j-ptiik.ub.ac.id/index.php/j-ptiik/article/download/2900/1116/ )

Sitompul, Ratna. 2017. Konjungtivitis Viral: Diagnosis dan Terapi di Pelayanan


Kesehatan Primer. EJKI. Vol. 5(1) hal : 64-71.

( https://media.neliti.com/media/publications/62535-viral-conjunctivitis-
diagnosis-and-thera-d5f3e75c.pdf )

Whittier, W. Dee, John Currin and Nancy Currin. 2009. Pinkeye in Beef Cattle.
Virginia Tech. Vol. 1(1) hal : 1-5.

11
(https://ag.tennessee.edu/arec/Documents/TriStateBeefConference/2012/Whittier_
Pinkeye_400-750_pdf.pdf )

12

Anda mungkin juga menyukai