Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
183110162
3A
Dosen Pembimbing:
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Sugeng,2010)
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit
darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara
kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2014).
Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup tidak sehat,
antara lain merokok, kurang olahraga, mengkonsumsi makanan yang
kurang bergizi, dan stress (Nisa, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh syahrini dkk (2012) mengalami faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan hipertensi primer yaitu obesitas, makanan berlemak,
dan kebiasaan konsumsi garam, sedangkan merokok, konsumsi alkhohol,
dan konsumsi kafein tidak ada hubungan dengan kejadian hipertensi.
Penyakit hipertensi akan berdampak terhadap gagal jantung,
stroke, nefrosklerosis dan insufiensi ginjal dan hipertensi uga penyebab
utama morbiditas dan mortalitas
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga dengan hipertensi?
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga
dengan hipertensi.
b. Tujuan khusus
- Mahasiswa mengetahui pengkajian keperawatan pada keluarga
dengan hipertensi
- Mahasiswa mengetahui diagnosis keperawatan yang mungkin
muncul pada keluarga dengan hipertensi
- Mahasiswa mengetahui intervensi keperawatan pada keluarga
dengan hipertensi
- Mahasiswa mengetahui implementasi keperawatan pada keluarga
dengan hipertensi
- Mahasiswa mengetahui evaluasi keperawatan pada keluarga
dengan hipertensi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit
dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga
sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak,
2011).
b. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,
2010) :
Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga
Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang
baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai
budaya keluarga
3. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian,
dan tempat tinggal.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
c. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan
keluarga dibagi menjadi 8 :
1. Keluarga baru (Bergaining Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan
memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orangtua).
2. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (Child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post
partum 6 minggu
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang,
proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.
4. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan
luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
5. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarganya.
7. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan
waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua,
serta persiapan masa tua.
8. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta
melakukan life review masa lalu
d. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
di lingkungan setempat
B. Hipertensi
a. Definisi
World Health Organization (WHO) dan The International Society
of Hypertension (ISH) menetapkan bahwa hipertensi merupakan
kondisi ketika tekanan darah (TD) sistolik lebih besar dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Nilai ini merupakan
hasil rerata minimal dua kali pengukuran setelah melakukan dua kali
atau lebih kontak dengan petugas (Yasmara, 2016).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari satu periode, hal ini terjadi bila arteriole-arteriole
kontriksi.Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut akan menimbulkan
kerusakan janntung dan pembuluh darah.(Udjianti, 2013)
b. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung
atau peningkatan tekanan perifer (Reni, 2010).
Penyebab terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu yang dapat dirubah dan tidak dapat dirubah. Factor yang tidak
dapat dirubah diantaranya factor usia, jenis kelamin, dan riwayat
penyakit keluarga (Pratiwi, 2013). Dan untuk factor yang dapat
dirubah yaitu factor gaya hidup diantaranya kebiasaan merokok,
konsumsi garam berlebih, konsumsi lemak jenuh, dan obesitas, kurang
aktivitas fisik (Kartikasari, 2012)
c. Klasifikasi
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh sebab itu,
penelitian dan pengobatan lebih ditujukan bagi penderita hipertensi
primer. Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh factor
berikut ini :
Faktor keturunan
Umur
Kebiasaan hidup
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis. Penyebab lain dari hipertensi
sekunder antara lain feokromositoma, yaitu tumor penghasil
epinefrin dikelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit
cushing yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat
retensi garam dan peningkatan CTR karena hipersensivitas system
saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosterone
tanpa diketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan
dengan kontrasepsi orang juga dianggap sebagai kontrasepsi
sekunder (Aspiani, 2014).
d. Tanda dan Gejala
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara
umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:
Sakit kepala
Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
Berdebar atau detak jantung terasa cepat
Telinga berdenging
e. Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung
(cardiac out put) dan derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi
vascular sistemik). Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat
oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada
arteri utama, dan kemudian melalui mekanisme umpan balik hormonal
menimbulkan berbagai variasi respons tubuh seperti frekuensi denyut
jantung, kontraksi otot jantung, kontraksi otot polos pada pembuluh
darah dengan tujuan mempertahankan tekanan darah dalam batas
normal. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah,
seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan
penting dalam pengaturan hormonal volume vaskuler. Penderita
hipertensi dipastikan mengalami peningkatan salah satu atau kedua
komponen ini, yakni curah jantung dan atau resistensi vascular
sistemik (Nugraha, 2016)
Saat hipertensi bertambah berat dan jantung mulai mengalami
pembesaran, curah jantung mengalami penurunan secara progresif
meskipun belum terdapat tanda-tanda gagal jantung. Hal ini
disebabkan resistensi perifer sistemik semakin tinggi dan kecepatan
ejeksi ventrikel kiri semakin menurun (Nugraha, 2016).
f. Komplikasi
Penyakit jantung koroner dan arteri
Payah jantung
Stroke
Kerusakan pada ginjal
g. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi
berupa anjuran modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat dapat
menurunkan darah tinggi. Pemberian terapi farmakologi dapat
ditunda pada pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko komplikasi
penyakit kardiovaskular rendah. Jika dalam 4-6 bulan tekanan
darah belum mencapai target atau terdapat faktor risiko penyakit
kardiovaskular lainnya maka pemberian medikamentosa sebaiknya
dimulai.
Rekomendasi terkait gaya hidup adalah sebagai berikut :
Penurunan berat badan
Mengurangi asupan garam
Diet DASH
Olahraga
Mengurangi konsumsi alkohol
Berhenti merokok
2. Farmakologis
Terapi farmakologis dapat diberikan antihipertensi tunggal
maupun kombinasi. Pemilihan obat anti hipertensi dapat didasari
ada tidaknya kondisi khusus (komorbid maupun komplikasi). Obat
antihipertensi seperti furosemide, bisoprolol, acebutolol, dll.
h. Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil
tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Presure), antara lain
dengan cara sebagai berikut :
Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan mengkonsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal
2 gram garam dapur untuk diet setiap hari.
Menghindari kegemukan
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan
normal atau tidak. Batasan kegemukan adalah jika berat badan
lebih dari 10% dari berat badan normal.
Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol
darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol hipertensi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding
pembuluh darah. Lama-kelamaan, jika endapan kolesterol
bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu
peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja
jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.
Makan banyak sayuran dan buah
Buah dan sayuran segar megandung banyak vitamin dan
mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat
membantu menurunkan tekanan darah.
Berusaha dan membina hidup yang positif
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan
persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi
tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika
tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan
individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak
bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek
negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang
positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif
adalah sebagai berikut :
1) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
2) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu untuk kegiatan
santai sekaligus belajar mengalah, belajar berdamai.
C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian
dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas
rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
Nama kepala keluarga
Alamat dan telepon
Pekerjaan kepala keluarga
Pendidikan kepala keluarga
Komposisi keluarga dan genogram
Tipe keluarga
Suku bangsa
Agama
Status sosial ekonomi keluarga
Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah
Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai
dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana
berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh
mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu
dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,
mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 5 bulan
(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila
menghadapi permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik
tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan
keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian,
menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka
diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :
a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah
kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan
kondisi kesehatan anggota keluarga.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan
pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam
kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai
status kesehatan yang diharapkan
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota
keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif
dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan
kesehatan keluarga dan klien.
e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa
nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga
atau orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau
mengatasi masalah kesehatan.
f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada
situasi saat ini atau yang akan datang.
g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat
(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien
untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.
PENGKAJIAN KELUARGA
I. DATA UMUM
1. Nama Keluarga (KK) : Tn.N
3. Komposisi Keluarga
Genogram :
Keterangan :
Kamar
Kamar
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga Ny. R selalu memperhatikan anggota keluarganya satu sama
lain. Keluarga saling mendukung dengan hubungan yang akrab.
Contohnya saja kekhawatiran yang di rasakan oleh kedua anak nya.
2. Fungsi Sosialisasi
Ny. R selalu disiplin dan penuh kasih sayang dalam mengasuh anak-
anaknya. Tn. N dan Ny. R sama - sama memiliki tanggung jawab
dalam mendidik anak-anaknya mereka selalu mengajarkan anaknya
untuk berinteraksi yang baik sejak dini dan mereka cukup bijaksana
dalam mengatur anak-anak nya yaitu dengan membuat peraturan dan
memberi sanksi bila ada yang melanggar, selain itu anak juga diberi
kesempatan untuk menuntut haknya sesuai dengan fungsinya sebagai
anak seperti mendapatkan perlakuan yang adil dari orang tua.
3. Fungsi Ekonomi
Kebutuhan pokok keluarga sehari-hari cukup terpenuhi dari
penghasilan Tn.N dan dibantu sedikit-sedikit oleh Ny.R.
4. Fungsi Reproduksi
Ny. R mengikuti program KB sejak lahirnya anak nya yang pertama
5. Fungsi Perawatan Keluarga ( 5 Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga)
Ny.R mengalami penyakit hipertensi ringan sejak ± 2 minggu yang
lalu. Ny. R saat dilakukan pengakajian mengatakan menggunakan KB
suntik setiap 3 bulan sekali. Status imunisasi pada anak Tn. N
semuanya lengkap. Tn. N selalu memperhatikan dan berupaya untuk
mencari bantuan pelayanan kesehatan jika ada anggota keluraga yang
mengalami masalah kesehatan.
1) Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Ny.R mengatakan mengetahui sebagian penyakit yang di deritanya
dan sebagian lain tidak tahu. Keluarga mengaku cuma sedikit tahu
tentang tanda dan gejala serta penanggulan pertama dengan minum
obat yang didapat dari polindes
2) Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga mengatakan pada anaknya sering batuk pilek dan mereka
menganggap itu adalah hal yang biasa dan biasanya langsung
memeriksakannya ke pelayanan kesehatan seperti bidan desa atau
polindes.
3) Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Ny.R mengatakan sedikit mengetahui tentang penyakit
keluarganya, dan jika ada masalah dalam kesehatan keluarga
langsung membawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan desa atau
polindes.
4) Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat
Keluarga mengatakan untuk pembuangan sampah di tumpuk pada
satu tempat kemudian dibakar. Pembuangan air limbah dibuang
langsung ke belakang rumah
5) Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan
Ny.R mengatakan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit,
maka Ny.R langsung memeriksakan kesehatannya ke pelayanan
kesehatan seperti bidan desa atau polindes
VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor Jangka Pendek
Tn. N dan Ny. R merasa khawatir dengan anak pertama mereka yang
sering tidak membuat tugas sekolah
Do :
Do :
PRIORITAS MASALAH
Total Skore 9
Total Skore 8