Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASAM URAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Keluarga

PEMBIMBING

Lukman Harun, Ns., M.Kep

Muthmainah, Ns., M.Kep

Oleh:

REZA HERDIAN FADILLA, S.Kep

NPM. 1914901210143

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT

I. Konsep Penyakit
I.1 Pengertian
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena penumpukan purin
atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Asam urat merupakan penyakit
heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis akut  yang biasanya mono-
artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan
dapat menimbulkan batu saluran kemih (Edu S. Tehupeiory, 2010)

I.2 Etiologi
Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
1) Jenis kelamin dan umur
2) Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat yaitu
umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-60
tahun).
3) Berat badan
4) Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout berkembang
karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan
kelebihan produksi asam urat.
5) Konsumsi alkohol
6) Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena alkohol
mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
7) Diet
8) Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk gout.
Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
9) Obat-Obatan Tertentu
10) Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan
hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin,
siklosporin, levodova.

I.3 Patofisiologi
1.      Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di jaringan jika konsentrasi
dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
2.      Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya akan terjadi fagositosis
kristal oleh leukosit.
3.      Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran vakuol disekeliling
kristal bersatu dengan membran leukositik lisosom.
4.      Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan pelepasan enzim dan
oksida radikal ke dalam sitoplasma.
5.      Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan jaringan.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme
normal dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu
mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam
tubuh.Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu
banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam
urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga
menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

1.4 Tanda dan Gejala


1) Stadium Arthritis Gout Akut
a) Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
b) Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
c) Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacang-kacangan, rempelo
dll), kelelahan fisik, stres, diuretic.
d) Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol atau obat
urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan.
2) Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode
interkritikal asimptomatik.
3) Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri sehingga dalam waktu
lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-
benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus
ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit
dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi
dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan
mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

1.5 Komplikasi
1) Penderita akan mengalami radang sendi akut berulang dan semakin lama semakin
sering kekambuhannya
2) Sakitnya akan bertambah lemah
3) Sendi yang terasa sakit bertambah banyak
4) Tofi semakin lama semakin besar, bahkan pecah dan menjadi luka
5) Pada ginjal dan saluran kemih bisa timbul batu

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan darah
2) Leukosit, uric acid, len meningkat
3) Pemeriksaan urin tinggi
4) Asam urat tinggi
5) Aspirasi cairan sendi
6) Menunjukan penumpukan kristal asam urat
7) Pemeriksaan Radiologi Gambaran Radiologi hanya nampak berupa
pembengkakan jaringan lunak disekitar persendian.

1.7 Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
a. Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari.
b. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB dan BB.
c. Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan tidak kurang
dari 100 g/hari.
d. Rendah protein yang bersumber hewani.
e. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
f. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 ltr atau
sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi.
g. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol dapat
meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran asam
urat
2) Farmakologi
a. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan
inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbutazon, kortikostropin)
b. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu : Golongan urikosurik
(probenesid, sulfinpirazon, azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin
(alopurinol ).
1.8 Pathway
2) v
Alkohol Makanan, (Kepiting, sefood,dll) Penyakit dan obat-obatan

Menghambat eksresi asam


Kadar laktat dalam darah ↑ Kadar protein↑
urat di tubulus ginjal

Sekresi asam Produksi asam


urat↓ Gangguan metabolism purin urat >>

GOUT

Pelepasan Kristal monosodium urat

Penimbunan Kristal urat Di dalam disekitar sendi

Pengendapan Keistal urat Penimbunan pada membrane


synovial dan tulang rawan articular

Lekosit menekan Kristal urat Erosi tulang rawan dan pembentukan panus

Degenerasi tulang rawan sendi


Mekanisme peradangan

MK : Terbentuknya topus,fibrosis,akilosis pd tulang


MK : Nyeri Hipertermi

Pembentukan tukak pada sendi


Vasodilatasi dari
kapiler
MK : Nyeri Tofus-tofus mengering

Eritmaa, panas
Kekakuan pada sendi

MK : Nyeri MK :Gangguan Membatasi pergerakan pada sendi


Moilitass fisik
II. Rencana Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Asam Urat
II.1 Pengkajian
II.1.1 Riwayat Keperawatan
Prosentase pria : wanita  2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada pria dewasa ( 30
th keatas) dan Wanita terjadi pada usia menopause ( 50 – 60 th ).
Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
II.1.2 Pemeriksaan fisik : Data Fokus
Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan
         Nyeri tekan pada sendi yang terkena
         Nyeri pada saat digerakkan
         Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
         Denyut jantung berdebar
Riwayat psikososial
         Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
         Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja
II.1.3 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah
 Leukosit, uric acid, len meningkat
 Pemeriksaan urin tinggi
 Asam urat tinggi
II.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1 : Nyeri
II.2.1 Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
II.2.2 Batasan Karakteristik
- Laporan secara verbal atau non verbal
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
II.2.3 Faktor yang Berhubungan
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Diagnosa 2 : Gangguan Mobilitas Fisik


II.2.4 Definisi
Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah.
II.2.5 Batasan Karakteristik
- Kesulitan membolak-balik posisi
- Dispnea setelah beraktivitas
- Perubahan cara berjalan
- Gerakan bergetar
- Keterbatasan rentang pergerakan sendi
- Pergerakan lambat
II.2.6 Faktor yang berhubungan
- Intoleransi aktivitas
- Gangguan muskuloskeletal
- Gangguan neuromuskular, Nyeri
- Disuse, Kaku sendi
- Kerusakan integritas struktur tulang

Diagnosa 3 : Defisien Pengetahuan


II.2.7 Definisi
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic
spesifik.
II.2.8 Batasan Karakteristik
- memverbalisasikan adanya masalah
- ketidakakuratan mengikuti instruksi
- perilaku tidak sesuai
II.2.9 Faktor yang berhubungan
- keterbatasan kognitif
- interpretasi terhadap informasi yang salah
- kurangnya keinginan untuk mencari informasi
- tidak mengetahui sumber-sumber informasi
II.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri
II.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan diharapkan
nyeri pasien dapat terkontrol, dengan kritera hasil:
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang normal
II.3.2 Intervensi Keperawatan
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Diagnosa 2 : Gangguan Mobilitas fisik
II.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan diharapkan
gangguan mobilitas fisik pasien dapat teratasi, dengan kritera hasil:
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik
- Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
- Memperagakan penggunaan alat
- Bantu untuk mobilisasi (walker)
II.3.4 Intervensi keperawatan
- Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
- Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap
cedera
- Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
- Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien.
- Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
- Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.

Diagnosa 3 : Defisien pengetahuan

II.3.5 Tujuan dan kriteria hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan diharapkan
kurang pengetahuan pasien dapat teratasi, dengan kritera hasil:
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
II.3.6 Intervensi keperawatan
- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
- Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
- Hindari jaminan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
- Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aeusculapius.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.
Nanda. 2015, Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
NANDA-I. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC
Banjarmasin, Oktober 2020

Ners Muda

( Reza Herdian Fadilla, S.Kep )

Preseptor Akademik, Preseptor Akademik,

(Lukman Harun, Ns., M.Kep) (Muthmainah, Ns., M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai