Disusun Oleh :
NOVINDA ADELLA PUTRI
2017.49.49
NIM : 2017.49.049
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL JANTUNG KONGESIF
A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak
untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku
dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa
dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air
dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa
organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal
(Mansjoer dan Triyanti, 2007).
B. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
1. Kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
2. Kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan.
4. Kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun
dan harus tirah baring.
C. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna,
yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
D. Manifestasi klinis
Menurut Arif Masjoer (2001), Gejala yang muncul dapat berbeda
tergantung pada kegagalan ventriekl mana yang terjadi.
1. Gagal ginjal kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel
kiri tidak mampu memompa darah yang daytang dari paru. Manifestasi
klinis yang terjadi, yaitu :
a. Dispnea
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas.. dapat terjadi ortopnea. Beberapa
pasien dapat mengalami ortopnea pada malam hari yang dinamakan
Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND).
b. Batuk
c. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasinormal dan oksigen serta menurunnya
pembunangan sisa hasil katabolisme juga terjadi karena
meningkatnya energy yang digunakan untuk bernafas dan insomnia
yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
d. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat
kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi
dengan baik.
E. Patofisiologi
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah
sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya
EDV (volume akhir diastolic ventrikel), maka terjadi pula pengingkatan
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan
tergantung dari kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, maka
terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan
ventrikel berhubungan langsung selama diastole. Peningkatan LAP diteruskan
ke belakang ke dalam anyaman vascular paru-paru, meningkatkan tekanan
kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler
paru-paru melebihi tekanan onkotik vascular, maka akan terjadi transudasi
cairan ke dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi
kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial. Peningkatan
tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli
dan terjadilah edema paru-paru.
Tekana arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang
terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana
akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari
annulus katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada orientasi otot
papilaris dan korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang
(smeltzer 2001).
F. Pathway
Disfungsi miokard Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan keb. Beban volume
(AMI) Miokarditis berlebih berlebih metabolisme berlebih
Beban jantung
Pekepasan RRA
Sesak nafas
Nutrisi dan O2 sel
Pekepasan RRA
Metabolisme sel
Hipervolemia
Lemah, letih
Intoleransi Aktivitas
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung sel darah lengkap : anemia berat atau anemia gravis atau
polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam
basa baik metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang
merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit
adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap
fungsi hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang
jantung, hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
11. Rongten toraks :untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung :Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG : penilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
H. Penatalaksanaan
1. Dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan
preparat farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebih dengan cara
memberikan terapi antideuretik, diit, dan istirahat
4. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosiis, miksedem,
dan aritmia digitalisasi
5. Meningkatkan oksigensi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktivitas
Terapi farmakologis :
1. Glikosida jantung
a. Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatkan
curah. Dosis digitalis :
1) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis
selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
2) Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
3) Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
b. Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk
pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut
yang berat:
1) Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
2) Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Data biografi yang perlu dipertimbangkan adalah usia,
jenis kelamin, suku/bangsa. Penyakit cardiovaskuler lebih
sering pada usia 40-60 tahun, laki- laki lebih sering dari pada
wanita, bising jantung lebih sering pada kulit putih, sedangkan
hipertensi lebih sering pada kulit hitam.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Dispneu, edema periper, kelelahan dan kelemahan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan
PQRST :
P: Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah
hilang, timbul atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S: Seberapa keparahan yang dirasakan klien
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor
yang memperberat dan memperingan keluhan.
c. Riwayat kesehatan yang lalu Apakah pasien menderita :
Hipertensi, Hiperliproproteinemia, Diabetes mellitus,
Rematik fever dan penggunaan obat-obatan tertentu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit cardiovaskuler, DM, Penykit renal dan
predisposisi genetik.
3. Pemeriksaan fisik/Focus pengkajian
Menurut Doenges (2000) pengkajian fokusnya adalah sebagai
berikut :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat
istirahat.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi,
tanda vital berubah pad aktivitas.
b. Airway
1) Sumbatan atau penumpukan sekret
2) Wheezing atau krekles
c. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
d. Circulation
Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK
sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung ,
endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki,
telapak kaki, abdomen.
Tanda :
1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.
4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
6) posisi secara inferior ke kiri.
7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9) Murmur sistolik dan diastolic.
10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
12) Capilary Refill Time (CRT) > 2
13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
khususnya pada ekstremitas.
e. Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan
dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya
perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas,
marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
f. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap,
berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
g. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambahan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan
diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi
abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan
dan pitting).
h. Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan
personal.
i. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku
dan mudah tersinggung.
j. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan atas dan sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit dan
perilaku melindungi diri.
k. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan
sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan.
Tanda :
Pernapasan ; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot
asesori pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih
(edema pulmonal)
Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar.
Fungsi mental : Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
Warna kulit : Pucat dan sianosis.
l. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental,
kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
m. Interaksi social
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
n. Pembelajaran/pengajaran
Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat
jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
Tanda: Bukti tentang ketidak berhasilan untuk
meningkatkan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung
a. Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
b. Penyebab :
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan kontraktilitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan afterload
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
Perubahan irama jantung Perubahan irama jantung
1. Palpitasi 1. Brakikardia/ takikardia
2. Gambaran EKG aritmia atau
gangguan konduksi
Perubahan preload Perubahan preload
1. Lelah 1. Edema
2. Distensi vena jugularis
3. Central venous pressure
(CVP) meningkat/menurun
4. Hepatomegali
Perubahan afterload Perubahan afterload
1. Dyspnea 1. TD meningkat/menurun
2. Nadi perifer teraba lemah
3. CRT > 3 detik
4. Oliguria
5. Warna kulit pucat/atau
sianosis
Perubahan kontraktilitas Perubahan kontraktilitas
1. Paroxysmal nocturnal 1. terdengar suara jantung S3
dyspnea (PND) dan/atau S4
2. Ortopnea 2. Ejection fraction (EF)
3. batuk menurun
g. Intervensi
Perawatan Jantung
1) Definisi : Mengidentifikasi, merawat dan membatasi
komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai dna
konsumsi oksigen miokard.
2) Tindakan :
Observasi
a) Identifikasi tanda gejala primer penurunan curah jantung
(dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
b) Identifikasi tanda gejala sekunder penurunan curah
jantung (peningkatan BB, hepatomegaly, distensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit
pucat)
c) Monitor TD
d) Monitor intake dan output cairan
e) Monitor BB
f) Monitor saturasi oksigen
g) Monitor keluhan nyeri dada
h) Monitor EKG 12 saadapan
i) Monitor aritmia
j) Monitor nilai lanoratorium jantung
k) Periksa TD dan frekuensi nadi sebeum dan sesudah
aktivitas
l) Periksa TD dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
Terapeutik
a) Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki
ke bawah atau posisi nyaman
b) Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan
kafein, natrium, kolestreol, dan makanan tinggai lemak)
c) Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten,
sesuai indikasi
d) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya
hidup sehat
e) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika
perlu
f) Berikan dukungan emosional an spiritual
g) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
> 94%
Edukasi
a) Anjurkan beraktivits fisik sesuai toleransi
b) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai bertahap
c) Anjurkan berhenti merokok
d) Anjurkan pasien dan keluarga mengukur BB harian
e) Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intake output
cairan harian
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
b) Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Hipervolemia
a. Definisi : Peningkatan volume cairan intravaskuler, intrastisial,
dan/atau intraseluler.
b. Penyebab :
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis (mis. kartikosteroid, chlorpropamide,
tolbutamide, vincristine, tryptillinescarbamzepine)
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) Distensi vena jugularis
Terdengar suara nafas tambahan
Hepato megali
Kadar Hb/Ht turun
Oliguria
Intake lebih banyak dari output
(balans cairan positif)
Kongesti paru
b. Penyebab
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Obesitas
7) Cidera medulla spinalis
8) Kecemasan
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
Dipnea Penggunaan otot bantu
pernafasan
Fase ekspirasi memanjang
Pola nafas abnormal (mis.
Takippnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
stokes)
4. Intoleransi Aktivitas
a. Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
b. Penyebab :
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksegen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
Mengeluh lelah Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
f. Luaran
1) Definisi : Respon fisiologis terhadap aktivitas yang
membutuhkan tenaga
2) Ekspektasi : Meningkat
3) Kriteria hasil :
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
c) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
d) Keluhan lelah menurun
e) Dyspnea saat aktivitas menurun
f) Dyspnea setelah aktivitas menurun
g) Tekanan darah membaik
h) Frekuensi nafas membaik
g. Intervensi
Manajemen Energi
1) Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy
untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
proses pemulihan
2) Tindakan :
Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
b) Lakuakan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berrpindah atau berjalan
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan hubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sesak dan kedua kakinya bengkak
55
Keterangan :
: Laki-laki : Menikah
: :
Perempuan Keturunan/
: : Tinggal
Meninggal serumah
: Klien
I. ISTIRAHAT TIDUR
DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
Tidur sehari 6-7 jam/hari Tidur 4-5 jam/hari
Tidur dengan nyenyak dan nyaman Klien terkadangang sulit tidur karena
sesak
Perlengkapan selimut dan penerangan Perlengkapan selimut dan penerangan
lampu lampu
J. ELIMINASI
1. BAB
DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
Klien BAB 1x sehari Klien mengatakan belum BAB saat di
rumah sakit
Konsistensi normal, warna kuning,
bau khas feses
2. BAK
DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
BAK ± 4-6 x/hari Terpasang DC kateter urine, BAK
250cc/ 3 jam
Warna kuning/ bening, bau khas urine Warna kuning gelap, bau khas urine
K. KEBERSIHAN DIRI
DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
Mandi 2x sehari menggunakan sabun Klien diseka 2x sehari pagi dan sore
dan shampo saat keramas hari
Ganti pakaian 2x setiap selesai mandi Mengganti pakaian 2x setelah diseka
dan saat baju kotor
Secara mandiri Dibantu perawat
L. LAIN-LAIN
-
N. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bersih, tidak ada bejolan, tidak ada bekas luka, simetris,
rambut hitam, penyebaran merata, tidak rontok
Mata : Simetris, penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis,
sclera putih, pupil isokor
Hidung : Simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada lesi, adanya
pernafasan cuping hidung, terpasang O2 nasal kanul 4 lpm
Mulut : mulut simetris, bibir pucat, tampak bersih
Telinga : simetris, bersih, tidak ada benjolan/ lesi, tidak ada nyeri,
fungsi pendengaran baik
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
lesi/trauma
2. Pemeriksaan integument kulit dan kuku
Kulit berwarna sawo matang, tampak bersih, turgor kulit normal, terdapat
odem pada kaki kanan dan kiri, kuku bersih, akral hangat
3. Pemeriksaan payudara dan ketiak
Simetris, terdapat bulu diketiak
4. Pemeriksaan thorak atau dada
Thorak :
I : dada simetris, tidak ada lesi
P : Pengembangan dada simetris, tidak ada nyeri tekan
Paru :
I : simetris kiri dan kanan, RR 24 x/menit
P : kanan dan kiri sonor
A : terdapat suara tambahan whezzing, irama tidak teratur
Jantung :
I : ictus cordis normal terlihat
P : ictus cordus teraba di interkosta 4-5
P : pekak
A : Bunyi jantung gallop umum (S3 dan S4)
Nadi 92 x/mnt, TD : 140/90 mmHg
Murmur
Irama jantung aritmia
Frekuensi jantung : takikardi (spesifik fisik jantung)
5. Pemeriksaan abdomen
I : simetris, datar dan lemas, tidak ada lesi
P : tidak ada nyeri tekan
P : tidak kembung/ distensi
A : bising usus 10 x/menit
6. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya (bila diperlukan)
Genetalia :
Terpasang DC
Anus :
Tidak terkaji
7. Pemeriksaan musculoskeletal
Tidak ada jejas, terdapat odema pada kedua kakinya, akral hangat,
kekuatan otot 5/5/5/5
8. Pemeriksaan neuorologi
Bibir simetris, dapat menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya
9. Pemeriksaan status mental
Klien mengatakan sedikit merasa kawatir karena penyakitnya.
O. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (Darah Lengkap)
Leukosit (WBC) 7,634 gr% MPV 9,838 fL
Hematokrit (HCT) 34,1% MCV 85,08 um^3
Eritrosit (RBC) 4,416 10^6/ul MCH 30,70 pg
Neutrofit 50,8% MCHC 36,08 g/dL
Limfosit 28,9%
Monosit 9,4%
Hemoglobin 11,9 g/dL
PLT 169 10^3/ul
RDW 12,85 g/dL
Kimia Klinik Gula Darah
BUN 6 mg/dL Gula Darah Sewaktu 103
mg/L
Kreatinin 1,104 mg/dL
Jantung
Tropinin I 0,14
CT Scan EKG
X thoraks photo Kesan : CHF fc III ec HHD
Kesan : CHF Fc III ec HHD OMI Inferior
OMI Inferior
Pembesaran jantung
P. PENATALAKSANAAN/TERAPI
- O2 nasal kanul 4lpm
- Infus NS 50 cc/ 24 jam
- Inj. Arixtra 1 x 2,5 mg
- Inj. Furosemide 2 x 40 mg
- Inj. Pumpicel 1 x 40 mg
- Oral ASA 1 x 80 mg
- CPGI 1 x 75 mg
- ISDN 3 x 75 mg
Diagnosa Tujuan
No Intervensi TTD
Keperawatan Kriteria - Standart
1 Curah jantung Setelah dilakukan Perawatan Jantung
tidak efektif tindakan keperawatan Observasi
b/d Perubahan selama 3x24 jam a) Identifikasi tanda gejala
kontraktilitas diharapkan curah primer penurunan curah
jantung meningkat jantung (dyspnea,
dengan kriteri hasil : kelelahan, edema,
1. Keadekuatan nadi ortopnea, paroxysmal
perifer meningkat nocturnal dyspnea,
2. CI meningkat peningkatan CVP)
3. Palpitas menurun b) Identifikasi tanda gejala
4. Takikardia sekunder penurunan
menurun curah jantung
5. Gambar EKG (peningkatan BB,
aritmia menurun hepatomegaly, distensi
6. Lelah menurun vena jugularis, palpitasi,
7. Edema menurun ronkhi basah, oliguria,
8. Distensi vena batuk, kulit pucat)
jugularis menurun c) Monitor TD
9. Dyspnea menurun d) Monitor intake dan
10. Pucat menurun output cairan
11. Batuk menurun e) Monitor BB
12. Suara jantung S3 f) Monitor saturasi oksigen
dan S4 menurun g) Monitor keluhan nyeri
13. TD membaik dada
CRT membaik h) Monitor EKG 12
saadapan
i) Monitor aritmia
j) Monitor nilai
laboratorium jantung
k) Periksa TD dan
frekuensi nadi sebeum
dan sesudah aktivitas
l) Periksa TD dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik
a) Posisikan pasien semi-
Fowler atau Fowler
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
b) Berikan diet jantung
yang sesuai (mis. batasi
asupan kafein, natrium,
kolestreol, dan makanan
tinggai lemak)
c) Gunakan stocking elastis
atau pneumatic
intermiten, sesuai
indikasi
d) Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
e) Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
f) Berikan dukungan
emosional dan spiritual
g) Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen > 94%
Edukasi
a) Anjurkan beraktivits
fisik sesuai toleransi
b) Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai bertahap
c) Anjurkan berhenti
merokok
d) Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur BB
harian
e) Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur
intake output cairan
harian
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
b) Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2 Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
tidak efektif tindakan keperawatan Observasi
b/d deformitas selama 3x24 jam a) Monitor pola nafas
dinding dada diharapkan pola nafas (frekuensi, kedalaman,
membaik dengan usaha napas)
kriteria hasil : b) Monitor bunyi nafas
a) Ventilasi semenit tambahan (mis. gurgling,
meningkat mengi, wheezing, ronkhi
b) Dispnea menurun kering)
c) Penggunaan otot Terapeutik
bantu nafas c) Pertahankan kepatenan
menurun jalan nafas dengan head-
d) Ortopnea menurun tilt dan chin-lift (jaw-
e) Pernafasan cuping thrust jika curiga trauma
hidung membaik servikal)
f) Frekuensi nafas d) Posisikan semi fowler
membaik atau fowler
g) Kedalaman nafas e) Berikan minum hangat
membaik f) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
g) Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
h) Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
i) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
j) Berikn oksigen, bila
perlu
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b) Anjurkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektotan, mukolitik,
jika perlu