Dosen Pembimbing :
Winarko, SKM, M.Kes
Demes Nurmayanti, ST., M.Kes
Novra Herlian Rojabiansyah, S.Tr. Kes
Disusun Oleh:
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 6
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ....................................................... 6
2.2 Kecelakaan Kerja .................................................................................... 6
2.3 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja ............................................. 8
2.4 Metode HIRADC ..................................................................................... 9
2.5 Penilaian Risiko ....................................................................................... 14
2.6 Pengendalian Risiko ................................................................................ 16
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN ................................................. 18
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 18
3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 18
3.3 Definisi Operasional ................................................................................ 19
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 19
3.5 Analisis Data ............................................................................................ 19
3.6 Proses Produksi Gula .............................................................................. 20
3.7 Lembar Penilaian Resiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada
Kegiatan Produksi Di Area Produksi Pabrik Gula ................................... 21
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 25
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 25
4.2 Saran ......................................................................................................... 25
Daftar Pustaka
Lampiran
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan proyek gedung, jalan,
jembatan, terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya (Jamsostek, 2011).
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui cara penilaian resiko keselamatan dan kesehatan kerja
pada kegiatan produksi di area produksi pabrik gula
2) Untuk mengetahui upaya pengendalian bahaya pada kegiatan produksi di
area produksi pabrik gula
1.4 Manfaat
1) Bagi Kesehatan Lingkungan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi tambahan untuk
civitas akademik program studi sanitasi lingkungan Poltekkes Kemenkes
Surabaya . Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya mengenai pelaksanaan risk
assessment pada kegiatan .
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
pekerjaan konstruksi baik dalam rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau
pelaksanaan beserta pengawasan.
7
(workplace) (CCOHS, 2009). Keberadaan bahaya dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa
dampak terhadap manusia, peralatan, material dan lingkungan
(Ramli, 2010).
b. Risiko
Risiko adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang
dapat menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran, risiko diukur
berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau
konsekuensi yang dapat ditimbulkannya (AS/NZS 4360, 2004).
Risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian
berbahaya atau paparan dengan keparahan suatu cidera atau sakit
penyakit yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut
(OHSAS 18001, 2007).
Risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar.
Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai
dengan sifat, lingkup, skala, dan jenis kegiatannya. Risiko juga
menggambarkan besarnya potensi bahaya untuk dapat menimbulkan
insiden atau cidera pada manusia yang ditentukan oleh kemungkinan
dan keparahan yang diakibatkannya, sehingga diperlukan
manajemen risiko sebagai bentuk pengelolaan manajemen K3 yang
baik (Ramli, 2010)
2.3 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
8
2.4 Metode HIRADC
HIRADC adalah salah satu bagian dari standar ohsas 18001;2007 Di
indonesia biasa juga disebut sebagai risk assesment atau identifikasi bahaya
dan aspek K3L. di klausa itu menyebutkan bahwa organisasi harus
menetapkan, membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan pengendalian
bahaya dan risiko yang diperlukan.
Di dalam klausa ini menjelaskan mengenai proses/hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksananaan HIRADC :
1) Hazard/Bahaya
2) Risk/Risiko
3) Penentuan untuk pengendalian bahaya dan risiko ( harus
mempertimbangkan hierarki dari pengendalian : eliminasi, subtitusi,
isolasi, engineering control, penandaan/peringatan/administrative
control, PPE)
4) Perubahan dari management
5) Pencatatan dan dokumentasi dari kegiatan HIRADC (misalnya :
HIRADC register)
6) Tinjauan yang berkelanjutan.
1) Kegiatan rutin dan non rutin ( keadaan gawat darurat, bencana alam,
kegiatan pemeliharaan yg diluar jadwal, pembersihan, pengoperasian
mesin,shut down/ start up, visit dari kontraktor/pelanggan, keadaan lain yg
memang tidak rutin dilakukan oleh organisasi)
2) Semua kegiatan yang memungkinkan seluruh pekerja/orang mempunyai
akses masuk di area kerja ( termasuk kontraktor dan juga
pengunjung/tamu).
3) Perilaku manusia, kemampuan, dan juga faktor manusia. ( sifat, kesalahan
dari pihak manusia, perilaku, kebiasaan, stress dll).
4) Bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat menimbulkan efek
buruk ke kesehatan dan keselamatan pekerja di organisasi.
9
5) Hazard / bahaya yg timbul dari kegiatan berkaitan dengan pekerjaan atau
aktivitas yang berada dibawah kendali dilingkungan kerja dan organisasi.(
semua ini bisa berasal dari aspek lingkungan)
6) Infrastruktur/sarana/prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yg
disediakan oleh pihak organisasi atau pihak luar.
7) Perubahan atau rencana perubahan pada organisasi, kegiatannya, dan bahan
yang digunakan.
8) Modifikasi dari SMK3, termasuk bersifat sementara, dan pengaruhnya
terhadap kegiatan operasi, proses atau aktivitas.
9) Semua peraturan yg mengikat yg berkaitan dengan penilaian risiko dan
pengendalian yang dibutuhkan.
10) Disain dari area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, termasuk
kemampuan adaptasi dari pekerja/manusia.
10
adanya proyek baru, adanya penggantian material atau penggunaan material
baru termasuk bahan kimia, adanya perubahan prosedur, instruksi kerja, atau
standar baru, pada saat tindakan perbaikan telah dilakukan, dan jika ada
indikasi bahaya yang berpotensi menimbulkan gangguan kepada manusia.
11
1) Menentukan ruang lingkup identifikasi bahaya dan asesmen risiko
2) Mengidentifikasi jenis bahaya yang mungkin ada dan berpotensi
membahayakan/menimbulkan kerugian. Jenis bahaya yang harus diidentifikasi
termasuk: bahaya fisika, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi. Lihat Tabel
1
3) Menganalisa potensi konsekuensi dimaksud adalah menganalisa ter-hadap
potensi dari tingkat kerugi-an, analisa ini dilakukan dengan mempertimbangkan
potensi keparahan dampak yang terjadi dan potensi jumlah yang terkena
dampak, dan jika diperlukan pada ka-sus tertentu dapat pula dipertimbangkan
tingkat gangguan terha-dap kelangsungan kegiatan (bisnis). Lihat Tabel 2
4) Menganalisa kemungkinan /Likelyhood analysis dengan menentukan tingkat
kemungkinan ter-jadinya bahaya yang dapat mem-bahayakan. Ada tiga hal
yang harus menjadi pertimbangan dalam menganalisa tingkat kemungkinan
potensi kerugian terjadi.
5) Penilaian risiko dengan menentu-kan kriteria risiko yang merupakan hasil
perkalian dari kriteria kemungkinan dan kriteria konsekuensi. Risiko (R) =
kemungkinan (P) x konsekuensi (C). tabel 3.
6) Menetapkan tingkat risiko dan menentukan tindakan kontrol yang diperlukan
dilakukan berdasarkan perhitungan pada tabel 4.
12
4. Pengendalian administratif; tindakan yang bersifat administratif seperti
misalnya tindakan yang berkaitan dengan pembatasan waktu kerja, jumlah
paparan, pemberian pelatihan, rotasi kerja, papan informasi, pemasangan
label, prosedur kerja dan intruksi kerja, serta pengawasan.
5. Jika seluruh upaya tidak berhasil maka dilakukan langkah terakhir yaitu
tindakan pengamanan perorangan. Tindakan pengamanan perorangan yaitu
tindakan kontrol yang bertujuan untuk mengurangi potensi terjadinya
kerugian kepada karyawan secara pribadi/perorangan, seperti penyediaan
dan pengharusan dalam memakai alat pelindung.
IDENTIFIKASI BAHAYA
Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah
identifikasi atau\ pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan
identifikasi faktor risiko kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi,
ergonomik, dan psikologi yang terpajan pada pekerja. Untuk dapat menemukan
faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan
produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan
termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses
produksi. Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka diperlukan pemilikan
material safety data sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan,
pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung,
mengidentifikasi
bahan pelarut yang digunakan, dan bahan inert yang menyertai, termasuk efek
toksiknya.
Ketika ditemukan dua atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat mungkin
berinteraksi
dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang berbahaya.
Sebagai
contoh, lingkungan kerja yang bising dan secara bersamaan terdapat pajanan
toluen, maka
ketulian akibat bising akan lebih mudah terjadi.
13
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk
mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat
kerja. (Tarwaka, 2008).
14
1) Analisis Risiko. Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang
bisa terjadi, kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko,
akibat yang mungkin timbul, dan upaya pengendalian bahaya dibahas secara
rinci dan dicatat selengkap mungkin (Sahab, 1997).
2) Penilaian Risiko dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat risiko
melalui evaluasi dan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam
rangkaian penilaian tingkat risiko (Ichsan, 2004). Tingkat resiko merupakan
perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan keparahan (severity) dari
suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cedera dan
sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard ditempat kerja.
a) Tingkat kekerapan Merupakan keseringan terjadinya kecelakaan terhadap
tenaga kerja/manusia. Tingkat kekerapan atau keseringan kecelakaan
dikategorikan menjadi 4 (empat) kategori sebagai berikut:
1. Sering; dimana kemungkinan terjadi sangat sering dan berulang (nilai: 4)
2. Agak sering; dimana kemungkinan terjadi beberapa kali (nilai: 3)
3. Jarang; dimana kemungkinan terjadinya jarang terjadi atau terjadinya
sekali waktu (nilai: 2)
4. Jarang sekali; kemungkinan terjadi kecil tetapi tetap ada kemungkinan
(nilai: 1)
b) Tingkat keparahan Merupakan seberapa berat dampak kecelakaan yang di
alami para tenaga kerja/manusia. Tingkat keparahan kecelakaan dapat di
kaegorikan menjadi 5 (lima) kategori sebagai berikut:
(1) Bencana; kecelakaan yang banyak menyebabkan kematian (nilai: 5)
(2) Fatal; kecelakaan yang mengakibatkan kematian tunggal (nilai: 4)
(3) Cedera Berat; kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau sakit yang
parah untuk waktu yang lama tidak mampu bekerja atau menyebabkan cacat
tetap (nilai: 3)
(4) Cedera Ringan; kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera atau sakit
ringan dan segera dapat bekerja kembali atau tidak menyebabkan cacat tetap
(nilai: 2)
(5) Hampir Cedera; kejadian hampir celaka yang tidak mengakibatkan cedera
atau memerlukan perawatan kesehatan (nilai: 1)
15
c) Penentuan Tingkat Risiko. Penentuan tingkat risiko adalah dengan
mengkombinasikan perhitungan dari dampak risiko dan peluang risiko.
Penentuan tingkat risiko adalah dengan mengkombinasikan perhitungan
dari dampak risiko dan peluang risiko. Risiko = Kekerapan X Keparahan
16
mekanik, pemberian absorben suara pada dinding ruang mesin yang
menghasilkan kebisingan tinggi.
4. Isolasi (isolation) Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara
memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin
produksi dari tempat tertutup (control room) menggunakan remote control.
5. Pengendalian Administrasi (administration control) Pengendalian
administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat
mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode
pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan
pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini.
Metode ini meliputi; rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang
akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk
mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan
kembali jadwal kerja, training keahlian dan training K3.
6. Alat Pelindung Diri (personal protective equipment) Alat pelindung diri
merupakan pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah bahaya
dengan pekerja. Akan tetapi penggunaan APD bukanlah pengendalian dari
sumber bahaya itu. Alat pelindung diri sebaiknya tidak digunakan sebagai
pengganti dari sarana pengendalian risiko lainnya. Alat pelindung diri ini
disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali
lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel
akan lebih efektif. Keberhasilan penggunaan APD tergantung jika peralatan
pelindungnya tepat pemilihannya, digunakan secara benar, sesuai dengan
situasi dan kondisi bahaya serta senantiasa dipelihara. (Tarwaka, 2008)
17
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena bertujuan untuk
melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa
faktor risiko maupun efek atau hasil. Penelitian ini menggunakan analisis
kualitatf dengan pendekatan observasional. Dalam penelitian ini dilakukan
identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko potensi bahaya, dengan studi
kasus di area produksi pabrik gula.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis tingkat risiko kesemalatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan pada area produksi pabrik gula. Metode
pengumpulan data yang digunakan menggunakan data sekunder. Penelitian ini
dilengkap dengan menyajikan dan mendeskripsikan faktor-faktor yang
mendukung atau melengkapi dalam mendeskripsikan identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan pengendalian risiko di area produksi pabrik gula.
18
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengmpulan data menggunakan form penelitian yakni form HIRADC
(Hazard Identification Risk Assesment Determining Control) penelitian dalam
menganalisis data.
19
dibelakangnya dipompa untuk mengencerkan larutan nira tray didepannya
dan seterusnya sampai melalui 12 tray;
4. Nira mentah dari diffuser selanjutnya dikirim ke stasiun pemurnian untuk
dipisahkan kandungan bukan gulanya, melalui proses pengendapan dengan
bahan pembantu kapur, belerang dan flokulan;
5. Nira jernih kemudian di proses di stasiun penguapan untuk menguapkan
sebagian besar air dalam nira, proses penguapan menggunakan 5 tingkat
bejana penguap dalam keadaan hampa. Nira yang dihasilkan dalam proses
ini nira kental selanjunya dikirim ke peti sulfitir untuk pemucatan warna;
6. Nira kental kemudian diproses di stasiun pemasakan untuk membentuk
kristal gula sebanyak mungkin pada pan masakan.
7. Dari hasil pan masakan tersebut selanjutnya diproses di stasiun puteran
untuk dipisahkan cairan bukan kristalnya
8. Hasil gula produk dari stasiun puteran yang masih basah dan tidak seragam
ukuran kristalnya diproses melalui tahapan pemanasan, pendinginan,
pemisahan gula debu, penyaringan gula kasar dan gula halus. Hasil gula
yang sudah kering, rata dan bersih selanjutnya ditampung di sugar bin untuk
siap dikemas.
20
Lembar Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pada Kegiatan Produksi Di Area Produksi Pabrik Gula
No. Area/ Potensi Jenis Risiko Penilaian Resiko Jadwal Pengendalin
aktivitas Bahaya Bahaya
Frekuensi Keparahan Resiko
21
4. Stasiun Bekerja dengan Mekanis Pekerja 2 1 2 Memasang
Penggilingan ketidak hati- terjepit kran simbol- simbol
hatian 11 – 05 – 2020 tanda bahaya
dan Penggunaan
sarung tangan
5. Stasiun Terlalu lama Ergonomi Pekerja 2 1 2 Membuat desain
Penggilingan duduk mengalami atau rangkaian
cedera otot tempat duduk
17 – 05 – 2020 yang nyaman
agar duduk
dengan posisi
benar
6. Stasiun Tidak Kimia Pekerja 2 3 6 Penggunaan
Pemurnian menggunakan terkena sarung tangan,
19 – 05 – 2020
APD percikan nira sepatu safety
panas dan apron
7. Stasiun Bekerja dengan Mekanis Pekerja 2 2 4 Menggunakan
Penggilingan tidak menghirup 21 – 05 – 2020 masker
debu
22
menggunakan
masker
8. Stasiun Tidak Mekanis Pekerja 2 1 2 Pernggunaan
Pemasakan menggunakan tersandung 22 – 05 – 2020 sepatu safety
sepatu safety lantai
9. Stasiun Tidak Mekanis Pekerja 2 2 4 Menggunakan
Pemurnian menggunakan menghirup masker
22 – 05 – 2020
masker asap
belerang
10. Stasiun Tidak Kimia Pekerja 2 3 6 Menggunakan
Pemurnian menggunakan tersiram apron, sarung
27 – 05 – 2020
apron, sarung cairan kimia tangan
tangan. HCL
11. Stasiun Tidak Mekanis Pekerja 2 1 2 Menggunakan
Penguapan menggunakan terpleset sepatu safety
29 – 05 – 2020
sepatu safety karena lantai
licin
23
12. Stasiun Terlalu lama Ergonomi Pekerja 2 2 4 Dilakukan rotasi
Penggilingan berdiri atau mengalami pekerja dengan
3 – 06 – 2020
duduk cedera pengaturan jam
pinggang istirahat
13. Stasiun Terlalu banyak Psikologi Pekerja 3 1 3 Menerapkan
Penggilingan beban kerja dan mengalami shift kerja, rotasi
7 – 06 – 2020
waktu kerja konflik pekerja
yang lama mental
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapatkan dari kegiatan yang dilakukan pada produksi
pabrik gula. Dalam identifikasi bahaya yang dilakukan,bahaya yang terdapat
di area produksi pabrik gula antara lain :
a) Pada proses aktivitas pengilingan,pemurnian,penguapan,terdapat bahaya
antara lain.panas,tertimpa,terjepit,terpeleset,terbentur,sakit pingang,dan pegal
pada tangan.
b) Untuk penilaian risiko bahaya yang mempunyai tingkat risiko tinggi di
area produksi pabrik gula,terbentur material atau alat dan sakit pinggang yang
dalam kategori medium
c) Pengendalian bahaya yg terdapat di area produksi lebih banyak
mengunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan uu no 1 thn1970 pasal 14
c tentang pengadaan alat pelindung diri secara cuma cuma oleh perusahaan.
4.2 Saran
Melakukan inspeksi secara rutin baik pada mesin,apd maupun lingkungan
sekitar untuh mengetahui bahaya yg terdapat di sekitar tempat kerja.
Lebih mensosialisasikan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) salah satunya
adalah poster keselamatan kerja,penyuluhan,dan pertemuan 5 menit sebelum
pekerjaan di mulai kepada tenaga kerja supaya tenaga kerja aman dan nyaman
dalam bekerja .
Sebaiknya semua orang yang berada di area produksi pabrik gula lebih sadar
diri dengan bahaya – bahaya yang berada di sekitar tempat kerja sehingga
dapat mengurangi kecelakaan akibat kerja.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
Data Kecelakaan Kerja
NO WAKTU KEJADIAN LOKASI KETERANGAN
1 4 – 05 – 2020 Pekerja tertimpa tebu Stasiun Penggilingan -
Pekerja tersayat kulit -
2 9 – 05 – 2020 Stasiun Penggilingan
tebu
Pekerja terbentur -
3 11 – 05 – 2020 Stasiun Penggilingan
material / alat
4 11 – 05 – 2020 Pekerja terjepit kran Stasiun Penggilingan -
Pekerja mengalami -
5 17 – 05 – 2020 Stasiun Penggilingan
cedera otot
Pekerja terkena percikan -
6 19 – 05 – 2020 Stasiun Pemurnian
nira panas
7 21 – 05 – 2020 Pekerja menghirup debu Stasiun Penggilingan -
8 22 – 05 – 2020 Pekerja tersandung lantai Stasiun Pemasakan -
Pekerja menghirup asap -
9 22 – 05 – 2020 Stasiun Pemurnian
belerang
Pekerja tersiram cairan -
10 27 – 05 – 2020 Stasiun Pemurnian
kimia HCL
Pekerja terpleset karena -
11 29 – 05 – 2020 Stasiun Penguapan
lantai licin
Pekerja mengalami -
12 3 – 06 – 2020 Stasiun Penggilingan
cedera pinggang
Pekerja mengalami -
13 7 – 06 – 2020 Stasiun Penggilingan
konflik mental
14 13 – 06 – 2020 Pekerja tertimpa tebu Stasiun Penggilingan -
Pekerja tersayat kulit -
15 19 – 06 – 2020 Stasiun Penggilingan
tebu
Pekerja menghirup asap -
16 20 – 06 – 2020 Stasiun Pemurnian
belerang
27
Pekerja tersiram cairan -
17 20 – 06 – 2020 Stasiun Pemurnian
kimia HCL
Pekerja terpleset karena -
18 22 – 06 – 2020 Stasiun Penguapan
lantai licin
Pekerja tersayat kulit -
19 7 – 07 – 2020 Stasiun Penggilingan
tebu
Pekerja terbentur -
20 12 – 07 – 2020 Stasiun Penggilingan
material / alat
Pekerja terkena percikan -
21 14 – 07 – 2020 Stasiun Pemurnian
nira panas
22 22 – 07 – 2020 Pekerja menghirup debu Stasiun Penggilingan -
23 25 – 07 – 2020 Pekerja tersandung lantai Stasiun Pemutaran -
Pekerja menghirup asap -
24 26 – 07 – 2020 Stasiun Pemurnian
belerang
Pekerja tersayat kulit Stasiun Penggilingan -
25 9 – 08 - 2020
tebu
Pekerja terbentur Stasiun Penggilingan -
26 14 – 08 - 2020
material / alat
27 16 – 08 - 2020 Pekerja terjepit kran Stasiun Penggilingan -
Pekerja mengalami -
28 17 – 08 – 2020 Stasiun Penggilingan
cedera otot
Pekerja terkena percikan -
29 20 – 08 – 2020 Stasiun Pemurnian
nira panas
30 23 – 08 – 2020 Pekerja menghirup debu Stasiun Penggilingan -
31 23 – 08 – 2020 Pekerja tersandung lantai Stasiun Pemasakan -
Pekerja menghirup asap -
32 27 – 08 – 2020 Stasiun Pemurnian
belerang
28